Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Tampilkan postingan dengan label Kementerian PDTT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kementerian PDTT. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Januari 2025

Menunggu Sertijab

Saya ini sebenarnya sedang menunggu satu di antara dua hal ini: pengaktifan kembali jabatan fungsional saya sebagai guru besar, atau pelantikan pejabat eselon 1 Kemendesa PDT. Yang kedua ini, tentu saja termasuk pelantikan pejabat pengganti saya. Kalau satu di antara dua hal ini terjadi, maka saya sudah bisa leluasa melenggang kembali ke kampus.

Awal Desember saya sudah mengajukan surat permohonan izin untuk kembali mengabdikan diri ke Kampus Unesa, kepada Menteri Desa PDT. Pertengahan Desember, surat dari Menteri kepada Rektor Unesa meluncur, surat tentang pengembalian saya ke kampus. Akhir Desember, surat dari Rektor Unesa ke Dikti sudah diterima Biro SDM Dikti, surat permohonan untuk mengaktifkan kembali jabatan guru besar saya. Konon, surat itu sudah ada di meja Menteri Diktisaintek, tinggal menunggu tanda tangan beliau.

Alhamdulilah, ada sobat rasa saudara, Dik Prof Upik Aisyah Endah Palupi  yang sekarang menjabat Sesditjen Dikti. Beliaulah yang membantu mengawal dan menelusuri surat tersebut. Tentu saja bersama tim Pak Rektor.

Yang mana pun yang akan terjadi lebih dulu, Allahlah yang tahu yang terbaik. Jadi ya sudah, sabar saja. Ngugemi pesan suami Mas Ayik Baskoro Adjie , supaya saya sabar untuk tetap tinggal di Jakarta dulu sampai sertijab. Nggak boleh riwa-riwi. Kangen anak bojo dan cucu-cucu, diempet sik. Sabar sik pokoknya.

Baiklah....

Yang agak jadi masalah, bukan masalah besar sih, barang-barang saya sudah dikirim semua ke Surabaya. Sudah boyongan. Di Jakarta ini, saya hanya bawa satu koper. Isinya beberapa lembar baju dan kosmetik minimalis. Jadi jangan heran kalau di beberapa kegiatan, baju saya itu-itu saja. Tapi saya jamin, itu baju bersih. Dipakai, dicuci, kering, pakai lagi.

Yang juga agak masalah lagi, sewa apartemen saya berakhir di tanggal 10 Januari. Namun tiba-tiba Gusti Allah mengirimkan bantuannya. Bu Kartini Sembel , Kapus PPJF, tiba-tiba merelakan aprtemennya saya kuasai. 

Demikianlah sekilas info...

Asli sudah kangen rawon pangat dan tahu campur Cak Gondrong...

Jakarta, 11012025

Kamis, 14 November 2024

Pasar Tradisional

Kalau lagi berkunjung ke suatu tempat, saya sebenarnya paling senang jalan-jalan ke pasar tradisional. Sayang sekali kesempatan itu tidak selalu ada.

Ya, pasar tradisional, tentu tidaklah serapi dan sebersih pasar modern atau supermarket. Jauuuhhlah pasti. Aromanya pun bedaaa banget. Lantainya pun, apa lagi.... 

Tapi pasar tradisional itu bagi saya lebih genuine. Kekhasan di daerah itu, di pasar tradisionallah tempatnya. Saya menemukan daun gatal ketika di pasar tradisional Sorong. Menemukan beragam noken yang keren dengan berbagai ukuran dan corak, di pasar tradisional Wamena. Melihat beragam sayuran yang sudah dipotong-potong dan dicampur sedemikian rupa, tumpukannya menggunung, di pasar tradisional Ternate. Melihat potongan singkong-singkong yang diikat, yang saya kira untuk konsumsi manusia (ternyata untuk babi), di pasar tradisional Waingapu, Sumba Timur. Belum lagi bermacam makanan khas, kue-kue, hasil bumi, hasil laut, hasil kerajinan, dan banyak lagi.  

Juga, yang sangat mengesankan bagi saya, adalah interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli. Tradisi dan  kebiasaan mereka dalam bertransaksi. Keramahan dan kesederhanaannya. Bahkan kemurniannya.

Dan hari ini, saya berhasil mencuri waktu mengunjungi pasar tradisional di Bengkulu, namanya Pasar Panorama. Banyak sekali yang saya lihat, tentu saja. Hasil laut, hasil bumi, jajanan, dan sebagainya. Ada cabe rawit yang kecil-kecil, yang di Sumba disebut chili padi. Ada tumpukan kecombrang, yang selama ini hanya saya lihat dalam jumlah kecil. Ada jeruk kalamansi, yang selama ini hanya saya tahu sirupnya. Ada kabau, nah, ini yang benar-benar baru. Satu keluarga dengan pete dan jengkol. Bentuknya lebih kecil, agak bulat, warna kulitnya lebih gelap, dan konon, rasa dan aromanya lebih kuat dibanding pete dan jengkol.

Hm, Indonesia memang kaya.

Bengkulu, 10 November 2024

Senin, 09 September 2024

Mengunjungi Pekanbaru

Saya terbang lagi ke Pekanbaru pada siang yang cerah, selepas orang pulang dari shalat Jumat di masjid. Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menumpang GA, tapi penerbangan sempat delay sekitar satu jam.

