Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Kamis, 08 Agustus 2013

Lebaran nih....

Pagi, adzan subuh bergema. Saya 'njrantal' bangun dari lelap saya. Maunya langsung ke kamar mandi, tapi ternyata kamar mandi yang hanya satu-satunya itu sedang terisi. Mas Ayik terdengar lagi 'jebar-jebur'. Maka saya langsung ke belakang, mengambil air wudhu, sholat di mushola. Sementara ibu dan Rini, adik ipar saya, sudah 'uplek' di dapur. Memanaskan opor, sambal goreng, rendang, bikin teh, dan entah apa lagi... Aroma wangi macam-macam makanan itu menusuk hidung, merasuk ke dalam kekhusyukan sujud saya.

Sejak semalam kami 'ngumpul' di rumah Tanggulangin. Saya sekeluarga, Dedi sekeluarga, Iwuk sekeluarga, dan bapak ibu. Rumah kecil ini jadi penuh oleh kami bersebelas. Bukan hanya karena jumlah kami yang cukup banyak, tapi juga karena ukuran kami yang hampir semua jumbo atau bahkan superjumbo. Benar. Hanya bapak dan dua cucu kecilnya, Chiro dan Gendis, saja yang berukuran kecil. Selebihnya ukuran jumbo dan superjumbo. Saya, alhamdulilah, masih masuk jumbo, belum termasuk superjumbo. Hehe.

Kami bersiap. Bergantian mandi, ganti baju, nyambi nyapu, nyiapin meja makan, dan sebagainya. Mas Ayik memandikan bapak dan membantu bapak berbusana. Bapak ingin salat 'Ied di masjid, meski sebenarnya jalan saja susah. Tidak masalah. Ada mobil yang nanti bisa membawa bapak, meski jarak rumah ke masjid tidak sampai 150 meter. Jarak segitu, sudah terlalu jauh untuk kondisi bapak. Jadilah mas Ayik, bapak, ibu, dan Dedi bermobil, sambil membawa kursi untuk duduk bapak ketika salat. Saya dan yang lain berjalan kaki, menuju sumber suara yang menggemakan takbir. Allahu akbar 3x. Laailaaha illallahu allaahu akbar. Allaahu akbar wa lillahilhamdu.

Usai salat 'Ied, seperti biasa, kami sungkem kepada bapak ibu, dimulai dari mas Ayik sebagai anak tertua, saya, adik-adik, terus cucu-cucu. Belum tuntas sungkem-sungkeman, tamu sudah mulai berdatangan. Tapi acara sungkem lanjut saja. Tamu-tamu juga pada sungkem ke bapak ibu.

Di perumahan ini, bapak ibu terhitung warga yang paling sepuh, sehingga menjadi jujugan bagi tetangga-tetangga. Selain itu, ada kebiasaan memberi angpau pada anak-anak kecil. Jadi anak-anak kecil pun kemriyek pada ke rumah, dan dik Diah, adik ipar saya, bertugas membagi angpau, uang baru-baru. Postur dik Diah yang besar, cocok sekali untuk peran itu....hehe. Layaknya juragan yang sedang bagi-bagi uang untuk para pekerjanya....

Tak berapa lama, kami kedatangan tamu agung. Sahabat kami, mas Rukin Firda, dengan dua putranya yang cakep-cakep, Lodi dan Nana. Yunie, istri mas Rukin, sedang jaga rumah ditemani anak wedok, Chacha, supaya tetap ada yang menerima tamu di rumah. 

Kami hanya 'jagongan' saja. Anak-anak ditemani Arga, di teras depan. Kami para orang tua ngobrol di gazebo. Sebenarnya kami mau mengajak makan pagi mas Rukin dan anak-anak, dengan menu kupat dan opor ayam. Ternyata menunya sama dengan menu di rumah mas Rukin. Yunie masak opor ayam juga. Meski bukan kupat, tapi lontong, sama saja, beda bungkus. 

Setelah tamu sepi, dan nampaknya siang ini tak akan banyak tamu, karena--seperti pada umumnya di perumahan--para penghuninya banyak yang langsung mudik setelah 'unjung-unjung', kami pun berkemas. Bersiap kembali ke Karah. 

Sore nanti dijadwalkan sowan-sowan ke tetangga-tetangga di Karah. Besok pagi mudik ke Tuban. Sowan ibu dan saudara-saudara di sana. Pakdhe budhe paklik bulik mas mbak adik dan ponakan-ponakan. 'Segepok' uang baru dan berkotak-kotak kue sudah kami siapkan. Tidak hanya untuk keluarga, tapi juga untuk teman-teman dan para sahabat. 

Saatnya berbagi, saatnya bermaaf-maafan, saatnya berlebaran.....

Surabaya, 8 Agustus 2013

Wassalam,
LN

Rabu, 07 Agustus 2013

Menggapai Ridho Allah

Ini sebuah acara di TVOne. Secara kebetulan saja saya, yang memang tidak terlalu hobi nonton TV, menemukannya pagi menjelang siang ini. 

Ceritanya, saya sedang mengisi 'slontongan' kupat-kupat dengan beras yang sudah saya 'pususi'. Tugas dari ibu, saya musti bikin kupat untuk menu buka puasa bersama sore nanti, dan juga untuk makan pagi setelah salat idul fitri besok. Dari pada hanya ngisikan beras, saya menghidupkan televisi. Duduk manis dengan tampah penuh slontongan kupat dan seember beras yang sudah bersih. Sambil menonton TV.

Dengan host K.H Syuhada Bahri, Ketua Umum Dewan Da'wah Islam Indonesia, acara ini begitu menarik perhatian saya. Misi Dewan Dakwah adalah melahirkan 1000 orang da'i yang mempunyai kompetensi mendidik umat si semua lapisan, di semua kalangan. 

Program bagus ini sedang menayangkan kisah perjalanan para da'i di berbagai pelosok Indonesia. Saat ini, yang sedang ditampilkan adalah perjuangan Ustad Buyah Hasan Pasaribu di Pulau Sikakap, Kepulauan Mentawai. Beliau yang mualaf itu berjuang ke titik-titik yang tidak mudah dijangkau. Kendaraannya adalah perahu, dan tentu saja dilanjutkan dengan jalan kaki menembus hutan dan semak belukar. Meski sudah tidak muda lagi, semangatnya begitu mengagumkan, sampai membuat saya mbrebes mili karena terharu.

Perjuangannya yang terberat adalah ketika harus mengajarkan Islam untuk menggantikan keyakinan masyarakat yang masih percaya pada kekuatan kayu-kayu besar, pada mistik-mistik, dukun-dukun, juga kepada arwah nenek moyang. Demi mengajarkan Islam itu, beliau sampai pernah diusi-usir oleh penduduk setempat.

