Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Sabtu, 21 November 2015

Go To America (2): Welcome To America

Jumat, 2 Oktober 2015. Pukul 09.36. Tibalah kami di Seattle. Kota pertama di USA yang kami singgahi. Setelah menempuh perjalanan hampir 20 jam. Dua jam dari Surabaya menuju Singapura. Transit sekitar enam jam. Untung Mbak Silfia, staf Kantor Urusan Internasional Unesa, sudah mengatur perjalanan kami dengan 'agak' baik, sehingga kami bisa mendapatkan free lounge di Premium Plaza Lounge di Changi Airport. Sangat membantu. Enam jam sejak pukul 22.00 sampai pagi pukul 04.30, kami bisa beristirahat dengan tenang dan tidur selonjor. 

Saya katakan Mbak Slifia sudah mengatur perjalanan kami dengan 'agak' baik karena dia lupa tidak mengingatkan kami untuk memesan halal food secara online sebelum keberangkatan. Jadilah kami bertiga mengalami kelaparan dalam penerbangan mulai dari Singapura ke Jepang. Dua kali waktu makan kami lewati dengan 'tirakat', karena tidak ada halal food atau vegetarian food untuk kami bertiga. Untungnya, pramugari yang tidak tega melihat kami, mengupayakan satu porsi vegetarian food, kebetulan ada kelebihan, entah seharusnya milik siapa, untuk kami. Seporsi kecil itu, yang dimakan sendiri saja mungkin tidak cukup kenyang atau 'ngepas', musti kami nikmati bertiga. Apa boleh buat. Salah kami sendiri kenapa tidak online pesan dulu. Siapa juga yang 'ngeh'? Kami tidak tahu kalau kami harus melakukannya. Kami tidak punya pengalaman itu. Dan celakanya, Mbak Silfia juga tidak mengingatkan, atau sudah memesankan untuk kami.

Tidak masalah. Pengalaman adalah guru. Begitu kami transit di Bandara Narita, Tokyo, yang hanya sekitar satu jam itu, kami memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Di counter gate, kami mencoba bertanya dan meminta pada petugas, supaya kami dipesankan menu vegan untuk penerbangan menuju Seattle. Sekitar sembilan jam di pesawat tak akan lagi kami lalui dengan menahan dingin sekaligus lapar. Tidak lagi. Alhamdulilah, mungkin karena tidak tega melihat wajah memelas kami bertiga, petugas yang cantik itu langsung bertindak sigap. Meskipun dia bilang, seharusnya kami sudah pesan maksimal 24 jam sebelumnya, tapi dia meminta boarding pass kami dan secepat itu menelepon bagian kitchen. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya, berhasil, Saudara. Petugas itu tersenyum manis pada kami dan mengatakan bahwa kami akan mendapatkan menu vegan selama penerbangan kami menuju Seattle. Sungguh. Senyum manisnya pasti masih kalah dengan senyum manis kami yang seperti mendengar bedug maghrib tanda berbuka puasa.

Dan sekarang kami sudah di sini. Di Salt Lake City (SLC) Airport. Shelly, direktur USU Global Engagement sudah menjemput kami. Dia bersama suaminya, Ortiz, asal Guatemala. Sambil menunggu bus yang akan mengantar kami ke Logan, kami mengobrol banyak hal. Tentang keluarga, tentang makanan, tentang agama. Ortiz bertanya kenapa kami berkerudung, dan kenapa kerudung kami berbeda. Kebetulan bu Lusia mengenakan kerudung polos dan saya mengenakan kerudung motif bunga. 'It's just fashion." Jawab saya. Sambil menjelaskan bahwa pada prinsipnya agama Islam mengajarkan perempuan harus menutup aurat. Saya menjelaskan semampu saya apa yang dimaksud aurat. Dia manggut-manggut. Ortiz juga bercerita, di Guatemala, orang biasa mengatakan 'ohala' sebagaimana Muslim mengatakan 'inshaallah' dengan makna yang sama. 'God will."

Bus kami datang. Shelly memeluk kami dengan gaya khas Amerika. Tangannya mengembang, mendekap kami dan pipi kami saling menempel. Satu pipi saja. Bukan "cipika-cipiki" seperti kebiasaan kita. Shelly dan Ortiz tidak menemani kami dalam perjalanan, karena mereka ada acara keluarga di SLC. Tapi Shelly memastikan, Amanda Castillo, staf dia, sudah menunggu kami di Aggie Village Apartment, tempat tinggal kami selama di Logan. 

Sebelum berpisah, Shelly memberi kami sebuah tas plastik biru dengan logo Utah State University (USU), yang di dalamnya berisi kue-kue kecil. Juga ada tempat name tag, bendera biru kecil, dan sebuah botol minuman, yang semuanya berlogo USU. Manis sekali. 

Perjalanan dari SLC ke Logan adalah perjalanan yang nyaman. Dengan bus bermoncong yang tidak terlalu besar, hanya untuk sekitar 15 orang. Dengan kontainer khusus untuk bagasi yang ditarik semacam truk gandeng, kami menikmati keramahan driver perempuan yang tinggi besar namun cekatan. Juga keramahan para penumpang lain, tiga orang perempuan, dan seorang laki-laki. Belum lagi keindahan yang tersaji di sepanjang jalan yang mulus, rapi, bersih, tenang, dan menyenangkan. Rumah-rumah berwarna merah bata, rumput dan pepohonan hijau di mana-mana, dan bukit serta pegunungan yang indah. Namun sayang, rasa kantuk yang tidak bisa saya tahan membuat saya terlelap di separo perjalanan.

Kami tiba di Aggie Village saat petang sudah jatuh sempurna. Seorang perempuan tinggi, cantik, berambut pirang dan panjang, menyambut kami dengan begitu hangat. Dialah Amanda Castillo. Dia membantu kami mengangkat koper-koper. Mengantarkan kami masuk ke apartemen dan menjelaskan segala sesuatunya. Termasuk memastikan makan malam kami sudah tersedia. Dua kotak besar nasi putih, dua lembar naan bread, dan dua pak makanan India yang lembek seperti sambal. Kami mengucapkan terima kasih untuk itu semua. Juga untuk seperangkat alat masak dan alat makan serta rice cooker kecil yang sudah disediakannya.

Tentang rice cooker itu, saya berspekulasi saja waktu memintanya lewat email. Shelly mengatakan bahwa kami akan disediakan satu bin berisi alat makan, alat masak, dan linen. Rice cooker tidak tersedia. Dia bilang: "Rice cookers are not part of the bin, though you can purchase one for about $15. You may also be able to find a used one in the local second-hand store." 

Namun satu dua hari setelah itu, Shelly mengirim email: "I want to let you know I was able to obtain a rice cooker and we will have that in the apartment with the other supplies upon your arrival. We will also have some food prepared for you as well so you can rest once you have arrived." Wow, betapa baiknya dia. Bahkan waktu saya tanya ke Amanda, "The rice cooker is new, so how much we have to pay for this?", Amanda menjawab, "No no no, you don't need to pay."

