Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Sabtu, 05 Juni 2021

Benteng Van de Bosch

Hari ini kami bersilaturahim ke Ngawi. Ke rumah salah satu anggota paguyuban haji Hidayah Mabrur 2009. Ya, sejak bersama-sama beribadah haji pada 2009, alhamdulilah rombongan haji kelompok kami sampai sekarang masih solid. Pertemuan setiap tiga bulan sekali. Kadang di rumah salah satu anggota di Surabaya, kadang di rumah asalnya, seperti pertemuan yang lalu di Tuban, dan sekarang di Ngawi. Kadang ke tempat wisata seperti di Batu, Tretes, Sarangan. Kadang ziarah wali, kadang berkunjung ke panti-panti. Pokoknya setiap pertemuan, selalu diisi dengan kegiatan yang menyenangkan dan insyaallah bermanfaat, selain--tentu saja--yasin dan tahlil sebagai agenda wajib. Termasuk mengirim doa pada teman-teman yang sudah mendahului, yang sampai saat ini sudah 13 orang, dari 54 anggota.

Anggota paguyuban, tentu saja, sudah pada berumur. Saya saja sudah kepala lima, meskipun pada saat berangkat dulu, termasuk masih muda.....ehm....sok muda, padahal juga sudah kepala empat. Namun semangat bersilaturahim mereka, sungguh mengagumkan. Begitu istiqomah. Juga kedisiplinan pada waktu. Kita-kita yang  lebih muda ini sampai sering malu pada diri sendiri karena kalah jauh dengan beliau-beliau untuk urusan itu.

Setiap kali ada kegiatan keluar kota, maka titik kumpulnya di rumah kami. Sarapan dulu dan menikmati kopi dan teh. Mobil dan sepeda motor bisa diparkir dengan aman, dan bus yang akan membawa kami juga bisa masuk leluasa sampai depan rumah.

Nah, hari ini, selain bersilaturahim, kami juga menyempatkan diri mengunjungi Benteng Van de Bosch. Lokasinya kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah yang kami kunjungi. Tapi saya belum tahu banyak tentang kisah benteng ini ya. Sementara gambar-gambarnya dulu ya.

Begitulah yang hampir selalu kami lakukan. Bersilaturahim, diselingi dengan berwisata, termasuk wisata religi. Namun karena para anggota sudah banyak yang sepuh, tujuan wisatanya yang tidak terlalu sulit untuk dijangkau. Itu pun juga fleksibel, yang pingin berwisata bisa turun, yang tidak, tetap menunggu di bus atau di mobil. Kalau ini yang terjadi, maka kami berwisata dengan cepat, supaya yang di mobil tidak terlalu lama menunggu. Pokoknya yang penting semua happy....

Sabtu, 02 Januari 2021

Kenangan tentang Prof Sukamto

Kenangan tentang Prof Sukamto bermula saat saya menempuh studi S2 di Prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan IKIP Yogyakarta (sekarang UNY). Saya masuk pada 1991, saat itu, saya baru lulus S1 dan belum lama menikah, serta dalam keadaan hamil.

Sebuah proses yang tidak ringan, namun saya selesaikan semester satu dengan baik. Saya katakan tidak ringan karena saya jauh dari keluarga, masih pengantin baru, hamil muda yang tidak mudah, minim pengetahuan dan pengalaman, finansial terbatas dan tanpa beasiswa kecuali bantuan SPP dan buku dari IKIP Surabaya. Status saya saat itu, CPNS saja belum, sehingga peluang beasiswa TMPD tidak bisa saya dapatkan. Saya ingat dua kali saya dipanggil oleh Dr. Amin, direktur pasca saat itu, dan diminta untuk menyerahkan SK CPNS karena ada kesempatan bagi saya untuk memperoleh beasiswa. Tapi karena salah satu persyaratan pokoknya adalah yang bersangkutan harus sudah memiliki NIP, lepaslah kesempatan itu untuk saya. Maka biaya hidup saya selama studi ditanggung oleh suami sepenuhnya, yang saat itu juga masih belum mapan pekerjaannya.

Pada semester kedua, saya mengambil cuti sekolah. Melahirkan dan mengasuh bayi saya.

Pada semester ketiga, saya kuliah lagi. Mengambil matakuliah di semester 3 sekaligus semester 2. Terasa beraaat banget. Tapi untunglah ada banyak teman yang sangat helpful. Ketua kelas saya, Pak Martubi, sesepuh kelas saya, Pak Said yang biasanya kami sebut Simbah, dan teman-teman yang lain, sungguh sangat berjasa pada perjuangan saya menyelesaikan semester 3 saya.

