Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Selasa, 25 Januari 2022

Efek Booster


BEBERAPA hari yang lalu, Kemendes PDTT melaksanakan vaksinasi ketiga atau booster. Untuk gelombang pertama ini, karena jatah vaksinnya terbatas, diprioritaskan bagi pimpinan dan sebagian staf saja. Selanjutnya secara bertahap akan dilaksanakan vaksinasi booster untuk semua.

Vaksin yang digunakan pada vaksinasi ketiga ini adalah pfizer. Saya sendiri mendapatkan vaksin sinovac pada vaksinasi pertama dan kedua, yang saya peroleh di Unesa. Relatif tidak ada efek kecuali lapar dan ngantuk. Jadi setelah vaksinasi sinovac dulu itu, kerjaan saya adalah makan dan tidur.

 

Berbeda dengan efek vaksin booster ini. Saya sempat nggliyeng dan demam malam harinya, badan ngilu-ngilu, menggigil, dan mual. Paginya saya minum paracetamol, karena saya masih demam dan mual. Apa lagi pagi itu juga, saya  dijadwalkan mengunjungi sebuah desa wisata di Gresik.

 

Berangkat ke Gresik dengan badan terasa sangat kurang fit, saya nekad saja sambil menghimpun semangat dan kekuatan. Memang kalau membaca anjurannya, seharusnya kita perlu istirahat dua-tiga hari setelah vaksinasi. Untuk saya, boro-boro istirahat, bahkan setelah vaksin saya langsung meluncur ke Soetta dan terbang ke Surabaya. Kami sudah terlanjur berjanji untuk silaturahim ke Desa Lontar di Kecamatan Menganti, Gresik. Membayangkan kepala desa dengan direktur bundes, Kepala Dinas PMD Kabupaten Gresik, para pendamping desa, dan semuanya, saya tidak tega untuk tidak hadir.

 

Sesampainya di tujuan, dengan setengah terhuyung saya turun dari mobil. Mas Dikin Mokhamad Sodikin meminta saya untuk pegangan karena melihat saya agak labil. Tapi saya tidak ingin membuat cemas tuan dan nyonya rumah yang sudah berbaik hati menyambut kami dan menyiapkan semuanya. Saya berjalan pelan sambil melempar senyum paling manis untuk  menutupi nggliyeng saya. Alhamdulilah, dengan terus menghimpun semangat, akhirnya acara demi acara bisa saya lalui dengan baik. Alhamdulilah.

 

Tapi berdasarkan pengalaman itu, saya bisa sarankan pada Anda, sebaiknya istirahat saja deh setelah vaksin booster. Setidaknya sehari dua hari. Apa lagi kalau Anda mengalami gejala pusing dan demam seperti saya. Nggak uwenak memaksakan diri. Meskipun mungkin tubuh kita kuat, tapi sebenarnya hal itu tidak disarankan. Salah satu alasannya adalah demi keefektifan vaksin itu sendiri.

 

Semoga pandemi segera berlalu ya. Supaya kita tidak perlu sogrok hidung setiap kali mau terbang. Saya perhatikan, sepertinya hidung saya dari hari ke hari kok tambah mekrok.....

 

Jakarta, 25 Januari 2022

Kemurnian Ciptagelar

 

NAMA desa ini, bagi saya, cukup unik. Ciptagelar. Saya penasaran mengapa desa ini namanya Ciptagelar. Saya mencoba menelusurinya di internet. Saya dapatkan beberapa referensi tentang Ciptagelar, yang membahas sejarah, letak geografis, budaya, demografi, dan sebagainya. Ciptagelar mempunyai arti terbuka atau pasrah.

 

Dari catatan yang saya baca, Kasepuhan Ciptagelar adalah masyarakat hukum adat yang berada di kawasan pedalaman Gunung Halimun-Salak. Istilah kasepuhan berasal dari bahasa Sunda, yang secara umum artinya adalah mereka yang dituakan. Secara spesifik wilayah perkampungan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar tersebar di tiga kabupaten yang berada di sekitar wilayah perbatasan Provinsi Banten dan Jawa Barat.

 

Kasepuhan Adat Ciptagelar mulai berdiri pada 1368 dan telah beberapa kali mengalami perubahan kepemimpinan yang dilakukan secara turun temurun. Sampai saat ini Kasepuhan Ciptagelar juga telah mengalami beberapa kali perpindahan desa pusat pemerintahan yang disebut sebagai Kampung Gede, karena masih menjalankan tradisi berpindah yang berdasar pada wangsit yang diterima dari para leluhur (karuhun). Secara administratif saat ini Kasepuhan Ciptagelar berada di wilayah dusun Sukamulya, Desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

 

Berdasarkan data tahun 2008, Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar memegang kuat adat dan tradisi yang diturunkan sejak 644-an tahun lalu (1368 M). Kasepuhan Ciptagelar dihuni oleh sekitar 293 orang yang terdiri dari 84 kepala keluarga dengan 151 orang laki-laki dan 142 orang perempuan. Desa ini merupakan bagian dari Kesatuan Adat Banten Kidul yang tersebar di lebih dari 500 desa.

 

Tanggal 14-15 Januari yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi Desa Adat Ciptagelar, dalam rangka memperingati Sewindu UU Desa. Kami semua, seluruh pejabat tinggi madya dan pejabat tinggi pratama, juga Menteri Desa PDTT serta Sekretaris Jenderal, secara bertahap berangkat dari Hotel Inna Samudra Pelabuhan Ratu. Harus secara bertahap, karena jalan menuju Desa Ciptagelar merupakan jalan yang berbatu-batu, menanjak, berbelok-belok, dan sempit.  Bila kami berangkat bersama-sama, jika di tengah jalan ada satu saja mobil yang mogok atau bermasalah, hal ini akan menyebabkan terjadinya mogok berjamaah. Mobil yang kami bawa, semuanya adalah mobil offroad 4WD, menyesuaikan dengan kondisi medan berat yang kami tempuh.