Shelly dan Amanda adalah tipikal orang yang ramah, helpful dan siap melayani. Cocok sekali kalau mereka ada di bagian Global Engagement. Dengan ribuan international students plus ratusan visiting scholars seperti kami ini, tentu tidak mudah menangani tanpa ketangkasan sekaligus keramahan. 

Mungkin hanya perasaan saya saja, tapi kami merasa layanan mereka begitu istimewa. Menjelaskan semua keperluan kami mulai dari apartemen dan kelengkapannya, transportasi ke kampus dan ke seluruh kota, prosedur pengurusan ID Card supaya kami bisa akses ke semua fasilitas kampus seperti bookstore, computer lab/printouts, Aggie Ice Cream, Health Center, Library, bahkan juga ke Theatre Events. Juga termasuk akses ke wifi USU sebagai student atau sebagai guest. Semua yang mereka jelaskan dilengkapi dengan map biru yang di dalamnya tersedia semua informasi yang kami butuhkan, termasuk peta dan rute layanan transportasi.

Malam ini kami lelah sekali dan Amanda ingin kami segera membersihkan diri, makan, dan istirahat. Esok, dia akan menjemput kami pukul 10.00, dan memandunya ke walmart untuk berbelanja barang-barang kebutuhan kami. Dia juga akan mengantar kami melihat sebagian kota Logan dan mengantarkan kami kembali ke apartemen kami untuk menyiapkan makan siang.

Selamat malam, Amerika.
Selamat pagi, Indonesia.


Aggie Village Apartment, Logan, Utah, USA, Sabtu, 2 Oktober 2015.

Kamis, 19 November 2015

Go To America (1): Mengurus Visa

Pagi yang cerah dan jalan-jalan padat. Bertiga, saya, pak Asto, dan bu Lusia, menuju Konsulat Amerika. Diantar Anang, driver P3G. Membaurkan diri di keramaian lalu lintas. Pukul 07.30, saatnya orang-orang berangkat kerja dan anak-anak berangkat sekolah. Beberapa kali mobil kami terjebak dalam kemacetan. Tak mungkin menghindar. Namun karena jarak tempuh normal dari gedung P3G menuju Kantor Konsulat Amerika hanya sekitar 10 menit, maka kemacetan itu tidak terlalu merisaukan karena waktu kami cukup longgar.

Tiba di depan kantor konsulat yang sekelilingnya dijaga oleh sekuriti, kami turun, dan langsung disambut dengan prosedur standar. Lapor diri, serahkan KTP dan passport, letakkan semua berkas di keranjang (satu orang satu keranjang), matikan semua ponsel dan gadget, dan bediri di tempat yang sudah disediakan untuk menunggu panggilan. Begitulah, maka kami bertiga berdiri, dan menunggu beberapa saat, sebelum akhirnya pintu dibuka dan seorang petugas menyilakan kami untuk masuk.

Di dalam ruang, dua petugas menyambut kami, satu perempuan, satu laki-laki. Kembali kami berdiri berjajar. Bu Lusia di depan sendiri, membiarkan tas dan keranjang berkasnya di-scan. Semua gadget harus ditinggal, hanya dompet yang boleh dibawa. Seorang petugas memberikan sebuah kartu pengunjung, dan kartu itu harus disematkan di dada. Sambil membawa berkas dan dompet, Bu Lusia disilakan keluar menuju tempat verifikasi berkas dan wawancara. 

Begitu jugalah proses yang saya lalui bersama Pak Asto. Hanya saat giliran saya, petugas perempuan itu bertanya: "Ibu, ibu masih muda kok gelarnya banyak begini, waktu kuliah ambil jurusan dobel gitu tah bu?"
Saya menggeleng. "Secara bertahap, mbak." Jawab saya sambil tersenyum.
"Tadi juga ada bapak-bapak yang gelarnya seperti ibu, tapi beliau sudah tua."
Saya tersenyum lagi sambil mbatin. "Aku yo wis tuwo kok mbak, saking masih kelihatan cantik dan awet muda saja, suwerrr...", gumam saya dengan penuh percaya diri.

Saat berjalan menuju ruang wawancara, saya sempatkan melihat sekeliling. Dinding-dinding warna tanah yang bersih, tanaman-tanaman yang dominan hijau, lantai dove yang nyaman tapi tidak ramah, kaca di mana-mana. Saat saya berjalan, saya membayangkan ada kamera yang mungkin sedang merekam setiap gerak saya, dan seseorang sedang mengamatinya dari sebuah monitor. Memastikan saya tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan. Siapa tahu tiba-tiba saya memanjat pohon untuk memetik bunga-bunga dan merontokkan daun-daunnya.  

Begitu saya tiba di depan pintu, pintu terbuka. Anda tidak perlu mengetuk pintu dan meminta seseorang untuk membukakannya. Begitu Anda tiba di depan pintu, pintu akan terbuka begitu saja.

Saya memasuki ruangan dan mengambil nomor antrian, lantas duduk di ruang tunggu yang langsung berhubungan dengan konter-konter. Saya jadi tahu ternyata orang di dalam ruang ini bisa melihat siapa pun yang sedang berjalan di luar menuju ke ruang ini. Makanya begitu kita sampai di depan pintu, petugas langsung membukakannya untuk kita.

Ada sekitar sebelas orang di ruangan. Satu per satu kami dipanggil menuju konter untuk verifikasi data dan menyerahkan enam berkas pokok: Passport, form DS-160, non-refundable visa application fee receipt, pas foto, form DS-2019, dan original interview appointment letter. Semua berkas ini kami siapkan sejak beberapa waktu yang lalu, berkorespondensi dengan Global Engagement Office, The Utah State University (USU), tempat kami mengambil short course pada awal Oktober sampai pertengahan November nanti. Juga melakukan registrasi online serta membayar sejumlah uang untuk visa dan SEVIS melalui Standard Chartered Bank. 
  
Setelah verifikasi data, kami menunggu sebentar, dipanggil lagi di konter sidik jari. Empat jari kiri, empat jari kanan, dua jari jempol. Menunggu lagi, untuk dipanggil di konter wawancara.

Dua petugas bagian verifikasi, perempuan, Indonesia. Petugas sidik jari, orang Amerika, agak gendut. Petugas pewawancara, orang Amerika juga. Bahasa Indonesia kedua orang itu sangat fasih, meski dengan logat Amerika yang kental. Kebanyakan dari kami diwawancarai dalam Bahasa Inggris, kecuali hanya satu dua orang yang mungkin tidak bisa berbahasa Inggris. Kami bertiga diwawancarai satu per satu, ditanya ini-itu. Saat saya ditanya "what is engineering education?", saya jawab sekenanya: "It's about instructional technology or learning strategies implemented in engineering field." Petugas langsing dan ngganteng itu manggut-manggut. Gumam saya: "mudeng ra? Ora toh? Aku wae yo ra mudeng...."

