Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Kamis, 09 Juni 2016

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN BIDANG VOKASI

Luthfiyah Nurlaela (luthfiyahn@yahoo.com)
IGP Asto Buditjajanto (igpabc@yahoo.com)


Abstract: The problems of the study are 1) Does the use of cooperative learning strategy-STAD assisted EWB media influence toward the student’s analysis ability in electrical circuit and social skill (sub study 1), 2) Does the use of computer simulation learning media can improve student learning outcomes in competency standards apply concepts of digital electronics and boolean algebra on electronic circuits and computer (sub study 2), 3) does the learning media (e-learning and worksheet) and motivation  influence the student’s learning achievement spread sheet software operation  (sub study 3). The experimental research sub study 1and 2 used group design control pre test-post test while sub study 3 used factorial design 2 X 2. Subject of the sub study 1 are 74 college students in the third semester in Surabaya State University 2012/2013 academic year majoring in Electrical Engineering. The subject of the sub study 2 are 60 students of SMK in Gresik 2012/2013 Academic year majoring in Electrical Industry in Gresik (30 students in X grade TEI 1, 30 students in X grade TEI 2), whereas the subject of the sub study 3 are 60 students in SMKN 1 Mojokerto 2012/2013 academic year X grade MM 1.2 and 3 (for those students who have laptop and personal computer/PC). The data collection techniques used in this study were test (multiple choices and performance), observation, and questionnaire. The data analysis in sub study 1 and 2 used t-test, whereas sub study 3 used 2-ways analysis of variance (anava). The result of the study showed: 1) There is an influence of cooperative learning model assisted EWB toward the increasing of student’s analysis ability in electrically circuit and social skill. 2) The increasing of student’s academic achievement who used computer simulation learning media is better than the student’s who didn’t use it. 3) There is interaction among the user of e-learning media, worksheet and learning motivation toward  student’s academic achievement in operating  the software scatterplot.

Pendahuluan
Teknologi di dunia telah berkembang dengan cepat saat ini. Manusia semakin menuntut adanya efisiensi dan efektivitas yang tinggi dalam menangani pekerjaannya. Perkembangan teknologi juga terjadi pada teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau lebih dikenal dengan istilah information and communication technology (ICT). Berbagai aplikasi penggunaan TIK semakin meluas, misalnya penggunaan personal computer (PC), laptop, handphone, tablet, dan internet. Fitur-fitur yang menunjang peralatan TIK juga turut berkembang pesat. Aspek globalisasi memberikan kontribusi semakin berkembangnya pemanfaatan TIK. Implikasi penggunaan TIK tersebut adalah semakin mudahnya komunikasi antara satu orang dengan yang lain atau sekelompok orang dengan yang lain. Jumlah networking berupa penggunaan website untuk marketing, promosi, penjualan dan social network juga semakin meningkat.     
Di Indonesia, penggunaan TIK juga telah meluas sehingga perlu dipelajari dengan tepat definisinya. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) didefinisikan oleh UNESCO (Anonim, 2012) sebagai semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian informasi.  TIK juga termasuk penggunaan teknologi seperti radio, televisi, video, DVD, telepon, mobile phone, sistem satelit, perangkat keras serta perangkat lunak komputer dan jaringan. TIK juga termasuk peralatan dan layanan yang berkenaan dengan teknologi tersebut, seperti videoconferencing, e-mail dan blog.
Penggunaan TIK pada dunia pendidikan dapat dimanfaatkan secara luas. Beberapa sekolah swasta dan negeri di kota besar telah mengembangkan website sekolah. Website ini menjadi media promosi dan komunikasi sekolah pada para siswa, para guru, para orang tua murid dan masyarakat luas. Namun penggunaan TIK untuk pengajaran dan pembelajaran masih kurang memadai, meskipun beberapa sekolah telah lazim menggunakannya, terutama sekolah-sekolah internasional atau cabang waralaba dari sistem sekolah asing (Belawati, 2012).
Penggunaan TIK membuat pendidikan semakin meningkat, bebas dari batas jarak serta lebih mudah dan murah untuk dicapai. Selain itu, penggunaan TIK dapat mengubah cara mengajar dan belajar untuk menghasilkan hasil belajar yang lebih baik [Anonim, 2012). Salah satu bentuk penggunaan TIK pada pendidikan adalah berupa Computer Assisted Instructional (CAI) yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran. Nurlaela (2006) telah menggunakan TIK dalam bentuk CAI untuk pembelajaran pangan pada siswa SD, dan temuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat secara signifikan.
Penelitian ini memanfaatkan potensi TIK untuk pendidikan. Potensi tersebut antara lain untuk membuat pendidikan lebih mudah terakses dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut UNESCO (Anonim, 2012) secara khusus TIK dapat: mengembangkan kesempatan dalam mengenyam pendidikan dengan membuat pendidikan tersedia di mana saja, kapan saja dan untuk semua orang; memperbaiki hasil pembelajaran dengan membuat pembelajaran lebih interaktif dan membuat para murid lebih terlibat dengan subjek permasalahan; memperbaiki motivasi untuk belajar dengan memperbaiki keterhubungan isi pembelajaran dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan; menjadikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan belajar individu dan kemampuannya; meningkatkan efektivitas dan efisiensi perencanaan pendidikan dan penyampaiannya. 
Ada beberapa bentuk pembelajaran dengan TIK, antara lain: guru dan siswa menggunakan program televisi lokal dan video untuk memperkuat pengertian tentang suatu materi yang dipelajari; guru dan siswa menggunakan kamera digital untuk mempersiapkan konten dan materi dari pembelajaran; administrator menggunakan computer-based learning management systems untuk menghantar e-learning dan mengatur pembelajaran dari siswa; para guru dapat menggunakan internet pada project-based learning dan untuk web-quests; selain itu, penggunaan peralatan komunikasi online seperti skype, blog dan forum network dapat digunakan oleh para siswa, para guru, sekolah, para ahli dan komunitas.
Beberapa peneliti telah memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Nurlaela (2005) mengembangkan TIK dalam bentuk multimedia dengan menggunakan CAI untuk sosialisasi pengetahuan bahan pangan pada siswa SD, dan temuan penelitiannya menunjukkan hasil yang penting. Buditjahjanto dan Hajime Miyauchi (2011) telah menggunakan TIK untuk pembelajaran yaitu dalam bentuk permainan komputer untuk mempelajari pengambilan keputusan tentang jumlah emisi yang harus diproduksi oleh suatu pembangkit listrik. Bentuk pembelajaran lain yang menggunakan TIK adalah pembelajaran berdasarkan komputer. Ekohariadi (2006) telah melakukan penelitian terhadap pembelajaran berdasarkan komputer dengan cara mengukur kemampuan siswa dalam mempelajari pemrograman komputer.
Topik tentang pembelajaran adalah suatu hal yang menarik dan penting dibahas, terutama di Indonesia. Mengingat pemerintah telah memberikan perhatian pada bidang ini untuk mengejar ketertinggalan dari negara tetangga serta telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar yaitu 20% dari anggaran belanja negara. Selain itu, UNESCO (Anonim, 2012) sebagai badan PBB bidang pendidikan dan kebudayaan, mulai tahun 2002 telah memberikan perhatian penggunaan TIK untuk pendidikan. Program UNESCO ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mempromosikan cara-cara agar TIK dapat memperkuat capaian dan kualitas pendidikan di wilayah Asia-Pasific, memberikan perhatian pada cara mendapatkan dan memanfaatkan TIK agar sukses dalam penggunaannya, memberdayakan para guru, para tenaga kependidikan, para kepala sekolah, para administrator dan para pengambil keputusan untuk membuat informasi, pilihan yang bijaksana tentang penggunaan TIK dalam pendidikan dan memberikan kesempatan yang luas pada para guru dan siswa untuk mengakses TIK.
Beberapa penelitian telah menggunakan dan mengembangkan TIK untuk pendidikan. Yvonne Rogers1 and Mike Scaife (1998) dalam penelitiannya menggunakan multimedia interaktif untuk pembelajarannya. Multimedia pembelajaran dan edutainment-nya berbentuk CD-ROM dengan berbagai macam topik pembelajaran yang memiliki tingkat kesukaran. Penelitiannya mengembangkan bagaimana mendukung aktivitas pembelajaran melalui rancangan interaktif secara efektif. Penggunaan TIK untuk pembelajaran dalam bentuk Computer Assisted Instruction (CAI) juga telah banyak dikembangkan dalam bentuk pembelajaran berbantukan komputer. Seperti yang telah diketahui bahwa sifat dari penggunaan TIK yang mobile maka CAI paket inipun mempunyai keunggulan tersebut sehingga dapat dipergunakan pembelajaran dimana saja. Sultan, et.al (2006) menggunakan keunggulan dari CAI dalam bentuk paket sehingga dapat dipakai pembelajarannya melalui PDA.
Sementara itu, saat ini pemerintah Indonesia memberikan perhatian lebih pada pendidikan khususnya dalam bidang pendidikan vokasi. Pemerintah memrogramkan perbandingan antara SMK dengan SMA sebesar 70:30, dengan jumlah SMK ditingkatkan lebih besar dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja. Perhatian pemerintah pada bidang pendidikan vokasi ini karena lulusannya pada umumnya lebih cepat terserap oleh pasar kerja, sehingga dapat menekan kenaikan angka pengangguran. Komposisi pembelajaran di SMK juga lebih menekankan pada praktek daripada teori dengan perbandingan 60:40.
 Oleh karena itu pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran yang bersifat active learning di mana siswa yang dituntut aktif berperan (student-centered). Dengan pembelajaran active learning siswa akan semakin paham melalui learning by doing. Penggunaan metode pembelajaran yang active-learning juga diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, meningkatkan aktivitas siswa, dan tentu saja dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaraan aktif sekaligus memanfaatkan media berbasis TIK, yang meliputi media electronic workbench (EWB), simulasi computer, dan e-learning, pada mata pelajaran yang berbeda. Penelitian dilakukan oleh tiga orang mahasiswa S2 Program Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, dan merupakan penelitian dalam rangka menyelesaikan tesisnya. Keputusan menggunakan model pembelajaran tertentu dan media berbasis TIK tersebut didasrkan pada kebutuhan di lapangan dan pentingnya perangkat pembelajaran tersebut diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu proses dan hasil belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media EWB dapat meningkatkan kemampuan analisis rangkaian listrik dan keterampilan sosial mahasiswa? 2) Apakah penggunakan media pembelajaran simulasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi menerapkan konsep elektronika digital dan aljabar boole pada rangkaian elektronika dan komputer? dan 3) Apakah ada pengaruh media pembelajaran (e-learning moodle dan LKS) dan motivasi terhadap hasil belajar pengoperasian perangkat lunak lembar sebar.