Menjelang maghrib kami baru mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Kami bertemu dengan pasukan penjemput di depan pintu keluar. Dari bandara, kami langsung menuju Pondok Gurih untuk menikmati makan malam bersama teman-teman dari Balai Pelatihan Pekanbaru.

Sabtu pagi, kami mendampingi Menteri Desa PDTT membuka acara workshop pengelolaan keuangan bumdesa/bumdesa bersama di Aula Balai Pelatihan Pekanbaru. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Ditjen PEID dan BPSDM. Hadir juga Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Pekanbaru yang mewakili Gubernur Provinsi Riau. Juga hadir perwakilan dari Bio Cycle Indo, yang menyerahkan bantuan pupuk organik untuk diterapkan di balai. Selain itu, tenaga pendamping profesional (TPP) juga tentu hadir.

Ada sebanyak 50 peserta pelatihan yang mewakili berbagai desa di Pekanbaru. Mereka akan dilatih oleh para penggerak swadaya masyarakat (PSM) dari balai. Durasi waktu pelatihan adalah empat hari.

Siangnya, kami memisahkan diri dengan rombongan Menteri Desa PDTT yang sedang melakukan kunjungan ke Bio Cycle Indo. Saya bersama Pak Kapuslat SDM, Dr. Fujiartanto, menuju Pelalawan, tepatnya di Balai Desa Mulya Makmur, sebuah eks kawasan tramsmigrasi. Selama tiga jam lebih perjalanan dari Pekanbaru untuk mencapai tempat ini, dan hutan sawit mendominasi sepanjang kanan-kiri jalan.

Hanya beberapa saat menjelang maghrib, kami tiba di Balai Mulya Makmur. Kegiatan pelatihan pembuatan media pembelajaran bagi para content creator desa langsung kami buka sore ini juga. Acara pembukaan sempat break sebentar karena adzan maghrib. Setelah itu acara kami selesaikan secepat mungkin, karena kami harus segera menunaikan shalat maghrib.

Selanjutnya, kami harus segera kembali lagi Pekanbaru, supaya sebelum tengah malam, kami sudah tiba lagi di Hotel Pangeran, tempat kami menginap. Esok pagi, kami akan terbang kembali ke Jakarta.

Mengalami perjalanan yang begitu mobile, bagi saya adalah hal yang biasa. Sebagai orang yang dulunya aktif mengikuti kegiatan pramuka dan pencinta alam, fisik saya alhamdulilah sudah tertempa dengan tuntutan kerja semacam itu. Selain itu, mengunjungi tempat baru, bertemu orang-orang baru, merupakan kebahagiaan tersendiri. Sekaligus juga untuk memberikan apresiasi bagi teman-teman pemilik kegiatan yang sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Juga dalam rangka menyapa kepala desa, perangkat, TPP, pegiat desa yang lain, tentu saja termasuk para peserta pelatihan.

Pekanbaru, 7 Sept 2024


#bpsdmbisa

#bpsdmkemendes

#KemendesPDTT

Selasa, 03 September 2024

Bumdes Nduma Luri

Desa Watuhadang, Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur, memiliki bumdesa yang salah satu unit usahanya jual beli tenun asli Sumba Timur. Nama bumdes tersebut adalah Nduma Luri. Menurut Kepala Desa Watuhadang, nduma luri artinya untuk hidup. Makna yang mengandung harapan untuk hidup yang lebih baik.

Bumdesa ini berdiri sejak 12 Oktober 2017, dan mulai beroperasi pada 3 Juli 2018. Beberapa tujuan Bumdesa Nduma Luri adalah meningkatkan pendapatan dan keuangan desa serta melestarikan dan menumbuhkan tradisi tenun pahikung Umalulu. Selain melakukan jual beli tenun, bumdesa ini juga memiliki usaha  Ada 3 jenis usaha jual beli benang dan jual beli beras.

Bumdesma Nduma Luri memberikan kontribusi bagi masyarakat untuk mengembangkan potensinya dalam menunjang pendapatan masyarakat. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah melakukan fasilitasi kepada masyarakat dengan melakukan pengadaan benang tenun dan pembentukan kelompok tenun songket. Kelompok tenun songket yang dibentuk dapat membuat hasil tenunan yang berkualitas tinggi untuk di pasarkan ke Galeri Tenun Pahikung Umalulu.

Pengunjung selain dapat melihat berbagai koleksi kain tenun yang sangat beragam, mereka juga dapat menikmati proses pembuatan tenun songket. Betapa menyenangkan.

Kampung Raja Umabara

Satu lagi Kampung Raja di Sumba Timur. Namanya Umabara. Ada di Desa Watuhadang, Kecamatan Umalulu. Kalau di Kampung Raja Prailiu saya sudah pernah mengunjunginya beberapa kali. Di Umabara, ini adalah kunjungan pertama saya. Lokasi Prailiu hanya di sekitaran Waingapu, ibu kota Sumba Timur. Sedangkan Umabara, jaraknya dari Waingapu sekitar satu jam perjalanan.

Umabara adalah surga bagi para pencinta tenun. Juga tempat bagi mereka yang ingin lebih mendalami karya kerajian yang bernilai seni tinggi ini. Ada banyak cerita di setiap lembarnya. Tentang kedekatan masyarakat dengan alam semesta, interaksi sosial mereka, dan juga keyakinan pada Tuhan mereka. Termasuk juga adat, tradisi, dan budaya mereka yang sangat unik, menarik, dan membuat siapa pun mudah untuk jatuh cinta.