Mengurus visa untuk pergi ke Amerika ternyata ada seninya tersendiri. Saya ada kesempatan pergi ke luar negeri beberapa kali, termasuk ke Melbourne, setahun yang lalu. Selama ini, visa cukup diuruskan oleh Kantor Urusan Internasional Unesa dan Biro Travel. Tapi untuk ke Amerika, no choice, kami harus mengurusnya sendiri karena ternyata ada banyak tahapan yang tidak mungkin diuruskan orang lain. 

Tujuan kami bertiga pergi ke Amerika adalah untuk mengikuti short course di USU. Saya dan pak Asto dalam bidang yang sama. Curriculum development on Engineering Education. Kepentingan kami lebih demi lembaga, bukan pribadi. Sejak 2013, Unesa telah memiliki nota kesepahaman (MoU) dengan USU. Namun implementasi dari MoU itu belum terlalu nyata, kecuali sekadar mengundang beberapa professor atau associate professor ke Unesa untuk menjadi dosen tamu atau narasumber seminar. Selebihnya belum ada.

Nah, kebetulan Unesa memiliki beberapa proyek yang didukung oleh Islamic Development Bank (IDB). Salah satunya adalah pemberian beasiswa untuk Non Degree Training (NDT), baik di dalam maupun di luar negeri. Bersama beberapa dosen yang berminat, mencobalah saya untuk mendapatkan dana itu. Membangun korespondensi dengan pihak USU, membuat proposal, presentasi, dan mengurus segala persyaratan. Saat presentasi, saya sempat juga ditanya oleh Kabag Kepegawaian Unesa; "Ibu kan menjabat? Masak mau pergi selama itu?"
Lantas saya jawab: "Saya sudah mempertimbangkan timing-nya, Pak. Saat saya menempuh short term program itu, kegiatan di PPPG agak jeda. Prakondisi SM-3T sudah selesai, peserta sudah diberangkatkan semua, PPL PPP juga sudah selesai, jadi puncak kesibukannya insyaallah sudah reda. Lagi pula, saya perlu tambahan pengalaman untuk upgrading kompetensi saya, selain dalam rangka mewujudkan nota kesepahaman itu."
"Ya sudah, yang penting pimpinan mengizinkan."

Alhamdulilah, surat izin Rektor turun. Surat-surat yang lain seperti financial support letter dan scholarship letter, tidak ada masalah. Mengurus visa dengan segala lika-likunya, setidaknya sampai tahap ini, lancar. 

Begitu juga yang terjadi pada Pak Asto dan Bu Lusia. Meskipun bidang program short term Bu Lusia berbeda, yaitu bidang Image Processing, tapi kami mengurus segala sesuatunya bersama-sama, saling membantu, saling mendukung. Alhamdulilah, Allah benar-benar bermurah hati, dan melancarkan segala urusan kami. Alhamdulilah. Jadi, mari kita menuntut ilmu ke Amerika.


Surabaya, 16 September 2015

Sabtu, 26 September 2015

Aceh Singkil Lagi 3: Sekolah yang Memprihatinkan

Akhirnya, speedboat kami merapat di sebuah dermaga kecil tak bernama. Setelah sekitar empat puluh menit kami mengarungi laut dari Pulau Banyak. Meninggalkan Pulau Balai dengan segala hiruk pikuknya. 

Benar-benar hiruk pikuk. Sejak kemarin pagi saat kedatangan kami, kami sudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang hampir selalu dipenuhi manusia. Bahkan penginapan kami pun ramai sekali. Ada banyak orang luar Pulau Balai yang menginap. Kebetulan kemarin itu bersamaan dengan kedatangan wakil bupati dan kepala dinas pariwisata beserta puluhan atau bahkan ratusan kru dinas, termasuk para duta wisatanya. Juga ada lomba memancing dan acara-acara lain. Mereka semua sedang menggelar satu kegiatan semacam promosi wisata, dan salah satu obyek wisatanya adalah Pulau Banyak. Jadilah Pulau Balai yang kecil itu, yang pada dasarnya sudah ramai, semakin ramai dipenuhi rombongan wakil bupati, dinas pariwisata, dan dinas pendidikan.

Semalam pun, kami sempat disuguhi acara penyambutan yang memamerkan berbagai macam kreasi seni, kebanyakan tari, yang ditampilkan anak-anak sekolah mulai tingkat PAUD sampai SMA. Dalam guyuran hujan yang cukup deras, acara itu berlangsung sangat meriah di dekat pantai. Kalau dituruti, kami bisa sampai pagi berada di sana, di antara masyarakat yang bergantian menyanyikan lagu-lagu dangdut sambil berjoget. Tapi begitu acara untuk para orang dewasa itu akan dimulai, saya memohon izin kepala dinas untuk undur diri, dan ternyata beliau juga malah ikut undur diri. Ya, besok masih ada perjalanan panjang yang harus kami tempuh, dan cukuplah romantika Pulau Balai ini kami nikmati.

Saat ini, setelah sekitar satu jam tadi pagi kami berbincang dengan para guru SM-3T, kami sudah berada di sini. Di sebuah pulau yang bernama Pulau Banyak Barat (PBB). 

Di pulau ini, ada satu alumni PPG SM-3T Unesa yang namanya dikenal sebagai Alfi Haloban. Haloban adalah nama salah satu desa di pulau ini, tempat tinggal Alfi. 

Kami akan mengunjungi beberapa sekolah di sini. Selain mengunjungi sekolah-sekolah, kami--maksudnya saya--juga akan mengunjungi Alfi. Menemui ibu dan adiknya. Ayah Alfi sudah tiada.

Sebagaimana kegemaran saya bila pergi ke mana pun, saya berusaha untuk selalu menyempatkan bersilaturahim ke rumah saudara, mahasiswa, atau teman. Rasanya bahagia sekali bila bertemu banyak saudara di tempat yang jauh semacam ini.

Haloban panas meski pagi belum lagi berajak siang. Panasnya menyengat sampai menyakiti kulit. Kami berkunjung dari satu sekolah ke sekolah lain, mulai dari PAUD, SD, SMP, dan SMA. Kami melihat betapa guru-guru SM-3T itu begitu dicintai siswa-siswanya, dan disayang guru-guru serta masyarakat setempat. Meskipun memang selalu saja ada hal-hal yang tidak mengenakkan hati, seperti guru setempat yang malas, guru yang tidak peduli, namun pada umumnya, hal-hal tersebut tidak menghambat para guru muda itu untuk melaksanakan tugas mengabdinya secara optimal.  