Metode Penelitian
            Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan tiga subpenelitian. Ketiga subpenelitian semuanya mengimplementasikan media pembelajaran berbasis TIK,  namun jenisnya berbeda. Media pembelajaran yang diimplementasikan di ketiga subpenelitian tersebut masing-masing adalah: 1) subpenelitian 1: Media Software Electronic Workbench (EWB); 2) subpenelitian 2: media simulasi komputer untuk penerapan konsep elektronika digital dan aljabar boole; dan 3) subpenelitian 3: media e-leraning pengoperasian perangkat lunak lembar sebar.
            Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Subpenelitian 1 dan 2 menggunakan rancangan control group pre-test – post-test, sedangkan subpenelitian 3 menggunakan rancangan (factorial design) 2 X 2.
Subjek subpenelitian 1 adalah mahasiswa semester III, Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya, Tahun Akademik 2012/2013, yang berjumlah 74 orang. Subjek subpenelitian 2 yaitu siswa SMK Elektronika Industri di daerah Kabupaten Gresik, dengan standar kompetensi menerapkan konsep elektronika digital dan rangkaian elektronika komputer, Tahun Akademik 2012/2013, yang berjumlah 60 orang siswa (kelas X TEI 1 sebanyak 30 siswa, kelas X TEI 2 sebanyak 30 siswa). Sedangkan untuk subjek subpenelitian 3 adalah siswa SMKN 1 Mojokerto Tahun Akademik 2012/2013, kelas X MM 1, 2 dan 3 (diambil dari siswa yang memiliki laptop atau Personal Computer/PC sendiri di rumah), berjumlah 60 siswa.
Untuk lebih jelasnya, rancangan penelitian adalah sebagai berikut:
Subpenelitian 1:
E      O1            X1          O2     
K      O3            X2          O4    

 







Gambar 1. Nonequivalent Control Group pre-test – post-test Design
Sumber: Cohen (2005), Opie (2006), Tuckman (2005)
 