 

Saya semobil dengan Pak Jajang Abdullah (sekretaris BPSDM), Mohammad Sodikin (TA BPSDM), dan Mas Angga (staf BPSDM). Mas Angga sehari sebelumnya sudah mengunjungi Ciptagelar untuk tryout mobil dan kenal medan. Namun begitu, kami masih sempat tiga kali terhenti di tengah jalan yang menanjak curam, karena Mas Angga telat oper gigi. Sempat mundur beberapa meter untuk mengambil start. Beberapa mobil bahkan mogok karena mesinnya panas, dan harus menunggu mesin dingin dulu, baru berangkat lagi. Ibu Irjen dan beberapa direktur bahkan terpaksa dipindahkan ke mobil lain karena mobil yang ditumpanginya mogok berlama-lama. Memang, sepanjang pengalaman saya berkendara di medan ekstrim, jalan ke Ciptagelar ini merupakan jalan terekstrim yang pernah saya lalui dengan mengendarai mobil.

 

Kami tiba di Kasepuhan Ciptagelar sekitar pukul 11.30. Sekitar dua setengah jam perjalanan dari Pelabuhan Ratu. Kami semua berpakaian adat Citpagelar. Para lelaki mengenakan baju dan celana hitam, juga mengenakan ikat kepala (totopong). Yang perempuan, mengenakan kain kebaya dan kain (sarung/jarit/rok panjang). Tidak boleh mengenakan celana panjang, apa lagi celana jins. Seperti itulah memang yang saya lihat orang-orang Ciptagelar berbusana. Para lelaki yang bersahaja dalam balutan hitam-hitam dan ikat kepala. Para perempuan yang umunya berkulit bersih, cantik, mengenakan kebaya dengan kain, pada umunya kain sarung, yang dililitkan begitu saja. Bahkan beberapa anak belasan tahun pun sudah mengenakan pakaian adat seperti itu dalam kesehariannya.

 

Kami diterima di Pendopo Imah Gede. Sebuah pendopo dan sekaligus rumah Ketua Adat, yaitu Abah Ugi Sugriana Rakasiwi. Sosok yang tampan, berkulit bersih, berwibawa, sangat disegani. Belasan teman dari Kemendes PDTT sudah lebih dulu datang, khususnya para panitia, yang sebagian besar adalah pejabat tinggi pratama, beserta para staf dan ajudan. Kami disuguhi makan siang yang sudah ditata di atas meja panjang. Ada karpet tergelar dengan meja-meja pendek, dan kami makan secara lesehan. Menunya hampir sama dengan yang kita kenal pada umumnya, dengan kekhasan hidangan Sunda yang selalu tersedia sambal dan lalapan mentah. Yang berbeda adalah nasinya. Bukan nasi yang empuk dan pulen, sebaliknya nasinya agak kering atau pera, bulirannya pendek-pendek.

 

Warga Kasepuhan Ciptagelar dikenal sebagai masyarakat yang memegang teguh adat dan tradisi yang bersandar pada budaya pertanian, khususnya padi. Beras yang dikonsumsi penduduk Ciptagelar berasal dari tanaman padi yang mereka tanam sendiri, dengan bibit yang mereka kembangkan sendiri, dan diproses dengan cara tradisional secara turun-temurun. Dari catatan yang saya baca, Beberapa rangkaian kegiatan pertanian yang mengakar di antaranya adalah ngaseuk (menanam padi yang dilakukan secara bersama-sama), mipit, nganyaran, serentaun, dsb. Dari catatan juga saya peroleh penjelasan bahwa kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah masyarakat adat yang bersandar kepada budidaya padi, seluruh sendi-sendi kehidupan adat didasarkan kepada kalender siklus padi. Leuit bagi warga kasepuhan Ciptagelar tidak hanya berarti gudang tempat penyimpanan padi, melainkan berkaitan dengan simbol penghormatan pada Dewi, yaitu Nyi Pohaci Sanghyang Asri yang menampakkan dirinya dalam bentuk padi. Setiap kali panen, mereka menyimpan 10% padi di leuit (lumbung) sehingga tidak heran jika di sana terdapat padi yang usianya ratusan tahun. Bagi warga kasepuhan Ciptagelar, padi merupakan kehidupan, bila seseorang menjual beras atau padi, berarti menjual kehidupannya sendiri.

 

Leuit atau lumbung ini menjadi pemandangan yang sangat khas di Desa Ciptagelar. Bangunan semi permanen dari kayu dan atap jerami ini berada di sekitar rumah atau di tempat-tempat yang agak jauh dari pemukiman. Berpadu dengan gunung, sawah, dan pepohonan, jajaran leuit adalah pemandangan yang sangat indah dan mengesankan.

 

Kegiatan kesenian dan kebudayaan, termasuk diantaranya Angklung Buhun, Wayang Golek, dan Jipeng merupakan bagian dari keseluruhan adat istiadat, budaya, serta tradisi yang terus berkembang sampai saat ini.

 

Menikmati Ciptagelar dengan segala kemurniannya, semakin memberikan kesadaran pada kita, betapa sesungguhnya alam selalu ada untuk kita. Bersahabat dengan alam adalah kuncinya.