Bangganya, cerita di setiap lembar tenun itu dikisahkan oleh anak-anak muda, para rambu dan umbu. Mereka tidak hanya bisa menenun, tapi juga memahamkan pada setiap orang yang ingin mendalaminya. Setiap yang datang di tempat itu adalah tamu yang harus dihormati, dipuaskan rasa ingin tahu mereka, dan juga dijamu, meski hanya sekadar air putih, teh, atau kopi, dengan satu dua piring jagung rebus. Namun keramahan dan kehangatan mereka, juga keterbukaan mereka, adalah lebih dari segalanya.

Kemarin kami mengunjungi kampung itu. Sejak memasuki kawasannya, nuansa tradisi sudah terasa begitu kental. Bangunan rumah-rumahnya yang khas, dengan menara yang menjulang. Konon di salah satu rumah itu, sedang bersemayam jasad Sang Raja yang sudah meninggal empat atau lima tahun yang lalu, menunggu momentum yang tepat untuk dikuburkan.  Kuburan-kuburan para  pendahulu dan keluarganya menghampar di sebagian pelatarannya. Satu rumah panggung besar, di situlah terpasang ratusan tenun. Juga di atas tikar yang menghampar. Tenun dengan berbagai teknik pembuatan, berbagai motif, berbagai ukuran, berbagai warna, berbagai filosofi, yang semuanya menggunakan warna alam.

Kecantikan Sumba memang seperti yang banyak orang kabarkan. Kecantikan alamnya, tradisi dan budayanya, adat-istiadatnya. Juga keramahan para rambu, para umbu, mama-mama dan bapa-bapa.

Indonesia betapa indah.

Diciptakan oleh Allah SWT yang juga Maha Indah.

Umalulu, 25 Agustus 2024

Kampung Raja Prailiu

Tempat ini sudah beberapa kali saya singgahi. Sejak pertama kali saya mengunjungi Sumba Timur, di tahun 2011, yang setelah itu, hampir setiap tahun saya mengunjungi Sumba Timur. Dan setiap kali mengunjungi Sumba Timur, saya hampir selalu tidak pernah melewatkan Kampung Raja ini.

Sumba Timur adalah wilayah pertama Unesa dalam Program SM3T. Ada lebih dari ratusan guru peserta program tersebut yang ditugaskan di berbagai pelosok di Sumba Timur selama setahun. Program SM3T itu sendiri dimulai dari tahun 2011 sampai dengan 2016.

Sejak program berakhir, saya praktis tidak pernah lagi mengunjungi Sumba Timur. Meskipun selalu saja ada tugas ke berbagai wilayah Indonesia, saya tidak pernah  bertugas ke Sumba Timur.

Hari ini, setelah delapan tahun berlalu, saya kembali menapakkan kaki di Tanah Marapu ini. Dalam rangka kegiatan sinergitas pendampingan masyarakat melalui kolaborasi antara TPP dan pegiat pendidikan. Kegiatan dilaksanakan di Hotel Padadita, Kota Waingapu.

Saya memanfaatkan waktu untuk bisa kembali mengunjungi Prailiu. Tujuan utama saya tidak sekadar ingin melihat-lihat tenun dengan beragam jenis dan motif serta produk kerajinan. Namun juga menemui Mama Raja, perempuan lembut yang menjadi pusat penghormatan di kampung raja itu. Mama Raja adalah isteri dari Raja di Prailiu. Raja sendiri sudah berpulang di tahun 2008, dan makam batunya ada di depan kediamannya.

Saya juga ingin melihat seperti apa Prailiu setelah delapan tahun saya tidak pernah mengunjunginya. Ternyata ada yang sangat menarik. Rumah-rumah yang memamerkan hasil kerajinan tenun dan aksesoris semakin mengekspose diri. Mereka tidak hanya menjualnya, tapi juga melayani para turis untuk mengenakan baju adat Sumba. Ada juga galeri tenun yang sangat representatif untuk setiap pengunjung dapat melihat berbagai produk kerajinan, bahkan melihat proses membuat tenun, serta berfoto-foto dengan baju khas Sumba.

Kalau di Belanda turis bisa berpose dengan klederdacht, di Korea dengan hanbok, di Jepang dengan kimono, dan sebagainya, kenapa tidak di Sumba turis juga bisa mencoba baju adatnya yang begitu etnik dan bernilai seni tinggi?

Sumba bagi saya adalah salah satu tempat yang saya selalu ingin datang dan datang lagi. Ada banyak hal yang membuat saya selalu rindu. Tentu saja, karena di sana jugalah sebagian guru SM3T saat ini melaksanakan pengabdiannya. Kalau dulu sebagai peserta SM3T, sekarang mereka sudah jadi ASN guru. Bahkan mereka sudah ada yang menjadi kepala sekolah dan juga ada yang menjadi dosen.

Selain untuk bertemu para guru itu, ada seratus lebih tenaga pendamping profesional (TPP) yang saya sudah  lama sekali ingin menyapanya.

Sumba dengan padang sabananya, kuda-kuda, domba, bukit, lembah, ngarai, hutan, pantai, dan masyarakatnya yang sangat hangat bersahabat, adalah sebagian alasan untuk mengunjunginya.

Bagi saya, mengunjungi Sumba seperti menjemput rindu.....

Sumba Timur, 25 Agustus 2024

Sabtu, 17 Agustus 2024

Upacara 17 Agustus

Tadi pagi kami mengikuti upacara 17 Agustus di Kecamatan Trawas, Mojokerto. Mendampingi Menteri Desa PDTT, yang bertindak sebagai pembina upacara.

