Hari Minggu kemarin, kami ke Lombok. Dalam rangka menghadiri Pameran TTG yang ke-25. Pak Menteri desa PDTT, Pak Sekjen, dan semua pejabat tinggi madya dan pratama hadir. Acara dihelat di Islamic Center.
Tadi siang, kami sempatkan untuk melihat-lihat pameran TTG tersebut. Kemarin belum kesampaian karena mendampingi Pak Menteri dalam seremonial pembukaan acara dan makan siang. Saya hanya sempat mengunjungi stand SMK yang memproduksi motor listrik yang keren. Punggawanya keren juga, adik angkatan saya di Unesa, namanya Dik Ruju Rahmad . Saya sempat tertahan cukup lama di stand tersebut.
Ada puluhan stand dari hampir semua provinsi di Indonesia. Produk-produk yang dipamerkan tidak hanya produk TTG, namun juga berbagai produk lain seperti busana, barang kerajinan, dan juga makanan khas masing-masing.
Saya tertahan berlama-lama di stand Sumbar. Ada tikar yang cantik sekali, yang membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Tikar anyaman yang lembut, halus, bermotif, dengan pilihan warna yang semuanya bagus. Saya sampai dibuat bingung memilih. Daripada bingung, saya ambil tiga tikar. Oleh-oleh untuk suami tercintrong Mas Ayik Baskoroadjie , yang penyuka barang-barang etnik.
Oya, semalam kami juga meet up dengan para alumni Unesa. Ramadhan Asa dan anak isterinya, Naka, Mas Aris, Dik Ruju Rahmad dan Dik Wiwin, Dwi Febri Astutik dan putrinya yang cantik jelita, dan Jaya. Naka, Mas Aris, dan Dik Ruju adalah alumni Himapala juga. Dik Wiwin, isteri Dik Ruju, adik kelas saya di Tata Boga.
Momen silaturahim bagi saya adalah momen untuk menambah energi baru, karena bertemu dengan para sahabat ini selalu membawa kebahagiaan. Tidak sekadar mengobati kerinduan, namun juga berbagi spirit dan kekuatan.
Bersama rombongan dari Kemendesa, kami menikmati makan malam di rumah makan Sunset Land. Menunya enak-enak. Ayam taliwang dan plecing kangkung, tentu saja, uga berbagai olahan seafood.
Sunset Land, mestinya sangat bagus di sore hari menjelang matahari terbenam. Tapi kami tidak sempat menikmatinya, karena kami menghabiskan sore kami di Sirkuit Mandalika. Ini yang ketiga kali saya mengunjungi tempat ini. Tempat yang indah dan membanggakan.
Sayang sekali, para penjual asongan agak mengganggu kenyamanan. Entah harus bilang apa, tapi mereka memang sedang berjuang. Saya mencoba memahami, dan sungguh saya memahami. Termasuk memahami kenapa harus ada anak-anak kecil yang menenteng-nenteng dagangan itu. Juga anak-anak yang menawar-nawarkan jasa untuk memotret. Namun, plis.... jangan memaksa-maksa dong....
Lombok, 15072024