Tapi beliau tak pernah menyerah. Tetap dengan sepenuh hati, perjuangannya tak pernah putus. Ternyata tak sia-sia. Beliau banyak mendapatkan pengikut dari masyarakat yang semula memusuhi beliau itu.

Saya jadi ingat perjuangan anak-anak SM-3T. Di awal-awal kehadiran mereka di Sumba Timur dua tahun yang lalu, penolakan sebagian masyarakat begitu kuat. Sampai memunculkan banyak friksi dan konflik. Sampai harus digelar peradilan adat segala untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan guru-guru pengabdi itu. 

Semua itu dikarenakan tajamnya jurang perbedaan agama dan budaya. Sempat mereka dituduh sebagai guru-guru yang sengaja dikirim untuk menyebarkan agama. Sempat juga dianggap telah melanggar hukum adat karena melakukan sesuatu yang menyulut persoalan dalam kehidupan masyarakat setempat.

Syukurlah, berkat kesabaran dan kesungguhan mereka, masyarakat akhirnya tahu apa tujuan kehadiran mereka di Tanah Marapu itu (Marapu adalah nama 'agama' masyarakat tradisional Sumba). Sampai akhirnya, setelah setahun itu, tangan masyarakat Sumba Timur terbuka lebar untuk menerima peserta angkatan berikutnya. Berkat perjuangan para peserta angkatan pertama yang telah berhasil 'membuka jalan'. 

Perubahan memang membutuhkan waktu. Kadang cepat, kadang lambat. Namun perjuangan, sekecil apa pun, asal dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan hanya demi menggapai ridho-Nya, insyaallah akan selalu membuahkan hasil.

Selamat menyambut buka puasa yang insyaallah terakhir pada Ramadhan ini. Selamat merayakan idul fitri, mohon maaf lahir dan batin. Semoga semua ibadah kita selama di bulan Ramadhan diterima Allah SWT, dan kita semua dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan. Amin YRA. 


Otw Tanggulangin, 7 Agustus 2013. 17.10 WIB.

Wassalam,
LN

Selasa, 06 Agustus 2013

TERKENANG PULAU SALURA

Senja hari di Salura
Matahari berpamit dari balik bukit
Bersama gumpalan mega berarak

Riuh rendah ceria anak pantai
Bersahut dengan debur ombak
Menyongsong malam
Menanti ribuan kunang-kunang dari perahu nelayan

Akankah ditemukan
Serombongan cumi yang sedang berpesta
Berkeliling berlomba berebut cahaya
Siap terjebak dalam perangkap dan jala
Mewujudkan harapan para pengelana

Senja hari di Salura
Akankah kembali kupetik keindahannya......

Tanggulangin, 4 Agustus 2013. 13.05 WIB

Saat si Iyah Mudik

Lebaran tinggal dua hari lagi. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, saat ini kami masih tenang-tenang saja. Tidak larut dalam hiruk-pikuknya mudik. Ya, karena lebaran ini, kami cukup mudik ke Tanggulangin saja, di rumah bapak ibu. Baru pada lebaran hari kedua nanti, kami mudik ke Tuban. 

Biasanya, setiap lebaran tiba, kami mudik ke Ponorogo dan Tuban. Seringkali, hampir tiap tahun, kami melakukan safari. Kalau lebaran pertama di Tuban, maka safarinya ke Pamotan, Rembang, Solo, Boyolali, Sragen, baru Ponorogo. Kalau lebaran pertama di Ponorogo, maka rutenya meliputi Sragen, Solo, Boyolali, Rembang, Pamotan, baru Tuban. Ya, sowan pakde paklik dan saudara-saudara, selain ke bapak ibu. Namun sejak bapak ibu Ponorogo kami boyong ke Tanggulangin, urusan mudik juga kami sederhanakan.

Dini hari tadi, sekitar pukul 02.00, Iyah sekeluarga mudik. Bersepeda motor. Bersama saudara-saudaranya yang lain. Ya, konvoi. Padahal tujuan mudik mereka lumayan jauh, Magetan. Itu pun bukan di kotanya, tapi masih jauuuhh dari kota. 

Meski pun ada cukup banyak tawaran mudik gratis, Iyah sekeluarga dan saudara-saudaranya tetap memilih bersepeda motor. Alasannya, karena tidak tahan naik bus, selalu mabuk. Kalau sudah mabuk, pasti 'ngglele', nggak kuat mengangkat kepala dan membuka mata, dan kondisi 'mabuk kepayang' itu nggak kunjung hilang meski sudah sampai rumah. Bahkan kadang perlu pemulihan sehari dua hari untuk mengembalikan stamina.

Beda kalau naik sepeda motor. Meski 'kanginan' sepanjang perjalanan, tapi tidak pernah mengalami mabuk. Mau istirahat kapan pun dan di mana pun bebas. Kalau pun badan pegal-pegal dan kaku-kaku sesampai di rumah, itu akan segera hilang hanya dengan istirahat sebentar atau tidur beberapa jam. Setelah itu sudah segar lagi. Berbahagia bersama keluarga.

Iyah (nama lengkapnya Warsiyah), adalah pembantu rumah tangga (PRT) kami yang sudah belasan tahun bersama kami. Sejak dia lulus SMP.  Aslinya Ponorogo. Saat itu, Arga, anak semata wayang kami, baru masuk TK nol kecil. Iyah yang masih imut bertugas menjaga Arga saat kami bekerja. Dia rajin dan dapat dipercaya. 

Sambil momong, dia kami sekolahkan di Madrasah Aliyah. Meski nyaris tidak pernah mengikuti pelajaran secara reguler, dia lulus dengan baik. Dia bersekolah di Madrasah Aliyah Alhidayah, di Tuban. Sebenarnya ini sekolah 'keluarga' kami. Kepala sekolahnya adik ragil saya. Kepala yayasannya ibu saya. Nah, mungkin karena sekolah keluarga, maka aroma nepotisme sangat kental dalam menyekolahkan Iyah. Adik saya mengirimkan buku-buku yang harus Iyah pelajari. Soal ujian juga dikirimkannya. Ketika mendekati Unas, Iyah melakukan tryout jarak jauh. Begitu waktu Unas, baru Iyah ke Tuban, berangkat ke sekolah bersama teman-temannya, layaknya siswa-siswa reguler yang lain, menempuh Unas, dan lulus. Lulus murni. Tidak pakai contekan lho. Dasarnya memang dia anak cerdas, dan nasib baik sedang berpihak padanya.

Iyah juga kami kursuskan menjahit. Supaya dia punya bekal untuk menjalani hidupnya di masa depan. Saya tekankan pada dia, perempuan harus bekerja, punya pegangan, meski tidak harus meninggalkan rumah. Menjadi penjahit membuat dia nanti bisa memiliki usaha sendiri, tidak selalu menggantungkan pada suami, dan bahkan bisa membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga. Tidak selamanya Iyah harus menjadi pembantu rumah tangga, namun kelak, dia harus mandiri dan bahkan punya usaha sendiri.