E: adalah kelompok eksperimen (kelas pembelajaran kooperatif berbantuan media Electronics Workbench (EWB)) menggunakan perlakuan X1.
K: adalah kelompok kontrol (kelas pembelajaran konvensional dengan media konvensional) menggunakan perlakuan X2.
O1   skor pre-test kelompok eksperimen
O2   skor post-test + keterampilan sosial kelompok eksperimen
O3   skor pre-test kelompok kontrol
O4   skor post-test + keterampilan sosial kelompok kontrol
X1    Pembelajaran dengan Kooperatif STAD
X2   Pembelajaran tanpa Konvensional

Subpenelitian 2:
E      O1            X1          O2     
K      O3            X2          O4    

 







Gambar 2. Nonequivalent Control Group pre-test – post-test Design
Sumber: Cohen (2005), Opie (2006), Tuckman (2005)

E adalah kelompok eksperimen (kelas pembelajaran dengan bantuan media simulasi komputer menggunakan perlakuan X1)
K    adalah kelompok kontrol (kelas pembelajaran tanpa bantuan media simulasi komputer menggunakan perlakuan X2)
O1   skor pre-test kelompok eksperimen
O2   skor post-test + kinerja kelompok eksperimen
O3   skor pre-test kelompok kontrol
O4   skor post-test + kinerja kelompok kontrol
X1    Pembelajaran dengan media simulasi
X2   Pembelajaran tanpa media simulasi
           
E     à   O1    X1   Y1       O2
                       X1   Y2       O4
K    à   O5   X2   Y1     O6
                            X2   Y2     O8
Subpenelitian 3:
                                           
                                     



Gambar 3. ­Rancangan penelitian desain faktorial 2 X 2
Sumber: Tuckman (2005)
E         =   Eksperimen
K         =   Kontrol
O1, 5     =   Hasil pretes
O2,4,6,8  =   Hasil postes
X1        =   kelas eksperimen (diajarkan dengan media e-learning moodle)
X2          =   kelas kontrol (diajarkan dengan media LKS)
Y1        =   siswa motivasi belajar tinggi
Y2        =   siswa motivasi belajar rendah

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam subpenelitian 1 adalah pengamatan dan tes. Pengamatan dilakukan untuk mengukur keterampilan sosial mahasiswa, sedangkan tes digunakan untuk mengukur kemampuan analisis rangkaian listrik. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam subpenelitian 2 yaitu tes. Tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran simulasi komputer. Selanjutnya teknik pengumpulan data pada subpenelitian 3 berupa tes dan angket. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan media e-learning pengoperasian perangkat lunak lembar sebar, sedangkan angket digunakan untuk mengukur motivasi siswa.
Tes meliputi tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban, dan satu di antaranya adalah jawaban yang benar.  Selain itu, juga ada tes kinerja. Penyusunan tes mengikuti standar yang ditetapkan yaitu bersifat  high order thinking (menyelidiki), siswa mencari tahu (inquiry konstruktivis), dan soal yang divergen (penalaran).
Selanjutnya, analisis data untuk subpenelitian 1 dan 2 menggunakan uji beda (t-test), sedangkan subpenelitian 3 menggunakan analisis varian (anava) 2 jalur. Persayaratan uji analisis yang meliputi normalitas dan homogenitas terpenuhi, sehingga tenik analisis tersebut bisa digunakan.

Hasil Penelitian
Subpenelitian 1:
Data yang diperoleh dari hasil tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif mahasiswa berupa kemampuan analisis rangkaian listrik sedangkan data yang diperoleh dari observasi digunakan untuk mengukur kemampuan afektif berupa keterampilan sosial mahasiswa. Uji hipotesis pertama menggunakan uji t dengan tujuan untuk membandingkan bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media EWB terhadap kemampuan analisis rangkaian listrik jika dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran atau pendekatan konvensional berbantuan media konvensional. Uji hipotesis kedua juga menggunakan uji t dengan tujuan untuk membandingkan bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan mediaEWB terhadap keterampilan sosial mahasiswa jika dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran atau pendekatan konvensional berbantuan media konvensional.
Hasil pengujian dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1. Uji Pengaruh pada Kemampuan Analisis Rangkaian Listrik

            Kriteria Uji


Jenis Pengujian
t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference
t
Df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
Uji Homogenitas Gain
Pretest
Postest
Equal variances assumed
7.605
58
.000
15.73815
2.06931
11.59597
19.88034
Equal variances not assumed
7.576
56.174
.000
15.73815
2.07725
11.57720
19.89911

Tabel 2. Uji Pengaruh pada Keterampilan Sosial


 Kriteria Uji


Jenis Pengujian
t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
Uji Homogenitas Kelas Eksperimen & Kontrol
Equal variances assumed
27.653
63
.000
22.819
.825
21.170
24.468
Equal variances not assumed
29.336
44.550
.000
22.819
.778
21.252
24.386

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa: 1) pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media electronics workbench, hasil uji kemampuan analisis rangkaian listrik diperoleh nilai t hitung sebesar 7,605 dengan nilai sig. 0,000. Sedangkan untuk uji keterampilan sosial diperoleh nilai t hitung 29,336 dengan nilai sig. sebesar 0,000. Karena nilai sig. yang diperoleh kurang dari 0,01 atau 1%, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media electronics workbench dapat meningkatkan kemampuan analisis rangkaian listrik dan keterampilan sosial mahasiswa secara sangat signifikan.
Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu. Santoso dan Rochayani (2005) meneliti tentang peningkatan proses dan hasil belajar rangkaian listrik melalui pembelajaran kooperatif model STAD. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Selanjutnya sebuah penelitian yang berjudul “Electronic Workbench and Pspice can be used for Design Extensions along with the Simulations,(Wunnava, et.al, 2006) mencoba membandingkan hasil keluaran untuk sinyal analog maupun digital untuk mengefektifkan proses desain rangkaian listrik pada papan PCB atau dalam perancangan Integrated Circuit (IC).  Penelitian ini menggabungkan penggunaan software EWB yang bertujuan mengefektifkan proses analisis rangkaian listrik dalam dunia industri, supaya dapat diimplementasikan pada dunia pendidikan melalui penggunaan software industri dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan demikian akan tercipta peningkatan ganda dalam aspek pendidikan sekaligus, yaitu kemampuan analisis rangkaian listrik dan keterampilan sosial mahasiswa.