Di Pulau Banyak Barat ini, kami menemukan satu sekolah yang sangat amat memprihatinkan. Sekolah yang pintu-pintunya hancur, papan tulisnya bolong, kursi siswa seadanya, papan penyekat kelas tidak utuh, dan tanpa ruang guru. 'Ruang guru' ada di halaman depan sekolah, jauh dari bangunan sekolah. Ruang guru yang lebih tepat disebut warung kopi, malah lebih baik warung kopi. Sedih saya melihat itu semua. Sampai seperti tak bisa berkata-kata. Entah siapa yang salah dengan keadaan ini. Tapi kalau saya jadi kepala sekolahnya, saya pasti akan sulap sekolah ini menjadi lebih layak. Toh ada dana BOS yang sebagian dananya bisa dimanfaatkan untuk perbaikan sarana sekolah. Ada orang tua dan masyarakat sekitar yang sangat mungkin bersedia membantu asal kita pandai melakukan pendekatan. Ada kepala dinas dan jajarannya yang saya yakin tak setega itu melihat sekolah yang hancur berantakan macam ini. Kuncinya, menurut saya, adalah kreativitas dan komitmen pimpinan sekolah. Pengalaman menunjukkan, sekolah-sekolah yang maju dan unggul, kunci utamanya ada pada kepala sekolah. Kepala sekolahlah yang membangun komitmen guru dan seluruh warga sekolah bahkan masyarakat sekitar. Membangun kepedulian dan prakarsa. Membangun kecintaan stakeholder pada sekolah dan pendidikan. Perlu kerja keras. Perlu energi besar. Perlu bersusah-payah. Perlu kerelaan dan passion. 

Pertanyaannya, adakah ini semua dimiliki oleh kepala sekolah? Jawabannya bisa dilihat dari apa yang nampak secara kasat mata.

Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil, 22 April 2015

Wassalam,
LN

Jumat, 25 September 2015

ARTIKEL ILMIAH POPULER DAN MAKALAH

Luthfiyah Nurlaela

A. PENDAHULUAN
Menulis bukan lagi sebuah kerja elit. Setiap orang bisa dan harus bisa menulis. Menulis saat ini bahkan dianggap sebagai sebuah kerja alamiah, sebagaimana makan, tidur, bernyanyi, dan beranak. Menulis menjadi sebuah kebutuhan dasar.
Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Ide dan pikiran akan menguap tanpa ditulis. Perkataan dan pendapat akan cepat hilang tanpa ditulis. Dengan menulis, kita mengabadikan ide, pikiran, dan mungkin impian atau cita-cita. Dengan menulis, kita memberikan sebuah ‘warisan’, karena tulisan memiliki kemampuan untuk menembus ruang dan waktu.
Kegiatan menyusun artikel ilmiah, baik berupa artikel ilmiah populer maupun makalah ilmiah, merupakan kegiatan yang erat kaitannya dengan aktivitas guru.  Namun ada sebagian guru – bahkan mungkin sebagian besar – yang menganggap bahwa membuat suatu karya ilmiah adalah pekerjaan yang sulit dan memerlukan banyak waktu. Oleh sebab itu karya ilmiah yang dihasilkan oleh guru, setiap tahunnya sangat terbatas jumlahnya, itu pun dengan kualitas yang belum terlalu menggembirakan. Dari segi substansi keilmuan maupun dari segi metodologi dan sistematikanya masih perlu dibenahi.
Kondisi ini tentunya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena karya ilmiah adalah bagian dari tugas profesional guru yang seharusnya dipenuhi. Selain itu, dengan sering menyusun karya ilmiah, sebenarnya ada proses mengasah wawasan, logika, dan penalaran, agar lebih kritis, kreatif, dan berpengetahuan luas.
Merujuk Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi (PermenPAN & RB) Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru, guru yang akan naik jenjang menjadi golongan III-b ke atas, wajib menyusun karya tulis, sebagai bukti profesional dalam tugasnya. Dalam aturan itu terdapat 10 item yang bisa dipilih para guru PNS yang akan naik pangkat antara lain penelitian tindakan kelas (PTK), jurnal ilmiah, presentasi, dan pembuatan buku pelajaran. Setiap guru PNS diwajibkan melaksanakan salah satu item sebelum naik pangkat.
Beberapa kualifikasi yang diperlukan untuk dapat menulis karya ilmiah dengan baik antara lain adalah: a) pengetahuan dasar tentang penulisan karya ilmiah, baik yang berkenaan dengan teknik penulisan maupun yang berkenaan dengan notasi ilmiah. Di samping itu, keterampilan menggunakan bahasa tulisan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku; b) memiliki wawasan yang luas mengenai bidang kajian keilmuan; c) pengetahuan dasar mengenai metode penelitian.
Kemampuan-kemampuan tersebut hendaknya ditunjang oleh motivasi dan kemauan yang tinggi. Bagaimanapun luasnya wawasan dan keterampilan, tanpa adanaya kemauan untuk mencoba melakukannya, maka karya tulis tersebut tidak akan pernah terwujud.
Tulisan ini menyajikan penulisan artikel ilmiah popular dan makalah.
B. ARTIKEL ILMIAH POPULER
Untuk memahami jenis artikel ilmiah populer, perlu dikaji pengertian kata: artikel, ilmiah, dan populer. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel merupakan karya tulis lengkap, misalnya berupa laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya. Pendapat lain tentang artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas. Lebih lanjut, artikel merupakan: 1) karya tulis atau karangan; 2) karangan nonfiksi; 3) karangan yang tak tentu panjangnya; 4) karangan yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur; 5) sarana penyampaiannya adalah surat kabar, majalah, dan sebagainya; dan 6) wujud karangan berupa berita khas atau karkhas atau feature (Pranata 2002: 120).
Ilmiah berarti bersifat ilmu, atau memnuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Karya ilmiah menggunakan metode ilmiah dalam membahas permasalahan, menyajikan kajiannya dengan bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang lain seperti objektif, logis, empiris (berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan konsisten. Pada mulanya karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasarkan atas penelitian ilmiah. Namun belakangan mulai berkembang suatu paradigma baru bahwa suatu karya tulis ilmiah tidak harus didasarkan atas penelitaian ilmiah saja, melaikan juga suatu kajian terhadap suatu masalah yang dianalisis oleh ahlinya secara profesional.
Populer berarti dikenal dan disukai orang banyak (umum). Populer juga bisa berarti sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, atau mudah dipahami orang banyak. Istilah populer merujuk kepada penggunaan bahasa yang relatif lebih santai, padat, serta mudah dicerna oleh masyarakat pembacanya yang beragam.
Dengan demikian bisa disimpullan, karya tulis ilmiah populer merupakan karya tulis yang berpegang kepada standar ilmiah, tetapi ditampilkan dengan bahasa yang umum sehinggamasyarakat awam  mudah memahaminya. Artikel ilmiah populer dapat dikatakan sebagai sarana komunikasi antara ilmu dengan masyarakat awam.
1. Karakteristik
Beberapa karakteristik artikel ilmiah popular adalah sebagai berikut:

Judul
Judul merupakan hal pertama yang dibaca dan menjadi perhatian para pembaca. Oleh sebab itu, judul harus mampu menawarkan sesuatu yang istemewa dan menggigit.  Judul seharusnya mampu membuat orang penasaran dan ingin tahu lebih jauh tulisan kita.
Beberapa cara yang dapat dilakukan agar judul tulisan kita menarik perhatian pembaca, adalah bahwa judul sebaiknya: a) unik, lain dari yang lain ; b) sensasional dan bombastis; c) kontroversial, yaitu pendapat yang berbeda dengan pandangan umum; d) mengandung rahasia; e) memberikan jawaban atas persoalan hidup; f) mengikuti judul sebelumnya yang booming di pasaran; dan g) memanfaatkan istilah yang lagi ngetrend di masyarakat.