 

Jakarta, 23 Januari 2022

Rabu, 19 Januari 2022

Kisah Kamar 308


PERNAH mendengar kisah kamar 308? Ya, sebuah kamar di Hotel Inna Samudra di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Konon, kamar tersebut merupakan kamar yang menjadi tempat Presiden Soekarno bersemedi. Juga tempat pertemuan presiden pertama RI ini bertemu dengan Nyi Roro Kidul. Kamar 308 ini bahkan diyakini oleh banyak orang sebagai kamar khusus yang disedikaan oleh Bung Karno untuk Sang Ratu Penguasa Pantai Selatan itu. Benarkah? Kembali kepada keyakinan masing-masing saja ya, tidak perlu diperdebatkan. Dinikmati saja sebagai bagian dari romantika kehidupan. Sebagai pernak-pernik dan warna-warni yang melengkapi hari-hari. Hehe. Kalau ingin tahu seperti apa deskripsi tentang kamar tersebut, beserta kisah-kisah mistis yang mengikutinya, silakan klik saja di internet. Kisah kamar 308 ini sudah sangat bejibun di jagat maya.

 

Saya hendak menuliskan kisah yang saya alami sendiri. Jangan berharap kisah yang wow ya, karena saya tidak mengalami apa-apa. Alhamdulilah, sebelum dan sesudah saya mengunjungi kamar yang fenomenal itu, hidup saya sama, normal, baik-baik saja, dalam arti tidak mengalami hal-hal yang berbeda.

 

Nah, berbeda dengan rekan saya, namanya Pak Sofyan, beliau salah satu direktur di salah satu ditjen di Kementerian Desa PDTT. Ceritanya, kami sedang mengikuti rapat pimpinan Kementerian Desa PDTT. Menteri Desa, Wakil Menteri, Sekjen, dan seluruh pejabat tinggi madya dan pratama hadir di Hotel Inna Samudra, pada 12-13 Januari 2022. Pagi itu, 13 Januari 2022, saya keluar kamar dan bermaksud jalan-jalan ke pantai. Di pantai, secara kebetulan saya bertemu dengan Pak Sofyan dan Pak Rudi, dua-duanya direktur di Kementerian Desa PDTT. Kami juga  bertemu dengan Pak Jajang, beliau sekretaris BPSDM, artinya satu unit kerja dengan saya. Kami berjalan sepanjang pantai sambil mengobrol, kemudian secara spontan mempunyai ide untuk mengunjungi tempat yang disebut sebagai pintu gerbang Kerajaan Nyi Roro Kidul.

 

Kami berjalan menuju sebuah tempat di pinggir pantai, yang berbatu-batu, dan di satu sisinya terdapat batu karang besar. Ada juga pohon besar yang menambah kesan mistis. Di dekat tempat itu ada bangunan hotel yang sudah rusak, sepertinya sudah bertahun-tahun dibiarkan kosong tak berpenghuni. Di sekitarnya ditumbuhi rumput-rumput yang tak pernah dibersihkan, dan di depannya berserakan bekas-bekas bangunan yang mungkin dulunya adalah taman di halaman hotel tersebut. Nah, di sekitar tempat itulah konon merupakan pintu gerbang Kerajaan Nyi Roro Kidul. Boleh percaya boleh tidak ya?

 

Setelah beberapa saat berada di tempat itu, kami berniat langsung mengunjungi Kamar 308. Pak Jajang dan Pak Rudi menyusuri pantai untuk kembali ke hotel, sedang saya dan Pak Sofyan menyusuri jalan setapak di atas pantai. Saya dan Pak Sofyan lebih dulu tiba di hotel, dan kebetulan bertemu dengan petugas hotel. Karena Pak Jajang dan Pak Rudi tidak kunjung muncul, maka saya dan Pak Sofyan memutuskan untuk lebih dulu mengujungi Kamar 308, didampingi petugas hotel.

 

Pada pintu kamar 308 itu tertulis ‘Private Room’. Warna pintunya hijau. Petugas membuka pintu kamar, dan spontan aroma wewangian menyeruak keluar ruangan. Menusuk hidung. Kami dipersilakan masuk, dan setelah mengucap salam, kami pun malangkah memasuki ruangan yang remang-remang dan dingin itu. Hampir semuanya bernuansa hijau, konon merupakan warna kesukaan Ratu Pantai Selatan.

 

Benar juga kata Bu Aisyah, Dirjen PKTrans yang kemarin sudah lebih dulu mengunjungi kamar ini. Beliau merasakan udara yang sangat dingin di dalam kamar, sampai membuatnya setengah menggigil. Ditambah dengan berbagai pernak-pernik yang bernuansa mistis yang memenuhi kamar tersebut, pantaslah kalau orang mengatakan betapa magisnya kamar ini. Ada rupa-rupa bunga, sesaji, wangi-wangian, lukisan besar yang diyakini sebagian orang sebagai penampakan Nyi Roro Kidul, lampu-lampu kecil, aksesoris, kitab-kitab termasuk buku Yasin dan al-Quran, foto-foto kecil para pengunjung, dan juga bunga-bunga yang tersebar memenuhi tempat tidur; benar-benar berhasil membangkitkan suasana magis.

 

Di dalam kamar, petugas hotel menceritakan tentang kisah kamar itu, Juga antusiasme para pengunjung, yang bahkan para pengunjung yang bukan tamu hotel Inna Samudra. Pada hari Kamis malam Jumat dan pada hari-hari tertentu, antrian pengunjung sangat banyak dan bahkan mengular. Setiap pengunjung yang ingin bersemedi di dalam kamar, diberikan waktu paling lama satu jam. Sesaji yang mereka bawa sebagai pelengkap semedi akan memenuhi kamar. Bila kamar sudah penuh dengan sesaji, petugas akan mengeluarkannya, agar pengunjung lainnya dapat meletakkan sesajinya juga di dalam kamar. Begitu seterusnya. Antusiame itu begitu besar bahkan meskipun mereka harus membayar untuk melakukan hajat tersebut. Berapa yang mereka harus bayar? Rahasia ya. Hehe.