Subpenelitian 2: Media simulasi komputer penerapan konsep elektronika digital dan aljabar boole
Uji t dilakukan pada nilai hasil belajar siswa berupa pre-test dan nilai akhir. Hasil pengujian adalah sebagai berikut:
Tabel 3: Uji Perbedaan Nilai Pre-test

Pada pengujian hipotesis diperoleh bahwa perolehan hasil thitung sebesar 0,335, dengan signifikansi sebesar 0,741. Berdasarkan daftar tabel t diketahui bahwa nilai ttabel untuk df=18 dan signifikansi 0,05 sebesar 1,734. Dengan membandingkan kedua nilai thitung dan ttabel  diketahui bahwa thitung ≤ ttabel , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak. Artinya tidak ada perbedaan signifikan perolehan nilai pre-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Sedangkan uji t yang dilakukan terhadap nilai akhir siswa, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4: Uji Perbedaan Nilai Post-tes










Perolehan hasil thitung sebesar 13,636, dengan signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan daftar tabel t diketahui bahwa nilai ttabel untuk df=18 dan signifikansi 0,05 sebesar 1,734. Dengan membandingkan kedua nilai thitung dan ttabel  diketahui bahwa thitung > ttabel, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima Artinya ada perbedaan sangat siginifikan perolehan nilai akhir antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran simulasi komputer ini dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa, didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wulandari (2009), memberikan kesimpulan bahwa penggunaan komputer sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan Wibawati (2011) menyimpulkan bahwa penerapan media pembelajaran berbasis komputer dan Bahasa Inggris dapat menuntaskan hasil belajar siswa. Selain ketiga penelitain di atas, penelitian oleh Suhandi (2008), Saehana (2009), Aravind (2010) dan Samsuri (2010) yang menerapkan  simulasi komputer, menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan simulasi komputer dapat menurunkan miskonsepsi. Penurunan miskonsepsi dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.

Subpenelitian 3: Media e-leraning pengoperasian perangkat lunak lembar sebar
Uji hipotesis statitik yang digunakan adalah Analisis Varian (Anava) 2 jalur. Hasil analisis adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Statistik Menggunakan Anava 2 Jalur
Source
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
1356,933a
3
452,311
41,478
,000
Intercept
405410,400
1
405410,400
37177,373
,000
Media
86,400
1
86,400
7,923
,007
Motivasi
1179,267
1
1179,267
108,142
,000
Media * Motivasi
91,267
1
91,267
8,369
,005
Error
610,667
56
10,905


Total
407378,000
60



Corrected Total
1967,600
59




Hasil analisis pada Tabel 5 di atas terlihat Fhitung untuk media adalah 7,923 dengan siginifikansi 0,007. Karena siginifikansi < 0,05 maka terdapat pengaruh penggunaan media terhadap hasil belajar pengoperasian perangkat lunak lembar sebar. Untuk menjawab hipotesis bahwa hasil belajar pengoperasian perangkat lunak lembar sebar pada siswa yang diajarkan dengan media e-learning moodle akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan media pembelajaran LKS, dilakukan uji mean.
Tabel 6. Hasil Pengujian Mean Hasil Belajar Media Pembelajaran
Media Pembelajaran
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Media E-learning Moodle
83,400
,603
82,192
84,608
Media LKS
81,000
,603
79,792
82,208

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa mean hasil belajar siswa yang menggunakan media e-learning moodle lebih besar dibandingkan dengan menggunakan media LKS. Dari Tabel 5 terlihat bahwa nilai mean hasil belajar yang menggunakan media e-learning moodle sebesar 83,400 sedangkan yang menggunakan media LKS sebesar 81,000. Kemudian dengan melihat hasil uji Anava dua jalur pada Tabel 5 diperoleh Fhitung = 7,923 dengan siginifikansi 0,007. Karena siginifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dalam penelitian ini dapat disimpulkan hasil belajar pengoperasian perangkat lunak lembar sebar pada siswa yang diajarkan dengan media e-learning moodle lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan media pembelajaran LKS.
Selanjutnya, hipotesis kedua adalah hasil belajar pengoperasian perangkat lunak lembar sebar pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah. Pada Tabel 5 terlihat bahwa Fhitung untuk motivasi adalah 108,142 dengan siginifikansi 0,000. Karena siginifikansi < 0,05 maka terdapat pengaruh motivasi terhadap hasil belajar pengoperasian perangkat lunak lembar sebar. Hasil pengujian mean tercantum pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Hasil Pengujian Mean Hasil Belajar Motivasi Belajar
Motivasi Belajar
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Motivasi Tinggi
86,633
,603
85,426
87,841
Motivasi Rendah
77,767
,603
76,559
78,974

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa mean hasil belajar siswa bermotivasi belajar tinggi lebih besar dibandingkan dengan siswa bermotivasi rendah. Dimana nilai mean hasil belajar siswa yang bermotivasi belajar tinggi sebesar 86,633 sedangkan siswa yang bermotivasi rendah sebesar 77,767. Kemudian dengan melihat hasil uji Anava dua jalur pada Tabel 5 di atas diperoleh hasil Fhitung = 108,142 dengan siginifikansi 0,000. Karena siginifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dengan mempertimbangkan dari hasil uji mean dan uji Anava dua jalur dapat disimpulkan hasil belajar pengoperasian perangkat lunak lembar sebar pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah.
Selanjutnya, hipotesis ketiga adalah bahwa ada interaksi penggunaan media pembelajaran (e-learning moodle dan LKS) dan motivasi belajar terhadap hasil belajar pengoperasian perangkat lunak lembar sebar. Hasil pengujian mean adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Pengujian Mean hasil belajar antara media dan motivasi belajar
Media Pembelajaran
Motivasi Belajar
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Media E-learning Moodle
Motivasi Tinggi
89,067
,853
87,359
90,775
Motivasi Rendah
77,733
,853
76,025
79,441
Media LKS
Motivasi Tinggi
84,200
,853
82,492
85,908
Motivasi Rendah
77,800
,853
76,092
79,508

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa mean interaksi hasil belajar siswa bermotivasi belajar tinggi yang menggunakan media pembelajaran e-learning Moodle paling besar dibandingkan dengan interaksi media dan motivasi lainnya. Untuk lebih memperjelas dari Tabel 8 di atas dapat dibuat sebuah tabel hubungan interaksi mean hasil belajar sebagai berikut.
Tabel 9. Interaksi mean hasil belajar
Media
Motivasi
E-learning Moodle
LKS
Keterangan
Tinggi
88,867
84,200
E-learning Moodle > LKS
Rendah
77,733
77,800
E-learning Moodle < LKS

Pada Tabel 9 di atas terlihat mean hasil belajar media e-learning moodle dengan motivasi tinggi lebih besar dari pada mean media LKS dengan motivasi tinggi. Dan sebaliknya mean hasil belajar e-learning moodle dengan motivasi rendah lebih kecil dari pada mean LKS dengan motivasi rendah. Dari kedua kondisi di atas menggambarkan sebuah hubungan interaksi yang saling mempengaruhi antara media e-learning moodle, LKS dan motivasi terhadap hasil belajar.
Kemudian dengan melihat hasil uji Anava dua jalur pada Tabel 5 diperoleh Fhitung = 8,369 dengan siginifikansi 0,005. Karena siginifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dalam penelitian ini ada interaksi penggunaan media e-learning moodle, LKS dan motivasi belajar terhadap hasil belajar pengoperasian perangkat lunak lembar sebar.

