Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Senin, 13 Februari 2012

Honeymoon, Silaturahim, Wisata Kuliner

Minggu, 15 Januari 2012

Jumat, 13 Januari 2012, pukul 16.00-an, saya dan mas Ayik meluncur ke Batu. Ada rapat senat di hotel Purnama. Sampai di hotel Purnama sudah pukul 19.30-an, langsung bergabung dengan pak rektor, dan anggota senat yang lain, makan malam. Hanya sedikit waktu yang tersisa untuk family gathering, sebelum akhirnya kami yang anggota senat masuk ke ruang rapat untuk membahas statuta, dan para keluarga meneruskan gatheringnya, atau beristirahat di kamar masing-masing. Mas Ayik lebih memilih masuk kamar, beristirahat dan bersantai menikmati acara-acara di TV.

Rapat senat berakhir sekitar pukul 23.00-an. Banyak masukan untuk menyempurnakan statuta Unesa, dan finalisasi statuta  dipercayakan pada tim statuta. Di luar ruang rapat sudah menunggu puluhan durian dan jagung manis yang siap bakar. Saya langsung ingat mas Ayik, maka saya meneleponnya agar dia keluar kamar dan bergabung dengan pak Rektor dan yang lain, pesta durian dan jagung bakar. Karena mas Ayik kenal akrab dengan hampir semua anggota senat, maka dia pun langsung tenggelam di kerumunan orang-orang yang mengitari setumpuk durian, termasuk bu Kisyani, pak Nurhasan, pak Ismet, bu Titik, dan lain-lain.

Sabtu, 14 Januari 2012

Pagi sekitar pukul 06.30-an, kami semua sudah berkumpul lagi di ruang makan. Rapat senat sudah ditutup semalam. Hari ini acara bebas bersama keluarga. Beberapa orang sudah dari pagi berada di lapangan tenis, sebagian lagi jalan-jalan di sekitar hotel, sebagian lagi jogging, namun ketika waktunya makan pagi, sebagian besar sudah berkumpul di ruang makan.

Saya dan mas Ayik berpamitan setelah menyelesaikan sarapan kami dan beramah-tamah sejenak dengan yang lain. Kami berniat meneruskan perjalanan menuju Blitar. Ada banyak teman kami di sana, yang sudah lama tidak bertemu, dan sudah sejak lama sekali ingin kami kunjungi. Seorang teman SMP, tiga orang teman kuliah, tiga orang teman Himapala. Ada juga mantan mahasiswa saya yang kebetulan mau menikah. Tempat mereka tersebar, ada yang di Talun, Lodoyo, Jatinom, selebihnya di kota. Maka sejak masuk kabupaten Blitar, sampai di Kanigoro, kami langsung mengambil arah menuju Lodoyo, ke  rumah Naning, mantan mahasiswa saya yang saat ini sudah menjadi guru PNS di SMK 3 Blitar, yang akan menikah tanggal 19 Januari nanti. Sepanjang perjalanan ke rumah Naning, kami dipandu oleh Naning dan kakaknya untuk bisa mencapai rumahnya yang lumayan jauh dari kota. Bertemu Naning, bapak-ibunya, saudara-saudaranya, membuat kami merasa sangat bersyukur, karena mereka menyambut kami dengan sangat baik, bahagia, dan mungkin agak terharu (didatangi jauh-jauh oleh mantan dosennya mungkin merupakan satu penghormatan tersendiri bagi Naning sekeluarga). Kami disuguh soto ayam dan oseng-oseng kikil, enak dan sedap (Naning termasuk mahasiswa yang terampil memasak dan menjadi salah satu andalan kami di dapur Baking and Catering Course, pusat pelatihan di bawah prodi Tata Boga). Lantas kami pamit pulang, dilepas Naning sekeluarga, lengkap dengan dua kresek makanan yang sudah disiapkan untuk kami bawa. Puas rasanya bisa mengunjungi Naning dan bertemu dengan keluarganya yang ramah serta menyenangkan.

Dari Lodoyo, kami meluncur menuju kota. Ada Hendra Riyanti, teman sekelas saya di prodi D3 Tata Boga, yang telah menunggu di rumahnya, di jalan Anjasmoro. Selama hampir 24 tahun, saya hanya sekali bertemu Hendra, ketika dia mau mengambil S1 Tata Boga (mungkin sekitar 6 tahun yang lalu, waktu itu dia sempat menginap di rumah. Tapi akhirnya pilihannya jatuh pada UNIPA, yang lebih bisa mengakomodasi 'kebutuhannya').

Bertemu Hendra, 'gemparnya' seperti yang saya bayangkan. Hendra adalah pribadi yang kocak luar biasa, nyerempet-nyerempet ke jorok, dan suara serta tawanya keras menggelegar seperti pekikan kuda (ibu saya selalu menegur saya kalau saya tertawa keras: 'lek ngguyu ojo banter-banter koyo jaran...wakakkak....). Dia guru honorer di SMK PGRI Blitar. Menikah ketika usianya sudah 38 tahun dan suaminya berusia 48 tahun. Dia bercerita, ketika dia di'rapak' oleh naib, dia tidak banyak ditanya karena naibnya keburu 'ngguyu kepingkel-pingkel'. Pasalnya, ketika dia ditanya, apa benar dia masih perawan dan calon suaminya juga masih perjaka, dia jawab, 'inggih, pak naib. Kulo taksih perawan ting-ting lan calon bojo kulo nggih taksih joko ting-ting. Menika perawan mejen kepanggih joko mejen'.

Hendra menghubungi teman-teman kami yang lain. Tina, yang alamatnya di jalan Kelud, akan datang bergabung segera setelah dia menghentikan kegiatannya menyeterika (Tina seorang ibu rumah tangga, mengisi kesibukannya dengan membuka katering kecil-kecilan). Seorang lagi teman kami, Ratna, rumahnya ada di Talun, tapi dia tidak bisa bergabung. Selain karena jaraknya bagi dia lumayan jauh, hujan deras lagi, dia juga sedang ada kegiatan PKK. Teman kami ini belum menikah. Dia sempat mengidap kanker rahim selepas kuliah. Menurut Hendra, Ratna yang dulu manis dengan matanya yang bulat 'blalak-blalak', sekarang kurus kering. Cerita Hendra itu membuatku sangat kepingin ketemu Ratna. Maka kami memutuskan untuk meluncur ke Talun, ke rumah Ratna, setelah sebelumnya Hendra memberi tahu Ratna melalui telepon, kalau kami akan mengunjunginya.

Hujan deras sore itu tidak menghalangi mas Ayik membawa kami bertiga menuju Talun. Pukul 16.30-an kami keluar dari rumah Hendra, setelah menunaikan solat ashar. Hanya sekitar 15 menit kami sudah mencapai Talun, langsung menuju balai desa karena Ratna ada di sana. Seorang perempuan bertubuh kecil berpayung menerobos hujan, keluar dari balai desa. Itulah Ratna. Hatiku serasa kelu melihat sosoknya. Tubuhnya yang dulu padat berisi kini kecil berbalut kulit yang agak kusam. Kanker rahim telah menggerogotinya sedemikian rupa sehingga sisa-sisa kecantikan yang tertinggal hanyalah mata bulatnya yang berbinar-binar menjumpai kami. Kami berpelukan lama, di bawah payung yang tidak mampu menepiskan air hujan karena saking derasnya, dan aku berusaha menyembunyikan mataku yang basah. Tanpa pikir panjang, Ratna kami minta untuk masuk mobil, dan dia pun tidak menolak sama-sekali, serta meminta kami semua untuk mampir ke rumahnya.

Di rumah Ratna, sudah ada sekantung plastik besar rambutan binjai (tapi asli Blitar), yang disiapkan bapak-ibu Ratna. Dan kelakar Hendra pun meluncur. "Yaaa....alhamdulilah. Suwun, Rat, wis mbok cepaki. Aku ra sah nggolekno Lutfi....." Dan tawa kami berderai-derai.

Sore itu kami habiskan waktu bercengkerama di rumah Ratna, mengenang semua masa indah selama kuliah. Ya, masa-masa indah. Bahkan cerita sedih pun saat ini menjelma menjadi cerita menyenangkan. Ratna pernah berpura-pura kecopetan di terminal Blitar, lantas lapor petugas, supaya dia bisa naik bus ke Surabaya gratis. Pasalnya, hari itu kami harus membayar biaya job training, dan uang Ratna hanya cukup untuk melunasi biaya itu. Banyak cerita-cerita yang sebenarnya menyedihkan saat itu, namun sekarang menjadi cerita yang begitu menggelikan.