Nah, di semester 3 inilah kenangan terbaik saya tentang Prof Sukamto. Saya menempuh matakuliah metodologi penelitian yang seharusnya saya ambil di semester 2. Saya diberi jadwal dua minggu sekali bertemu Prof Sukamto untuk kuliah mandiri. Di ruangan beliau, di ruang kepala lembaga penelitian. Waktu itu beliau menjabat sebagai Kepala Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Setiap dua minggu sekali, saya mengalami hari yang sangat mencemaskan. Duduk di depan meja beliau, melaporkan progres belajar saya dan tugas-tugas, menyimak penjelasan beliau. Waktunya sekitar 1,5 jam per pertemuan, namun rasanya seperti berabad-abad. Saya selalu merasa menjadi orang paling bodoh sedunia di hadapan beliau. Berusaha mencerna apa yang beliau ajarkan, yang mungkin hanya nyantol sepersekian persennya di kepala. Seringkali saya lihat raut muka beliau seperti berusaha menahan kesabaran. Mungkin dalam hati beliau berkata, 'kok ya kebangeten tenan bocah iki leh ra paham-paham....."

Modal saya belajar metodologi penelitian saat itu benar-benar minim. Juga pengalaman meneliti saya. Saya baru lulus S1 ketika saya 'terpaksa' harus sekolah S2. Sebagai mahasiswa S1 penerima beasiswa TID, setelah lulus saya harus siap ditugaskan di mana pun.  Ternyata saya ditugaskan di Jurusan PKK IKIP Surabaya (Unesa saat ini), almamater saya sendiri. Berdasar surat rekomendasi penugasan itulah, saya diwajibkan pimpinan untuk mengikuti tes masuk S2. Saat itu, ada 14 dosen FPTK IKIP Surabaya yang berangkat tes ke Yogya, saya salah satunya. Dosen mudaaaa banget, yang masih culuuuuunnn banget, yang berangkat benar-benar karena terpaksa. Dari 14 dosen tersebut, yang lulus tes hanya 4, termasuk saya. Saya masih berusaha bernego dengan Dekan FPTK supaya saya diizinkan untuk tidak berangkat sekolah. Tapi negosiasi menemui jalan buntu. Saya harus tetap sekolah.

Benar-benar bermodal dengkul. Saat itu, saya adalah mahasiswa termuda di kelas, dan teman sekelas hampir semuanya adalah dosen PNS yang sudah jauh lebih punya banyak pengalaman, pengetahuan, dan juga uang, karena setidaknya mereka sudah memiliki gaji. Pada saat itu, studi lanjut S2 tidak terlalu lazim diambil oleh fresh graduate seperti saya, melainkan oleh para dosen yang memang sudah siap untuk sekolah. Saya benar-benar seperti memasuki hutan belantara.

Kembali pada cerita tentang kuliah mandiri saya dengan  Prof Sukamto.

Ketika UTS tiba, saya duduk di depan meja Prof Sukamto. Beliau menyodorkan sebuah kotak berisi kartu-kartu soal. Saya diminta memilih sendiri kartu-kartu soal itu, sebanyak 3 kartu. Lantas beliau menyodorkan beberapa lembar kertas untuk saya menulis jawabannya dan menyilakan saya berada sendirian di ruangan dekat ruang beliau untuk saya bisa bekerja.

Pada jam yang telah ditentukan, saya kembali menghadap beliau dan menyerahkan hasil pekerjaan saya. Kemudian saya diminta membacakan soal, menyampaikan jawabannya, dan selalu--setiap kali saya selesai membacakan jawaban saya--beliau tersenyum. Tapi, sungguh, jangan bayangkan saya bahagia dengan senyum beliau. Teman-teman bilang, begitu Prof Sukamto tersenyum, maka yang kami rasakan adalah, 'senyummu adalah tangisku.' Ya, entahlah, dengan segala kepintaran dan kepiawaiannya yang bagi sebagian besar kami terasa tak terjangkau, senyum  Prof Sukamto saat di kelas adalah senyum paling sinis yang menyayat hati. Menggores bagai sembilu. Seperti itu jugalah yang saya rasakan saat itu. Meskipun setelah itu, luka hati sedikit terobati saat beliau menjelaskan dengan detil bagaimana seharusnya jawaban saya dan mengapa. Dengan style-nya yang khas, lengkap dengan senyum manisnya yang menghunjamkan luka. Dalam kondisi seperti itu, saya hanya bisa berdoa semoga waktu cepat berlalu.

Keadaan seperti itu terulang lagi saat saya menempuh UAS. Mandiri lagi tentu saja. Dengan prosedur yang sama persis. Dengan senyum sinis yang bagai sembilu menyayat hati itu. Namun Prof Sukamto dengan segala kecermatannya menunjukkan di mana kesalahan saya, bagaimana seharusnya jawaban saya, dan menyarankan untuk membaca buku apa.