Hampir setiap tahun, saat peringatan Hari Kemerdekaan,  Menteri Desa tidak mengikuti upacara di Instana Negara. Tapi beliau memilih daerah tertinggal, daerah perbatasan, daerah transmigrasi, dan desa-desa, sebagai tempat upacara. Tahun kemarin, kami upacara di Miangas, sebuah wilayah perbatasan.

Upacara terlaksana dengan lancar, rapi, apik. Pasukan pengibar bendera beberapa ada yang berjilbab, cantik-cantik. Kerudung hitam yang membalut kepala mereka tertata rapi. Membuat mereka nampak sangat anggun. Sama anggun dan cantiknya dengan rekan-rekan mereka yang tidak berjilbab.

Saya selalu terhanyut setiap kali mengamati gerak paskibraka. Mulai dari awal sampai akhir, mata saya tak pernah lepas dari mereka. Kadang saya tidak kuasa menahan keharuan, sehingga saat menyanyikan lagu Indonesia Raya, saya agak terbata-bata. Saya bayangkan, mereka membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk bisa menampilkan gerakan dan formasi yang begitu apik. Perlu kedisiplinan dan daya tahan. Mereka juga pastilah anak-anak muda yang sangat berkepribadian. Juga mestinya memiliki keunggulan di berbagai bidang.

Selesai upacara, kami juga dihibur berbagai penampilan. Termasuk tari kolosal yang dibawakan oleh siswa-siswa SD. Menarik.

Kami juga mengunjungi Sumber Gempong, sebuah tempat wisata yang berhasil memperoleh berbagai prestasi. Selain menikmati suasana alamnya yang asri, kami juga menyempatkan diri naik kereta sawah. Asyik. Ini kedua kali saya ke sini. Yang pertama dulu, dengan suami dan anak cucu.

Kami juga bertemu dengan para pendamping desa yang sedang berkegiatan di Hotel Royal Trawas. Pak Menteri memberi arahan dan penguatan pada mereka untuk terus bekerja sebaik mungkin, mengingat sebentar lagi akan ada pergantian presiden dan kabinet.

Sampai sekitar pukul 11.30 saya mendampingi Pak Menteri dan Ibu. Setelah menikmati makan siang bersama di Rumah Makan Dewi Sri, rombongan Pak Menteri langsung bertolak ke Surabaya. Sedangkan saya, kembali ke arah Trawas, untuk bergabung dengan suami dan anak cucu yang sudah menunggu di Rustic Market.

Saatnya menikmati family time, dengan berbusana korpri. Untungnya di kafe Rustic Market, saya menemukan kaus, meskipun lengan pendek. Saya langsung kenakan, untuk mengkamuflase baju korpri saya. Biar orang-orang yang melihat saya tidak pada mbatin, ini orang kok kayak takut nggak diakui sebagai ASN ya, sampai ke tempat wisata pun pakai baju korpri...

 

#bpsdmbisa

#bpsdmkemendes

#KemendesPDTT

Selasa, 16 Juli 2024

Pameran TTG di Lombok

Hari Minggu kemarin, kami ke Lombok. Dalam rangka menghadiri Pameran TTG yang ke-25. Pak Menteri desa PDTT, Pak Sekjen, dan semua pejabat tinggi madya dan pratama hadir. Acara dihelat di Islamic Center.

Tadi siang, kami sempatkan untuk melihat-lihat pameran TTG tersebut. Kemarin belum kesampaian karena mendampingi Pak Menteri dalam seremonial pembukaan acara dan makan siang. Saya hanya sempat mengunjungi stand SMK yang memproduksi motor listrik yang keren. Punggawanya keren juga, adik angkatan saya di Unesa, namanya Dik Ruju Rahmad . Saya sempat tertahan cukup lama di stand tersebut.

Ada puluhan stand dari hampir semua provinsi di Indonesia. Produk-produk yang dipamerkan tidak hanya produk TTG, namun juga berbagai produk lain seperti busana, barang kerajinan, dan juga makanan khas masing-masing.

Saya tertahan berlama-lama di stand Sumbar. Ada tikar yang cantik sekali, yang membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Tikar anyaman yang lembut, halus, bermotif, dengan pilihan warna yang semuanya bagus. Saya sampai dibuat bingung memilih. Daripada bingung, saya ambil tiga tikar. Oleh-oleh untuk suami tercintrong Mas Ayik Baskoroadjie , yang penyuka barang-barang etnik.

Oya, semalam kami juga meet up dengan para alumni Unesa. Ramadhan Asa dan anak isterinya, Naka, Mas Aris, Dik Ruju Rahmad dan Dik Wiwin, Dwi Febri Astutik dan putrinya yang cantik jelita, dan Jaya. Naka, Mas Aris, dan Dik Ruju adalah alumni Himapala juga. Dik Wiwin, isteri Dik Ruju, adik kelas saya di Tata Boga.

Momen silaturahim bagi saya adalah momen untuk menambah energi baru, karena bertemu dengan para sahabat ini selalu membawa kebahagiaan. Tidak sekadar mengobati kerinduan, namun juga berbagi spirit dan kekuatan.



Bersama rombongan dari Kemendesa, kami menikmati makan malam di rumah makan Sunset Land. Menunya enak-enak. Ayam taliwang dan plecing kangkung, tentu saja, uga berbagai olahan seafood.