Setelah sembilan tahun bersama kami, Iyah menemukan tambatan hati. Seorang jejaka, kakak temannya sesama PRT. Anaknya sopan, bertanggung jawab, dan kami  melepasnya setelah melihat kesungguhan Slamet, nama jejaka itu. 

Maka Iyah pun menikah. Saya meminta dia untuk tidak bekerja pada kami lagi. Saya katakan ke dia, "mosok awakmu arep melu bapak ibu terus...". Dia harus belajar mandiri, dengan bekal keterampilan menjahitnya. Slamet sendiri bekerja sebagai pembantu tukang, yang penghasilannya tidak menentu. 
Mereka berdua tinggal di kamar kontrakan, tidak terlalu jauh dari rumah kami. Sementara saya sudah memiliki PRT lagi, lulusan Madrasah Aliyah Alhidayah juga. Ya, mantan muridnya adik saya. Nepotisme lagi.

Namun begitu, kami tidak lantas melepaskan Iyah begitu saja. Ketika Iyah hamil, kami membelikannya susu khusus untuk ibu hamil dan makanan-makanan untuk menjaga kondisinya. Bagaimana pun dia sudah seperti anggota keluarga kami sendiri. Sembilan tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah kebersamaan. Apa lagi sejauh itu, Iyah seperti 'tiang penyangga' kami. Memastikan anak kami aman dalam asuhannya, masih sempat dia mencuci, menyeterika, bahkan memasak. 

Iyah pada awalnya sama sekali tidak bisa memasak, mencuci dan menyeterika. Semua kami ajarkan dari nol. Namun anak manis itu 'gathekan'. Cepat pintar dan mau belajar. Seringkali malah dia yang berinisiatif untuk memasak dengan menu yang dia pelajari dari buku-buku masakan saya. Benar-benar meringankan urusan dalam negeri kami.

Setelah anaknya berusia sekitar empat tahun, Iyah minta bekerja lagi ke saya. Menjahit tidak terlalu bisa diandalkan, mengingat saat ini baju jadi tersedia di mana-mana dengan mudah, dan murah.

Begitulah. Kebetulan saya juga sedang tidak punya pembantu, maka kehadiran Iyah pun kami terima dengan suka cita. Dia datang ke rumah setiap pagi, setelah mengantarkan anaknya sekolah. Mencuci dan menyeterika, serta bersih-bersih rumah. Kalau memungkinkan, sekalian memasak. Di antara waktu-waktu itu, dia akan menjemput Nia, anak perempuannya. Lantas pulang ke tempat kontrakannya, setelah makan siang, dan seringkali, sekalian membawa lauk-pauk untuk suaminya, supaya dia tidak perlu memasak lagi di rumah.

Sekitar dua tahun ini, sejak kami pindah ke rumah baru kami yang letaknya hanya di seberang jalan saja dengan rumah lama, Iyah sekeluarga kami minta untuk tinggal di rumah lama kami. Tidak perlu bayar, dan bahkan kami bayar. Tugas dia seperti biasanya, hanya tambah menjaga rumah. 

Rumah itu, nyaris tidak ada yang kami pindahkan isinya, kecuali meja kursi kayu besar. Selebihnya, kulkas, TV, dispenser, bahkan ricebox dan lain-lain, kami biarkan, dan Iyah sekeluarga bisa memanfaatkannya. Untuk Iyah, kami siapkan dua kamar di atas, satu kamar cukup luas, satu kamar lagi adalah kamar yang hanya pas untuk satu single bed kecil dan satu lemari pakaian. Kamar tamu dan kamar utama, serta kamar kerja kami, cukup dia bersihkan setiap hari. Namun begitu ada keluarga dia datang, paklik pakde simbok adik dan lain-lain, semua kamar boleh dipakai, bahkan juga kamar utama. Ya, bagaimana pun saudara-saudara Iyah adalah tamu-tamu kami. Dan memberi kenyamana pada tamu adalah wajib hukumnya.

Begitu juga bila saudara-saudara kami yang datang. Maka semua kamar akan penuh, dan Iyah sekeluarga akan melayani mereka dengan baik dan menyenangkan. Di mata sauadar-saudara kami, Iyah sekeluarga juga sudah bukan orang lain. Sudah menjadi kerabat kami juga.

Sejak menempati rumah kami, Slamet, suami Iyah, bekerja di PT. Jacobs, perusahaan tempat mas Ayik bekerja. Sekali lagi, aroma nepotisme juga sangat kuat. Dengan posisi mas Ayik yang mantan kabag personalia dan saat ini memegang 'general affair', memasukkan Slamet tidaklah sulit. Mulus saja. Apa lagi Slamet tipe pekerja yang rajin dan tekun. Dengan begitu Slamet memiliki gaji yang pasti tiap bulan, tidak seperti saat dia bekerja di bangunan.

Saat ini, Iyah sekeluarga sudah punya sepeda motor sendiri, sudah bisa bikin sumur di rumahnya di Ponorogo, sudah bisa sedikit 'dandan-dandan' rumah yang ditempati simbok dan adiknya di Ponorogo. Nia, anak perempuannya, sudah kelas 1 SD, kebetulan seperti ibunya, rajin dan cerdas. Anak itu punya baju-baju yang layak, tas dan sepatu yang tidak hanya satu-satunya, sepeda mungil, dan juga bisa sesekali 'jajan' bakso dan nasi bebek. Kehidupan mereka sedikit demi sedikit membaik.

Iyah memulai paginya dengan mengantarkan Nia ke sekolah. Setelah itu baru mengurus rumah kami. Setiap pagi, saya sendiri yang menyiapkan makan pagi untuk keluarga, membersihkan rumah, membersihkan dapur, dan menyiapkan bekal suami. Kecuali kalau saya sangat 'kepepet', saya baru memanggil Iyah. 

Setelah mengantar anaknya ke sekolah, Iyah memulai aktivitasnya mencuci, menyeterika, memasak, dan bersih-bersih di rumah kami. Saya memiliki standar yang cukup tinggi dalam urusan bersih-bersih, dan Iyah tahu itu. Meninggalkan rumah dalam keadaan kotor akan membuat saat-saat saya di tempat kerja dipenuhi dengan keruwetan. Pulang kerja bila disuguhi rumah tidak rapi, akan membuat kelelahan saya menjadi bertumpuk-tumpuk. Iyah tahu, sejak dulu, saya nyaris tidak pernah membiarkan satu sendok kotor pun menjelang tidur. Dengan begitu ketika bangun pagi, hati dan pikiran cerah, dan siap melakukan aktivitas dengan penuh semangat; bukannya memberesi perkakas kotor sisa makan malam.