Lantas karena saat itu merupakan pertemuan terakhir, beliau bertanya pada saya, yang intinya,  berapa kira-kira nilai yang pantas saya dapatkan dengan proses dan hasil seperti itu. Tentu saja ini pertanyaan yang tidak mudah saya jawab. Namun saat saya menyerahkan kembali keputusan tentang nilai itu pada beliau, beliau bersikeras menolak, dengan mengatakan, "sebut berapa nilainya, saya akan ikuti Ibu. Kan kita sama-sama dosen, mestinya bisalah Ibu memutuskan berapa nilainya." Begitu kata beliau. Dalam hati saya berteriak, "saya dosen yang belum pernah mengajar, Bapaaaakkkk...."

Karena saya tidak punya pilihan untuk menghindar, maka dengan ragu, saya menyebut, "ya....kalau tidak A min, setidaknya B plus."

"Saya memilih B plus," spontan beliau menyahut.

Saya pun spontan tersenyum. Entah senyum kecut entah senyum girang. Apapunlah. Setidaknya saya sudah bebas dari rasa cemas dan tertekan setiap dua minggu sekali itu. Saya merasakan seperti baru saja ada beban berat lepas dari tubuh saya.

Setelah kejadian itu, sekitar seminggu kemudian, suatu sore ada anak laki-laki muda belasan tahun yang ngganteng datang ke tempat kos saya. Dia memberikan sebuah buku ke saya, dan memperkenalkan diri sebagai putra Prof Sukamto. Dia bilang kalau dia diminta bapaknya untuk mengantarkan buku itu ke saya, supaya bisa saya baca dan pelajari.

Masyaallah, saya hampir tidak percaya. Terbayang sosok Prof Sukamto lengkap dengan senyum sinisnya. Namun sesungguhnya di balik senyum itu, adalah keteduhan, keramahan, dan ketulusan, yang seringkali kami tak mampu membacanya karena tertutup rasa takut dan grogi. Rasa takut dan grogi yang sebenarnya muncul dari pikiran sendiri, karena ketidaksiapan kami untuk berhadapan dengan beliau yang sering melempar pertanyaan-pertanyaan kritis yang lantas membuat kami gelagapan.

Segala luka karena sayatan senyum sinis yang bagai sembilu itu lenyap seketika. Tak berbekas. Yang tersisa adalah kekaguman saya pada sosok yang luar biasa itu. Yang dengan caranya memaksa setiap  mahasiswa untuk membangkitkan kemauannya sendiri akan rasa haus pada ilmu, kemandirian, percaya diri, sekaligus memiliki rasa malu pada diri sendiri. Mendorong untuk terus belajar dan belajar. Mendorong setiap orang untuk senantiasa menjadi "a learning person".

Pengalaman dengan Prof Sukamto ternyata tidak hanya berhenti sampai di situ. Sejak 2003, saya mulai terlibat di beberapa kegiatan di Jakarta. Saat itu, Prof Sukamto adalah direktur Ditnaga, Ditjen Dikti. Maka saya sering bertemu beliau dalam banyak acara.

Kemudian setelah saya menyelesaikan studi S3 saya di UM pada 2007 dan pada 2009 menjadi guru besar, saya mulai sering bertugas menguji disertasi di beberapa universitas, salah satunya di UNY. Saya beberapa kali kembali  bertemu dengan Prof Sukamto sebagai sesama penguji. Saya melihat beliau tetap dengan kejeniusannya. Namun waktu telah sedikit demi sedikit merenggut kesehatannya. Terakhir menguji bersama beliau, mungkin sekitar setahun yang lalu, kesehatan beliau semakin memprihatinkan. Beliau berjalan dengan sangat pelan, berbicara dengan sangat pelan, bertanya dengan sangat pelan, dan menjelaskan dengan sangat pelan.

Kemarin, Kamis 31 Desember 2020, saya mendengar sosok guru yang sangat berilmu itu berpulang ke haribaan-Nya. Saya merasa sangat amat kehilangan. Ada yang terasa kosong di sudut hati saya. Air mata saya meleleh. Hati saya basah.

Ya Allah, saya bersaksi, Prof. Dr. Sukamto adalah orang baik. Ampuni segala dosanya. Terimalah semua amal kebaikan dan amal jariyahnya. Berikan jannah-Mu yang penuh kedamaian dan keindahan hakiki.

Selamat jalan, Guruku.....

Surabaya, 1 Januari 2020

Selasa, 16 Juni 2020

Haul Pakdhe di Boyolali


Kami bertiga, Mas Ayik Baskoro Adjie, saya, dan Cak Jum. Berangkat dari Surabaya pukul 14.30-an, masuk Boyolali pukul 18.00-an. Istirahat beberapa kali di rest area, masjid, dan Indomaret, total waktu sekitar 1 jam 15 menit. Surabaya-Boyolali kami tempuh dalam waktu tidak lebih dari 4 jam dengan kecepatan sekitar 100. Terasa begitu dekat.