Penutup
            Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1) ada pengaruh penggunanaan model pembelajaran kooperatif berbantuan software Electronics Workbench terhadap peningkatan kemampuan analisis rangkaian listrik dan keterampilan sosial mahasiswa; 2) peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran simulasi komputer, lebih baik dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan media pembelajaran simulasi komputer; dan 3) ada pengaruh interaksi ntara penggunaan media e-learning moodle, LKS dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada pengoperasian perangkat lunak lembar sebar.
Saran yang dikemukakan adalah: perlu penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan TIK dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa yang lebih mengarah para keterampilan pemecahan masalah dan metakognisi.

Daftar Pustaka

Anonim, 2012. The Unesco ICT in education program, Retrieved on March 1, http:// www2.unescobkk.org/ elib/publications/ brochures/ ict_in_education.pdf 
Aravind, V.R., Heard, J.W., 2010. “Physics by Simulation: Teaching Circular Motion Using Applets.” Latin American Jounal of Physics Education. Vol. 4, No. 1, pp. 35-39.
Belawati, T. 2012. ICT use in education, Retrieved on March 2, http://www.unescobkk.org/fileadmin /user_upload/ ict/Metasurvey/ indonesia.pdf 
Buditjahjanto I.G.P. Asto, Hajime Miyauchi. 2011, An Intelligent Decision Support Based On A Subtractive Clustering and Fuzzy Inference System For Multiobjective Optimization Problem in Serious Game,  International Journal of Information Technology and Decision Making, Vol 10,  No 5,  pp. 793 -810.
Cohen, L, 2005. Research Methods in Education, 5th Edition , London, Taylor & Francis e-Library
Ekohariadi, 2006, Kemampuan Pemrograman Komputer Mahasiswa Pria dan Wanita. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional, Seminar Teknik Elektro dan Pendidikan Teknik Elektro STE 2006, Surabaya, 14 September 2006
Nurlaela, L. 2006. Multimedia Computer Assisted Instruction (CAI) untuk Pembelajaran Pendidikan Pangan Di Sekolah Dasar, Proceeding International Seminar on ICT and Its Implication Towards Industrial Engineering and Education. Universitas Negeri Surabaya.
Nurlaela, L. Pengembangan Multimedia Computer Assited Instruction (CAI) tentang Sosialisasi Hasil Olah Bentul Bagi SD, Prosiding Seminar Nasional Membangun Citra Pangan Tradisional, Graha Cendekia FT Univ. Negeri Semarang, 15 April 2005, ISBN : 979 9579 58 9
Opie, C., 2006. Doing Educational Research: A guide to first-time Researchers. London: Sage Publications.
Saehana, Sahrul, 2009. Pengembangan Simulasi Komputer dalam Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meminimalisir Miskonsepsi Fisika pada Siswa SMA di Kota Palu. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng dan DIY. Pp. 286.
Samsuri, 2010. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Simulasi PhET untuk Meminimalkan Miskonsepsi Pelajaran Fisika di Kabupaten Lamongan”, Tesis. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Santoso D dan Rochayani. 2005. Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Rangkaian Listrik melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal.
Suhandi, dkk. 2008. “Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi.’ Artikel Laporan Hibah Kompetitif 2008. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan MIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sultan AlSultan, H. S. Lim, M. Z. MatJafri, K. Abdullah, 2006. Developed of A Computer Aided Instruction (CAI) package in remote sensing educational, International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Science, Volume XXXVI, Part 6, Tokyo Japan 2006
Tuckman, B. W., 2005. Conducting Educational Research. Ohio: Harcourt Brace College Publishers.
Wibawati, E.,  2011. ”Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Bahasa Inggris dalam Pembelajaran Fisika untuk Menuntaskan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 3 Madiun”, Makalah Komprehensif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Wulandari, F.E, 2009. “Pengembangan Media Pembelajaran Biologi SMP Berbasis Komputer Bahan Kajian Sistem Saraf dan Sistem Indera pada Manusia. Makalah Komprehensif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Wunnava, S., et al. 2006. Electronic Workbench and Pspice can be used for Design Extensions along with the Simulations. Journal.

Yvonne Rogers1 and Mike Scaife, 1998. How Can Interactive Multimedia Facilitate Learning?, In Lee, J. (ed.) Intelligence and Multimodality in Multimedia Interfaces: Research and Applications. AAAI. Press: Menlo Park, CA

Rabu, 08 Juni 2016

Menu Ramadan 3: Nasi Krawu Khas Gresik

Hidangan yang satu ini bisa menjadi pilihan tepat sebagai menu sahur maupun berbuka. Nasi Krawu merupakan sajian makanan sepinggan khas Gresik yang terdiri atas nasi putih yang agak keras dengan pelengkap berupa daging sapi suwir, sambal terasi dan serundeng kelapa dua warna (kuning dan merah). Istilah “krawu” berasal dari kata krawukan yang berarti mengambil nasi secara acak dengan tangan. Penyajian nasi krawu dapat pula dilengkapi dengan aneka jeroan sapi yang digoreng. Nasi krawu dijual dalam keadaan sudah dibungkus daun pisang, mudah didapatkan di pinggir-pinggir jalan, yang dijual pada pagi hari sampai menjelang siang. Nasi krawu juga banyak dijual di rumah makan dan restoran.