Sore hari, ketika kami pulang kerja, Iyah sudah menyiapkan teh manis dan makan malam. Tapi dia jarang sekali ke rumah setelah sore itu, kecuali kami perlukan. Saya sendiri yang akan membereskan semuanya, meja makan dan dapur. Sudah saatnya Iyah berkumpul bersama keluarganya, mendampingi anaknya belajar, dan menemani suaminya. Dia sendiri punya 'negara', dan urusan dalam negerinya juga musti beres.

Saya sangat menikmati, kalau tidak boleh dikatakan hobi, bersih-bersih rumah. Mencuci piring dan gelas-gelas, membersihkan meja makan, dapur, dan seluruh rumah, merupakan ritual setiap malam yang nyaris tak pernah saya tinggalkan (tentu saja kalau saya sedang di rumah). Ada kepuasan yang tak ternilai ketika melihat setiap sudut bersih dan rapi. 

Dalam kondisi rumah belum beres, saya sering tidak bisa mulai bekerja, misalnya koreksi atau membaca tesis mahasiswa. Maka tidur sampai larut malam akhirnya menjadi kebiasaan saya. Saya merasa bisa bekerja lebih optimal ketika semua sudah tidur. Saya akan memutar lagu-lagu atau mendengarkan ayat-ayat suci Al Quran untuk menemani saya bekerja. 

Selama Ramadhan ini pun, kebiasaan saya nyaris tidak berubah, aktivitas Iyah juga nyaris tidak berubah. Bedanya, saya selalu meminta dia untuk tidak usah memasak. Apa yang saya atau dia masak untuk menu berbuka, itu jugalah yang menjadi menu dia. Dengan begitu dia tidak perlu bekerja dua kali. Dan, yang lebih penting, dia tidak perlu belanja. Cukup masak saja, dan menu buka puasa serta sahurnya beres.

Maka ketika Iyah pulang mudik, sebenarnya kami tidak terlalu terganggu dengan ketidak hadirannya. Saya lumayan hobi memasak, hobi bersih-bersih, dan hobi mencuci baju. Yang saya sangat tidak hobi adalah....seterika. Ya, dari dulu, pekerjaan satu ini begitu tidak menarik bagi saya. Menjemukan bin membosankan. Bikin ngantuk, bikin bete.

Tapi karena Iyah tidak ada, ya, apa boleh buat. Maka pagi tadi, adalah saat saya kembali memegang seterika. Seprei-seprei, baju-baju, serbet-serbet, semua saya gosok dengan seterika, sementara mesin cuci sedang memutar pakaian kotor. Karena saya tidak suka kalau melihat 'umbrukan', maka saya paling tidak suka menumpuk 'seterikaan' (maksudnya baju-baju yang belum diseterika). Ya begitulah, konsekuensi dari sebuah pilihan....

Urusan masak pun, tanpa Iyah, juga tidak terlalu bermasalah. Di kulkas kami selalu tersedia logistik yang alhamdulilah lebih dari cukup. Bahkan untuk seminggu ke depan pun, insyaallah aman sentausa. Kalau malas masak pun, Arga dengan senang hati akan melesat keluar rumah, membeli ini itu untuk berbuka.

Seperti sore ini tadi. Arga yang pingin makan nasi padang, pergi menjelang senja, dan pulang dengan tiga bungkus nasi padang, lengkap dengan lauk-pauk kesukaan kami masing-masing. Sementara saya tetap menyiapkan nasi putih, pepes udang, dan kue-kue untuk kudapan. Tentu saja, tiga gelas teh manis dan kurma. Dan berbukalah kami dengan sukses, bahagia lahir dan batin.

Namun tanpa Iyah sekeluarga, seperti ada yang kurang. Jamaah tarawih tidak lagi berdampingan dengan Nia yang centil yang selalu 'ngelendot' di pangkuan ibunya bila kecapekan. Sore hari, tidak ada yang menyapa saya, 'sayah, bu?' Atau ' pijet, bu?'. Dan, ini yang terpenting dan paling membuat betapa penting kehadiran Iyah.... Seterikaan itu......hiks...

Surabaya, 6 Agustus 2013. 24.10 WIB.

Wassalam,
LN

Rabu, 31 Juli 2013

Menulis Bagi Saya (3)

Sayang sekali saya tidak terlalu tertib mengumpulkan tulisan-tulisan saya. Sebenarnya sudah pernah saya kumpulkan tulisan-tulisan itu, saya masukkan ke dalam kotak-kotak karton khusus, tapi terus ke mana karton-karton itu, saya tidak berhasil melacaknya. Maklum, ketika SMA, saya sempat dua kali pindah tempat kos, begitu juga ketika mahasiswa. Saya khawatir jangan-jangan karton-karton itu 'katut dirombeng'. Hehe.

Andaikata waktu itu saya sudah punya komputer atau laptop (boro-boro.....), mungkin tulisan-tulisan itu bisa saya dokumentasikan dengan baik. Tapi jangankan komputer. Mesin tik manual saja musti 'memaksa' minta dibelikan ke bapak ibu. Kertas juga pakai kertas buram, itu pun harus menghabiskan berbotol-botol tipp-ex. Haha...geli juga kalau mengingat masa-masa itu....

Saya pernah bercita-cita jadi wartawan. Ketika saya kuliah di Prodi Tata Boga, saya merasa telah salah masuk program, dan saya terlalu banyak kelebihan energi. Maka saya mulai mencari informasi ke AWS (Akademi Wartawan Surabaya), siapa tahu saya bisa 'nyambi' kuliah di sana. Ya, ternyata bisa. Untuk waktu dan energinya. Tapi untuk duitnya....tunggu dulu. Kuliah di prodi Tata Boga saja rasanya sudah sangat berat. Kalau hanya membayar kos dan uang makan saja tidak terlalu repot. Tapi biaya praktek, job training, gelar-gelar, PPL, dan juga.....untuk kegiatan di Himapala dan lain-lain. Wah, saya tidak tega untuk meminta lagi pada bapak ibu agar menambah jatah bulanan saya dengan mengambil kuliah di AWS. Dua kakak laki-laki saya masih kuliah juga. Membiayai tiga anak kuliah dan tiga anak sekolah, tentu bukanlah beban yang ringan. Bapak 'hanya' seorang guru di M.Ts.N, dan ibu 'hanya' guru honorer, yang 'nyambi-nyambi' jualan krupuk, kacang, dan emping.