 

Saya sendiri tidak merasakan apa-apa selama berada di dalam kamar 308 itu. Rasa dingin yang menusuk saya yakini berasal dari AC yang mungkin sepanjang waktu dinyalakan. Aroma mistis yang ada saya yakini karena memang dikondisikan sedemikian rupa, meskipun memang unsur mistis itu mungki sudah ada dari sononya.  Kami bertiga mengobrol sambil mengamati segala pernak-pernik di kamar, dan selama mengobrol itu, perasaan saya biasa-biasa saja. Petugas dengan telaten menjelaskan apa pun yang menjadi keingintahuan kami.

 

Begitu kami keluar kamar, petugas mematikan lampu, mengunci kembali “the private room’ yang spesial itu. Seharian setelah itu, saya lalui dengan biasa, dengan aktivitas yang sudah terjadwal sesuai agenda rapat pimpinan. Bahkan pagi itu, selama sekitar dua jam, saya dan tim harus mempresentasikan capaian kinerja 2021 dan target kinerja 2022 di hadapan Menteri Desa, Wakil Menteri, Sekjen, semua pejabat eselon 1 dan 2 di lingkungan Kemendesa PDTT. Alhamdulilah semua berjalan lancar dan respon Pak Menteri serta semua peserta rapat baik-baik saja.

 

Besok paginya, kami makan di resto bersama para pejabat yang lain. Di sinilah cerita mistis itu terjadi. Pak Sofyan bertanya, apakah saya tidak mengalami sesuatu semalam? Saya jawab tidak, dan bahkan saya tidur pulas karena capek. “Tidak ada yang mengunjungi?” Tanya Pak Sofyan. Tentu saja saya jawab tidak.

 

Pak Sofyan bilang, semalam, sekitar pukul 01.00, beliau terbangun, karena mendengar dan merasakan ada angin yang berembus keras di dalam kamarnya. Beliau melihat gordin kamar melambai-lambai karena embusan angin dan itu terjadi beberapa detik. Embusan angin juga sangat beliau rasakan memenuhi kamar. Seketika beliau membaca apa pun, ayat kursi dan lain-lain, dan sekejab kemudian embusan angin itu berhenti. Jendela kamar tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda jendela terbuka sehingga menyebabkan angin berembus sampai membuat gordin melambai-lambai. Pikirannya otomatis terhubung dengan Kamar 308. Pagi tadi kami mengunjunginya. Sepertinya, penghuni Kamar 308 itu melakukan kunjungan balik. Kebetulan yang dipilih adalah  Pak Sofyan. Untunglah, bukan saya……

 

Percaya tidak percaya, itulah yang terjadi. Tentu saja saya percaya dengan cerita Pak Sofyan, beliau tidak ada bakat sebagai pengarang cerita. Hal-hal mistis semacam itu bisa terjadi pada siapa saja, karena memang ada makhluk lain di dunia yang lain. Pada dimensi yang berbeda. Sesekali makhluk berdimensi berbeda itu berkeinginan untuk menyapa kita, berinteraksi. Hanya mungkin kepekaan kita yang berbeda, sehingga ada yang bisa merasakan kehadirannya, ada yang tidak. Ada yang ndableg, ada yang peka. Nah, Anda termasuk yang mana ya? Hehe.

 

Demikianlah kisah Kamar 308.

 

Selamat menyambut malam Jumat, malam yang penuh dengan keberkahan. Jangan lupa baca Yasin, tahlil dan doa untuk para leluhur yang sudah mendahului kita ya. Semoga Allah SWT memberikan kedamaian dan kebahagiaan pada kita semua. Amiin.

 

Jakarta, 20 Januari 2022.

Jumat, 24 Desember 2021

Lahan untuk Balai Bengkulu


BPSDM Kemendes PDTT, selain membawahi 1 sekretariat, 4 pusat, dan sekitar 35 ribu pendamping desa, juga membawahi 9 balai pelatihan dan pemberdayaan masyarakat desa DTT. Balai Bengkulu merupakan salah satunya. Balai yang lain ada di Jakarta, Yogyakarta, Denpasar, Banjarmasin, Makassar, Ambon, Pekanbaru,  dan Jayapura.

 

Balai Bengkulu berlokasi di Kabupaten Bengkulu Utara, tepatnya di Kota Padangjaya, sekitar dua jam dari Kota Bengkulu. Memiliki lahan seluas 241, 8 ha. Luas sekali. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengunjunginya, dan harus menumpang mobil atau motor saat berkeliling, saking luasnya.

 

Hari ini kami berkunjung lagi ke Bengkulu. Menghadap Bapak Gubernur yang baik hati dan santun. Menyampaikan permohonan supaya beliau berkenan menghibahkan satu lahannya yang tidak termanfaatkan untuk kami gunakan sebagai Kantor Balai Bengkulu. Lahan yang di Padangjaya akan kami manfaatkan untuk model pemberdayaan masyarakat dan geopark. Jarak tempuh yang cukup jauh dari Kota Bengkulu ke Padangjaya menjadi sedikit kendala dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Salah satunya karena Balai Bengkulu memiliki wilayah tanggung jawab meliputi Provinsi Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung. Sementara tugas balai adalah melaksanakan penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan masyarakat desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi.