Bahan NASI
P Beras                   500 grm
P Air                      750 grm
Bahan Daging Sapi suwir:
P Daging sapi     500 grm
P Air                      1.500 ml              
P Santan             250 ml
P Minyak goreng   250 ml

Bumbu:
P Bawang merah             6 siung
P Bawang putih                4 siung
P Kemiri                              4 butir
P Ketumbar                       8 gram
P Asam jawa tanpa biji  6 gram
P Lengkuas, dimemarkan      1 cm
P Kunyit                                 2 cm
P Gula merah                         20 grm
P Daun jeruk purut                3 lembar
P Serai, dimemarkan             2 batang
P Daun salam                        2 lembar
P Garam                                5 gram

PEMBUATAN:
1.       Beras dicuci hingga bersih, sisihkan.
2.       Rebus air dalam panci hingga mendidih, masukkan beras kedalamnya dan masak hingga air teresap dalam beras.
3.       Kukus beras dalam dandang selama 45 menit.
4.       Bumbu dihaluskan kecuali lengkuas, daun jeruk dan serai.
5.       Rebus daging sapi dengan semua bumbu hingga mendidih dan daging lunak.
6.       Tambahkan santan dan masak hingga cairannya habis, angkat.
7.       Suwir-suwir dan goreng hingga kering.

Komposisi gizi per porsi:
CEnergi              : 160,82 Kal
CKarbohidrat     : 3,71 gram
CProtein       : 10,06 gram
CLemak               : 11,61 gram

Selasa, 07 Juni 2016

Menu Ramadan 2: Nasi Boranan Khas Lamongan

MENU berbuka dan sahur yang ideal bisa memilih dari hidangan yang membangkitkan selera. Salah satunya ialah sajian khas asal Kabupaten Lamonga, yaitu Nasi Boranan. Dinamakan nasi boranan karena menu ini menggunakan boranan sebagai wadah nasi. Nasi boranan merupakan sajian nasi putih yang dihidangkan bersama lauk dan rempeyek. Bumbu dari nasi boranan terdiri atas rempah-rempah yang sudah dihaluskan, serta lauk yang bervariasi, di antaranya daging ayam, jeroan, ikan bandeng, telur dadar, telur asin, tahu, tempe hingga ikan sili. Lauk-lauk pelengkap lainnya berupa empuk, pletuk, dan pelas pohong.
Dalam perkembangannya, nasi boranan kini menjadi ikon kuliner Lamongan yang bisa dijumpai di kawasan jalanan kota Lamongan dengan penjual para ibu-ibu, dan disajikan secara lesehan (duduk di atas tikar).
Nasi boranan disajikan dengan wadah yang dilapisi daun pisang. Pelengkapnya, urap atau krawu dari daun pepaya, kacang panjang, dan taoge.
Empuk merupakan campuran tepung beras, gaplek, dan terigu. Adonan ini dibentuk bulatan kecil dan digoreng. Rasanya gurih karena dicampur bawang putih dan garam.
Sementara gimbal pohong dibuat dari singkong dan parutan kelapa. Sama seperti empuk, gimbal pohong dimatangkan dengan cara digoreng.


BAHAN-BAHAN:
P Ikan Sili                            100 grm
P Ikan Bandeng                250 grm
P Ikan Gabus                     250 grm
P  Ayam                               250 grm
P Tahu                                100 grm
P Tempe                             100 grm

Bumbu:
P Cabe rawit                      5 grm
P Tomat                              2 grm
P Bawang merah             25 grm
P Bawang putih                15 grm
P Kemiri                              5 grm
P Ketumbar                       2 grm
P Merica                             2 grm
P Kelapa Parut                  1 butir
P Daun Jeruk Purut        4 lembar
P Kunyit                              2 cm
P Laos                                  2 cm
P Terasi                               1 grm    

PEMBUATAN
1.       Semua bumbu digoreng, kemudian dihaluskan dan selanjutnya dimasukkan ke dalam rebusan ayam.
2.       Ikan Sili, ikan bandeng, ikan gabus, tahu digoreng kemudian dimasukkan ke dalam rebusan ayam
3.       Tempe mentah dan parutan kelapa dimasukkan kedalam rebusan ayam
4.       Semua adonan yang sudah tercampur direbus hingga masak.

Hasil untu 10 Porsi


Komposisi gizi per porsi:
CEnergi              : 441,12 Kal
CKarbohidrat      : 4,01 gram
CProtein           : 126,63 Kal
CLemak          : 32,59 gram



Ikan Sili adalah sejenis ikan sungai. Ikan ini termasuk sajian yang khas pada menu nasi boranan. Namun karena ketersediaannya tidak kontinyu, ikan yang lain misalnya ikan bandeng dan ikan gabus bisa digunakan.

Senin, 06 Juni 2016

Menu Ramadan 1: Garang Asem Kepala Manyung Khas Tuban

Kabupaten Tuban memiliki beberapa menu khas yang nikmat disajikan sebagai menu berbuka maupun sahur, salah satunya adalah Garang Asem Kepala Manyung. Menu berkuah tentu sangat cocok untuk sajian awal puasa kita. Manyung adalah sejenis ikan lele (Plotosus lineatus), salah satu jenis ikan yang dihasilkan dari budidaya perikanan darat; tapi manyung merupakan ikan laut. Kepalanya yang panjang sangat cocok dimasak menjadi hidangan berkuah, agar daging-dagingnya yang masih menempel di beberapa bagian kepalanya masih bisa dinikmati. Kepala manyung bisa dimasak utuh-utuh, bisa juga dibelah memanjang. Bumbu yang tajam dimaksudkan untuk mengurangi aroma amis pada kebanyakan hasil laut. Dengan mengolah kepala manyung menjadi garang asam, maka akan diperoleh hidangan kepala manyung yang pedas, asam dan segar.

BAHAN:
P Kepala ikan manyung               1.000 gram
P Minyak goreng                         30 gram               
P Air                                            400 gram

Bumbu:
P Bawang merah                             8 siung
P Bawang putih                              5 siung
P Cabe rawit                                   20 buah
P Kemiri                                         4 butir
P Kunyit                                         1 cm
P Lengkuas                                    1 cm
P Belimbing wuluh                          4 butir 
P Garam                                         15 gram

PEMBUATAN:
1.    Bersihkan kepala ikan manyung. Bisa juga kepala dibelah menjadi dua memanjang.
2.    Haluskan semua bumbu, kecuali lengkuas, belimbing wuluh, dan 10 butir cabe rawit. 
3.    Tumis bumbu sampai harum. Masukkan lengkuas, belimbing wuluh dan cabe rawit utuh.
4.    Tuangkan air, biarkan sampai mendidih. Masukkan kepala ikan manyung.
5.    Biarkan sampai bumbu meresap. Angkat dan hidangkan.

Hasil 2 Porsi (Untuk 4 Orang).