Sunset Land, mestinya sangat bagus di sore hari menjelang matahari terbenam. Tapi kami tidak sempat menikmatinya, karena kami menghabiskan sore kami di Sirkuit Mandalika. Ini yang ketiga kali saya mengunjungi tempat ini. Tempat yang indah dan membanggakan.



Sayang sekali, para penjual asongan agak mengganggu kenyamanan. Entah harus bilang apa, tapi mereka memang sedang berjuang. Saya mencoba memahami, dan sungguh saya memahami. Termasuk memahami kenapa harus ada anak-anak kecil yang menenteng-nenteng dagangan itu. Juga anak-anak yang menawar-nawarkan jasa untuk memotret. Namun, plis.... jangan memaksa-maksa dong....

Lombok, 15072024

Rabu, 01 Mei 2024

Menapak Jejak Laskar Pelangi

Salah satu buku yang sangat inspiratif bagi saya adalah Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Tidak hanya alur cerita dan untaian kata-katanya yang begitu apik dan indah, namun juga isinya yang penuh dengan pesan moral tentang keteguhan hati, kesetiakawanan, ketaatan pada guru, orang tua, dan juga agama dan bangsa. Juga tentang perjuangan mengejar cita-cita.

Dua hari ini saya berkesempatan menapak jejak Laskar Pelangi. Ini adalah mimpi yang sudah sejak lama saya simpan  setelah saya membaca buku dan nonton film Laskar Pelangi. Mungkin sejak tahun 2009-an atau 2010-an.

Saya memulai perjalanan dari Hanandjoeddin International Airport, sebuah bandar udara internasional yang terletak di Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. Saya terbang dari Bangka, setelah sehari sebelumnya bersama Menteri Desa dan Dirjen PDP menghadiri Pesta Adat Murok Jerami di Desa Namang. Menteri Desa dan Dirjen PDP kembali ke Jakarta dan saya melanjutkan perjalanan ke Belitung. Bertemu dengan teman-teman TPP dan berdialog di sekretariat mereka. Setelah itu, didampingi dua orang TPP, kami memulai perjalanan napak tilas itu.

Yang pertama kami kunjungi adalah replika SD Muhammadiyah Gantong. Sebuah bangunan kayu beratap seng yang berdiri di atas hamparan bukit pasir di Desa Lenggang, Kecamatan Gantong, Belitung Timur. Replika SD Laskar Pelangi ini sengaja dibangun untuk menggambarkan suasana pendidikan anak-anak tempo dulu di Belitung Timur. Sebuah daerah yang hidup dari penambangan timah dan hasil tangkapan nelayan. 

Pada lokasi sesungguhnya SD Muhammadiyah Gantong (dengan huruf 'o') saat ini sudah berdiri M.Ts Muhammadiyah Gantung (dengan huruf 'u'). Bangunan asli sudah tidak ada. Oleh sebab itu, replika SD Muhammadiyah Gantong dibuat supaya jejaknya tidak hilang. 

Setelah itu kami mengunjungi Ibu Muslimah, gurunya Andrea Hirata, di rumah beliau. Entah mengapa saya merasa sangat terharu saat memeluk dan mencium tangannya. Begitu juga beliau, saya rasakan keharuannya saat memeluk saya, seperti kami sudah saling mengenal sejak lama.

Foto bersama di depan sekolah MTs Muhammadiyah Gantung.

Perempuan yang dalam film Laskar Pelangi diperankan oleh Cut Mini itu, di mata saya begitu memukau. Keramahan dan kehangatannya saat menyambut kami, cerita-ceritanya yang mengalir deras saat mengisahkan kenakalan Andrea Hirata kecil dan kawan-kawannya, juga perjuangannya sebagai guru honorer di sekolah kecil, dan juga harapannya untuk pendidikan hari ini dan ke depan. Salah satu kalimat yang dengan tegas beliau ungkapkan, sekolah jangan menjadi penjara bagi anak-anak, namun sebaliknya, sekolah harus menjadi taman firdaus. Beliau memberikan contoh bagaimana praktik di sekolah banyak yang sudah menyimpang, yang justeru bersumber dari sikap, perilaku dan tindakan guru. Anak belajar dengan penuh tekanan, serta banyak kekerasan fisik dan mental yang dialami anak.

Namun satu hal lagi yang membuat saya sangat terharu adalah, memeluk Ibu Muslimah, seperti memeluk ibu saya sendiri. Posturnya yang kecil, kehangatannya, ketegasannya saat berbicara, sungguh mengingatkan saya pada sosok almarhumah ibu.

Dari rumah Ibu Muslimah, kami  mengunjungi MTs Muhammadiyah Gantung. Hanya sekadar ingin mellihat lokasi asli SD Muhammadiyah Gantong tempat Ikal dan kawan-kawannya menuntut ilmu. 

Kemudian kami mengunjungi Musium Laskar Pelangi. Sesuai namanya, bangunan sederhana itu dicat aneka warna bak pelangi. Ada ruang kelas, ruang baca puisi, ruang yang dibiarkan terbuka, dan dinding yang penuh lukisan dan tulisan. Harus diakui, setiap coretan seperti begitu berarti. Juga setiap benda, termasuk tumpukan koper tua di salah satu sudut musium.

Kami mengakhiri perjalanan dengan menikmati sebutir kelapa muda di sebuah pantai, saat sore sudah mulai temaram. Sambil berbincang lagi dengan teman-teman TPP.