Topik Bahasan
Dari segi topik bahasan, tulisan ilmiah populer cenderung membahas permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat di sekitarnya. Jika anda sebagai tenaga pendidik, maka cakupan bahasan tertuju pada kegiatan pendidikan. Berbeda dengan karya tulis ilmiah murni yang lebih sering berkutat dalam bidang ilmiah yang jauh dari jangkauan masyarakat awam.   
Kecerdasan menentukan topik bahasan akan sangat berpengaruh kepada menarik atau tidaknya hasil karya tulis. Ada beberapa kiat untuk menarik minat pembaca terhadap sebuah tulisan seperti ilmiah populer, di antaranya: a) kaitkan dengan kondisi atau issu actual; b) kaitkan dengan aktivitas sehari-hari; c) perkenalkan ilmu atau temuan baru sehingga membawa khalayak terpengaruh oleh pemikiran yang terdapat pada tulisan; dan d) bahas permasalahan dengan sudut pandang yang baru atau berbeda dengan bahasan-bahasan topik sejenis.

Bahasa
Bentuk sajian tulisan ilmiah berbeda-beda. Isi tulisan yang sama akan mempunyai bentuk sajian berbeda bila disajikan untuk tujuan dan melalui media yang berbeda. Hal ini sesungguhnya terletak pada bahasa penyampaian yang digunakan.  
Makalah ilmiah dan tulisan ilmiah tertentu pada umumnya mempersyaratkan bentuk sajian tulisan dengan penggunaan bahasa yang baku dan sangat  terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. Sedangkan artikel ilmiah populer yang dimuat di media masa seperti koran, justru mempersyaratkan tulisan ilmiah dengan bahasa yang luwes, agak longgar, dan komunikatif atau mudah dipahami masyarakat umum. Oleh karena target pembacanya adalah khalayak umum, kita perlu mencermati bahasa yang kita gunakan dalam menulis artikel ilmiah populer ini. Karena meskipun bersifat ilmiah (karena memakai metode ilmiah), bukan berarti tulisan yang kita hasilkan ditujukan untuk kalangan akademisi. Artikel ilmiah populer ditujukan kepada para pembaca umum.
Mengingat hal tersebut, kita perlu membedakan antara kosakata ilmiah dan kosakata populer. Kata-kata populer merupakan kata-kata yang selalu akan dipakai dalam komunikasi sehari-hari, baik antara mereka yang berada di lapisan atas maupun di lapisan bawah, demikian sebaliknya. Sedangkan kata-kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khusus disebut kata-kata ilmiah. (Keraf 2004: 105-106).

Beberapa kata ilmiah dan populer, antara lain:

analogi
kiasan
anarki
kekacauan
bibliografi
daftar pustaka
biodata
biografi singkat
definisi
batasan
diskriminasi
perbedaan perlakuan
eksentrik
aneh
final
akhir
formasi
susunan
format
ukuran
friksi
bagian, pecahan
indeks
penunjuk
konklusi
kesimpulan
kontemporer
masa kini, mutakhir
kontradiksi
pertentangan
menganalisa
menguraikan
prediksi
ramalan
pasien
orang sakit