Maka saya berusaha melupakan AWS. Saya menghibur diri dengan terus menulis dan berpetualang. Saya sangat menyukai aktivitas outdoor, dan Himapala menjadi pilihan saya untuk menyalurkan kelebihan energi saya. Di situlah saya banyak kenal dengan orang-orang yang akhirnya memberi warna dalam hidup saya, dan terus menjadi sahabat saya sampai detik ini. Pratiwi Rednaningdyah dan Rukin Firda adalah dua di antaranya. Bahkan saya menemukan pendamping hidup saya. Ya, Baskoro Adjie. Mas Ayik. Senior yang dua tahun di atas saya itu saya 'temukan' di 'belantara' Himapala dan di Senat Fakultas. Peribahasa 'tresno jalaran soko ngglibet' itu benar-benar terjadi dalam hidup saya. He he....

Jalan untuk menjadi wartawan sebenarnya sempat terbuka. Menjelang lulus D3 Tata Boga dengan predikat mahasiswa pemuncak (karena IP tertinggi), saya didekati oleh salah seorang wartawan Surya. Harian Surya waktu itu belum lama terbit, dan saya diminta untuk menjadi kontributor tetap di kolom boga yang terbit setiap hari Minggu. Wah, senang sekali saya. Saya sudah sempat beberapa kali keluar-masuk markas Surya untuk setor naskah dan ambil honor. Namun ternyata....panggilan jadi dosen itu lebih kuat menarik saya. Saat itu saya diminta untuk menjadi koasisten di beberapa mata kuliah, yang kebanyakan adalah mata kuliah praktek, antara lain Patiserie, Dasar Boga, dan Hidangan Oriental. Sibuknya bukan main, saya sampai seperti kekurangan waktu. Maka dengan sangat berat hati, Surya saya lepaskan. Hidup memang harus memilih. 

Nah, sekarang kembali ke soal menulis. 

Belum terlalu lama, mungkin sekitar pertengahan 2010, saya bergabung di mailing list (milis) keluarga unesa. Di situlah saya mengenal orang-orang hebat yang kemudian menjadi rabuk yang menyuburkan kembali kegemaran saya menulis. Benar-benar sebuah berkah. 

Betapa tidak. Mereka, Sirikit Syah, Eko Prasetyo, Satria Darma, Habe Arifin, hanyalah beberapa nama yang begitu mampu menggelorakan semangat saya untuk kembali menulis. Menulis sesuatu yang sudah sangat lama tidak saya lakukan. Menulis cerpen, puisi, dan laporan perjalanan atau kegiatan dalam bentuk feature. Bukan sekedar menulis proposal dan artikel ilmiah seperti yang telah bertahun-tahun belakangan ini musti saya geluti. Juga Achmad Wahju, M. Ihsan, M. Khoiri, Suhartoko, Abdur Rohman, Fafi Inayatillah, Rukin Firda dan Pratiwi Rednaningdyah. Bahkan nama-nama yang 'katanya' pendatang baru dalam urusan menulis pun, Hariyani Fatawi, Lies Amin, Ida Tisrina, Samsul Hadi, Azis Hakim, begitu berarti menjaga stamina saya dalam menulis. 

Saya bersyukur 'kecemplung' dalam kubangan lumpur milis keluarga Unesa ini. Saya seperti tanaman yang sudah bertahun-tahun dirundung kegersangan dan nyaris mati kekeringan, ketika itu, tiba-tiba seperti ditegakkan lagi. Disiram dengan air hujan yang terus-menerus sepanjang tahun, dan dirabuk. Saya serasa lahir kembali.

Gara-gara berteman dengan keluarga unesa inilah saya akhirnya dapat bergabung sebagai penulis dalam antologi cerpen 'Ndoro, Saya Ingin Bicara, serta 'Hope and Dream'. Saya juga akhirnya memiliki website yang 'kopen' karena jasa baik M. Ihsan dan Abdur Rohman, yang dari sana kemudian muncul buku 'Jejak-Jejak Penuh Kesan'. Saya juga beberapa kali diminta untuk memberikan endorsement pada buku-buku yang ditulis dan digawangi oleh Eko Prasetyo dan M. Basir. Ya, memberikan endorsement. Selevel saya, diminta untuk memberi endorsement. Begitu hebatnya teman-teman itu memberikan apresiasi pada 'kepakaran' saya.

Kalau selama ini saya sudah biasa menjadi penyunting jurnal dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya, maka saya mulai memberanikan diri menjadi penyunting buku-buku yang ditulis dalam bentuk feature, seperti 'Jangan Tinggalkan Kami' dan 'Setahun Hatiku untuk Sumba'. Saya telah menghasilkan beberapa buku sebelum bertemu dengan keluarga Unesa, namun pertemanan dengan mereka membuat saya berpikir untuk tidak hanya menulis buku ajar dan referensi, tapi juga buku-buku jenis lain. Maka dalam berbagai tugas saya, khususnya sebagai koordinator Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T), dan juga Direktur Program Pendidikan Profesi Guru (PPPG), serta tugas-tugas yang lain, selain tulisan-tulisan dalam bentuk artikel 'standar' yang saya hasilkan, saya juga menuliskan hampir semua kisah perjalanan dan pengalaman saya. Menulis dan berpetualang, membuat hidup saya menjadi lebih hidup (Iklan A Mild kali.....hehe).

Apa yang sudah saya lakukan dalam urusan tulis-menulis, tentu saja bukan merupakan pencapaian yang hebat. Saya tidak termasuk orang yang dengan senang hati mengorbankan rasa kantuk hanya supaya menghasilkan sebuah tulisan. Tugas-tugas utama saya sebagai dosen dan tugas tambahan yang lain, bagaimana pun harus saya prioritaskan. Menulis hanyalah selingan yang menyenangkan. Tidak ada yang menuntut saya harus menulis kecuali diri saya sendiri. Kalau saya merasa lelah dan ingin tidur karena energi sudah tersita untuk tugas-tugas yang lain, maka saya pun tidur. Menulis? Nanti-nanti saja...

Begitulah. Saat ini, sebuah buku 'Khasanah Kuliner Tradisional Jawa Timur' sudah siap terbit. Sebuah buku lagi, rencananya berjudul 'Berbagi di Ujung Negeri', sedang dihimpun oleh Abdur Rohman, dan Rukin Firda siap menyuntingnya. Ada banyak sahabat di kanan-kiri saya yang membuat saya merasa kuat untuk terus menulis. Bersama M. Khoiri dkk, saat ini kami sedang mempersiapkan buku 'Unesa Menuju Era Indonesia Seabad Bermartabat' (pada mulanya bertema 'Unesa Menuju Era Indonesia Emas'). Buku ini, rencananya, akan menandai lahirnya 'Pusat' Literasi Unesa. Istilah 'Pusat' (dalam tanda petik), karena nama ini masih dibahas dalam rapim, dan musti disesuaikan dengan 'aturan main' berdirinya pusat di bawah payung universitas.

Apa pun, embrio Pusat Literasi Unesa itu sudah ada. Apa pun namanya nanti, itu hanya wadah. Tentu saja, wadah tetaplah penting. Tapi apalah artinya wadah, kalau isinya tidak ada?