Kenangan di sekolah Laskar Pelangi.

Pagi ini, kami melanjutkan perjalanan napak tilas kami. Dari BW Suites Hotel tempat kami menginap, kami mengunjungi Pantai Tanjung Tinggi. Pantai ini menjadi salah satu lokasi syuting Laskar Pelangi, dan menjadi destinasi wisata yang paling ikonik di Belitung. Jaraknya yang hanya sekitar 30 menit dari bandara juga sangat memudahkan orang untuk menjangkaunya. 

Sungguh, banyak pantai yang indah yang saya sudah pernah lihat. Namun pantai Tanjung Tinggi ini begitu memukau. Tidak hanya batu-batu besarnya yang menghampar di mana-mana, dan air lautnya yang bening hijau kebiruan. Namun saya seperti melihat Ikal dan teman-temannya berlari-lari di antara batu-batu itu. Membawa saya kembali pada kesadaran yang tinggi, betapa dahsyatnya sebuah tulisan. Kalau Andrea Hirata tidak pernah menulis kisah tentang Laskar Pelangi, mungkin tak akan pernah ada Belitung dalam benak kebanyakan kita. 

Merasakan sendiri suasana sekolah Laskar Pelangi.

Andrea Hirata bisa jadi salah satu orang yang paling berkontribusi pada kemajuan Belitung. Wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk melihat seperti apakah tempat kawanan Laskar Pelangi itu. Hotel-hotel didirikan, UMKM tumbuh dan berkembang. Ekonomi dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Tidak hanya mengandalkan pada menambang timah, tangkapan ikan, perkebunan lada dan sawit, namun juga dari sektor pariwisata. 

Semoga Belitung menjadi inspirasi bagi para generasi setelah Andrea Hirata di seluruh Tanah Air.

Belitung, 1 Mei 2024

Jumat, 05 April 2024

UANG BARU

Penukaran uang menjelang lebaran menjadi agenda tahunan di Kemendesa PDTT.  Pada Selasa, 2 April yang lalu, acara penukaran uang itu digelar di halaman kantor. Pejabat Bank Indonesia beserta jajaran hadir. Lengkap dengan mobil khusus untuk pelayanan penukaran uang. Menteri, Wakil Menteri, dan pejabat eselon 1 hadir untuk melakukan penukaran uang secara simbolis. Selanjutnya disusul oleh para pejabat eselon 2 serta semua keluarga kementerian.

 

Uang lama ditukar uang baru. Baru, kinyis-kinyis. Mulai dari pecahan seribu, dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu, sampai seratus ribu. Karena melayani semua pegawai di kementerian, total nilai uang yang ditukar bisa mencapai milyaran rupiah.

Saya selalu merasa takjub setiap kali menghadiri agenda penukaran uang. Tradisi berbagi uang di Hari Lebaran yang sudah begitu mengakar pada masyarakat kita,  menunjukkan betapa tinggi  semangat untuk berbagi. Kalau dulu, setahu saya, uang tidak harus baru. Namun pada beberapa tahun belakangan ini, ada kecenderungan uangnya adalah uang baru, karena anak-anak dan kerabat tentu lebih senang bila uang yang mereka terima adalah uang baru. Sampai-sampai di banyak tempat di sepanjang jalan, ada orang-orang yang melayani penukaran uang baru.

Hari itu saya menukar puluhan juta rupiah uang lama dengan uang baru. Tapi jangan salah ya, uang saya hanya sebagian kecil saja. Saya melayani penitipan penukaran uang dari teman-teman staf. Mumpung ada kesempatan melayani teman-teman. Jastip, jastip.

Oya, hari itu selain agenda penukaran uang, kami juga mendampingi Menteri Desa rapat dengan Menpan RB di kantor Kemenpan RB. Agenda rapat adalah pembahasan kenaikan tukin.

Sorenya, kami juga melaksanakan buka puasa bersama Menteri dan Wakil Menteri. Acara dilaksanakan di Restoran Wiro Sableng Garden.

Jadi praktis hari itu, kami semua bersama-sama berkegiatan dari pagi hingga malam. Dari satu agenda ke agenda lain, dari satu tempat ke tempat lain.

Semoga semuanya menjadi berkah Ramadhan.




Jakarta, 2 April 2024

Selasa, 26 Maret 2024

RAKERNIS

Kapan hari, 19-21 Maret 2024, BPSDM menyelenggarakan Rapat Kerja Teknis (Rakernis). Kegiatan yang dihelat di Pajajaran Suite Bogor, ini diikuti oleh ses BPSDM, para kapus, kabalai besar dan kabalai, kabag, kasubag, PPK, dan hampir semua ASN di lingkungan BPSDM. Juga ada perwakilan dari semua unit kerja eselon 1. Ada juga perwakilan dari tenaga pendamping profesional (TPP).

Tema  Rakernis adalah "Optimalisasi Peran BPSDM dalam Meningkatkan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Desa, Aparatur Sipil Negara dan Pemberdayaan Masyarakat." Relevan dengan tema tersebut, beberapa narasumber dari kementerian lain diundang. Salah satunya adalah dari Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), Kementerian Keuangan dengan materi Kebijakan Penganggaran BPSDM Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Kemudian juga dari KemenPAN dan RB dengan materi Penyelarasan Sasaran Strategi, Indikator Kinerja, dan Target Kinerja Organisasi. BKN juga hadir dan menjelaskan materi Penilaian Kinerja Aparatur Sipil Negara.