Komposisi gizi per porsi:
C Energi                 : 293,65 Kal
C   Karbohidrat         : 0 gram
C   Protein                  : 34 gram
C   Lemak                : 16,5 gram


TAHUKAH? Ikan manyung adalah ikan laut yang biasa ditangkap dan diolah sebagai ikan asin yang disebut jambal roti. Ikan ini adalah anggota bangsa ikan berkumis (Siluriformes), famili Ariidae.

Minggu, 05 Juni 2016

Menyapa Sumba Lagi: UN Jujur

Tanggal 26 April 2016, pukul 07.15 waktu Waingapu. Saya dan Dr. Rita Ismawati, M. Kes, bersama tiga guru peserta Program SM-3T, Cholik, Zuhal, dan Isnu. Cholik adalah koordinator SM-3T Sumba Timur, alumni Program Studi PPKN Unesa. 

Pagi ini kami akan ke Lewa. Mengunjungi empat sekolah. Menemui kepala sekolah, guru, dan anak-anak sekolah. Tentu saja, dalam rangka monitoring dan evaluasi Program SM-3T. Juga yang terpenting, memastikan 75 peserta SM-3T Unesa angkatan ke-5 berada dalam kondisi baik-baik saja.

Pukul 07.20, mobil kami bergerak dari Hotel Elvin, hotel tempat kami menginap. Menyusuri jalan-jalan berliku menuju Lewa, dengan pemandangan bukit-bukit dan padang sabana, seolah mengobati rindu saya pada Tanah Humba. 

Akhir 2014 yang lalu, saya berkunjung ke Sumba, untuk yang kesekian kalinya, dan melakukan perjalanan monev ke Pulau Salura, Kecamatan Karera. Sensasinya melaut bersama 'orang gila' seperti masih saya rasakan sampai sekarang. Mengarungi samudera luas yang berbatasan dengan Australia itu, hanya dengan perahu nelayan, dan kami tidak berpelampung, dengan hujan deras menerpa hampir sepanjang satu jam perjalanan, sungguh pengalaman yang sangat mendebarkan. Kepala sekolah SMP Satap Salura, Pak Heri, hanya tersenyum saja ketika saya protes kenapa kami tidak disiapkan pelampung. Beliau hanya berujar, "tidak apa-apa, ibu, tidak apa-apa, aman."

Kami sebenarnya sudah tiba di Waingapu dua hari yang lalu. Hari pertama kami gunakan untuk berbincang dengan para peserta SM-3T di rumah kontrakan mereka di Waingapu. Oya, mereka memang sedang ada di kota, kecuali yang sekolahnya akan dikunjungi tim monev. Selain untuk mempermudah kami dalam menggali data monev, juga karena mereka sedang mempersiapkan acara seminar nasional yang akan digelar besoknya.  

Kemarin, acara seminar itu dihelat. Tempatnya di Aula SMA 1 Waingapu. Tema seminar adalah "Upaya peningkatan kompetensi guru di Kabupaten Sumba Timur." Narasumbernya tentu saja saya, karena memang mereka memanfaatkan kehadiran saya dalam rangka monev. Narasumber kedua adalah kepala dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga (PPO) yang diwakili oleh sekretaris dinas, Ruben Nggulindima, S.Sos, M. Pd. 

Seminar diikuti oleh sekitar 75 guru dari seluruh Kabupaten Sumba Timur. Pak Heri, kepala sekolah SMP Satap Salura itu,  ada di antara para peserta seminar. Luar biasa bahagianya saya bertemu dengan 'orang gila' itu. Laki-laki asal Muncar, Banyuwangi, yang telah mengabdikan dirinya sebagai guru puluhan tahun di Sumba Timur itu tak kalah lebar senyumnya. Membuat rindu saya pada Salura membuncah. "Salam saya pada Salura, Pak Heri." Kata saya. Andai waktu memungkinkan, ingin rasanya saya mengunjungi Salura, sebuah pulau berpenduduk para nelayan muslim itu. Namun saya harus menahan diri, dan membiarkan rindu pada Salura tersimpan rapi. Berharap semoga suatu ketika saya bisa menuntaskannya.

Semalam kami juga masih sempat on air di Radio Max FM. Berbincang tentang Program SM-3T dan Pendidikan di Sumba Timur. Karena interaktif, obrolan tema tersebut jadi lebih gayeng karena ada pertanyaan dan komentar dari pendengar yang harus ditanggapi. Hari yang cukup padat tapi menyenangkan.

Hari ini, kami mengunjungi beberapa sekolah di Kecamatan Lewa, yaitu di SDN Matawai Kurang, SMPN Satap Matawai Kurang, SMPN Satap Kangeli, SMPN Satap Praimarada, dan SMAN 1 Lewa Tidahu. Bertemu dengan beberapa kepala sekolah, guru, dan siswa. Mengobrol tentang keseharian mereka dan guru-guru SM-3T, tentang impian dan cita-cita mereka, juga bercanda bersama. Makan menu mi instan dan ayam goreng hasil masakan guru-guru SM-3T dan guru-guru setempat. Minum kelapa muda hasil petik para siswa. Melihat anak-anak sekolah yang sedang belajar dan bermain voli.

Hampir sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sekolah-sekolah yang kami datangi adalah sekolah yang kering. Tidak hanya kering dalam arti sebenarnya, karena kebetulan saat ini air sedang sulit. Namun juga kering inovasi, kreativitas, dan motivasi. Kekeringan itu nampak mulai dari pintu depan sampai ke kelas-kelas. Dinding-dinding hanyalah dinding-dinding polos tanpa pajangan. Halaman yang luas dipenuhi tanaman yang tumbuh bukan karena ditanam, lebih banyak berupa tanaman liar. Jangan tanya seperti apa perpustakaan, ruang guru, dan bangunan lain seperti kamar mandi misalnya. Sebagian besar cukup memprihatinkan.

Namun begitu, di beberapa sekolah, kami masih menemukan keceriaan dan semangat. Setidaknya ada guru-guru SM-3T yang bertugas di sana, dan merekalah tumpuan harapan untuk memberi warna yang berbeda pada sekolah-sekolah tempat mereka bertugas. Menanamkan benih-benih semangat dan kecintaan pada ilmu, pendidikan dan kepedulian.

Sumba Timur sesungguhnya berkembang dengan cukup pesat, setidaknya dengan perubahan-perubahan yang saya lihat di Waingapu, kota kabupatennya. Akhir 2011 adalah kunjungan pertama saya ke Waingapu. Bersamaan dengan sosialisasi Program SM-3T yang waktu itu baru saja diluncurkan. Saat itu, Waingapu adalah kota yang sepi. Tidak banyak pertokoan dan tenda-tenda para penjual makanan. Hotel Elvin hanya memiliki belasan kamar. Di sekitarnya sepi-sepi saja. Mobil dan motor juga hanya sesekali melintas. Pusat keramaian ada di Taman Kota, dengan beberapa penjual es kelapa muda di sekelilingnya.  