Lepas dari rumah Ratna, sore sekitar pukul I7.30. Setelah pamit dan kami berpelukan lama, dengan sekantung plastik penuh rambutan binjai, kami berempat meluncur ke rumah teman-teman yang lain; dua temanku Himapala, dan seorang temanku SMP. Juga mampir ke rumah Tina, bertemu dengan suami dan anak-anaknya. Kami juga makan malam bersama di warung depan rumah Tina, dengan menu mi godog dan nasi goreng jawa. Enak sekali. Memasaknya pakai anglo, pakai dikipas-kipas arangnya,  jadi ada citarasa khas yang berbeda, di samping memang pembumbuannya yang mungkin lain dari yang lain. Mi godog dan nasi goreng bumbu jawa (dengan rasa kecapnya), tapi sedikit bercita rasa chinese food. Mas Ayik sampai tambah seporsi lagi, dan anak laki-laki Tina 'ngrusuhi' ibunya minta disuapin, padahal dia sudah habis seporsi. Saya minta dia untuk nambah lagi, dia tidak mau, malu mungkin. He he.

Sampai akhirnya pukul 21.00 lebih, saya dan mas ayik check in di hotel Patria. Hotel tersebut jaraknya hanya sekitar 200 meter dari rumah Hendra. Dan berpisahlah kami malam itu dengan Tina dan Hendra, setelah berjanji besok pagi akan bertemu lagi untuk sarapan nasi pecel kembangan.

Minggu, 15 Januari 2012

Pagi, sekitar pukul 5.30, saya dan mas ayik sudah keluar dari kamar hotel. Jalan-jalan di sekitar hotel. Ada banyak bangunan kuno, juga pohon beringin yang mungkin usianya sudah ratusan tahun, ada juga pasar buah yang menjual buah matoa. Sayang buahnya sudah banyak yang kisut, coba masih segar, saya berniat membelinya. Oya, di dekat pasar itu ada Kampus UM juga. Saya dan mas Ayik memasuki halaman kampus itu, cukup luas, bersih, terawat, dan layak disebut kampus. UM memang memiliki kampus di beberapa daerah, setidaknya setahuku ada di Madiun, Blitar dan Jombang.

Pukul 6.30, kami kembali ke hotel. Duduk-duduk bersantai di joglo kecil, melihat serombongan tamu hotel yang keluar masuk. Di antara mereka ada yang masuk dengan membawa sekantung penuh belanjaan, rupanya mereka habis belanja di pasar buah. Beberapa waiter membersihkan meja-meja di sekitar kami, meja-meja yang basah karena embun semalam. Di joglo besar, tidak jauh dari tempat kami bersantai, makan pagi sudah disiapkan, dan beberapa tamu sedang menikmatinya. Saya dan mas Ayik bermaksud menengok saja menu sarapan pagi ini, tapi ternyata tidak 'kuat iman', akhirnya ikut-ikutan ambil piring dan sendok. Menu nasi pecel dengan tahu goreng dan rempeyek kacangnya yang lebar-lebar, meruntuhkan niat kami yang awalnya hanya sekedar ingin menengok saja. Nasi pecel kembangan urusan nanti.

Di tengah keasyikan kami menikmati nasi pecel, Hendra telepon kalau dia dan Tina sedang menuju ke hotel. Kami pun cepat menyelesaikan sarapan pertama kami. Ya, sarapan pertama, karena setelah ini kami akan 'ngandok' di sego pecel Kembangan.

Warung nasi pecel Kembangan tempatnya di desa Bendo, dusun Kembangan. Minggu pagi itu banyak orang yang 'ngandok' sego pecel. Ada beberapa mobil yang parkir di pinggir jalan, beberapa sepeda motor, dan sepeda angin. Puluhan orang sudah duduk mengitari meja-meja di teras dan di halaman rumah.  Kuhitung ada sekitar 30-an orang. Belum terhitung yang ada di dalam rumah, yang tidak kelihatan dari luar. Kami mengambil tempat duduk dengan meja panjang, bergabung dengan orang-orang yang sudah lebih dulu datang.

Warung itu sebenarnya sebuah rumah. Di teras-terasnya dipasang meja kursi untuk makan. Juga di sebagian sudut halamannya. Rumah sederhana, dengan model jualan yang juga sederhana. Makanan diletakkan di atas meja. Nasi putih, sayur-sayuran, sambel pecel, dan tahu-tempe goreng. Ada dua penjualnya. Yang satu khusus melayani pelanggan yang membeli untuk dibawa pulang (dibungkus), jadi kerjaannya 'mbungkuuusss' saja. Tapi tidak semua pembeli yang datang untuk 'mbungkus' bisa dilayani. Dia, tukang bungkus yang sudah sepuh itu, membungkus untuk mereka yang mungkin sudah pesan dari hari kemarin, atau pada pagi-pagi buta tadi. Pesanannya bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan. Kalau Anda nekad pingin 'mbungkus', maka rasakan akibatnya: Anda bisa berjam-jam menunggu dilayani, meskipun hanya memesan satu-dua bungkus. Seorang ibu muda yang sejak kami datang sudah berdiri mematung di depan penjualnya, sampai kami pulang pun dia masih pada posisi semula, tetap mematung di depan penjual itu; padahal dia hanya perlu dua bungkus saja. Luar biasa ujian kesabarannya......

Sesuai urutan. Itulah aturan yang tidak boleh dilanggar. Tanpa kartu antre, tapi penjual hafal betul siapa yang lebih dulu datang dari yang lain. Tina mencoba mengantre setelah orang-orang yang semeja dengan kami dilayani. Tina mengaku kalau kami satu rombongan dengan orang-orang itu, di meja yang sama, namun penjual itu bilang: 'njenengan dereng wancinipun. Ngriku rumiyin, terus ngriko niko, terus sing wonten lebet, nembe njenengan'. Tanpa ekspresi. Tanpa senyum. Dan Tina pun melengos pergi sambil nggrundel: 'ngenteni sampek jamuren'. Kami tertawa 'ngakak'. Jangankan kami, anak kecil yang teriak-teriak 'ma, aku sudah lapar, maaa', tidak digubrisnya. Perasaannya tidak tersentuh sama sekali. Dia tetap 'ngedoli' sesuai urutan, dan anehnya, tidak kelihatan 'gupuh' sama sekali. 'Teplak-teplek', 'ngambil' nasi, kulupan, sambal kacang, tahu-tempe, rempeyek kacang, satu per satu; yang membawa ke meja-meja ya yang beli. Dibawa sendiri.

Luar biasa. Nasi pecel itu memang luar biasa. Porsinya besar, sambal kacangnya pedes, manis, sedaaap sekali. Lauknya tahu dan tempe goreng yang potongannya besar-besar. Dilengkapi dengan rempeyek kacang yang lebar-lebar. 'Sumbut' dengan nunggunya. Mas Ayik 'nambah' seporsi lagi untuk lebih 'nyumbutne' dengan nunggunya tadi. Enak, kenyang. Tapi kalau saya suruh balik ke situ lagi, ampuuunnnn.....

Nggak deh! Makan bayar kok ngantrenya lama buwanget. 'Bakul'nya 'mecucu' lagi. Ilmu pemasaran tidak berlaku di sini. Pelayanan prima di tempat ini adalah melayani pelanggan tanpa senyum, dengan kecepatan sesuai kemampuan penjual, sesuai urutan, dan ambil sendiri makanan Anda. Sangat cocok untuk latihan kesabaran, terutama bagi mereka yang kelaparan. Herannya, begitu kok ya 'buanyak' sekali pelanggannya.

Selepas dari nasi pecel kembangan, kami mengantar Hendra dan Tina pulang ke rumah masing-masing. Kami sekalian pamit pulang ke Surabaya. Senang sekali bisa bertemu kawan-kawan lama, dan kami berharap suatu ketika akan berjumpa lagi...