Selain narasumber eksternal, hadir juga narasumber  internal, yaitu dari Inspektorat I, Direktorat Jenderal PDP, PEI, PPKTrans dan PPDT. Narasumber dari Biro Perencanaan dan Kerja Sama sebenarnya juga diundang, tapi kabiro tidak bisa hadir.

Materi Rakernis disusun sesuai dengan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Periode 2025-2029 dan Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) Periode 2025-2045. Tiga agenda utama terkait dengan hal tersebut, yang juga sudah dirumuskan oleh Bappenas, dalam rangka menuju Indonesia Emas, meliputi agenda transformasi sosial, transformasi ekonomi, dan transformasi tata kelola. Selain dirancang dalam sidang pleno yang diisi oleh paparan narasumber, juga diisi dengan presentasi para kapus, kabalai besar, dan kabalai. Setiap paparan dilengkapi dengan diskusi yang cukup intens. Selain sidang pleno, juga ada diskusi kelompok yang dibagi menjadi tiga desk, dengan mengusung isu tiga agenda di atas.

Yang membanggakan, Menteri Desa PDTT berkenan hadir pada saat pembukaan. Menteri memberi banyak arahan dan sekaligus membuka acara secara resmi.



Pada acara pembukaan juga dilakukan pembacaan deklarasi oleh KaBPSDM yang diikuti oleh semua peserta Rakernis. Juga  penandatanganan komitmen pembangunan zona integritas oleh KaBPSDM, SesBPSDM, para kapus, para kabalai besar, dan para kabalai. 

Yang mengasyikkan, di sela-sela acara yang serius itu, ada selingan acara outbound. Acara ini dilaksanakan setelah isya. Ada yang sempat shalat tarawih lebih dulu, ada yang menunda salat tarawihnya setelah acara outbound.

Yang juga membanggakan lagi, ada cukup banyak rumusan yang diperoleh dari hasil kegiatan. Tentu saja hal ini harus ditindaklanjuti, tidak hanya oleh BPSDM sendiri, namun bersinergi dengan unit kerja eselon 1 yang lain serta kementerian dan lembaga.

Pak Sekjen hadir di acara penutupan kegiatan. Selain memberikan banyak arahan, beliau juga sempat menyampaikan kultum, kuliah tujuh menit, tausiyah menjelang buka puasa.

Selamat berpuasa, semoga Allah SWT meridhai puasa kita. Amiin.

Sabtu, 02 Maret 2024

MUNGGAHAN DAN MEGENGAN

Tiga hari berturut-turut ini saya menghadiri acara munggahan. Pertama di Balai Besar Jakarta, kedua di Puslat ASN, dan yang ketiga di Balai Besar Yogyakarta.

Munggahan di Puslat ASN merupakan acara BPSDM, tetapi diselenggarakan di Puslat ASN. Di sini, ada Masjid Iskandariyah, sehingga sangat sesuai untuk acara munggahan. Masjid berlantai dua itu cukup leluasa untuk menampung kami semua yang sekitar dua ratus orang.
Munggahan di Balai Besar Yogyakarta, diawali dengan pemberian arahan dan pembinaan oleh Menteri Desa PDTT. Acara dilaksanakan siang hari, setelah Pak Menteri melakukan kunjungan ke Kalasan Valley.
Saya sendiri mengenal istilah munggahan sejak bertugas di Jakarta. Saat itu menjelang puasa, dan Mbak Mala, Kabag Umum dan Kerumahtanggaan menyampaikan kalau akan dilaksanakan acara munggahan. Besoknya, setelah dhuhur, acara munggahan digelar di selasar lantai tiga. Kami berkumpul, berdoa bersama, dan makan bersama.
Munggahan menjadi tradisi menjelang Ramadhan. Di Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya, dikenal istilah megengan. Ada juga yang menyebutnya nyadran atau ruwahan.
Sebuah sumber menjelaskan, tradisi munggahan berasal dari kata 'munggah'. Asal kata munggah dari kata 'unggah' yang berarti naik atau meningkat. Munggah berarti tentang perubahan ke arah yang lebih baik. Meningkatnya keimanan kita untuk memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh rahmah dan maghfirah.
Tradisi munggahan juga menjadi ajang silaturahmi. Berkumpulnya keluarga, kerabat, sahabat, rekan kerja, untuk berdoa dan bershalawat. Doa juga dipanjatkan untuk para leluhur yang sudah mendahului menghadap Illahi Rabbi, dengan harapan semua dosa para leluhur diampuni dan diberikan tempat terbaik di alam kuburnya.
Selanjutnya dari sebuah sumber dijelaskan, megengan berasal dari Bahasa Jawa yang berarti menahan. Dalam menjalankan puasa, umat Islam diingatkan supaya menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa.
Tidak hanya sebagai peringatan, makna lain megengan adalah permohonan maaf bagi sesama. Permohonan maaf disimbolkan dengan kue apem, sebuah kudapan khas Jawa yang biasa disajikan pada berbagai acara. Apem dalam acara megengan ternyata memiliki makna tersendiri. Istilah apem konon diambil dari kata “’afwan” atau ‘’afwun’ yang berarti permohonan maaf.