Ya, karena kami hampir setiap tahun touring ke Solo dan Boyolali. Silaturahim ke tempat kelahiran ibu, sowan ke pakdhe budhe, paklik bulik, saudara dan kerabat. Perlu waktu sekitar 8 jam bahkan lebih.

Sekarang, hanya perlu waktu tidak lebih dari 4 jam. Menyenangkan sekali.

Haul Pakde Tamam, kakak ibu saya, meriah sekali malam ini. Tamu berdatangan dari berbagai tempat. Para kyai dan bu nyai, para santri dan mantan santri sejak Mbah Kakung kami, Kyai Shoimuri, juga memenuhi ruangan. Para keponakan dari Surabaya, Tuban, Rembang, Solo, Sragen, Yogya, berkumpul. Masyaallah, mereka semua hadir untuk membaca tahlil, manaqib, mendengarkan mauidhoh dari beberapa kyai, khususnya Kyai Yahya Cholil Staquf.

Karena kyai yang saya sebut terakhir ini adalah saudara sepupu kami semua, maka kami pun memasang pagar betis untuk mengevakuasinya. Mendudukkannya di tikar dan berfoto serta bersenda gurau sebelum akhirnya beberapa Banser menjemputnya dan membersilakannya duduk di panggung.

Dik Yahya, begitu kami memanggilnya, sangat humble. Dekat sekali dengan kami semua dan juga dengan siapa saja. Pernah menjadi juru bicara Presiden Gus Dur. Saat ini masih menjadi salah satu anggota Watimpres Jokowi. Beberapa waktu yang lalu sempat menjadi sangat fenomenal sekaligus kontroversial karena kunjungannya ke Israel.

Ceramahnya malam ini begitu bernas, lugas, lucu, mencerahkan.

Momen haul seperti ini bagi kami tidak hanya momen untuk memperingati 'pendak tahun' wafatnya pakde, mbah kakung, paklik, atau bapak kami. Namun juga sekaligus ajang silaturahim.

Semoga Allah SWT senantiasa menghimpun kami semua di dunia dan akhirat, bersama Rasulullah SWT dan semua pengikutnya.
Amiin YRA.

Boyolali, 16 Juni 2019

Kamis, 11 Juni 2020

Teringat Ibu


Selama WFH dan SFH ini, saya lebih punya banyak waktu berolah raga. Ya, bersepeda tentu saja. Setiap hari sekitar pukul 05.00, saya dan Mas Ayik Baskoro Adjie sudah menyiapkan sepeda, lantas mengayuhnya ke Masjid Al Akbar. Hampir selalu, tujuan pertama adalah masjid besar itu. Meskipun kadang-kadang kami hanya lewat saja, dan langsung memutar menuju Jalan A Yani yang elok dan asri. Bisa lanjut sampai ke Royal, pulang lewat Ketintang. Atau terus sampai ke Bonbin, pulang lewat Kodam dan Gunungsari.



Yang saya perhatikan, saat ini orang di segala usia berolah raga. Minimal jalan-jalan. Bayi-bayi di gendongan bapak ibunya atau di kereta dorongnya atau di kursi boncengan sepeda. Anak-anak belasan tahun dan para remaja badminton, main bola, lari-lari, dan bersepeda. Ibu-ibu jogging, badminton, dan senam. Semua mengenakan masker, meskipun masker tidak selalu dipakai. Ya, karena saat berolah raga, misalnya badminton atau lari-lari, masker akan menghalangi kita menghirup oksigen dengan leluasa. Padahal kita memerlukan oksigen lebih banyak untuk mengimbangi 'ngos-ngosan' kita.



Para pedagang juga sudah memulai lagi aktivitas usahanya. Namun jumlahnya memang sangat amat jauh berkurang. Puluhan rombong di lapangan itu dibiarkan terbengkalai di tempatnya. Entah ke mana para pemiliknya. Sedih juga membayangkan ratusan pedagang kecil itu sedang berjuang demi hidup mereka, dengan jalan yang mungkin lebih memberi harapan.



Pagi ini saya mengobrol dengan seorang ibu sepuh. Sepuh sekali, dengan tubuh ringkihnya dan mata kecilnya yang sudah tidak dapat melihat dengan jelas. Duduk di sisi pinggir, di depan halamam masjid yang penuh dengan kerumunan orang dan penjual. Meringkuk,  berpegang pada alat bantu berjalannya. Saya tidak bertanya siapa namanya. Beliau berasal dari Jatisrono. Putranya dua. Sebelumnya, beliau adalah penjual jamu gendong. Namun sejak jatuh di kamar mandi beberapa waktu yang lalu, beliau tidak bisa berjalan. Maka setiap pagi, beliau naik becak dari tempat kosnya, ke depan masjid ini, duduk, menunggu para dermawan. Sekitar pukul 09.00, beliau akan diantar lagi sama abang becak langganannya, pulang ke kos. Oya, saya ingat alamat kosnya: Bebekan Selatan nomor 1. Semoga betul. Saya tidak mengambil gambar beliau. Tidak tega.