2. Menguji Gagasan
Menentukan atau memastikan topik atau gagasan yang hendak dibahas merupakan prinsip utama dalam menulis artikel ilmiah. Ketika sudah menentukan gagasan tersebut, kita bisa melakukan sejumlah pengujian. Pengujian ini terdiri dari lima tahap sebagai berikut:
a.        Apakah gagasan itu penting bagi sejumlah besar orang?
b.       Dapatkah gagasan ini disempitkan sehingga mempunyai fokus yang tajam?
c.        Apakah gagasan itu terikat waktu?
d.       Apakah gagasan itu segar dan memiliki pendekatan yang unik?
e.        Apakah gagasan Anda akan lolos dari saringan penerbit?
3. Pola Penggarapan
Ketika hendak menyajikan artikel, kita tidak hanya dihadapkan pada satu kemungkinan pola. Setidaknya ada  lima pola yang bisa kita gunakan untuk menyajikan artikel ilmiah popular tersebut, meliputi:
a.        Pola pemecahan topik
Pola ini memecah topik yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi subtopik atau bagian-bagian yang lebih kecil dan sempit kemudian menganalisis masing-masing.
b.       Pola masalah dan pemecahannya
Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah (bisa lebih dari satu) yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan yang ditemakan dengan jelas. Kemudian menganalisa pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli di bidang keilmuan yang bersangkutan.
c.        Pola kronologi
Pola ini menggarap topik menurut urut-urutan peristiwa yang terjadi.
d.       Pola pendapat dan alasan pemikiran
Pola ini baru dipakai bila penulis yang bersangkutan hendak mengemukakan pendapatnya sendiri tentang topik yang digarapnya, lalu menunjukkan alasan pemikiran yang mendorong ke arah pernyataan pendapat itu.
e.        Pola pembandingan
Pola ini membandingkan dua aspek atau lebih dari suatu topik dan menunjukkan persamaan dan perbedaannya. Inilah pola dasar yang paling sering dipakai untuk menyusun tulisan.
Kelima pola penggarapan artikel di atas dapat dikombinasikan satu dengan yang lain sejauh dibutuhkan untuk menghadirkan sebuah tulisan yang kaya.
4. Sistematika Penyajian
Kerangka isi atau sistematika penyajian dalam artikel ilmiah populer disesuaikan dengan persyaratan atau kelaziman (gaya selingkung) dari media massa yang akan mempublikasikan tulisan tersebut. Untuk memudahkan pemahaman, berikut adalah beberapa hal terkait dengan menulis artikel ilmiah populer secara sederhana.
Adapun cara penyajiannya meliputi; (1) Pendahuluan, (2) Inti atau Isi, dan (3) Penutup.
Pendahuluan
Pendahuluan menguraikan hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan memberikan acuan terhadap permasalahan yang dibahas, misalnya menonjolkan hal-hal kontroversial atau belum tuntas dalam pembahasan permasalahan terkait dalam artikel-artikel atau naskah lain yang telah dipublikasikan.
Untuk bagian pendahuluan, setidaknya ada tujuh macam bentuk pendahuluan yang bisa digunakan. Salah satu dari ketujuh bentuk pendahuluan berikut ini dapat kita jadikan alternatif untuk mengawali penulisan artikel kita.
a.        Berbentuk ringkasan, mengemukakan pokok isi tulisan secara garis besar.
b.       Pernyataan yang menonjol, biasanya disebut juga sebagai "pendahuluan kejutan", diikuti kalimat kekaguman untuk membuat pembaca terpesona.
c.        Pelukisan, merupakan pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian, atau hal untuk menggugah pembaca karena mengajak mereka membayangkan bersama penulis apa-apa yang hendak disajikan dalam artikel itu nantinya.
d.       Anekdot, pembukaan jenis ini sering menawan karena memberi selingan kepada nonfiksi, seolah-olah menjadi fiksi.
e.        Pertanyaan, pendahuluan ini merangsang keingintahuan sehingga dianggap sebagai pendahuluan yang bagus.
f.         Kutipan orang lain, pendahuluan berupa kutipan seseorang dapat langsung menyentuh rasa pembaca, sekaligus membawanya ke pokok bahasan yang akan dikemukakan dalam artikel nanti.
g.        Amanat langsung, pendahuluan berbentuk amanat langsung kepada pembaca sudah tentu akan lebih akrab karena seolah-olah tertuju kepada perorangan.
Inti atau Isi
Bagian inti atau isi disarankan dipecah-pecah menjadi beberapa bagian. Masing-masing dibatasi dengan subjudul-subjudul. Selain memberi kesempatan agar pembaca beristirahat sejenak, subjudul juga bertugas sebagai penyegar, pemberi semangat baca yang baru. Oleh karena itu, ada baiknya subjudul tidak ditulis secara kaku. Pada bagian ini, kita bisa membahas topik secara lebih mendalam. Uraikan persoalan yang perlu dibahas, bandingkan dengan persoalan lain bila diperlukan.
Isi bagian ini sangat bervariasi, berisi kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan, dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang dibicarakan. Kupasan yang argumentatif, analitik, dan kritis serta sistematika yang runtut dan logis serta berciri komparatif dan menjauhi sifat tertutup dan instruktif. Isi bagian ini jangan terlalu panjang dan menjadi bersifat enumeratif seperti halnya diktat atau laporan.
Penutup 
Penutup biasanya berisi tentang kesimpulan atau penegasan penulis atas masalah yang dibahas pada bagian sebelumnya atau menampilkan segala yang telah dibahas terdahulu secara ringkas. 
Ketika hendak mengakhiri tulisan, kita tidak harus secara tegas menuliskan subjudul berupa "Penutup" atau "Simpulan". Penutupan artikel bisa kita lakukan dengan menggunakan gaya berpamitan. Gaya pamit itu bisa ditandai dengan pemarkah seperti "demikian", "jadi", "maka", "akhirnya", dan bisa pula berupa pertanyaan yang menggugah pembaca.
5. Pemeriksaan Isi Artikel
Jika sudah selesai menulis artikel, hal selanjutnya ialah melakukan pemeriksaan menyeluruh. Untuk meyakinkan bahwa artikel yang kita hasilkan sudah baik, kita harus memeriksa tulisan kita.
Beberapa pertanyaan berikut perlu kita jawab untuk memandu mengecek artikel yang kita tulis. Pada bagian pembukaan, beberapa pertanyaan yang perlu dijawab adalah: apakah kalimat pembuka mampu menarik perhatian pembaca? Dapatkah pembaca mulai mengerti ide yang kita tuangkan? Jika tulisan kita serius, adakah kata-kata yang kurang tepat? Apakah pembukaan kita menyediakan cukup informasi?
Pada bagian inti atau isi, apakah kalimat pendukung sudah benar-benar mendukung pembukaan? Apakah masing-masing kalimat berhubungan dengan ide pokok? Apakah ada urutan logis antarparagraf?
Pada bagian simpulan, apakah disajikan dengan cukup kuat? Apakah mencakup semua ide tulisan? Bagaimana reaksi kita terhadap kata-kata dalam simpulan tersebut? Sudah cukup yakinkah kita bahwa pembaca pun akan memiliki reaksi yang sama seperti kita? Jika kita menjawab "tidak" untuk tiap pertanyaan tersebut, berarti kita perlu merevisi artikel itu dengan menambah, mengganti, menyisipi, dan menulis ulang bagian yang salah.

C. MAKALAH ILMIAH
Makalah ilmiah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut disertai analisis yang logis dan objektif. Makalah biasanya ditulis untuk disajikan dalam forum ilmiah. Makalah harus mengandung permasalahan yang menuntut pemecahan, adanya prosedur atau metode pemecahan masalah, adanya hasil pemecahan masalah atau pembahasan masalah, dan adanya kesimpulan pembahasan.
Berdasarkan prosedur pemecahan masalah, ada dua jenis makalah ilmiah: a) makalah deduktif atau makalah yang pemecahan masalahnya didasarkan atas berpikir rasional dan atau melalui telaah kepustakaan (nonpenelitian); b) makalah induktif atau makalah yang pemecahan masalahnya didasarkan atas berpikir empiris melalui data dan fakta yang diperoleh dari lapangan (hasil penelitian).
Isi keseluruhan makalah setidak-tidaknya terdiri atas pendahuluan, permasalahan, pembahasan masalah, simpulan dan saran.
Ada dua langkah yang harus ditempuh dalam menyusun makalah ilmiah, yaitu: 1) merancang isi makalah; 2) menulis makalah berdasarkan rancangan yang telah dibuat.
1. Merancang Isi Makalah
Tahap-tahap dalam merancang isi makalah yang paling mendasar adalah sebagai berikut:
a.       Menentukan tema, permasalahan, dan judul makalah
Tema makalah adalah bidang kajian makalah, misalnya bidang pengajaran, penilaian, kesulitan belajar, motivasi belajar, dan lain-lain. Permasalahan adalah pertanyaan-pertanyaan yang mendasar yang tersebut, sedangkan judul adalah refleksi dari permasalahan sehubungan dengan tema yang dipilih.
b.      Tahap berikutnya adalah merancang alternatif pembahasan untuk setiap masalah yang diajukan. Alternatif pembahasan menggunakan pendekatan deduktif  melalui kajian teori atau tinjauan pustaka. Oleh sebab itu penulis makalah harus mempelajari bahan-bahan yang berkaitan dengan permasalahan yang dipilih dan alternatif pemecahan masalah tersebut.
c.       Rancangan simpulan dan saran
Simpulan merupakan sintesis dari isi pembahasan sehubungan dengan permasalahan yang diajukan.
2. Menulis Makalah
Keterampilan menulis menjadi persyaratan utama dalam menyusun makalah karena bagaimanapun baiknya rancangan, jika tidak ditulis secara lengkap dan baik, tidak akan menghasilkan sesuatu yang berarti. Hal-hal yang diperlukan dalam keterampilan menulis antara lain adalah: a) alur pikir bahan yang akan ditulis; b) bahasa tulisan untuk mengekspresikan buah pikiran tersebut; c) kedua keterampilan ini dapat dilatihkan melaui kebiasaan menulis.
Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dalam menulis makalah berdasarkan rancangan yang telah dibuat adalah:
  1. Kumpulkan bahan-bahan (buku, majalah ilmiah, hasil penelitian, dan lain-lain) yang berkaitan denganm isi rancangan yang telah dibuat.
  2. Setelah bahan diperoleh dan setiap butir dianalisis menjadi beberapa subbutir untuk ditulis lebih lanjut, mulailah menuliskannya. Pada tahap pertama tuliskan apa yang ada dalam pikiran kita, namun tetap berpedoman pada rambu-rambu yang ada dalam rancangan. Selesaikan satu bagian secara lengkap sebelum dilakukan koreksi, baca kembali dan koreksi yang telah diselesaikan itu sebelum melanjutkan ke bagian berikutnya.
  3. Setelah semua bagian selesai ditulis, baca kembali hasil tulisan tersebut. Periksa kesinambungan isi dari setiap bagian atau bab, konsistensinya, bahasannya, kelengkapannya, kebenaran isisnya, aturan penulisannya, dan aspek lain yang dianggap perlu.
Berdasarkan koreksi tersebut, mintalah orang lain yag dianggap lebih mengerti atau ahli untuk memeriksa atau mempelajarinya, sekaligus memberikan komentar dan masukannya.