 

Alhamdulilah, pembicaraan dengan Gubernur yang juga akademisi itu lancar. Hasilnya, ada empat alternatif lahan yang kami bisa pilih salah satunya. Siang ini kami mengunjungi dua lokasi saja, karena di lokasi ini sudah ada bangunannya, meskipun sebagian besar sudah rusak karena tak terawat. Satu lokasi adalah eks balatrans, dan lokasi kedua merupakan eks transito. Saya lebih cenderung memilih lokasi kedua, lingkungannya lebih nyaman, tenang, bersih, di dekat Kampus Universitas Bengkulu, serta ada pohon kelapa dan pohon sukun. Sepertinya kok nyaman membayangkan menikmati sukun rebus dengan es kelapa muda.

 

Oya, kami sempat berfoto-foto juga di samping gambar Ibu Fatmawati, isteri Presiden RI  pertama, Soekarno, di ruang tamu Bapak Gubernur. Ibu Fatmawati memang dilahirkan di Bengkulu, pantaslah kalau fotonya dipajang di Kantor Gubernur. Pantas juga kalau nama bandara di Bengkulu adalah Bandar Udara Fatmawati Soekarno.

 

Kuliner Bengkulu yang lezat juga sempat kami nikmati. Sejak kemarin sore, ikan dan segala macam seafood yang menggiurkan bergantian menyapa lidah kami. Juga durian dan kelapa muda.

 

Tapi untuk kali ini, tidak saya tayangkan gambar-gambarnya. Ini kunjungan saya yang ketiga ke Bengkulu. Gambar kuliner Bengkulu sudah pernah saya tayangkan pada kunjungan kedua beberapa waktu yang lalu. Sama dan sejenis. Makanya tidak saya tayangkan, supaya tidak terjadi autoplagiat....hehe.

 

Oya, Bengkulu juga terkenal dengan bunga Rafflesia arnoldi, bunga bangkai, bunga cantik yang baunya menyerupai bangkai itu. Itu karena di sinilah bunga bangkai ditemukan pertama kali.

 

Batik Bengkulu hampir selalu bermotif bunga bangkai. Juga kaligrafi. Kalau yang ini konon berkaitan dengan tradisi memperingati kisah kepahlawanan dan gugurnya Hasan-Husein, cucu Rasulullah, dalam peristiwa Padang Karbala. Mau tahu detilnya? Coba klik festival tabot. Yuk, yuk.

Indonesia memang kaya!

 

Bengkulu, 24 December 2021

 

#IndonesiaKaya

Rabu, 22 Desember 2021

IBU


Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Itulah tema peringatan Hari Kartini ke-93 tahun ini. Merepresentasikan pentingnya peran perempuan bagi kemajuan bangsa dan negara.

 

Tugas seorang perempuan sebagai ibu sekaligus istri, sangatlah luar biasa. Peran perempuan bahkan disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW yang menyatakan, perempuan adalah tiang negara. Jika baik para perempuan, maka baiklah negara. Jika rusak para perempuan, maka rusak pula negara.

 

Pagi sampai siang tadi saya mengikuti dua webinar yang sangat luar biasa. Yang pertama merupakan undangan dari Kemenaker, agendanya adalah Pencanangan Sektor Perkebunan Kelapa Sawit Terbebas dari Pekerja Anak. Ibu Menteri Ida Fauziyah memberikan penghargaan pada puluhan perusahaan dan bupati yang di wilayahnya tidak ada lagi pekerja anak pada perkebunan kelapa sawit. Acara dihadiri oleh para pejabat eselon di kementerian/lembaga terkait, bupati, dan wakil dari perusahaan. Pencanangan ini merupakan salah satu bentuk komitmen untuk mewujudkan visi Indonesia terbebas dari pekerja anak.

 

Webinar lain yang saya ikuti adalah Peringatan Hari Kartini ke-93. Posisi saya sebenarnya adalah mewakili Gus Menteri Desa, namun ternyata pada acara tersebut, juga ada penyerahan buku dari Perhimpunan Pejabat Tinggi Madya Perempuan--yang kebetulan saya sebagai salah satu anggotanya--kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Ibu Bintang Darmawati. Buku yang berjudul “Ibuku Inspirasiku” ini berisi tiga puluh tulisan yang berkisah tentang sosok ibu di mata para penulis. Tulisan para pejabat tinggi perempuan ini ternyata luar biasa, sangat apik, merepresentasikan kekaguman, kecintaan, kerinduan, pada sosok ibu masing-masing. Saya juga menyumbangkan satu tulisan saya, yang tentu saja adalah juga tentang sosok ibu saya tercinta.

 

Saya sangat menikmati webinar ini dan mengikutinya dengan relatif khusyu’. Kebetulan tidak ada agenda lain pada waktu tersebut, kecuali dua webinar yang waktunya bersamaan. Satu PC dan satu laptop tidak terlalu membuat saya pusing. Saya masih relatif bisa mengikuti keduanya dengan baik sampai selesai.

 

Beberapa perempuan hebat berbicara pada webinar ini. Mulai dari Menteri PPPA yang cerdas dan cantik, Ibu Bintang; kemudian Ibu Negara yang sederhana dan anggun, Ibu Iriana Joko Widodo; keduanya hadir secara luring. Kemudian disambung dengan Puan Maharani, Sri Mulyani Indrawati, Ida Fauziah, Tri Rismaharini, Retno Marsudi, dan Siti Nurbaya. Ya, para menteri perempuan yang luar biasa inspiratif itu, lepas dari 'dengan segala.kontroversinya'. Ada juga pemberian penghargaan bagi kementerian/lembaga yang sudah melakukan ‘gender manstreaming’, dengan salah satu indikatornya adalah persentase pejabat tinggi perempuan yang lebih besar daripada persentase pejabat tinggi laki-laki.