Saya 'ngeres' membayangkan hidup beliau. Bagaimana beliau mencari makan, mandi, tidur. Bagaimana kalau beliau sakit, nggreges, flu, capek.....



"Monggo, Mbah. Kalih kulo mawon. Kulo ramut dateng nggriyo kulo mbah. Dikancani anak putu kulo."



"Mboten, Nak. Kulo ngeten mawon....."



Keluarga beliau di Jatisrono tidak tahu keadaan beliau yang seperti ini. Mereka tahunya adalah bahwa si Mbah bekerja sebagai penjual jamu. Mereka tidak tahu bahwa ibunya yang renta ini sudah semakin renta dan bahkan berjalan saja tidak mampu.



Allah....

Menangis saya membayangkan betapa hidup ini begitu sulit bagi beliau dan begitu naif bagi keluarganya.



Saya jadi ingat ibu saya. Baru beberapa menit yang lalu, saya menerima video call beliau.



"Lagi nangdi kok nganggo helm?" Tanya Ibu.



"Sepedaan, Bu. Wonten Masjid Agung."



"O yo wis. Ibu cuma arep ngendikan, ora usah mrene disik. Nunggu lek situasi wis aman."



Usia ibu saya alhamdulilah sudah delapan puluh tahunan, dan kondisi beliau relatif sehat. Tinggal di rumah besar dengan kamar besar yang nyaman. Ada anak cucu yang mengelilingi beliau. Secara ekonomi, insyaallah beliau tidak pernah kekurangan karena rezeki Allah mengalir dari banyak pintu. Mengaji, membaca, beribadah, bercanda dengan anak-cucu, adalah aktivitas utama beliau sehari-hari. Ibu juga sangat mahir ber-wa dan bervideo call.



Alhamdulilah. Ibu menikmati masa senjanya dalam keadaan yang insyaallah membahagiakan. Kalau pun ada hal-hal yang kurang berkenan dan tidak sesuai dengan harapan beliau, beliau selalu mengatakan, semua itu sebagai bentuk kasih sayang Allah, dan supaya kita tidak takabur dengan segala nikmat yang diberikan-Nya.



Saya kembali mengayuh sepeda saya memutari masjid. Dari arah masjid, asma'ul husna menggema.



"Ya Allah, ya Rahman, ya Rahim, ya Malik. Ya Quddus, ya Salaam, ya Mu'min, ya Muhaimin...."



Bibir saya bergetar melantunkannya. Mata saya basah. Hati saya basah.



Surabaya, 11 Juni 2020

Selasa, 03 Maret 2020

Professor Mingchang Wu, Visiting Professor Dari Nyust, Taiwan


Professor Mingchang Wu, Ph.D, adalah Dekan College of Humanities and Applied Science, National Yunlin University of Science and Technology (NYUST), Taiwan. Pada tanggal 12-19 Februari 2020, Prof. Wu, begitu panggilan akrabnya, melaksanakan kegiatan visiting professor pada Program Studi S3 Pendidikan Vokasi. Visiting Professor ini merupakan salah satu implementasi Memorandum of Agreement (MoA) antara NYUST dan Pascasarjana Unesa. Penandatanganan MoA sendiri sudah dilakukan pada 2 Oktober 2019, di NYUST. Pada saat itu, tim yang berangkat ke NYUST, Taiwan adalah Prof. Dr. Suparji, M.Pd (Wakil Direktur Bidang Keuangan, Pascasarjana Unesa), Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd (Ketua Program Studi S3 Pendidikan Vokasi, Pascasarjana Unesa), dan Tsuroya, SS, M.A (Staf International Office, Unesa). Selain itu, bergabung juga Dr. Mutimmatul Faidah, S.Ag., M.Ag (dosen Jurusan PKK-FT Unesa, Kepala Pusat Studi Gender dan Anak, LP3M, Unesa) dan Drs. Biwara Sakti Pracihara, M.Pd (Mahasiswa Prodi S3 Pendidikan Vokasi, Kepala Sekolah SMK 12). Dua nama tersebut merupakan peserta pemakalah pada The 2019 IEEE Eurasia Conference on IOT, Communication and Engineering (IEEE ECICE 2019), yang diselenggarakan di Formosa University, Yunlin, Taiwan.