D. PENUTUP
Tulisan ilmiah yang tersaji dengan menggunakan bahasa dan forum yang lebih populer disebut dengan tulisan ilmiah populer, seperti tulisan yang dimuat di surat kabar. Perlu ditekankan bahwa sebagai sebuah titian yang menjembatani dunia ilmiah dengan masyarakat umum, tulisan ilmiah populer memiliki peran penting dalam misi pencerdasan kehidupan umat. Standar kecanggihan sebuah tulisan ilmiah populer tidaklah terletak pada bahasa ilmiah yang membingungkan. Justeru ia menemukan nilainya di pemilihan bahasa yang mampu dicerna orang banyak. Di situlah ia menemukan hakikat populer yang melekat di ujung nama.
Bila akan menulis makalah ilmiah, tema dan masalah yag akan dibahas dalam makalah tersebut haruslah dipilih yag paling dikuasai dan diminati. Tema dan masalah yag kurang dikuasai akan menghambat selesainya penulisan. Tema dan masalah yag dikuasai dan diminati itu selanjutnya diperkaya melalui bacaan dari berbagai literatur agar wawasan dan kajian terhadap permasalahan tersebut bias lebih mendalam dan menyeluruh
Sebagai penutup dalam tulisan singkat ini, perlu disadari oleh semua guru bahwa kemampuan menulis pada dasarnya memerlukan keberanian, jangan takut salah dan jangan takut dikritik orang lain. Di samping itu, kebiasaan, pelatihan dan kesungguhan menulis mutlak diperlukan. Banyak membaca tulisan orang lain sangat membantu keterampilan menulis.
RUJUKAN
Elbow, Peter.1998. Writing without Teachers. New York: Oxford University Press.
Eneste, Pamusuk. 2005. "Buku Pintar Penyuntingan Naskah". Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Edisi Ketiga tahun 2002. Diterbitkan oleh Balai Pustaka; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.  
Keraf, Gorys. 2004. "Diksi dan Gaya Bahasa". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pranata, Xavier Quentin. 2002. "Menulis dengan Cinta: Belajar Mandiri dan Mengajarkan Kembali Jurnalisme Kasih Sayang". Yogyakarta: Yayasan ANDI.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. "Kamus Besar Bahasa Indonesia". Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Soeseno, Slamet. 1982. "Teknik Penulisan Ilmiah-Populer". Jakarta: Gramedia.
Sudjana, N. 1989. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: CV. Sinar Baru.

Tartono, St. S. 2005. "Menulis di Media Massa Gampang!". Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Sabtu, 29 Agustus 2015

Lautan Manusia di Bumi AAL

Senja yang indah jatuh sempurna di Bumimoro, Surabaya. Tepatnya di Akademi Angkatan Laut, kawasan kawah candradimuka bagi para taruna. Warna semburat merah memenuhi kaki langitnya dan bersentuhan dengan laut yang menghampar melengkapi pemandangan. Syahdu nian.

Di salah satu bagiannya, di halaman masjid Nurul Bahari yang bersih dan indah itu, ratusan manusia tumpah ruah. Laki-perempuan, tua-muda, besar-kecil. Mereka adalah orang tua, kerabat, dan mungkin juga kekasih, para calon peserta SM-3T Unesa V dan Jatim Mengajar III, yang sejak 2 Agustus yang lalu, telah berada di AAL, untuk mengikuti kegiatan prakondisi. Kegiatan prakondisi merupakan tahap seleksi terakhir dari serangkaian seleksi yang harus mereka ikuti untuk bisa bergabung dalam salah satu kegiatan dalam payung Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI) ini. 

Sore ini adalah waktu di mana 241 peserta SM-3T dan 5 peserta Jatim Mengajar bertemu dengan orang tua dan kerabatnya. Setelah selama tiga belas hari anak-anak muda itu dikarantina di AAL, dan dua hari lagi mereka harus berangkat ke tempat tugas masing-masing, ini adalah saat di mana mereka bisa saling melepas rindu untuk kemudian berpisah selama setahun ke depan.

Adzan maghrib berkumandang. Tak perlu waktu lama, masjid indah itu pun dipenuhi manusia. Para lelaki di shaf depan, berbaris rapi. Dengan berbagai kostum. Coklat khaki, hijau doreng, warna-warni. Para perempuan di shaf belakang, dengan mukena dominan putih. Mereka khusyu mengikuti imam yang berpakaian dinas coklat khaki itu. Lantunan ayat suci Al Quran terdengar merdu dari arah depan. Fasih sekali bacaannya. Merdu sekali suaranya. Menyapa gendang telinga dan hati setiap orang.

Sepuluh hari berada di Bumi AAL, serasa berada di tempat yang begitu mendamaikan. Tak terbayang sebelumnya, tempat ini begitu memberikan ketenangan. 