Maka teruslah menulis, dan mari kita ucapkan: selamat datang 'Pusat' Literasi Unesa.

Tanggulangin, Akhir Agustus, 2013. 19.00 WIB.
(Bukber bersama keluarga)

Wassalam,
LN

Profil Diri Luthfiyah Nurlaela

Nama saya Luthfiyah Nurlaela, dilahirkan di Tuban, Jawa Timur, pada tanggal 18 Oktober 1967, adalah anak keempat dari enam bersaudara, pasangan suami istri Bapak Zawawi Chusain (alm.) dan Ibu Hj. Basjiroh. Pada tahun 1990, Luthfiyah Nurlaela menikah dengan Drs. H. Achmad Baskoro Adjie, seorang karyawan swasta.

Dikaruniai seorang anak laki-laki bernama M. Barok Argashabri Adji, lahir pada 2 Mei 1992, dan saat ini sedang menempuh kuliah Program Studi S1 Pendidikan Sendratasik, Universitas Negeri Surabaya.

Sekolah Dasar ditempuh di SDN Jenggolo Jenu Tuban dan diselesaikan pada 1979. Pendidikan menengah pertama ditempuh di SMP Filial (sekarang SMP 3) Tuban, lulus pada 1982. Pendidikan menengah atas ditempuh di SMAN 2 Tuban, diselesaikan pada 1985. Program diploma 3 Pendidikan Tata Boga ditempuh di IKIP Surabaya pada 1985, lulus pada 1988, dan mendapatkan kesempatan melanjutkan (transfer) ke program S1 Pendidikan Tata Boga tanpa tes, lulus pada 1990. Selama menjadi mahasiswa, aktif di beberapa unit kegiatan mahasiswa (Himapala, Senat Fakultas, Pers GEMA); serta menulis sekitar 15 cerita fiksi dan beberapa puisi serta liputan perjalanan (feature) untuk majalah remaja nasional.

Pada 1991 diangkat sebagai Calon Pengawai Negeri Sipil (CPNS) dan ditugaskan di almamaternya, yaitu pada jurusan PKK, FPTK IKIP Surabaya. Pada tahun yang sama berkesempatan mengikuti program S2 Pendidikan Teknologi Kejuruan IKIP Yogyakarta, dengan beasiswa bantuan studi dari IKIP Surabaya, lulus 1995. Selanjutnya pada 2003, berkesempatan mengikuti program Doktor Teknologi Pembelajaran di Universitas Negeri Malang dengan beasiswa BPPS, dan diselesaikan 2007. Pada 7 Januari 2010, dikukuhkan sebagai Guru Besar Unesa ke-43 dalam Bidang Pendidikan Ilmu Kesejateraan Keluarga (Home Economics Education). Saat ini dipercaya sebagai Direktur Program PPG Unesa dan Koordinator SM-3T Unesa. Memiliki hobi membaca, menulis, travelling, wisata kuliner, dan bersepeda.

Buku-bukunya yang telah diterbitkan adalah: Khasanah Kuliner Tradisional Jawa Timur, Catatan Perjalanan, Jejak-jejak Penuh Kesan (2012, PT Revka Petra Media) Model pembelajaran, Gaya Belajar, Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar (2010, Unesa University Press); Model Pembelajaran Tematik dan Ketahanan Pangan Nasional (2011, CV Putra Karya); Rekonstruksi Pendidikan (2011, Unesa University Press, Buku Antologi); Bunga Rampai Pendidikan Karakter (2011, Unesa University Press, Antologi Artikel); Ndoro, Saya Ingin Bicara (2011, IKA Unesa Publishing, Antologi Cerpen); Sanitasi dan Higiene Makanan (2011, Unesa University Press). Saat ini sedang mempersiapkan buku Khasanah Kuliner Tradisional Jawa Tengah dan Ilmu Kesejateraan Keluarga.

BIODATA

  1. Identitas Diri
1
Nama Lengkap (dengan gelar)
Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M. Pd (P)
2
Jabatan Fungsional
Guru Besar
3
Jabatan Struktural
Kaprodi S2 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK) PPs Unesa
4
NIP/NIK/Identitas lainnya
19661018 1992 03 2 003
5
NIDN
0018106603
6
Tempat dan Tanggal Lahir
Tuban, 18 Oktober 1966
7
Alamat Rumah
Jalan Bibis Karah Sawah 20 Surabaya
8
Nomor Telepon/Faks/ HP
031-8287083/08123122413
9
Alamat Kantor
Jurusan PKK FT Unesa, Kampus Ketintang, jalan Ketintang Surabaya
10
Nomor Telepon/Faks
031-8274400
11
Alamat e-mail
luthfiyahn@yahoo.com
12
Lulusan yang Telah Dihasilkan
S-1= orang; S-2= Orang; S-3= Orang
13
Mata Kuliah yg Diampu

1. Teori Belajar
2. Strategi Pembelajaran PTK
3. Ilmu Kesejahteraan Keluarga
4. Sanitasi dan Higiene
5. Disain Instruksional
6. Teori dan Model Pembelajaran

  1. Riwayat Pendidikan


S-1
S-2
S-3
Nama Perguruan Tinggi
IKIP Surabaya
IKIP Yogyakarta
Universitas Negeri Malang
Bidang Ilmu
Pend. Tata Boga
Pend. Teknologi & Kejuruan
Teknologi Pembelajaran
Tahun Masuk-Lulus
1985-1990
1991-1995
2003-2007
JudulSkripsi/Thesis/Disertasi
Pengaruh Prestasi Belajar Mata Kuliah Prasyarat PPL terhadap Kemampuan Praktek Mengajar Mahasiswa Tata Boga PKK FPTK IKIP Surabaya
Kajian Struktur dan Organisasi Mata Kuliah Pengelolaan Usaha Boga Menuju Fleksibilitas Lulusan Tata Boga IKIP Surabaya
Pengaruh Model Pembelajaran (Tematik dan Konvensional), Gaya Belajar dan Kemampuan Membaca terhadap Hasil Belajar pada Siswa SD
(Ket: Makanan sebagai salah satu tema yang dikembangkan)
Nama Pembimbing/Promotor
Drs. Walidjo.
Dra. Sri Krisnijati
1. Dr. Wuryadi, MS
2. Prof. Dr. Sutari Imam Barnadib
1. Prof. Dr. I Nyoman S. Degeng, M.Pd.
2. Prof. Dr. I Wayan Ardhana.
3. Prof. Dr. Salladien