Selama melaksanakan visiting Professor, Prof. Wu, yang berpengalaman dalam bidang manajemen pendidikan, serta evaluasi dan asesmen pendidikan, tercantum sebagai tim pengajar pada beberapa mata kuliah, yaitu: Manajemen Pendidikan Vokasi, Evaluasi dan Asesmen Pendidikan Vokasi, serta Analisis Artikel Jurnal Mutakhir. Selain mengajar, Prof. Wu juga menjadi narasumber pada diskusi tentang international cooperation, dan membuka berbagai peluang kerjasama antara Pascasarjana Unesa dan NYUST. Beberapa peluang kerja sama yang ditawarkan adalah: student exchange, scholar exchange, joint publication, joint research, joint international conference, dan sebagainya. Prinsipnya, Prof. Wu membuka pintu seluas-luasnya untuk melaksanakan kolaborasi dengan Unesa.

Selain berdiskusi dengan mahasiswa, para kaprodi dan dosen-dosen di Pascasarjana, prof. Wu juga membuka diri untuk berdiskusi dengan Gugus Penjaminan Mutu Pascasarjana. Topik diskusi pejaminan mutu adalah tentang bagaimana mengembangkan sistem penjaminan mutu yang efektif.
Pada awal kehadirannya, prof. Wu sempat terkejut dengan beban kerja yang sudah dijadwalkan oleh Prodi S3 Pendidikan Vokasi. Setiap hari, Prof. Wu rata-rata berkegiatan selama 4 jam. namun demikian, Prof. Wu dengan cepat beradaptasi, dan merasa menikmati aktivitas demi aktivitas bersama mahasiswa, dosen, kaprodi, serta para pimpinan Pascasarjana.

Secara ringkas, kegiatan Prof. Wu selama melaksanakan visiting professor adalah sebagai berikut.
Date
Time
Topic
Target Students/
Lecturers
Note
Tuesday, Feb 11th, 2020
Prof Wu's Arrival from Taiwan
Wednesday, Feb 12th, 2020

(4 jam 10 menit)
11.30-13.50
Lecturing: Vocational Management Review.
20 Students
Team teaching:
1. Prof. Mingchang Wu, Ph.D
2. Prof. Dr. Supari Muslim, M.Pd
3. Dr. Marniati, SE., MM.
13.50-15.40
Lecturing: Vocational education Evaluation & Assessment Review.
20 Students
Team teaching:
1. Prof. Mingchang Wu, Ph.D
2. Prof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd
3. Dr. M. Cholik, M.Pd
Thursday, Feb 13th, 2020

(5 jam)
10.00-12.00
(Preparing material for presentation)


13.00-16.00
Discussion about research collaboration
20 postgraduate staffs

Friday, Feb 14th, 2020

(3 jam 30 menit)
08.00-09.00


09.00-11.30
(Preparing material for presentation)

Lecturing:
Seminar of Dissertation Instrument and Publication
7 Students
Team teaching:
1. Prof. Mingchang Wu, Ph.D
2. Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd
3. Prof. Dr. Munoto, M.Pd
Saturday, Feb 15th, 2020

(4 jam 10 menit)
08.00-09.30
(Preparing material for presentation)


09.40-12.00
Lecturing:
Vocational education Evaluation & Assessment Review and Management in Taiwan.
20 postgraduate staffs
Team teaching:
1. Prof. Mingchang Wu, Ph.D
2. Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd
3. Prof. Dr. Munoto, M.Pd
Sunday, Feb 16th, 2020
Enjoying Bromo

Monday, Feb 17th, 2020

(4 jam)
08.00-10.00


10.00-12.00
(Preparing material for presentation)

International acreditation
20 postgraduate staffs

Tuesday, Feb 18th, 2020

(4 jam)
10.00-12.00
Discussion with lecturers and students about cooperation programs and publication.
20 postgraduate staffs

13.00-15.00
Continuing Discussion with lecturers and students about cooperation programs and publication.
20 postgraduate staffs

Wednesday, Feb 19th

(4 jam)
08.00-10.00


10.00-12.00
(Preparing material for presentation)

Discussion with Quality Assurance Team

5 of Quality Assurance Staffs

Thursday, Feb 20th, 2020
Prof Wu's Departure to Taiwan

Prof. Wu menerima gelar doktor di Purdue Universitas, 1995, jurusan Vocational and Technical Education. Minat akademiknya fokus pada Vocational and Technical Education at Higher Education level, Occupational Psychology and Sociology, dan dan Educational Development and Quality Evaluation. Dia melakukan serangkaian proyek peningkatan pendidikan pada posisi Chairperson of Graduate School of Vocational Education (1998~2003), CEO of Program Evaluation in Taiwan (2000 ~ 2013), dan Coordinator of Teaching Resource Center untuk 20 institut di Central Taiwan (2008 ~ 2017). Baru-baru ini, Prof. Wu mengelola beberapa proyek penelitian kolaborasi antar universitas untuk peningkatan kualitas pendidikan dan revitalisasi. Prof Wu juga bekerja dengan beberapa rekan internasional untuk melakukan penelitian lintas budaya.