LN

Minggu, 12 Februari 2012

Kembali Ke Alam dengan Food Combining

Luthfiyah Nurlaela
Pendidikan Tata Boga, Universitas Negeri Surabaya
luthfiyahn@yahoo.com

Abstrak: Food Combining (FC) adalah metode pengaturan asupan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh, khususnya yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Efek pola makan ini meminimalkan jumlah penumpukan sisa makanan dan metabolisme sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan zat makanan menjadi lancar, dan pemakaian energi tubuh juga lebih efisien. Dengan FC, perilaku makan seseorang dituntut agar secara sadar: (1)  mengoptimalkan masukan dan penyerapan zat gizi dengan cara mengkonsumsi makanan yang serasi saja setiap kali makan; (2) mendayagunakan fungsi sistem pencernaan dengan cara menyesuaikan apa yang dimakan dengan kebutuhan asam-basa dan siklus alamiah tubuh agar metabolisme seimbang.

Key words: Food Combining, kembali ke alam

Pendahuluan
Kemajuan teknologi yang begitu pesat telah menempatkan manusia dalam kondisi yang serba instan dan serba cepat. Proses produksi yang rumit dapat dipermudah dengan peralatan canggih yang serba otomatis dan tidak banyak membutuhkan tenaga manusia. Pertanian yang semula tradisional mulai menggunakan pupuk kimia dan pestisida untuk meningkatkan produksi. Cara bertani tersebut ternyata banyak merugikan konsumen. Ditambah lagi dengan rekayasa biologi yang harus dilakukan agar memungkinkan produksi pertanian dan peternakan tidak memerlukan waktu lama. Semakin banyak produk makanan instan yang dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja (Chang, 1997).

Manusia harus membayar mahal dengan kesehatannya. Pola kehidupan semakin tidak kondusif terhadap kesehatan. Pola kehidupan meliputi pola makanan, pola istirahat, kurangnya olah raga secara teratur, stres pikiran, banyaknya zat-zat kimia yang merusak sel-sel tubuh yang berasal dari bahan pengawet dan pewarna makanan, petisida yang berasal dari sayur-sayuran, minuman peningkat stamina dan vitalitas, rokok, minuman keras, polusi udara, dan juga seringnya terjadi kontak tubuh terhadap radiasi-radiasi yang berasal dari komputer, alat-alat komunikasi, peralatan elektronik, listrik dan sebagainya.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa saat ini kondisi kesehatan sudah mencapai titik kritis yang perlu diperhatikan. Hal ini terbukti dengan hasil risetnya yang menyatakan bahwa orang yang dikategorikan benar-benar sehat hanyalah 15% dari penduduk dunia, 15% berikutnya adalah orang-orang yang benar-benar dalam keadaan sakit dan dalam perawatan medis, sedangkan sisanya yang 70% adalah kategori orang yang rentan terhadap penyakit diakibatkan karena menurunnya fungsi-fungsi organ dalam tubuh yang disertai menurunnya fungsi kekebalan tubuh (Anonim, 2007).

Teknologi yang semakin berkembang dalam hal penanganan penyakit semakin mendukung manusia untuk mengabaikan pentingnya menjaga pola kehidupan dengan baik. Tersedianya berbagai obat di pasaran bebas dan para tenaga medis memungkinkan setiap orang untuk berobat sewaktu-waktu ketika jatuh sakit. Ibaratnya makanan instan, obat-obatan pun tersedia di setiap rumah bahkan di kantong tas yang siap dibawa kemana-mana. Sehingga bukan pola kehidupan yang ditingkatkan untuk menjadi lebih sehat, melainkan persediaan obat-obatan yang dipersiapkan sebagai amunisi untuk melawan penyakit.

Sayangnya sebagian besar obat-obatan yang tersedia juga merupakan hasil budaya instan, sehingga diambil dari bahan-bahan instan buatan bukan dari alam. Akibatnya muncul masalah-masalah baru yang berasal dari efek samping obat-obatan. Riset baru-baru ini di Amerika menyatakan bahwa reaksi buruk obat-obatan bertanggung jawab atas kematian 100.000 pasien di berbagai rumah sakit setiap tahun, dan membuat efek samping menjadi salah satu sebab kematian yang utama (Anonim, 2007).

Saat ini orang mulai sadar akan pentingnya kembali pada pola hidup sehat, kembali pada alam. Orang mulai sadar untuk berolah raga, istirahat teratur, dan mencukupi nutrisi yang diperlukan tubuh dengan mengkonsumsi makanan-makanan kesehatan alami. Food Combining menjadi salah satu alternatif pilihan pola makan sehat.

Apakah Food Combining?
                Pada beberapa tahun terakhir ini, Food Combining (FC) telah populer dan mulai dijadikan sebagai pilihan pola konsumsi oleh sebagian orang. Beberapa buku dan artikel tentang FC  dapat dengan mudah ditemukan baik dalam bentuk cetak (buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya) maupun melalui media elektronik, terutama internet. Namun begitu, banyak orang masih meragukan manfaat FC, dan bahkan sebagian beranggapan, FC adalah cara diet yang membahayakan kesehatan. Bahkan sebagian ahli gizi tidak merekomendasikan untuk mengadopsi cara diet ini, karena dinilai lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Dikatakan bahwa FC adalah suatu hobi berbahaya, yang hanya bisa diterapkan oleh orang yang kelebihan gizi. FC dianggap bertentangan dengan kaidah ilmu kedokteran dan gizi yang normal, dan di di dunia ilmiah FC digolongkan kelompok food quacks (takhayul makanan moderen) (Gsianturi, 2002).

                FC pertama kali diperkenalkan secara ilmiah pada tahun 1920 oleh William Howard Hay (1866-1940), seorang dokter bedah dari Amerika Serikat. Hay mempraktekkan FC selama 3 bulan dan sejak itu dia sembuh dari berbagai penyakit kronis yang telah dideritanya selama bertahun-tahun. Hay tidak hanya terbebas dari penyakit ginjal kronis, tekanan darah tinggi, dan pembengkakan jantung; namun seperempat berat tubuhnya juga ikut menyusut. Sejak itu, pola makan FC dikenal sebagai Hay System Diet, atau Pola Makan (Sehat) Menurut Hay (Anonim, 2002).

Hay menyebut konsep FC ini sebagai cara makan yang fundamental (Gsianturi, 2002). Gagasan ini sebenarnya bukan seratus persen baru. Pada abad ke-100 SM  sudah dikenal cara makan serupa yang dilakukan para pengikut Ayurveda di India, yang merupakan ajaran yang dianut pertapa dan pendeta India kuno. Ajaran ini mecakup cara hidup sederhana, termasuk cara makan yang dianggap sehat.

Di Indonesia, Andang Gunawan dianggap sebagai salah satu orang yang mempelopori pola makan FC. Bukunya yang berjudul “Food Combining, Kombinasi Makanan Serasi, Pola Makan untuk Langsing & Sehat”, diterbitkan pertama kali pada tahun 1999 dan telah mengalami cetak ulang sebanyak 11 kali atau terjual lebih dari 100.000 eksemplar. Menurutnya, FC adalah metode pengaturan asupan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh, khususnya yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Efek pola makan ini meminimalkan jumlah penumpukan sisa makanan dan metabolisme sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan zat makanan menjadi lancar, dan pemakaian energi tubuh juga lebih efisien. Dengan FC, perilaku makan seseorang dituntut agar secara sadar: (1)  mengoptimalkan masukan dan penyerapan zat gizi dengan cara mengkonsumsi makanan yang serasi saja setiap kali makan; (2) mendayagunakan fungsi sistem pencernaan dengan cara menyesuaikan apa yang dimakan dengan kebutuhan asam-basa dan siklus alamiah tubuh agar metabolisme seimbang (Gunawan, 2005).

FC pada dasarnya merupakan pola makan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah fungsi tubuh manusia. Dengan penyelarasan tersebut, pekerjaan pencernaan akan lebih mudah dan pemakaian energi lebih efisien.  Prinsip Food Combining sebenarnya tak beda dengan pola makan 4 sehat 5 sempurna, hanya disesuaikan dengan siklus pencernaan manusia. Karena setiap fungsi tubuh mempunyai irama biologis yang jam kerjanya tetap dan sistematis dalam siklus 24 jam setiap hari (anonim, 2006). Pendapat lain menyatakan bahwa FC adalah suatu metode pola makan yang pada prinsipnya adalah menghindari karbohidrat, protein dan lemak yang dikonsumsi secara bersamaan. Pada dasarnya FC tetap mempertahankan pola makan 4 Sehat 5 Sempurna, hanya saja FC memperhitungkan siklus pencernaan tubuh manusia, yakni; pencernaan-penyerapan-pembuangan, yang ternyata berlainan intensitasnya antara pagi, siang, dan malam. Selain itu, dalam FC diperhitungkan sifat asam-basa makanan, sehingga ada kombinasi makanan tertentu yang tidak dianjurkan karena menghambat kelancaran kerja pencernaan tubuh (Rere, 2008).