 

Hari Ibu bukan sekadar hari untuk mengucapkan terima kasih pada Ibu atas semua jasa yang telah dia korbankan. Hari Ibu adalah saat kita untuk melakukan refleksi diri, siapa pun kita, untuk terus berjuang menjadi isteri dan ibu yang baik, sekaligus mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat. Menjadi perempuan yang berdaya namun tetap menjunjung tinggi kewajiban sebagai ibu dan isteri. Menjadi perempuan yang kuat dan tegar untuk menghadapi segala tantangan hari ini dan ke depan. Menjadi perempuan yang mampu mengantarkan keluarga untuk mampu bertahan, dan bahkan berkembang, dalam situasi perubahan seperti apa pun.

 

Selama mengikuti webinar, pikiran saya terus terkenang almarhumah Ibu saya, Ibu Basjiroh Shoimuri. Ini adalah kali pertama Hari Ibu yang saya lalui tanpa Ibu. Ada rasa kehilangan yang kembali membuncah. Ada kepedihan yang begitu mengiris hati. Ada kerinduan yang menggumpal dan menyesakkan. Ada air mata yang jatuh tak tertahankan…..

Dan meluncurlah doa-doa terbaik saya untuk Ibu.

 

Ibu adalah inspirasi saya sepanjang hayat. Ibulah yang telah melukis jiwa raga saya. Membukakan mata dan hati saya. Menerangi jalan hidup saya. Dengan senyum dan doanya, ibu menguatkan saya, mengantarkan saya sampai pada titik ini.

 

Ibu boleh pergi dari dunia ini. Ibu boleh kembali kepada Allah Sang Pemilik Hidup. Namun spirit ibu tetap di sini, di hati ini. Tak lekang, sampai akhir nanti.

 

Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.

"Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil."

 

Selamat Hari Ibu.

 

Jakarta, 22 Desember 2021

Kamis, 16 Desember 2021

Kehidupan dan Keilmuan

Oleh: Luthfiyah Nurlaela

Dalam kehidupan kita, ilmu menjadi bagian penting yang tak terpisahkan. Sejak zaman dahulu, bahkan sejak manusia pertama diciptakan, kita selalu berusaha mencari ilmu. Nenek moyang kita mampu bertahan hidup dan memecahkan berbagai persoalan kehidupan karena belajar dari pengalaman demi pengalaman. Pengalaman tersebut yang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi, dan berkembang menjadi pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

Di sekitar kita, mungkin termasuk kita, banyak orang berusaha menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Bahkan tidak puas hanya sampai lulus S1, S2, S3, beberapa dari mereka mengambil program postdoc atau program lain yang sejenis. Para santri tidak cukup belajar pada satu pondok pesantren, seringkali mereka merasa perlu berpindah ke pondok pesantren yang lain. Atau setidaknya belajar dari satu kyai ke kyai yang lain.

Begitulah. Apakah yang sesungguhnya sedang mereka dan kita cari? Ya, mestinya, mereka atau kita sedang mencari ilmu.

Saya teringat pada salah satu mantan mahasiswa saya. Dia kuliah di S2. Seorang guru SMK swasta. Saat menjadi mahasiwa baru S2, usianya sekitar 36 tahun. Dia berharap bisa lulus secepatnya, lantas bisa menjadi dosen. Tetapi ternyata, perjalanan studinya tidak semulus yang dia bayangkan, karena berbagai kendala. Kemudian dia bertanya pada saya. “Bu, sepertinya saya tidak bisa lulus tepat waktu. Padahal keputusan saya untuk mengambil S2 ini karena kalau lulus, saya ingin mendaftar jadi dosen. Saya mengejar lulus sebelum usia 40, karena salah satu syarat mendaftar, usia maksimal 40. Tapi sepertinya saya tidak “nutut”. Apa saya keluar saja ya Bu? Tidak usah lanjut kuliah?”

Saya spontan bertanya. “Tujuan Anda kuliah itu apa?”. “Ya mencari ilmu dan sekaligus cari ijazah, Bu. Biar bisa saya pakai untuk mendaftar jadi dosen.” Begitu jawabnya. “Kembalilah pada niat pertama, mencari ilmu. Insyaallah Gusti Allah akan menata hidup Anda dengan baik, meskipun Anda tidak jadi dosen. Percayalah. Anda akan tetap bisa memberikan manfaat dengan ilmu Anda.

Saya percaya dengan saran saya itu karena saya meyakini mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang. Tentunya ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa kita amalkan, berguna bagi keluarga, dan memberi kemaslahatan pada orang banyak. Ilmu yang bisa kita dedikasikan bagi kehidupan. Tidak sekadar mengantarkan kita pada pekerjaan yang baik, meskipun hal tersebut-tidak kita pungkiri-bisa saja menjadi tujuan banyak orang. Dan itu baik saja.

Namun apa pun pekerjaan kita, sesungguhnya semuanya adalah dalam rangka memberikan kemanfaatan pada keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Memberikan kontribusi bagi kehidupan.

Dari tinjauan filsafat aksiologi, ilmu seharusnya memiliki nilai guna. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makna etika memiliki dua arti. Pertama, merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia. Kedua, suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lain.