Menengok daftar publikasinya, sejak tahun 2011, Prof. Wu memiliki 25 artikel yang dipublikasikan melalui international conference dan jurnal ilmiah internasional. Tentu saja hal tersebut menjadi salah satu indikator kualitas akademik Prof. Wu yang dapat kita nilai sangat layak sebagai salah satu guru besar bidang pendidikan vokasi pada tingkat internasional. Rincian publikasi dapat dicermati pada daftar berikut.
1.       Sudiyatno, Mingchang Wu, Budiman, DidikPurwantoro, TuatulMahfud, IbnuSiswanto, 2019, The Effect of Instructional Quality on Vocational Students' Academic Achievement and Career Optimism, International Journal of Innovation Creativity and Chang, Vol.7, No.10, pp.244-260. (其他)
2.       M. Khairudin, G.D. Chen, M.C. Wu, Asnawi, Nurkhamid, 2019, Control of a mobable robot head using vision-based object tracking, International Journal of Electrical and Computer Engineering, Vol.9, No.4, pp.2503-2512. (其他)
3.       Wei-Ting Hsiao, Ming-Chang Wu, Chang-Franw Lee, Wen-Lung Chang, 2019, An Analytic Study on Constructional Relationship of Intrapersonal Factors Fostering Innovation Competency: From Taiwanese Students’ Perspectives, EURASIA Journal of Mathematics, Science and Technology Education. (SSCI)
4.       Wu, M., Siswanto, I., & Mahfud, T., 2018, The Role of Cognitive and Affective Behavior in Predicting the Creative Thinking of University Students, International Journal of Innovation, Creativity and Change, Vol.4, No.2, pp.90-103.
5.       AsnulDahar Minghat1, Siti Salina Mustakim, Mingchang Wu, IbnuSiswanto, 2018, NURTURING NATIONAL DUAL TRAINING SYSTEM TOWARDS GOVERNMENT-LINK COMPANIES’ (GLCs) STANDARD, The Turkish Online Journal of Design, Art and Communication, pp.1624-1630. (其他)
6.       Mingchang Wu, Ibnu Siswanto1, ChenjuKo, AsnulDaharMinghat, Siti Salina Mustakim, 2018, THE PROACTIVITY OF ACADEMIC ELITES: A SYSTEMATICAL APPROACH TO PROACTIVE BEHAVIOR DEVELOPMENT IN UNIVERSITY SETTINGS, The Turkish Online Journal of Design, Art and Communication, pp.1636-1648. (其他)
7.       Wu, M.C., 2018, Perspectives on the values in university administration: Reflection on positivism through critical paradigm, WULFENIA JOURNAL, Vol.25, No.7. (SCI)
8.       Wu, M.C., IbnuSiswanto, ZainalArifin, 2018, Fostering telecommunication industry development through collaboration among university, industry, and government ~Elevating triple helix model of collaboration in Indonesia~, International Journal of Engineering & Technology, No.7, pp.4-8. (其他)
9.       Wu, M.C.&IbnuSiswanto, 2017, The influential factors and hierarchical structure of college students’ creative capabilities ~ An empirical study in Taiwan ~, Thinking Skills and Creativity. (SSCI)
10.    Wu, M.C., Ko, C.J., Huang, C.Y. & Chao, C.M., 2017, How team cohesion is constructed in the real business world? ~An empirical analysis on the hierarchical and progressive effects of its versatile factors ., Wulfenia, Vol.24, No.4. (SCI)
11.    Wu, M.C. &Didik, N., 2017, Effectiveness of the rubric of competency-based assessment on the achievement of performance in the workbench practicum for students in engineering education, World Transactions on Engineering and Technology Education, Vol.15, No.1. (EI)
12.    Wu, M.C., Wu, M.T. & Hsu, C.S., 2016, Can organizational power manipulate the manifest needs of faculty members in administrative positions? ~ the perspectives of academic administrators in Taiwan ~, WULFENIA, Vol.23, No.11, pp.26-46. (SCI)
13.    Wu, M.C. &Marsono, 2016, An investigation of the critical factors that foster engineering students’ creative thinking, self-efficacy, academic motivation, social support and academic achievement, World Transactions on Engineering and Technology Education, Vol.14, No.2, pp.266-270. (EI)
14.    Wu, M.C. &Marsono, 2016, Development of a cooperative micro lesson study learning model to teaching creatively and teaching for the creativity of engineering students, World Transactions on Engineering and Technology Education, Vol.14, No.2, pp.322-326. (EI)
15.    Wu, M.C., 2016, A Study on Teachers’ Preparation Policies and Execution for Vocational High School in Indonesia: A Reflective Perspective of In Depth Qualitative Inquiry, International Journal of Business Management and Economic Studies, Vol.2, No.1, pp.1-11.
16.    Wu, M.C., Nurhadi, D. &Zahro, S., 2016, Integrating the talent management program as a new concept to develop a sustainable human resource at higher educational institutions, International Journal of Organizational Innovation, Vol.8, No.4. (EI)
17.    Wu, M.C., Marsono. & Huang, C.C., 2015, A study on the relationships between psychological capitals, principals’ leadership, social support, organizational commitment, and teachers’ efficacy, Canadian Social Science, Vol.11, No.9.
18.    Wu, M.C., Ko, C.J., Chang, W.L. & Huang, C.C., 2015, A Factorial Analysis on Organizational Power Construction — from the Perspectives of School Leaders in Taiwan, International Journal of Information and Education Technology. (EI)
19.    Wu, M.C., Chang, W.L., Lin, H.H., & Chen, Y.H., 2015, A Study of the Dynamic Capabilities in Higher Education Institutions: Examination on the Variation of Business Organizations from Educational Settings, The International Technology Management Review, Vol.5, No.1. (EI)
20.    Wu, M.C., Chang, W.L., Guan, S.S. & Chen, C.W., 2014, How Practitioners in Design Industry Become Innovative? The Identification of Influential Factors, Journal of Asian Vocational Education and Training, Vol.7, pp.1-13.
21.    Wu, M.C. & Chen, Y.H., 2014, A factor analysis on teamwork performance - an empirical study of inter-instituted collaboration, EgitimArastirmalari- Eurasian Journal of Educational Research, No.55, pp.37-54. (SSCI)
22.    Wu, M.C. (2013). A factor analysis study on team cooperation quality of university faculties in Taiwan ~ dark side effects of relationships on team cohesion., International Journal on New Trends in Education and Their Implications, Vol.3, No.2, pp.155-169.
23.    Wu, M.C. (2013). How do Thinking Styles Influence Collaborative Dispositions? A Study on the Relationships between Thinking Styles and Collaborative Dispositions for Youngsters in Taiwan., Educational Sciences: Theory & Practice. (SSCI)
24.    Wu, M.C. (2013).  A study on the tacit knowledge of university faculty:A case study in Taiwan, Asia Pacific Education Review, Vol.14, No.2, 171-188. (SSCI)
25.    Low, C. Y& Chen, Y.C., &Wu, M. C. 2011, Understanding the determinants of cloud computing adoption, Industrial Management & Data Systems, Vol.111, pp. 1006-1023. (SCI, EI)