Prinsip Food Combining
FC sepenuhnya mengikuti standar pola makan 4 Sehat. Perbedaannya, FC mempertimbangkan juga efektivitas penyerapan zat gizi dan zat fitokimiawi nirgizi dalam makanan. Karena itu, asupan makanan diatur mengikuti siklus alami tubuh. Hal yang paling menonjol dalam FC adalah, orang sangat tidak disarankan menyantap nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah sekaligus dalam satu waktu makan.

Inti dari FC pada dasarnya mencakup empat hal. Pertama, orang disarankan mengkonsumsi makanan segar dan alami, serta menjauhi makanan yang telah diproses. Sayuran dan buah segar menjadi bagian utama menu sehari-hari. Sekalipun demikian, orang tidak perlu takut kelaparan, karena orang dibebaskan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, yang bisa membuat kenyang. Lauk-pauk sumber protein juga tidak boleh diabaikan.

Yang tidak disarankan adalah makanan olahan, karena tidak lagi alami. Seperti makanan kalengan, makanan awetan (sawi asin, manisan buah, abon), dan makanan mengandung food additives (Monosodium Glutamat/MSG, pewarna sintetis, pengempal, pemutih, pengawet, dan sebagainya). Kecuali tempe dan yogurt, karena kandungan senyawa fitokimiawinya justru menjadi makin kaya setelah mengalami proses pengolahan. Beras putih yang mengalami proses pemucatan, penambahan esence (biasanya esence pandan), dan pengasapan pengawetan tidak disarankan. Paling baik mengkonsumsi beras merah atau beras putih tumbuk.

Kedua, FC menegaskan pentingnya menyantap kombinasi makanan mengikuti siklus alami metabolisme tubuh. Berbeda dari kebiaasan selama ini yang hanya mementingkan mendapatkan energi dari asupan makanan, dengan makan semuanya sekaligus secara campur aduk.

Pengaturan kombinasi makanan membuat tubuh lebih hemat menggunakan energi untuk memproses makanan. Dampaknya, tubuh menjadi lebih bugar dan bertenaga. Penghematan penggunaan energi ini juga bermanfaat menghambat kerusakan sel akibat eksploitasi sel dan organ tubuh secara berlebihan. Inilah salah satu alasan mengapa orang-orang yang menerapkan pola makan FC umumnya tampak bugar dan awet muda. Faktor lain, karena mereka banyak mengkonsumsi serat alami dari sayuran dan buah-buahan segar yang juga kaya antioksidan (Anonim, 2007).

Pengaturan kombinasi makanan penting untuk meningkatkan efektivitas proses pencernaan makanan. Setiap jenis makanan, baik sumber karbohidrat, sumber protein, sayuran, maupun buah, memerlukan enzim pencernaan berbeda. Jika makanan disantap bersamaan atau hampir bersamaan, maka proses pencernaan tidak berjalan efektif, sehingga banyak zat gizi dan zat fitokimiawi nirgizi yang terbuang (Marsden, 2005; Anonim, 2007).

Ketiga, FC mementingkan keseimbangan asam-basa tubuh. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menemukan bahwa proses pencernaan makanan berjalan paling efektif jika jaringan tubuh dan darah (bukan lambung) dalam kondisi netral cenderung basa, dengan pH 7,35 - 7,45. Jika tubuh dalam kondisi asam, seseorang akan menjadi mudah kembung dan diare.

Keempat, FC tidak memerlukan takaran konsumsi makanan. Orang bisa makan dalam jumlah lebih bebas, sejauh kombinasinya serasi. Sebagai sarana berdiet, baik untuk mencapai berat badan ideal, diet penyakit, maupun untuk mencapai kesehatan prima, FC sangat mudah dipraktekkan oleh awam sekalipun. Bekal utama yang paling diperlukan hanyalah kiat makan dengan kombinasi makanan yang serasi.

Siklus Alami Tubuh
Tubuh melakukan tiga aktivitas pengelolaan asupan makanan secara simultan selama 24 jam, yang meliputi mencerna makanan, menyerap sari makanan, dan membuang sampah makanan. Namun aktivitas tersebut tidak giat dalam periode waktu bersamaan. Masing-masing memiliki masa aktif berbeda, sehingga membentuk rantai kerja dalam siklus alami yang sambung-menyambung.

1. Siklus Pencernaan
Pukul 12.00- 20.00 merupakan rentang waktu bagi tubuh untuk menjalankan fungsi mencerna makanan. Inilah saat paling tepat untuk mengisi perut dengan makanan yang proses cernanya berat dan lama, yakni sumber karbohidrat, sumber protein (hewani maupun nabati), dan sayuran. Waktu cerna karbohidrat 3 jam, protein 4 jam, dan sayuran 2 jam. Sementara waktu cerna lemak 6 - 8 jam. Karena itu, lemak sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah terbatas, agar tidak mengganggu proses pencernaan makanan lain yang waktu cernanya lebih singkat.

Namun mengingat proses pencernaan makanan paling efektif akan berakhir pukul 20.00, makan malam hendaknya sudah selesai satu jam sebelumnya. Agar pada pukul 20.00 malam hingga 04.00 dini hari, tubuh dapat menjalankan fungsi penyerapan sari makanan dengan baik. Jika kita telat makan, penggunaan energi tubuh yang sedianya terpusat pada proses penyerapan sari makanan akan terbagi untuk mencerna makanan. Akibatnya, tubuh akan memboroskan energi dan menyia-nyiakan sari makanan. Makan tengah malam dengan menu komplet (sumber karbohidrat, sumber protein, dan/atau sayuran) akan mengacaukan siklus alami tubuh. Proses penyerapan sari makanan akan tertunda, karena tubuh harus berbagi energi untuk mencerna makanan yang datang tidak pada waktunya. Kekacauan siklus alami ini dapat mengakibatkan ketidaknyamanan di pagi hari, seperti buang air besar tidak lancar, perasaan gelisah, kurang bersemangat.

Jika merasa lapar pada malam hari, usahakan menyantap makanan yang tidak membebani proses alami tubuh. Buah-buahan segar bisa menjadi pilihan. Untuk mendapatkan rasa kenyang yang mantap, kita bisa makan pisang segar (bukan pisang rebus/goreng). Boleh ditambah yogurt dengan tambahan madu. Bisa juga buah, yogurt, dan madu diblender hingga menjadi lassie atau smoothie, jus dengan tekstur kental dan pekat (Anonim, 2002).

2. Siklus Penyerapan
Sejak pukul 20.00 - pukul 04.00 tubuh mulai melakukan penyerapan. Sebagian besar zat makanan yang telah dicerna dibagikan ke seluruh tubuh. Pada saat ini tubuh harus cukup tidur dan tidak makan lagi supaya energi yang ada pada tubuh betul-betul digunakan untuk membagi makanan bukan untuk melakukan aktivitas tertentu atau mencerna makanan. Jangan pula dilupakan, pada saat ini tubuh juga mengganti sel-sel yang rusak dengan yang baru. Bila energi terlalu banyak dikeluarkan untuk mencerna makanan atau melakukan kegiatan lain, maka proses pembentukan sel baru tidak lagi efisien. Akibatnya, tubuh menjadi lelah, kulit kusam, dan penuaan dini pun terjadi.

3. Siklus Pembuangan
Sejak pukul 04.00 dini hari hingga 12.00 tengah hari, tubuh giat membuang sampah makanan. Sebagian besar energi tubuh terpakai untuk melakukan proses tersebut. Agar energi tubuh sepenuhnya tercurah untuk proses pembuangan, sepanjang waktu tersebut disarankan tidak mengisi perut dengan makanan berat. Sarapan berupa sumber karbohidrat (nasi, roti), sayuran, dan lauk-pauk hanya akan menyita energi tubuh, sehingga proses pembersihan sampah makanan terhambat. Santap buah-buahan segar atau minum jus buah segar tanpa tambahan apapun sebagai menu sarapan maupun kudapan sepanjang rentang waktu tersebut. Selain tidak butuh proses pencernaan lama (10 - 45 menit), buah segar menyediakan sumber energi siap pakai. Boleh buah apa pun, kecuali durian, nangka, cempedak. Hanya saja, melon, semangka, blewah, hamigua, dan buah jenis Cucurbitaceae sebaiknya tidak dimakan bersama buah lain, karena proses pencernaannya sangat singkat (Anonim, 2007).