  1. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

NO.
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber
Jml (Juta Rp)
1.
2006
Pengembangan Perangkat Pembelajaran tematik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di  kelas rendah SD
Hibah Bersaing, Dikti
40.000.000
2.
2007
Pengembangan Perangkat Pembelajaran tematik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di  kelas rendah SD (lanjutan)
Hibah Bersaing, Dikti
40.000.000
3.
2007
Pemetaan SMK dalam Rangka Mendukung Rintisan SMK Unggulan Berbasis Keunggulan Lokal di Kabupaten Kutai Timur
Diknas Kabupaten Kutai Timur
150.000.000
4.
2008
Pemetaan dan Dokumentasi Makanan Tradisional Jawa Timur
Dikti, Penelitian Fundamental, Dikti
27.000.000
5
2009
Pengembangan Perilaku Menyukai Pangan Lokal Melalui Penerapan Model Pembelajaran Tematik Pada Siswa Kelas 1 Sd Dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional
Penelitian Strattegis Nasional
70.000.000
6
2009
Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio pada SMK Bidang Keahlian Pariwisata
Penelitian Strategis Nasional
60.000.000
7.
2009
Studi Pemetaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Maluku
Hibah Kompetitif Penelitian sesuai Prioritas Nasional
100.000.000
8.
2009
Kajian Preferensi (Kesukaan) Pangan Anak Usia Prasekolah dan Sekolah Dasar di Kabupaten Sidoarjo
Penelitian Kerja Sama dengan Pemkot Sidoarjo
30.000.000
9.
2010
Kajian Konsumsi Pangan dan Kondisi Pangan Masyarakat Daerah Pesisir di Jawa Timur
Penelitian Kerja Sama dengan BKP Prov Jatim
25.000.000
10.
2011
Ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi Pangan Keluarga di Wilayah Rawan Pangan di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur

Dikti, Penelitian Fundamental, Dikti
27.000.000
11.
2011
Strategi Peningkatan Hubungan Kemitraan antara Komite Sekolah, Dunia Usaha/Dunia Industri dengan Sekolah Menengah Kejuruan
Penelitian Kerjasama dengan Direktorat Pendidikan Menengah
200.000.000
11.
2012
Telaah Kemanfaatan Bantuan Sosial Pemberdayaan Komite Sekolah dalam Upaya Peningkatan Kinerja Komite Sekolah
Penelitian Kerjasama dengan Direktorat Pendidikan Menengah
200.000.000
12.
2013
Implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi Berbasis Metakognisi pada Bidang Pendidikan Vokasi
Dikti, Hibah Pasca Sarjana
67.500.000,-
13.
2013
Penelitian dan pengembangan ketrampilan berfikir dan berperilaku berkarakter dalam rangka mewujudkan visi pembangunan nasional 2005-2045
Penelitian Unggulan PT
100.000.000,-
14.
2013
Penyusunan Potensi Pangan Lokal Kabupaten Sidoarjo
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab Sidoarjo
60.000.000,-

  1. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
NO.
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber
Jml (Juta Rp)
1.
2006
Pelatihan Teknologi Pangan Tepat Guna Penerima Modal Dana Bergulir: Teknologi Tepat Guna Pangan Olahan.
BKP Provinsi Jawa Timur
2.000.000,-
2.
2006
Pelatihan Keterampilan Pengolahan Ikan Yang Kurang Dimanfaatkan (IKD) Menjadi Produk Olahan Komersial Bagi Anggota Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Desa Batangbatang Daya Kecamatan Batangbatang Kabupaten Sumenep.
Penerapan Ipteks, Dikti
4.500.000,-
3.
2007
Implementasi dan Pengembangan Teknologi MP-ASI Berbahan Baku Pangan Lokal di Jawa Timur (Kabupaten Jombang)
BKP Provinsi Jawa Timur
50.000.000,-
4.
2007
Peningkatan Pengetahuan Sanitasi dan Higiene Makanan serta Pelatihan Keterampilan Pembuatan Kudapan pada Ibu-ibu PKK RW VII Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan
RKT SDP 2008
1.500.000,-
5.
2008
Implementasi dan Pengembangan Teknologi MP-ASI Berbahan Baku Pangan Lokal di Jawa Timur (Kabupaten Probolinggo)
BKP Provinsi Jawa Timur
50.000.000,-
6.
2008
Pelatihan Penerapan Model Pembelajaran Tematik Bagi Guru-Guru Kelas Awal SD di Kota Surabaya
RKT SDP 2008
7.500.000,-
7.
10-11 Juni 2008
Upaya Penganekaragaman Pangan Melalui Pendidikan
BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
8.
20 Nov 2008
Pembuatan Bakso
BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
9.
2009
Pelatihan Pembuatan Batadu dan Ragam Olahannya sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Pedagang Pengecer Ikan
DP2M Dikti
Ipteks
1.000.000,-
10.
2009
Pengembangan Teknologi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), Ibu Hamil (BUMIL) dan Ibu Meneteki (BUTEKI) di Kabupaten Probolinggo (Workshop)
Kerjasama FT dan BKP Provinsi Jatim
1.000.000,-
11.
2009
Pembelajaran Generatif dan Integratif. Disampaikan pada Lokakarya Nasional Mengembangkan Pembelajaran Generatif dan Integratif dalam Kelas. (Workshop)

PTM-FT Unesa
1.000.000,-
12.
28 Mei 2009
Pemanfaatan Pekarangan. Disampaikan pada Sosialisasi Ketahanan Pangan (Workshop)
Pemkab Jombang
1.000.000,-
13.
2009
Pengembangan Pangan Lokal sebagai Upaya Percepatan Diversifikasi Pangan. Disampaikan pada Sosialisasi Diversifikasi Pangan dan Gizi (Workshop)
Pemkab Sidoarjo
1.000.000,-
14.
18 Juni 2009
Prinsip Dasar Teknologi Pengolahan Makanan Yang Aman. Disampaikan pada Pertemuan Gerakan Peningkatan Sadar Pangan Bermutu dan Aman Tingkat Bakarwil II Bojonegoro (Workshop)
BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
15.
18 Feb
2010
Bahan Tambahan Pangan (Food Additives)
BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
16.
Maret 2010
Teknologi Pengolahan Pangan Lokal dan Keamanan Pangan

BKP Kab Pamekasan
1.000.000,-
17.
27-28 April 2010
Peningkatan Peran Keluarga dan Masyarakat Dalam Percepatan  Penganekaragaman Pangan dan Konsumsi Pangan

BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
18.
20 Mei 2010
Sosialisasi Keamanan Pangan melalui Pendidikan

BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
19.
27 Mei 2010
Pengaruh Pengolahan Pangan terhadap Mutu dan
Keamanan Pangan

BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
20.
15 Juni 2010
Peningkatan Mutu Pangan Olahan

BKP Kab Jombang
1.000.000,-
21.
20-22 Juli 2010
Proses Produksi, Faktor Penting dalam Mutu dan Nilai Tambah Produk Pangan

BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
22
12-13 April 2011
Peningkatan Peran Keluarga dalam Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
23
7 Juni 2011
Keamanan Pangan
BKP Sidoarjo
1.000.000,-
24.
18-19 Okt 2011
Penyajian Produk Pangan Segar (Buah dan Sayur) yang Bergizi dan Aman

BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
25.
25 April 2012
Persyaratan Sanitasi dan Higiene Makanan
BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
26.
21 Mei 2012
Pembelajaran Efektif
Direktorat Pendidikan SMA
2.500.000,-
27.
25 Mei 2012
Arti Penting Keamanan Pangan dan Dampak Negatif Mengonsumsi Pangan yang Tidak Aman, serta Upaya Penanganan Pangan di Wilayah Binaan
BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
28.
15 Juli 2012
Pengembangan Kompetensi Guru melalui PPG
Lembaga Penjaminan Mutu Sekolah (LPMS) Jawa Timur

1.000.000,-
29.
25 Sept 2012
Arti Penting Keamanan Pangan Segar dan Olahan
BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
30.
27 Nov 2012
Sosialisasi Keamanan Pangan melalui Pendidikan
BKP Kabupaten Jombang
1.000.000,-
31.
19 Februari 2013
Membangun SDM yang Sehat dan Berkarakter melalui Peningkatan Daya Saing LPTK
Universitas Nusantara PGRI Kediri
5.000.000,-
32.
8 Juni 2013
Hakekat Guru
SM-3T Kabupaten Sumba Timur
2.000.000,-
33.
1 Agust 2013
Guru Profesional
Amal Usaha Bidang Pendidikan Muhammadiyah se-Cabang Sepanjang

1.500.000,-
34.
27 Sept 2013
Upaya Peningkatan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-
35.
18 Okt 2013
Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
Direktorat Pendidikan SD
2.500.000,-
36.
27 Okt 2013
Arti Penting Keamanan Pangan dan Dampak Negatif Mengonsumsi Pangan yang Tidak Aman
BKP Provinsi Jawa Timur
1.000.000,-

  1. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir

No.
Tahun
Judul Artikel Ilmiah
Volume/Nomor
Nama Jurnal

1.
2006
Pengaruh Penambahan Tepung Ikan Teri Terhadap Hasil Jadi Kerupuk Tangguk Teri
Vol. 1 No. 3 Januari 2006
Jurnal Boga dan Gizi
2.
2006
Penerapan Model Pembelajaran Terintegrasi (Integrated Learning) untuk Meningkatkan Pemahaman Pendidikan Ketahanan Pangan di SD
Vol. 7 No. 1, Maret 2006
Jurnal Pendidikan Dasar (Terakreditasi)
3.
2006
Penggunaan Modul dalam Mata Kuliah Kewirausahaan pada Program Studi D3 Teknik Industri Boga Unesa
Vol. 1 No. 1 Desember 2006
Widya Cendika Jurnal Penelitian Pendidikan
4.
2008
Pengaruh Model Pembelajaran, Gaya Belajar dan Kemampuan Membaca terhadap Hasil Belajar Siswa SD di Kota Surabaya
Vol. 9 No. 1, Maret 2008
Jurnal Pendidikan Dasar (Terakreditasi)
5.
2012
Development Model of Pattiserie Project-Based Learning
Vol 4. No. 2 (2012)
Journal of Techinical Education and Training
6.
2013
Pengembangan Buku Siswa untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Cornflake Cookies pada Siswa Tunagrahita SMA-LB Negeri Gedangan, Sidoarjo.
Vol 2 Nomer 1 (2013)
Jurnal Tata Boga
7.
2013
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Keselamatan, Kesehatan, Keamanan Kerja (K3) dan Higiene Sanitasi di SMK Negeri 6 Surabaya.
Vol 1 Nomer 1 (2013)
Jurnal Tata Boga

  1. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar

Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan Tempat

1
Seminar Nasional Membangun Citra Pangan Tradisional
Pengembangan Multimedia Computer Assited Instruction (CAI) tentang Sosialisasi Hasil Oleh Bentul Bagi SD
15 April 2005, Semarang
2
International Seminar on ICT
Multimedia Computer Assisted Instruction (CAI) untuk Pembelajaran Pendidikan Pangan Di Sekolah Dasar
2006, Surabaya
3
Seminar Internasional Aptekindo
Kinerja Guru setelah Sertifikasi
3 Juni 2008, Padang
4
Seminar Internasional Aptekindo
Pendidikan Vokasi Bidang Tata Boga, Peluang Pasar dan Problematikanya
30 April 2010, Denpasar
5
Seminar Nasional Boga, Busana, dan Rias II
Internalisasi Penganekaragaman Konsumsi Pangan melalui Pendidikan
13 Juni 2010, Surabaya

6
The 3rd Regional Forum SEAMEO INNOTECH
Rediscovering the Passion for Teaching in Souteast Asia
22-24 Maret 2011, Quezon City, Manila
7
Seminar Nasional Wonderful Indonesia
Konsumsi Pangan Keluarga di Daerah Rawan Pangan
3 Desember 2011, Yogyakarta
8
Seminar Internasional Aptekindo
The Teaching and Learning of Home Economics with Problem-Based and Character-Based Learning Models
4 Mei 2012, Makassar
9.
International Seminar Sang Guru (ISSAG).
A Passion for Teaching
Unesa, 15 Juli 2012
10.
KONASPI VII.

Pendidikan Profesi Guru, Problematika dan Alternatif Solusinya.
Yogyakarta, 31 Oktober-3 November 2012
11.
Engineering International Conference (EIC)
Analysis of Factors Causing Food Insecurity in Probolinggo District


21 November 2013



  1. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No

Tahun

Judul  Buku
Jumlah
Halaman
Penerbit
1.
2010
Model pembelajaran, Gaya Belajar, Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar
166
University Press Unesa
2.
2011
Model Pembelajaran Tematik dan Ketahanan Pangan Nasional
160
CV. Putra Karya
3.
2011
Sanitasi dan Higiene Makanan
102
Unesa University Press
4.
2011
Rekostruksi Pendidikan
(Antologi)
298
Unesa University Press
5.
2011
Bunga Rampai Pendidikan Karakter (Antologi)
217
Unesa University Press
6.
2011
Ndoro, Saya Ingin Bicara (Antologi Cerpen)
224
Unesa University Press
7.
2012
Hope and Dream: Memoar Guru (Antologi)

Pustaka Nurul Haqqy
8.
2012
Catatan Perjalanan Jejak-Jejak Penuh Kesan
270
Revka Petra Media
9.
2013
Khasanah Kuliner Tradisional Jawa Timur
289
Revka Petra Media
10.
2013
Berbagi di Ujung Negeri
270
Unesa University Press
11.
2013
Pena Alumni (Antologi)

Unesa University Press


Surabaya, 12 Januari 2014


Luthfiyah Nurlaela