Nilai bisa bersifat objektif maupun subjektif. Nilai dikatakan objektif jika tidak tergantung pada subjek atau kesadaran orang yang menilai. Tolak ukurnya berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran menurut individu atau penilainya, melainkan pada objektivitas fakta. Sedangkan nilai menjadi subjektif, bila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dipungkiri, ilmu itu sangat berguna atau bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Francis Bacon sebagaimana dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri (1996), menemukakan bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan”. Kekuasaan dalam hal ini bisa bermakna kebaikan atau keburukan. Ilmu (juga teknologi) telah banyak mengubah wajah dunia. Memberikan kemudahan-kemudahan dalam berbagai segi kehidupan. Memberi pencerahan bagi manusia untuk dapat menguak tabir fenomena alam dan melakukan prediksi-prediksi. Memberi kemampuan pada manusia untuk melakukan antisipasi-antisipasi. Dengan begitu manusia bisa mengendalikan alam, mengelolanya, memanfaatkannya seoptimal mungkin bagi kemaslahatan umat. Dengan ilmu juga,  manusia dapat memperpendek dan mempermudah proses pencapaian kebutuhan hidupnya. Ilmu juga telah membantu kehidupan manusia dalam hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan kebodohan, serta keterbelakangan peradaban. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya, ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Ilmu merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kesejateraan.

Namun, apakah semua ilmu dan teknologi memberikan kemaslahatan bagi umat manusia? Bagaimana dengan kerusakan-kerusakan yang telah terjadi selama ini di muka bumi? Malapetaka yang disebabkan oleh bom atom, misalnya? Atau terjadinya berbagai tindakan yang tidak manusia seperti teror dengan bom bunuh diri, aborsi, pemalsuan obat, pemalsuan makanan, pemalsuan kosmetik, dan sebagainya. Bukankah itu semua dilakukan oleh orang-orang yang berilmu? Lantas, adakah yang salah dengan ilmu itu sendiri?

Dalam lingkungan akademik, berbagai tindakan yang tidak elok juga sering terjadi. Praktik plagiasi, fabrikasi data, gratifikasi, melalaikan tugas, hanyalah beberapa contoh. Apakah pelakuknya bukan orang yang berilmu?

Manusia yang berilmu adalah manusia yang memiliki otoritas dalam bidang keilmuannya. Dialah pemilik kekuasaan. Dia bisa menggunakan untuk apa saja ilmu yang dimilikinya, apakah untuk kebaikan atau untuk keburukan. Bukan salah ilmu bila dia digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Ilmu bersifat netral pada bagian epistemologi dan ontologi, sedangkan pada tingkat aksiologi, ilmu terikat dengan nilai-nilai. Bagaimana pun, ilmu tidak mengenal baik atau buruk. Pemiliknyalah yang bisa menjadikan ilmu itu untuk kebaikan atau keburukan.

Inilah pentingnya mendudukkan ilmu secara proporsional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusian. Jika ilmu tidak berpihak pada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka. Dengan demikian, dalam memanfaatkan atau menggunakan ilmu, hendaknya kita berlandaskan kepada moral.

Dengan demikian, semuanya kembali kepada kita sebagai pemilik ilmu. Tentu kita semua berharap, ilmu yang kita miliki adalah ilmu yang bermanfaat, bagi kehidupan, di dunia dan di akhirat kelak.

 

Surabaya, 1 November 2020

Senin, 13 Desember 2021

Kubliwu, Sirup Sehat di Masa Pandemi



Oleh: Luthfiyah Nurlaela

Pada masa pandemi Covid-19 ini, menjaga imunitas tubuh merupakan hal yang sangat penting. Dengan imunitas tubuh yang baik, resiko terpaparnya penyakit, termasuk virus corona yang sampai saat ini vaksinnya masih terus dipayakan ini, bisa diminimalisir. Tentu saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin dan penuh kesadaran. Mencuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak, dan berpikiran positif, merupakan hal-hal penting dilakukan selama pandemi ini.

Menjaga imunitas tubuh memerlukan konsumsi makanan yang baik dan bergizi. Kebutuhan akan karobohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air, harus dipenuhi secara baik dan seimbang. Beragam makanan sebaiknya kita konsumsi setiap hari dalam jumlah yang cukup untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan tubuh akan nutrisi.

Selain konsumsi makanan yang baik dan menyehatkan, olah raga yang teratur juga sebaiknya dilakukan. Tidak perlu olah raga berat sehingga menguras energi. Olah raga ringan seperti jalan pagi, senam, yoga, berenang, bersepeda, adalah baik untuk menjaga kebugaran. Akan lebih baik bila hal tersebut dilakukan pada tempat atau ruangan yang cukup dengan sinar matahari pagi.

Untuk lebih meningkatkan ketahanan dan kesehatan tubuh, kita juga perlu mengkonsumsi suplemen, misalnya dalam bentuk tablet vitamin, minuman herbal, dan lain sebagainya. Tentu saja suplemen yang kita konsumsi adalah suplemen yang aman tanpa efek samping.

Sirup kubliwu (kunyit-belimbing wuluh), dapat menjadi salah satu alternatif minuman sehat di masa pandemi ini. Kunyit bukan sesuatu yang asing bagi kita sejak nenek moyang, dikenal sebagai salah satu rimpang yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.

Manfaat kunyit (Curcuma longa L) salah satunya adalah meningkatkan daya tahan tubuh sebagai imunomodulator. Kunyit mengandung senyawa metabolit bahan alam berupa kurkumin. Kurkumin memiliki potensi terapeutik beragam seperti antibiotik, antiviral, antioksidan, antikanker, dan untuk penanganan penyakit alzheimer.

Berbagai penelitian farmakologi telah dilakukan terhadap kurkumin. Salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah pengaruh kurkumin terhadap penyembuhan Covid-19. Hal ini diketahui sejak terjadi epidemi penyakit SARS pada 2003. Reseptor yang berperan, yaitu SARS-CoV-2 adalah angiotensin converting enzyme 2 (ACE2). ACE2 dapat berada dalam bentuk fixed menempel di sel dan soluble tidak menempel pada sel. Penelitian terhadap senyawa kurkumin sebagai senyawa tunggal atau murni, dilaporkan meningkatkan ACE2 pada subjek ujicoba (Daryono, 2020).