Selain pada periode pembuangan (pukul 04.00 - 12.00), buah-buahan segar atau jus buah segar tetap boleh dinikmati di luar waktu tersebut. Namun hendaknya disantap 45 -60 menit sebelum tiba saat makan berat, agar proses pencernaan buah sudah akan selesai begitu tubuh harus mulai mencerna makanan berat. FC tidak mendukung konsumsi buah setelah makan berat seperti yang selama ini kita lakukan.

Keseimbangan Asam-Basa
Kesehatan tubuh bisa tetap terjaga jika pH jaringan dan pH darah bersifat netral cenderung basa. Untuk mempertahankan kondisi tersebut, pengaturan asupan makanan mengikuti pola makan FC memegang peranan utama. Yakni dengan mengkombinasikan antara makanan pembentuk asam dengan makanan pembentuk basa, sehingga masing-masing dapat saling menetralkan.

Sifat sebagai pembentuk asam-basa ini tidak berhubungan dengan rasa bahan makanan. Sebagai contoh, sekalipun rasanya asam, air jeruk lemon/nipis merupakan cairan pembentuk basa, bukan pembentuk asam.

Demikian pula dengan buah-buahan matang yang rasanya asam, seperti jeruk bali, nanas, stroberi, kiwi. Secara umum, sayuran merupakan makanan pembentuk basa. Sementara sumber karbohidrat dan sumber protein merupakan makanan pembentuk asam. Untuk mendapatkan kombinasi makanan serasi, sehingga tercipta pH tubuh netral, secara gampang kita bisa berpegang pada pola kombinasi asam-basa berupa makanan sumber karbohidrat dan sayuran atau sumber protein dan sayuran.

Dengan berpedoman pada pola demikian, akan mudah bagi kita untuk menyusun menu makanan sehari-hari atau memilih makanan yang tersedia di hadapan kita tanpa harus berpantang. Kombinasi makanan serasi tersebut bisa ditukargantikan untuk dinikmati baik pada saat makan siang maupun makan malam. Namun hendaknya dalam sehari bisa terisi dengan kedua kombinasi tersebut, agar tubuh cukup mendapatkan kalori, protein, dan mineral. Hanya jika terpaksa kita bisa menggandakan salah satu kombinasi dalam sehari. Misalnya, menyantap kombinasi karbohidrat dan sayuran pada saat makan siang maupun makan malam. Hal ini masih lebih baik daripada makan hidangan dengan kombinasi tidak serasi (Anonim, 2005).

Ada pengecualian untuk sumber protein berupa tempe dan tahu. Fermentasi tempe dan proses pengolahan kedelai menjadi tahu telah memecah ikatan proteinnya, sehingga protein tempe-tahu mudah dicerna. Karena itu, tempe dan tahu bisa disantap bersama dengan sumber karbohidrat. Demikian pula dengan kedelai, karena merupakan makanan pembentuk basa.

Kombinasi sumber karbohidrat dan sumber protein, misalnya nasi dan rendang, merupakan kombinasi makanan yang tidak serasi. Soalnya, keduanya merupakan makanan pembentuk asam, sehingga dapat makin meningkatkan keasaman tubuh. Dalam pengertian awam dengan bahasa yang lebih sederhana, FC tidak membenarkan karbohidrat ketemu protein. Pasangan ideal bagi karbohidrat maupun protein adalah sayuran.

Panduan Pola Makan Food Combining
                Berikut ini adalah kombinasi makanan serasi (Marsden, 2005; Rere, 2008):

1. Protein dan Lemak
Unsur lemak berguna untuk memperlambat laju pencernaan sehingga protein punya cukup waktu untuk berinteraksi dengan asam lambung. Protein sendiri sebetulnya sudah mengandung lemak, sehingga penambahan lemak lagi malah berbahaya sebab akan membuat protein lebih lama lagi berada dalam lambung. Jadi sebaiknya menyantap ayam disarankan yang diolah dengan cara dipanggang, dibakar, direbus atau dikukus. Begitu juga kacang-kacangan.

2. Pati dan Lemak
Hidrat arang pati juga mengandung protein dan lemak sekalipun kecil saja. Jadi kombinasi pati dan lemak baik saja selama tidak ditambahkan lemak lagi. Contohnya ubi yang dikolak merupakan makanan yang tidak serasi karena menggunakan  ekstra lemak yaitu santan. Tetapi jika penggunaan lemak dalam jumlah yang kecil sebagai penambah citarasa, justru diperbolehkan. Misalnya roti yang dibubuhi sedikit mentega.

3. Lemak dan Asam
Keduanya bisa disantap beriringan, namun dengan catatan kadar lemaknya harus rendah. Asam berguna untuk melarutkan lemak. Sedang enzim pengurai lemak membutuhkan pH asam. Misalnya, sedikit air jeruk dapat mengencerkan lemak sehingga lebih mudah dicerna. Sebaliknya menambahkan asam pada makanan berkadar lemak terlalu tinggi  justru menyebabkan pH pencernaan semakin asam hingga menghambat proses pencernaan. Sebagai contoh, setelah makan kacang-kacangan usahakan untuk menyantap buah yang memiliki rasa asam.

4. Gula dan Asam
Contoh makanan dengan kombinasi ini adalah yogurt murni dan madu alam murni, yogurt murni dan buah manis, buah asam dan buah manis atau saus asam manis.

5. Pati dan Pati
Sekalipun makan nasi dan bakmi menurut metode FC cukup  serasi namun disarankan agar tidak menyantapnya dalam jumlah banyak. Karena kemampuan tubuh menyimpan pati terbatas. Kelebihannya akan disimpan tubuh dalam bentuk lemak.

6. Protein Nabati dengan Protein Nabati
Kombinasi yang sangt serasi karena satu jenis saja protein nabati. Namun kombinasi ini kurang lengkap, hingga harus dilengkapi lagi dengan protein lainnya. Misalnya, nasi merah dengan tempe, nasi dengan perkedel kacang merah, sup dengan aneka biji-bijian.

Sebenarnya seseorang tidak harus menghafal kimiawi makanan mana yang dapat membentuk sifat asam dan mana yang dapat membentuk sifat basa. Kombinasi makanan serasi bisa fleksibel selama seseorang dapat mengatur total asupan makanan dalam satu minggu, paling tidak terdiri dari 7 menu protein + sayuran, 7 menu karbohidrat + sayuran, dan 7 menu buah-buahan (Gunawan, 2005).  

Pedoman berikut memudahkan kita, terutama para pemula, untuk menerapkan pola makan FC tanpa harus bingung menghafal kombinasi asam-basa.

Menu sehari yang ideal:

1 menu buah-buahan
1 menu karbohidrat + sayuran
1 menu protein + sayuran

Jika menu ideal tak mungkin dilaksanakan, variasi menu dalam sehari dapat terdiri dari:

Variasi 1:
1 menu buah-buahan
2 menu karbohidrat + sayuran

Variasi 2:
2 menu buah-buahan
1 menu karbohidrat

Variasi 3:
2 menu buah-buahan
1 menu protein + sayuran

Variasi 4:
(Jika sulit memperoleh buah segar):
2 menu karbohidrat + sayuran
1 menu protein + sayuran 


Simpulan dan Saran
Food combining adalah metode pengaturan asupan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh, khususnya yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Efek pola makan ini meminimalkan jumlah penumpukan sisa makanan dan metabolisme sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan zat makanan menjadi lancar, dan pemakaian energi tubuh juga lebih efisien. Dengan FC, perilaku makan seseorang dituntut agar secara sadar: (1)  mengoptimalkan masukan dan penyerapan zat gizi dengan cara mengkonsumsi makanan yang serasi saja setiap kali makan; (2) mendayagunakan fungsi sistem pencernaan dengan cara menyesuaikan apa yang dimakan dengan kebutuhan asam-basa dan siklus alamiah tubuh agar metabolisme seimbang.