Saat ini, setelah lima tahun berlalu, Waingapu telah menjelma menjadi kota yang cukup ramai. Tanah kosong di depan Hotel Elvin tempat kami menginap, kini telah dipenuhi dengan pertokoan. Swalayan ada di mana-mana, meski bukan swalayan waralaba semacam indomart dan alfamart. Penjual makanan bisa ditemukan di sembarang tempat, kebanyakan adalah penjual makanan dari Jawa, Madura, dan beberapa makanan Padang. Toko-toko fashion juga menjamur. Pendeknya, Waingapu bersolek, meski belum secantik kota-kota kabupaten di Jawa misalnya.

Satu lagi perkembangan yang saya lihat, Sumba sudah banyak dikunjungi turis mancanegara. Ketika menumpang pesawat dari Denpasar kemarin, kami satu pesawat dengan belasan turis. Beberapa obyek wisata alam dan budaya telah banyak diunggah di dunia maya, dan dari sanalah salah satunya yang menarik turis datang mengunjungi Sumba.

Namun begitu, di pelosok Sumba, keadaan tidak banyak berubah. Air menjadi barang langka dan ketiadaan listrik adalah hal biasa. Anak-anak dalam keadaan dekil dan kurang terurus. Makanan mereka setiap hari kebanyakan bubur dan sayur pucuk labu, sekali-sekali dengan lauk ikan kering. Orang-orang tua tak kalah dekilnya, dengan baju-baju sederhana yang menempeli tubuh mereka. Rumah mereka, kebanyakan beratap rumbai dan seng, dengan babi-babi dan anjing piaraan mereka berkeliaran.  

Menurut data, Sumba Timur, sebagaimana kabupaten lain di Nusa Tenggara Timur (NTT), sebenarnya tidak kekurangan guru. Rasio guru-siswa adalah 18. Masih normal. Namun memaknai angka rasio guru-siswa di kabupaten-kabupaten 3T tidaklah sesederhana itu. Sekolah-sekolah yang tersebar berjauhan jaraknya, dengan kondisi medan yang tidak mudah dan bahkan seringkali berbahaya, hanya diurusi oleh seorang kepala sekolah dan beberapa guru. Seringkali, sekolah yang ada, siswanya hanya dalam hitungan belasan. Sekecil apa pun jumlah siswa, kebutuhan guru pada dasarnya sama dengan sekolah yang jumlah siswanya besar, karena setiap mata pelajaran membutuhkan guru yang seharusnya sesuai dengan mata pelajaran tersebut. Menghitung kecukupan jumlah guru di daerah 3T hanya bertumpu pada rasio guru-siswa, sesungguhnya tidak banyak bermakna. Seperti itulah yang dikemukakan Sekdin PPO. Sangat rasional.

Belum lagi bila dikaitkan dengan fakta yang lain, misalnya kualifikasi guru. Banyak guru yang underqualified, juga mismatch. Guru yang belum S1 atau D4, dan guru yang mengajar bukan pada bidang yang sesuai dengan kompetensinya. Namun di antara begitu banyaknya masalah guru, bagi saya, yang paling memprihatinkan adalah etos kerja guru yang rendah.

Kepala dinas, kepala sekolah, dan guru-guru, kebanyakan mengakui rendahnya etos kerja tersebut. Sepertinya hal itu sudah menjadi rahasia umum. Guru yang PNS, jarang ke sekolah atau bahkan mangkir dari tugasnya, banyak. Guru yang mengajar asal-asalan, tak terhitung. Guru yang mengandalkan kekerasan dalam mendidik siswa, sudah sangat lazim. Seringkali diperparah dengan rendahnya kepemimpinan kepala sekolah dan pejabat terkait yang lainnya, lengkap sudah penyakit komplikasi di sekolah-sekolah tersebut.

Namun begitu, saya mulai melihat ada setitik harapan. Saat di seminar nasional tempo hari, sekdin PPO menyatakan, bahwa Sumba Timur memperoleh tingkat integritas baik saat UN tahun lalu. Artinya, tingkat kejujuran dalam UN dinilai baik. Meski skor UN siswa rendah, namun itu lebih baik daripada skor tinggi namun curang. 

Tentu saja saya sepakat dengan statemen sekdin. Meski ada keraguan dalam hati. Praktik kecurangan saat UN tidaklah sebersih itu, juga di Sumba Timur. Namun saya angkat topi dengan keberanian sekdin menyatakan bahwa kejujuran saat UN adalah lebih penting dari sekadar skor UN. Ini pernyataan yang baru sekali ini saya dengar dari pejabat di Sumba Timur, sejak sekitar lima tahun saya blusukan di kota tertinggal ini.

Lebih membanggakan lagi, pernyataan sekdin tersebut ternyata ditindaklanjuti oleh para guru. Mungkin belum semua guru, namun beberapa hari setelah itu, saat UN digelar, beberapa guru menyampaikan pada saya, bahwa mereka melaksanakan UN dengan jujur. Beberapa status di media sosial mereka juga menampilkan status UN jujur itu. Bagi saya, ini kemajuan luar biasa. Betapa membahagiakan mendengar kabar seperti ini. 

Harapan saya, Sumba Timur, juga kabupaten-kabupaten 3T lainnya di seluruh Tanah Air, mulai bangkit mengejar ketertinggalannya dengan cara-cara yang elegan. Kompetensi dan komitmen guru terbangun. Kepala daerah dan kepala dinas yang peduli dan menjunjung tinggi integritas. Orang tua dan semua komponen masyarakat bersinergi. 

Kalau tahun lalu kabupaten tertinggal di Indonesia masih 183 kabupaten, dan tahun ini tinggal 122 kabupaten, semoga pada tahun-tahun yang akan datang, semakin banyak kabupaten yang telah terentaskan dari ketertinggalannya dalam arti yang sebenarnya. Program-program afirmasi harus terus dilakukan supaya apa yang menjadi salah satu tujuan Nawacita yang telah dicanangkan oleh pemerintahan Jokowi-JK, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, dapat terwujud sesuai harapan.

####

Salam,
LN

Jumat, 03 Juni 2016

PUISI CINTA UNTUK SUMBA