Beberapa kali saya berkesempatan mengajar para perwira AL di Kodikal dan Kobangdikal, saya hanya datang, mengajar, dan pulang. Tidak sempat menikmati keteduhan AAL di sisi lain. Laut yang menghampar luas di sepanjang sisi kirinya. Bangunan-bangunan bersih dan kokoh yang halaman luasnya dipenuhi pohon-pohon rindang dan berbagai tanaman pendek yang terawat, sangat asri. Di mana-mana terlihat para kadet yang berjalan, berbaris, atau berlari-lari. Tubuh mereka langsing tapi kuat, baju khaki atau doreng yang pas sekali membalut tubuh semakin menonjolkan keindahan dan kekekaran fisiknya. Setiap waktu shalat tiba, para kadet itu akan berebut tergopoh-gopoh ke masjid, mengambil air wudhu, shalat berjamaah, dengan imamnya bergantian di antara mereka. Selesai shalat, mereka tidak langsung buyar. Sebagian mengambil Al Quran, lantas menyimak kajian ayat-ayat tertentu yang disampaikan oleh salah satu dari mereka juga. Setiap hari. Rutin. Shalat tepat waktu dan kajian Islam menjadi bagian dari kehidupan mereka. Menjadi bagian dari pengembangan kepribadian dan religiusitas mereka. Bagi saya sendiri, dan saya yakin juga bagi teman-teman panitia yang lain, saat shalat berjamaah di masjid adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu. 

AAL adalah sebuah kompleks yang lengkap. Lengkap bukan hanya dari sisi keberadaan gedung dan berbagai fasilitasnya, namun juga budaya belajar dan pengembangan karakter yang mengagumkan. Tidak heran bila para prajurit dan perwira di sana begitu sopan sekaligus tegas serta nampak sangat akademis. Ya, banyak dari mereka masuk ke AAL melalui jalur PK (Perwira Karir). Banyak sarjana lulusan universitas bonafid dan bahkan banyak yang bergelar master dan doktor. Salah satunya adalah Kolonel Dr. Adi Bandono, lulusan TP Unesa angkatan 86. Nama beliau tercatat sebagai salah satu alumnus dalam buku '50 Tokoh Inspiratif Unesa', yang disusun oleh M. Ihsan, Samsul Hadi, Eko Praseto, dan Nursalim. Berkat Kolonel Adi Bandono, yang saat ini menjabat sebagai Koordinator dosen di STTL, kegiatan Prakondisi SM-3T Unesa berjalan sangat baik dan sesuai dengan harapan, karena beliau sepenuhnya membantu mengkoordinasikan dengan para petinggi AAL dan seluruh jajarannya. 

Saat ini, sebanyak 246 peserta SM-3T dan Jatim Mengajar, yang berasal dari sekitar 22 LPTK negeri maupun swasta di seluruh Indonesia, sedang mengikuti kegiatan prakondisi. Saat ini, orang tua dan sanak keluarga mereka seperti sudah tidak sabar lagi menunggu untuk bertemu. Tapi tunggu dulu. Para pelatih AAL justeru malah menyembunyikan para peserta. Bahkan untuk shalat maghrib yang biasanya selalu dilakukan bersama-sama berjamaah di masjid, saat ini mereka diminta untuk berjamaah di mess masing-masing. Tidak boleh ada yang menampakkan batang hidungnya. Bahkan saat acara pertemuan itu digelar, para keluarga dan kerabat sudah duduk di gelanggang luas di pinggir laut itu, barisan anak-anak muda itu tetap diminta menyembunyikan diri.

Hingga tiba saatnya. Tiba-tiba mereka muncul dari berbagai penjuru. Seragam oranye mereka nampak menyolok. Gerakan-gerakan mereka begitu rapi, gesit, dan kompak. Dengan berbagai gerakan itu, mereka berpindah-pindah dari satu titik ke titik yang lain membentuk berbagai formasi. Juga meneriakkan yel-yel dan lagu-lagu khas para prajurit serta lagu-lagu SM-3T. Tiga lagu SM-3T itu adalah 'Mars MBMI', 'Kami Peduli', dan 'Torang Papua', dinyanyikan lengkap dengan gerakan-gerakannya yang sangat apik. Dua lagu terakhir merupakan lagu ciptaan teman kami sendiri, Pak Yoyok Yermiandhoko, dosen PGSD, yang sejak lama telah tergabung dalam Tim Ahli PPPG Unesa. 

Tak ayal, tepuk tangan riuh-rendah menggema. Teriakan-teriakan kekaguman berbaur dengan kerinduan. Andai diperbolehkan, orang-orang itu pasti sudah menghambur memeluk anak mereka masing-masing. 

Dan benar, saat kesempatan itu diberikan, gelanggang luas di pinggir laut ini benar-benar berubah menjadi lautan manusia. Riuh-rendah suaranya sampai seperti menembus langit. Kebahagiaan dan keharuan mereka serasa berbaur dengan aroma laut dan angin kencangnya yang berhembus menyejukkan. Kami yang melihat pemandangan itu hanya bisa menghayati suasananya. Sesekali menyapa para orang tua, meyakinkan kepada mereka bahwa semua akan baik-baik saja, dan memohon mereka supaya membantu dengan doa restu tulus sebagai bekal anak-anak mereka mengemban tugas.

Tiga hari lagi, tepatnya tanggal 18 Agustus, sehari setelah upacara bendera memperingati 70 tahun hari kemerdekaan RI, anak-anak itu akan langsung diberangkatkan ke tempat tugas. Peserta SM-3T akan berangkat ke Kabupaten Sumba Timur (75 orang), Aceh Singkil (30 orang), Talaud (23 orang), Maluku Barat Daya (34 orang), Mamberamo Raya (28 orang), Mamberamo Tengah (30 orang), dan Raja Ampat (21 orang). Sedangkan peserta Jatim Mengajar akan berangkat ke Kabupaten Sampang (2 orang, salah satunya di Pulau Mandangin), Kabupaten Bangkalan (1 orang), Kabupaten Banyuwangi (1 orang), Kabupaten Gresik (1 orang, di Pulau Bawean).

Ini adalah malam di mana semesta menjadi saksi tentang tekad bulat para anak muda itu untuk mengabdi demi negeri ini. Saksi tentang keikhlasan dan kerelaan para orang tua dan kerabat melepas mereka dengan sepenuh doa dan harapan. Kecemasan dan ketakutan yang menghantui harus dienyahkan, diganti dengan keyakinan bahwa negeri ini membutuhkan kehadiran mereka dan menunggu mereka menorehkan lukisan indah di setiap ujung-ujungnya.

Malam merangkak turun. Angin laut berhembus semakin kencang. Udara dingin mulai menyapa. Tepat pukul 23.00, para manusia itu satu per satu beringsut meninggalkan gelanggang. Pelukan erat sebagai penanda, waktu mereka telah usai untuk saling bersapa. Setahun yang akan datang, mereka akan bertemu lagi, dan yakinlah, semua akan baik-baik saja. 

اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ.

“Ya Allah, aku berharap mendapat rahmat-Mu, oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dari-Mu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” 

AAL Bumimoro, Surabaya, 15 agustus 2015

Salam,
LN