Saran atau tips menjalankan pola makan FC, sebagai berikut ini: (1) Makanlah buah atau minum jus buah sedikit-sedikit agar tidak mengakibatkan lonjakan kadar gula darah secara mendadak, (2) Ganti camilan Anda dengan buah. Namun bila anda mengkonsumsi buah sepanjang hari, berikan waktu setengah jam sebelum anda mengkonsumsi makanan lain, (3) Makanan tinggi protein dan tinggi karbohidrat sebaiknya tidak dimakan bersama-sama, melainkan dikombinasikan dengan sayuran. Misalnya daging plus sayur atau nasi plus sayur. Hindari daging plus nasi, apalagi dengan porsi sama banyak, (4) jika pada siang hari anda telah mengkonsumsi makanan menu tinggi protein (misalnya kombinasi daging-sayur), maka malam harinya  ganti dengan menu karbohidrat-sayur atau sebaliknya, (5) Sebaiknya tidak mengkonsumsi lebih dari satu macam protein hewani pada saat yang sama, karena satu jenis protein hewani sudah mencukupi kebutuhan asam amino untuk sehari. Sedangkan  protein nabati boleh dikonsumsi lebih dari satu macam karena kandungan asam amino makanan nabati umumnya kurang lengkap. Berbagai jenis makanan yang mengandung karbohidrat boleh dimakan bersama-sama, misalnya nasi plus perkedel jagung, (6) Masaklah makanan secukupnya dengan menggunakan bahan makanan yang sesegar dan seutuh mungkin, bukan bahan olahan, instan atau diawetkan. Ingat, makanan yang dipanaskan berulangkali akan musnah khasiat gizinya, (7) Gunakan lemak dan minyak seperlunya saja, (8) Konsumsilah makanan beragam, baik jenis maupun cara pengolahannya. Selain menghindari bosan, hal ini juga menjaga agar tubuh tidak kelebihan dosis suatu zat gizi tertentu, dan (9) Ikuti FC secara bertahap, agar tubuh dapat menyesuaikan diri dengan nyaman. Seandainya anda “lalai” (makan asal-asalan) di siang hari, bisa diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan yang benar sesuai FC malam harinya. Yang penting, kebiasaan menyantap berbagai makanan secara bersamaan tidak menjadi rutinitas.

Daftar Rujukan
Anonim. 2005. Diet Food Combining. http://www.conectique.com /trend_tips_solution/_health/diet/article.php?article_id=2470.

Anonim. 2007. Food Combining, untuk Tubuh Langsing dan Sehat. http://www.sedap-sekejap.com/artikel/2002/edisi1/files/sehat.htm
Chang, Henry. 2000. Makanan Organik, Hidup Sehat dengan Kembali ke Alam. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gsianturi. 2002. Food Combining, Betulkah Berbahaya? http://www.kompas.com /kesehatan /news/0205/24/034222.htm.
Gunawan, A. 2005. Food Combining, Kombinasi Makanan Serasi Pola Makan untuk Langsing dan Sehat. Jakarta: PT Gramedia.
Marsden, Kathryn. Penerjemah: Lala Herawati Dharma. 2005. The Complete Book of Food Combining. London: Piatkus.
Rere, 2008. Tips Menjalankan Pola Makan Food Combining (FC). http://www.obi.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=135&Itemid=2.

Sabtu, 11 Februari 2012

Model Pembelajaran Kooperatif

Luthfiyah Nurlaela


A. Pendahuluan
                Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang akhir-akhir ini sangat populer, karena diterapkan dalam banyak bidang studi. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, tetapi juga sangat membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, kemauan membantu teman kelompok, dan sebagainya.

                Pembelajaran kooperatif sesungguhnya merupakan ide lama. Semenjak abad pertama setelah masehi, para filosof sudah mengemukakan bahwa agar seseorang belajar, dia harus memiliki teman belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya (Slavin, 2000).

                Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individual ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar daripada pengalaman pembelajaran tradisional (Lundgren L., 1994). Huber, Bogatzke dan Winter (Slavin, 2000) yang membandingkan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan kelompok kerja tradisional menemukan bahwa, kelompok STAD mendapatkan skor yang lebih baik pada tes matematika. Selanjutnya penelitian Burron, James, dan Ambrosio (1993) menemukan bahwa walaupun tidak ada perbedaan dalam prestasi belajar, kelompok pembelajaran kooperatif menunjukkan pemerolehan yang cukup baik dalam keterampilan menelitinya.  Sebelumnya, Watson, Scott B. (1991) menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan kognitif siswa yang menggunakan bahan-bahan GEM yang dikombinasikan dengan teknik-teknik kooperatif, bila dibandingkan dengan hanya menggunakan GEM atau tradisional.

                Berdasarkan hasil penelitian Thompson (Lundgren L., 1994), manfaat pembelajaran kooperatif adalah: (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, (2) meningkatkan rasa harga diri, (3) memperbaiki sikap terhadap mata pelajaran, guru, dan sekolah, (4) memperbaiki kehadiran, (5) saling memahami adanya perbedaan individu, (6) mengurangi perilaku yang mengganggu, (7) mengurangi konflik antar pribadi, (8) mengurangi sikap apatis, (8) memperdalam pemahaman, (9) meningkatkan motivasi, (10) meningkatkan hasil belajar, (11) memperbesar retensi, dan (12) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.


B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
                Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dalam pendekatan konstruktivistis. Teori belajar konstruktivistis itu sendiri merupakan teori belajar yang dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif. Menurut teori belajar konstruktivistis, siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama, dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai. Belajar itu lebih dari sekedar mengingat. Agar siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Slavin, 2000).

                Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya (Slavin, 2000). Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik, siswa harus diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman kelompok mencapai ketuntasan.

                Di dalam kelas kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa, campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah, jenis kelamin dan suku/ras, serta saling membantu satu sama lain. Selama belajar secara kooperatif, siswa tetap bersama-sama dengan kelompoknya selama beberapa minggu. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang aktif, memberi penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.

                Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan secara efektif, unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang perlu ditanamkan kepada siswa adalah sebagai berikut (Lundgren L., 1994): (1) para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama-sama”, (2) para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi, (3) para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama, (4) para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya di antara para anggota kelompok, (5) para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok, (6) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar, dan (7) para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

C. Keterampilan Kooperatif
                Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, keterampilan-keterampilan kooperatif harus dilatihkan dulu kepada siswa. Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antara anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan (Suryanti, 1998).

                Sebagai suatu keterampilan belajar, keterampilan kooperatif ternyata memiliki tingkat-tingkat, yakni tingkat awal, tingkat menengah, dan tingkat mahir (Lundgren L., 1994). Dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik.

                Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi: (1) menggunakan kesepakatan, yakni memiliki kesamaan kesepakatan. Hal ini penting karena anggota kelompok akan tahu siapa yang memiliki pendapat yang sama dan merasa pendapatnya berharga dan penting; (2)  menghargai kontribusi, yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan kelompok lain. Setiap kelompok tidak selalu harus setuju dengan kelompok lain. Kenyataannya dapat saja berupa kritikan, tetapi kritik terhadap ide dan tidak terhadap individu. Hal ini penting, agar anggota kelompok menyadari bahwa mereka dimengerti; (3) menggunakan suara pelan yang tidak terdengar oleh orang di seberang meja. Hal ini penting agar anggota kelompok dapat mendengarkan percakapan dalam kelompok dan tidak frustasi oleh suara keras dalam ruangan; (4) menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Pekerjaan akan berjalan lebih efektif, jika seluruh anggota kelompok memberikan kontribusi dalam kegiatan yang terorganisir. Selain itu pada anggota akan tumbuh rasa sebagai anggota tim kerja untuk mecapai suatu tujuan yang sama; (5) berada dalam kelompok. Pekerjaan tidak akan efisien jika anggota kelompok pergi dari kelompoknya. Kelompok yang selalu tinggal bersama dapat saling membantu; (6) meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan akan terselesaikan dalam waktunya dengan ketelitian lebih baik dan kreatif. Kelompok akan lebih bangga terhadap peningkatan efektivitas dalam mempersiapkan tugas-tugas yang diemban; (7)  mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Jika satu atau dua orang tidak berpartisipasi atau hanya sedikit memberikan kontribusi, maka hasil dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang orisinal atau kurang imajinatif; (8) mengundang orang lain untuk berbicara; (9) menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang direncanakan. Pekerjaan tidak akan selesai dan pekerjaan yang tidak selesai akan memperoleh nilai yang rendah; (10) menyebutkan nama dan memandang pembicara. Memanggil satu sama lain dengan menggunakan nama dan kontak mata. Anggota kelompok akan merasa bahwa mereka telah memberikan kontribusi penting apabila nama mereka disebutkan dan dilakukan dengan kontak mata; (11) mengatasi gangguan. Menghindari masalah yang diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian terhadap tugas yang diberikan. Gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan. Jika langkah-langkah positif telah diambil oleh kelompok untuk menanggulangi gangguan, anggota akan merasa telah berprestasi dan merasa dewasa dalam memahami hal tersebut; (12) menolong tanpa memberikan jawaban, artinya memberikan bantuan tanpa menunjukkan cara pemecahannya. Jika seorang siswa memberikan jawaban kepada anggota kelompok, mereka tidak akan merasa telah memahami atau menemukan konsep. Hubungan kerja dalam kelompok akan meningkat, karena semua anggota kelompok menyumbang pemikiran untuk memecahkan masalah, maka mereka merasa telah berprestasi dan memiliki rasa bangga dalam kelompok mereka; dan (13) menghormati perbedaan individu. Bersikap menghormati terhadap budaya, pengalaman hidup, serta suku bangsa dari setiap siswa. Permusuhan dihindari dan keharmonisan kelompok ditumbuhkan. Ketegangan dapat dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas, dan toleransi.