Prof. Wu merupakan pribadi yang humble, menyenangkan, dan aktif. Selama di Unesa, hampir setiap sore beliau memanfaatkan waktu bermain tennis bersama Pimpinan Pascasarjana dan para dosen, menunggang kuda, dan juga melakukan eksplorasi Kota Surabaya. Prof. Wu juga berkesempatan melakukan traveling ke Bromo dan mengagumi keindahan Bromo serta keramahan masyarakatnya. Satu hal lagi yang juga sangat mengesankan pada diri Prof. Wu adalah kemurahhatiannya. Prof. Wu menitipkan USD 500 pada prodi S3 Vokasi dan meminta supaya dana tersebut disalurkan untuk membantu anak-anak sekolah dari keluarga miskin. Sungguh mengesankan.

Sebagai rangkaian kegiatan visiting professor/scholar antara NYUST dengan Pascasarjana Unesa, saat ini sedang dipersiapkan pengiriman satu lagi professor dari NYUST yang akan berkegiatan di Pascasarjana Unesa. Selain itu, juga sedang dipersiapkan dua profesor/dosen dari Prodi S3 Pendidikan Vokasi yang akan melaksanakan visiting professor/scholar di NYUST, selama sekitar dua minggu. Semua pembiayaan kegiatan tersebut ditanggung oleh masing-masing universitas, dalam arti, Unesa menanggung semua biaya transportasi, akomodasi, serta honorarium kegiatan untuk professor dari NYUST yang sedang visiting di Unesa. Sebaliknya, NYUST menanggung semua biaya tersebut selama profesor/dosen Unesa berkegiatan di NYUST. Sebuah sinergi yang sepadan dan bersifat mutualisme. Namun demikian, karena saat ini sedang terjadi wabah COVID-19 (virus corona), maka kelanjutan kegiatan akan dilakukan pada sekitar April 2020, menunggu situasi stabil lebih dahulu.

Diharapkan kegiatan kolaborasi semacam ini dapat terus berlanjut dalam rangka meningkatkan mutu SDM dosen dan mahasiswa Unesa, khususnya pada Program Studi S3 Pendidikan Vokasi. Kolaborasi juga diupayakan untuk lebih diperluas, tidak hanya dengan NYUST, namun juga dengan universitas lain di dalam maupun di luar negeri. Kolaborasi seperti ini merupakan salah satu wujud program internasionalisasi perguruan tinggi, yang juga menjadi salah satu indikator mutu sebuah universitas.

Surabaya, 26 Februari 2020
Luthfiyah Nurlaela