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) tumbuh baik di daerah tropis. Buahnya yang melimpah sering dibiarkan busuk di pohon atau dibiarkan jatuh. Rasanya yang masam menyebabkan orang tidak mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing wuluh juga sangat rendah. Sebagian kecil masyarakat memanfaatkannya untuk bumbu masakan. Ada juga yang menggunakannya dengan dikeringkan, disebut asam sunti, lazim digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan, khususnya oleh masyarakat Aceh (Muzaifa, 2013). Beberapa produk pangan olahan yang lain adalah kismis dan jelly drink (Agustin & Putri, 2014).

Buah belimbing wuluh bermanfaat sebagai obat batuk, rematik, sariawan, dan sakit gigi. Air pada buahnya juga dapat dimanfaatkan sebagai pengawet ikan dan daging (Setyawati, 2014) dan ikan teri asin (Pakaya, dkk, 2014). Dalam 100 gram buah mengandung 36 kalori; air 92,9 g; vitamin C 35 mg; dan fosfor 13 mg (Fachruddin, 2002), juga mengandung vitamin A, B, dan C (Winarto, 2004).

Dengan demikian, belimbing wuluh sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai produk pangan olahan. Salah satunya dalam bentuk sirup. Sirup merupakan sejenis minuman berupa larutan kental dengan citarasa beranekaragam sesuai dengan bahan bakunya (Satuhu, 20014). Sirup buah adalah sirup yang dibuat dari bahan baku buah-buahan.

Pada produk sirup kubliwu, belimbing wuluh dipadukan dengan kunyit, untuk memperoleh khasiat yang optimal. Dengan ketersediaan bahan yang melimpah dan mudah diperoleh, sirup kubliwu dapat menjadi salah satu alternatif minuman herbal yang memiliki nilai kesehatan. Berdasarkan uji laboratorium yang telah dilakukan,diketahui bahwa pada 100 ml sirup kubliwu mengandung vitamin A (36,80 mg), vitamin C (19,75), kalori (208,50 KKAL), dan antioksidan (11,86 mg).

Vitamin A itu sendiri sebenarnya terdiri dari dua jenis, yaitu retinoid yang berasal dari produk hewani dan betakaroten yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Selain bermanfaat untuk mata, ternyata substansi ini juga bisa menjaga kekebalan sekaligus pertumbuhan tubuh. Fungsi lain vitamin A adalah: 1) kemungkinan memperlambat perjalanan penyakit mata yang mempengaruhi retina; 2) apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup, vitamin A akan membantu penglihatan lebih optimal ketika cahaya sedang; 3) mendukung sistem imunitas tubuh bekerja lebih optimal dalam menghalau infeksi; dan 4) menjaga kulit tetap sehat.

Di sisi lain, vitamin C atau dikenal juga dengan nama asam askorbat, merupakan antioksidan terbaik yang dikenal memiliki manfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Sebagai antioksidan, asam askorbat berfungsi melawan efek radikal bebas. Molekul radikal bebas sendiri bisa terbentuk dari polusi udara, makanan, dan proses metabolisme di dalam tubuh. Antioksidan vitamin C pun dapat menghambat resiko penuaan dini dan penyakit jantung. Tubuh membutuhkan vitamin C untuk menjalani berbagai fungsinya.

Selanjutnya untuk antioksidan, ada dua jenis antioksidan yaitu endogenous yang dihasilkan oleh tubuh, serta exogenous yang didapat dari luar tubuh terutama dari makanan. Meskipun dapat menghasilkan antioksidan sendiri, tubuh cenderung lebih bergantung pada antioksidan yang berasal dari luar. Antioksidan ini akan bekerja dengan cara memberikan elektron pada molekul radikal bebas sehingga menetralisasi sifat buruk dari radikal bebas tersebut. Sirup kubliwu yang mengandung aktioksidan, sangat baik dalam melindungi tubuh dari bahaya radikal bebas.

Sebagai sebuah hasil penelitian, sirup kubliwu juga sudah diuji mutu organoleptiknya pada 30 panelis. Hasil uji organoleptik menunjukkan, rasa, aroma, kekentalan, dan warna sirup kubliwu disukai oleh panelis. Hasil uji organoleptik dapat dilihat pada grafik.


Gambar 1: Hasil Uji Organoleptik Sirup Kubliwu

Selain sudah diujikan pada panelis, sirup kubliwu juga sudah diujikan pada konsumen. Respon konsumen terhadap sirup kubliwu pada umumnya sangat baik. Respon konsumen antara lain, rasanya menyegarkan, enak diminum hangat maupun dingin, minuman yang menyehatkan, kemasannya bagus, dan cocok dikonsumsi oleh segala usia. Respon tersebut sangat sesuai dengan label yang tertera pada kemasan sirup kubliwu: Anget Anglek, Adem Seger.

 

Gambar 2: Sirup Kubliwu, dikemas dalam kemasan botol 250 ml

Sebagian besar orangsaat ini  menghindari mengkonsumsi sirup karena kandungan gulanya yang tinggi. Menyadari hal ini, maka sirup kubliwu menggunakan gula rendah kalori dalam pembuatannya. Dengan komposisi utama sari belimbing wuluh yang banyak mengandung vitamin A, B, dan C, kunyit yang mengandung kurkumin dan antioksidan, serta gula rendah kalori, sirup kubliwu layak sebagai pihan minuman sehat di masa pandemi ini.