                Selanjutnya keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: (1) menunjukkan penghargaan dan simpati. Maksudnya adalah menunjukkan rasa hormat, pengertian dan kepekaan terhadap usulan-usulan yang berbeda-beda. Ketegangan dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas, dan toleransi; (2) menggunakan pesan “saya”. Artinya menyatakan perasaan dengan menggunakan kata “saya” ketika berbicara. Contohnya, daripada mengatakan “Anda salah” lebih baik katakanlah “Saya pikir tidak begitu”. Jika menggunakan kata ganti orang pertama “saya” untuk menyebut diri sendiri, orang lain tidak akan merasa terancam atau merasa bersalah sehingga permusuhan dapat dihindari. Ketegangan dapat dihindari dan anggota kelompok akan merasa dihargai; (3) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima. Maksudnya adalah menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan dengan cara sopan dan sikap baik. Mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang dapat menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok. Jika pendapatnya, bukan anggota kelompok yang mengkritik, anggota kelompok tidak akan merasa terhina dan permusuhan dapat dihindari; (4) mendengarkan dengan aktif. Dengan menggunakan pesan fisik dan lesan, pembicara akan tahu bahwa kita secara giat sedang menyerap informasi. Pengertian tentang suatu konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi. Jika pembicara tidak terganggu dan semua siswa memberikan perhatian pada komunikasi, maka anggota kelompok akan merasa bahwa apa yang mereka sumbangkan itu berharga; (5) bertanya, artinya meminta atau menanyakan sesuatu informasi atau penjelasan lebih jauh. Konsep dapat dijelaskan, seseorang yang tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk ikut berperan serta; (6) membuat ringkasan. Maksudnya adalah mengulang kembali informasi. Hal ini penting untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan. Ketika kerja kelompok selesai secara efektif dan efisien, maka siswa akan merasa bangga terhadap kelompoknya; (7) menafsirkan, yaitu menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal penting dapat diberi penekanan, sehingga komunikasi akan semakin baik; (8) mengatur dan mengorganisir, artinya merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien, dan tujuan akan mudah dicapai; (9) memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu benar. Pekerjaan akan bebas dari kesalahan dan kekurangtepatan. Pemahaman terhadap bidang studi akan berkembang. Hasil kelompok akan lebih baik dan membantu berkembangnya hubungan-hubungan yang positif antar anggota kelompok; (10) menerima tanggung jawab, yaitu bersedia dan mampu memikul tanggung jawab dari tugas-tugas dan kewajiban untuk diri sendiri dan kelompok, untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Tugas tidak dapat diselesaikan jika anggota kelompok tidak menerima tanggung jawab mereka dengan serius. Anggota kelompok yang mau menerima tanggung jawab untuk dirinya sendiri dan untuk kelompoknya, akan dapat belajar lebih banyak dibandingkan jika bekerja sendiri; (11) menggunakan kesabaran, yaitu bersikap toleransi pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan pada kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat keputusan yang tergesa-gesa. Frustrasi, ketegangan dan stress anggota kelompok akan dapat dikurangi. Anggota kelompok akan merasa diterima, merasa berprestasi ketika mereka tetap berada pada pekerjaan dan berkembang kedewasaannya; dan (12) tetap tenang/mengurangi ketegangan, artinya adalah menciptakan atmosfir yang damai dalam kelompok. Suasana hening dalam kelompok menimbulkan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi. Permusuhan akan terkontrol. Tidak ada seorangpun yang merasa terancam atau terganggu ketika ketegangan menurun.

                Lebih jauh, keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi: (1) mengelaborasi, yaitu memperluas konsep, kesimpulan dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu. Hal ini penting karena akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik dan prestasi yang lebih tinggi, dan hal ini akan menumbuhkan motivasi yang lebih besar dan sikap yang lebih baik; (2) memeriksa secara cermat, yaitu bertanya dengan pokok pembicaraan yang lebih mendalam untuk mendapatkan jawaban yang benar. Pertanyaan yang dipakai adalah pertanyaan yang tidak menuduh, misalnya “mengapa” dan “dapatkan Anda memberikan contoh?”. Hal ini penting untuk menjamin bahwa jawabannya benar. Prestasi yang lebih baik akan menumbuhkan penghargaan yang lebih tinggi pada diri sendiri; (3) menanyakan kebenaran, yaitu membuktikan bahwa jawaban benar, atau memberikan alasan untuk jawaban tersebut. Hal ini dapat membantu siswa untuk berpikir tentang jawaban yang diberikan dan untuk lebih yakin atas ketepatan jawaban tersebut. Prestasi yang lebih baik akan mendorong ke sikap yang positif; (4) menganjurkan suatu posisi, artinya menunjukkan posisi dalam suatu masalah tertentu. Hal ini dilakukan agar dapat mengarahkan orang ke arah pikiran kita. Penting untuk tidak menghakimi atau harus menghormati pandangan orang lain pada waktu kita mempresentasikan posisi kita secara positif. Menghormati pendapat orang lain akan mengurangi konflik dalam kelompok; (5) menetapkan tujuan, maksudnya adalah menentukan prioritas-prioritas. Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efisien jika tujuan jelas; (6) berkompromi, yaitu menentukan pokok permasalahan dengan persetujuan bersama. Kompromi dapat membangun rasa hormat kepada orang lain dan mengurangi konflik antar pribadi. Belajar untuk mengkritik pendapat bukan mengkritik orangnya, menjelaskan pertanyaan orang lain untuk meyakinkan suatu pengertian dan membatasi posisi kita dalam hal mengurangi perdebatan akan membawa kita ke kedewasaan dan pemberian keputusan dengan baik; dan (7) menghadapi masalah-masalah khusus, yaitu menunjukkan masalah dengan memakai pesan “saya”, tidak menuduh, tidak menggunakan sindiran, memanggil nama, menunjukkan bahwa hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri atau ketidakmampuan seseorang, bertujuan untuk memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan masalah. Konflik antar pribadi akan berkurang dan tingkat kebaikan, sensitivitas dan toleran akan meningkat. Ketegangan akan terhindari dan hubungan pribadi akan meningkat. Kelompok sebagai tim akan berfungsi lebih baik dan dapat menyelesaikan tugas dengan lebih efektif.

D. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
                Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif di kelas, ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan berikut (Slavin, 2000). Yang pertama adalah tahap persiapan, meliputi: (1) materi pelajaran, (2) menetapkan siswa dalam kelompok, (3) menentukan skor awal, dan (4) menyiapkan siswa untuk bekerja kooperatif.

Dalam persiapan materi pelajaran, materi pembelajaran kooperatif dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran, dibuat lebih dahulu lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari siswa dalam kelompok kooperatif. Pada tahap menetapkan siswa dalam kelompok, kelompok-kelompok dalam pembelajaran kooperatif beranggotakan 4-5 orang siswa yang terdiri dari siswa tinggi, sedang, dan rendah prestasi belajarnya. Selain itu juga harus dipertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya yakni jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan dan lain sebagainya. Beberapa petunjukan untuk menentukan kelompok kooperatif, yaitu: (1) merangking siswa, (2) menentukan jumlah kelompok, dan (3) membagi siswa dalam kelompok. Selanjutnya adalah tahap menentukan skor awal. Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individual pada tes sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada caturwulan sebelumnya. Sedangkan tahap menentukan siswa untuk bekerja secara kooperatif, sebelum memulai pembelajaran sebaiknya dimulai dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk lebih saling mengenal masing-masing anggota kelompoknya. Guru juga perlu memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar pembelajaran kooperatif berikut: (1) tahap berada dalam kelompok, (2) ajukan suatu pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru, dan (3) berikan umpan balik pada ide-ide dan hindari mengkritik orang. Selain tiga aturan dasar tersebut, guru juga perlu menjelaskan aturan-aturan lain di dalam pembelajaran kooperatif, antara lain: (1) siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman sekelompok telah mempelajari materi pelajaran, (2) tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai materi pelajaran, dan (3) dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.

Kedua, adalah tahap pembelajaran (presentasi pelajaran). Terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif (Arends, 1997). Pelajaran dalam pembelajaran kooperatif dimulai dengan guru mengkomunikasikan tujuan-tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Dalam menyajikan materi pelajaran, hal-hal yang perlu ditekankan meliputi: (1) mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, (2) pembelajaran kooperatif menekankan belajar adalah memahami makna, bukan hafalan, (3) mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, (4) memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah, dan (5) beralih pada konsep lain, jika siswa telah memahami pokok masalahnya. Selanjutnya siswa diorganisir dalam kelompok-kelompok belajar. Langkah ini diikuti dengan langkah di mana siswa di bawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas (misalnya LKS). Langkah terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi penyajian dari produk akhir kelompok atau mengetes (mengevaluasi) materi yang telah dipelajari siswa dan pengenalan. Evaluasi ini dikerjakan secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja kelompok. Hasil evaluasi digunakan untuk menilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok. Sebelum evaluasi diadakan turnamen yang berfungsi sebagai reviu materi pelajaran (Suryanti, 1998).

Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah pembelajaran kooperatif di kelas disajikan dalam tabel berikut.
Ketiga, adalah turnamen. Turnamen merupakan suatu struktur di mana permainan itu terjadi, yang biasanya diadakan di akhir minggu atau akhir suatu bahan kajian, setelah guru mengajar di kelas dan kelompok-kelompok telah mendapatkan waktu untuk latihan-latihan dengan lembar kegiatan. Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan kelompok. Permainan-permainan itu dimainkan pada meja-meja turnamen, di mana setiap meja terdiri dari 3 siswa yang berkemampuan sama, masing-masing mewakili kelompok yang berbeda. Permainan itu berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberi angka secara sederhana di sebuah lembar yang sama. Seorang siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa dari semua tingkat sebelumnya menyumbang dengan maksimal bagi skor-skor kelompoknya bila mereka berusaha dengan maksimal. Turnamen ini berperan sebagai reviu materi pelajaran (Suryanti, 1998).

                Prosedur turnamen adalah sebagai berikut (Suryanti, 1998). Pada permulaan periode turnamen, umumkan penetapan meja turnamen untuk para siswa, dan minta mereka untuk menyusun meja mereka sebagai meja turnamen. Untuk memulai permainan, tugaskan siswa mana sebagai pembaca, penantang 1 dan penantang 2. Selanjutnya pembaca mengambil kartu permainan dan membagikannya kepada siswa lain dalam meja tersebut. Kemudian siswa dalam meja turnamen mengerjakan pertanyaan. Pembaca membacakan jawabannya, bila penantang berbeda jawaban dengan pembaca, maka penantang boleh menyanggah dan mengajukan jawabannya. Begitu seterusnya dan siswa dalam meja tersebut bertukar peran.

                Keempat, yaitu kuis. Setelah diadakan turnamen, siswa mendapatkan kuis secara individual untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan secara individual. Dalam mengerjakan kuis, siswa dalam kelompok tidak diperbolehkan saling membantu. Dengan demikian, siswa sebagai individu bertanggungjawab untuk memahami materi pelajarannnya. Kemudian kuis dinilai, dan skor yang diperoleh disumbangkan sebagai skor kelompok.

                Keempat, yaitu penghargaan kelompok. Yang pertama dilakukan pada tahap ini adalah: menghitung skor individu dan skor kelompok. Segera setelah turnamen dan kuis, diadakan penghitungan skor kelompok dan menyiapkan penghargaan pada tim yang memperoleh nilai baik. Untuk menentukan skor kelompok berdasarkan skor turnamen, pertama kali harus dilakukan pengecekan poin-poin tiap siswa, kemudian menjumlahkan skor semua siswa dan membaginya dengan sejumlah anggota kelompok yang ada. Sedangkan kuis selain digunakan untuk menentukan skor perkembangan secara individual juga dapat digunakan sebagai skor kelompok. Perhitungan skor perkembangan kelompok dapat dilihat pada tabel berikut (Slavin, 2000).
Selanjutnya yang dilakukan adalah menghargai prestasi kelompok. Terdapat tiga tingkat penghargaan kelompok, yaitu: (1) kelompok dengan rata-rata skor 40, sebagai kelompok baik, (2) kelompok dengan rata-rata skor 45, sebagai kelompok hebat, dan (3) kelompok dengan rata-rata skor 50, sebagai kelompok super. Dalam kelompok super dan kelompok hebat, sebaiknya guru memberikan penghargaan berupa sertifikat atau hadiah-hadiah lainnya tergantung pada kreativitas guru.

                Kelima, yaitu menghitung ulang skor awal dan pengubahan kelompok. Setelah satu periode penilaian (setelah 3 sampai 4 minggu pertemuan), dilakukan penghitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa baru. Selain itu, juga perubahan kelompok. Hal ini perlu dilakukan karena akan memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan siswa lain dan memelihara agar pembelajaran tetap segar.

E. Penutup
                Berdasarkan teori, dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit karena dapat saling mendiskusikannya dengan teman-temannya. Dengan demikian diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat.
                Beberapa keunggulan model pembelajaran kooperatif antara lain: Adanya kepemimpinan bersama, adanya saling ketergantungan yang positif, keanggotaan yang heterogen, mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif, tanggung jawab terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok, menekankan pada tugas-tugas dan hubungan kooperatif, ditunjang oleh guru, satu hasil kelompok, dan evaluasi kelompok.

                Meskipun keunggulan-keunggulan model pembelajaran kooperatif sangat menonjol, perlu diperhatikan juga kekurangan model pembelajaran tersebut. Kekurangan model pembelajaran kooperatif yang utama adalah adanya anggota kelompok yang tidak aktif. Kekurangan ini harus dihindari, dengan cara: (1) tiap-tiap anggota kelompok bertanggungjawab pada bagian-bagian kecil dari permasalahan kelompok, dan (2) tiap-tiap anggota kelompok mempelajari materi secara keseluruhan. Hal ini disebabkan hasil kelompok ditentukan oleh hasil kuis dari anggota kelompok yang ada, maka tiap-tiap anggota kelompok harus benar-benar mempelajari isi permasalahan secara keseluruhan.


DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 1997. Classroom instructional and management. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Burron, B., James, M. L., Ambrusso, A. L. 1993. The effects of cooperative learning in physical science course for elementary/middle level preservice teachers. Journal of Research in Science Teaching. Volume 30 Nomer 7 pp. 697-707.

Lundgren, Linda. 1994. Cooperative learning in the science classroom. Glencoe: MacMillan/McGraw-Hill.

Slavin, Robert E. 2000. Educational psychology: Theory and practice. Sixt Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Suryanti. 1998. Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournaments (TGT) dalam rangka meningkatkan hasil belajar fisika siswa SMU. Tesis. Pasca Sarjana IKIP Surabaya .

Watson, S. B. 1994. Cooperative learning ang group educational modules: Effects on cognitive achievement oh High School Biology Students. Journal of Research in Science Teaching. Volume 28 Nomer 2 pp. 141-146.