Megengan juga merupakan wujud rasa syukur kita karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Rasa syukur tersebut disimbolkan dengan nasi berkat atau makanan yang dibagikan kepada keluarga, kerabat, dan para tetangga. Berbagi kepada sesama merupakan sebuah bentuk rasa syukur terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.
Selamat menyambut Ramadhan. Mohon maafkan lahir dan batin.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allahumma baariklana fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighna ramadhana.
“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan.
Amiin yaa Rabb.
Yogyakarta, 2 Maret 2024

Balai Besar Jakarta

Judul di atas hanya sebutan singkat saja. Nama pendek saja. Nama panjangnya adalah Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jakarta. Disingkat BBPPMDDTT Jakarta. Sepanjang itu.

Sepanjang itu juga sebutan untuk Balai Besar Yogyakarta, BBPPMDDTT Yogyakarta. Sedangkan untuk balai yang lain, karena bukan balai besar, sedikit lebih pendek, BPPMDDTT Bengkulu, misalnya. Balai yang lain ada di Makassar, Pekanbaru, Jayapura, Banjarmasin, Denpasar, Ambon. Ya, ada dua balai besar dan tujuh balai. Itulah balai-balai yang dimiliki oleh Kementerian Desa PDTT, yang secara struktur organisasi menjadi tanggung jawab langsung Kepala BPSDM.
Tanggal 28 Februari 2024, Balai Besar Jakarta menyelenggarakan kegiatan Rapat Pembahasan Sistem Kerja. Tujuan kegiatan ini antara lain untuk memantapkan sistem kerja, konsolidasi, dan pembentukan tim kerja.
Peserta rapat meliputi perwakilan dari biro perencanaan dan kerja sama, perwakilan inspektorat jenderal, perwakilan sekretariat BPSDM, dan seluruh pegawai BBPPMDDTT Jakarta. Narasumbernya selain dari internal Kemendesa PDTT yang menguasai konsep dan implemetasi Sistem Kerja Baru, juga ada master trainer dan motivator Dr. Hery Margono, SE., MM.
Saya beruntung karena diberi buku karya Pak Hery, judulnya The Miracle of Metamorph. Sebuah buku motivasi yang sangat bagus, isinya bernas, terkait dengan bagaimana menjadi insan yang berhasil dalam hidupnya, seimbang antara hablum minannas dan hablum minallah.
Sebagaimana kita tahu, pemerintah tengah fokus melakukan penyederhanaan birokrasi. Tidak hanya menghapus struktur birokrasi dan mengalihkan pejabat administrasi menjadi pejabat fungsional, tetapi lebih dari itu, adalah untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih profesional, lincah, dan dinamis. Untuk mewujudkannya, maka mekanisme kerja baru perlu diterapkan guna membangun budaya kerja baru yang lebih relevan.
Dalam laporannya, Dr. Enirawan selaku Kepala Balai Besar Jakarta menyampaikan kondisi eksisting balai saat ini dan apa rencana untuk pengembangan ke depan. Selain tetap melaksanakan berbagai pelatihan, yang merupakan tugas dan fungsi utama balai, kabalai juga menyajikan rencana kegiatan uji terap.
Balai besar, selain memiliki ruang lingkup tugas pelatihan dan pendampingan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi, juga melakukan penerapan model pendampingan dan pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi. Ruang lingkup terakhir inilah yang dimaksud dengan uji terap, dan yang selama ini masih sangat kurang dilakukan oleh balai besar. Padahal ruang lingkup ini jugalah yang membedakan balai besar dengan balai.
Balai Jakarta memiliki wilayah kerja DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Lampung, dan Kalimantan Barat. Setiap balai memiliki wilayah kerjanya masing-masing. Balai Besar Yogyakarta, misalnya, wilayah kerjanya meliputi DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Begitu luasnya wilayah kerja setiap balai, maka perlu strategi yang tepat untuk bisa melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Komunikasi, koordinasi, konsolidasi, sinergi dan kolaborasi harus dilakukan terus-menerus dengan berbagi stakehoders.
Kolaborasi dengan perguruan tinggi, perbankan, filantropi, LSM, pemda provinsi dan kabupaten, dunia usaha, dan sebagainya, memang sudah banyak dilakukan oleh balai. Namun khusus untuk Balai Besar Jakarta, saya menekankan, balai harus berbenah dan bangkit. Hal ini karena dalam penilaian saya selama menjadi Kepala BPSDM, salah satu balai yang kurang cepat bergeraknya adalah Balai Besar Jakarta.
Pencapaian IKU balai harus menjadi prioritas. Namun menargetkan hanya pada pencapaian IKU saja, balai hanya akan menjadi institusi yang biasa-biasa saja. Tidak ada kreativitas, tidak ada inovasi. Tidak ada sesuatu yang dibanggakan sebagai bukti dari kerja keras dan kerja cerdas. Tidak ada kebaruan. Tidak ada inspirasi yang layak untuk dibagikan.
Saya juga tekankan, kehadiran sosok panutan adalah sangat penting. Kepala balai harus menjadi figur. Contoh baik tentang kedisiplinan, integritas, kepedulian, kebersamaan. Harus menjadi leader yang mampu berpikir holistik. Yang mampu berkomunikasi, berkoordinasi, membangun sinergi dan kolaborasi.
Saya juga memberikan contoh tentang beberapa program yang tidak ada dalam IKU Kemendesa dan BPSDM. Program RPL Desa, Pendamping Desa Menulis, Pendamping Desa Inspiratif, PSM Teladan, seminar internasional, dan lain-lain, tidak ada kaitan dengan IKU. Namun semuanya itu adalah kegiatan yang bermakna dan memiliki dampak yang yang sangat penting bagi eksistensi BPSDM dan Kemendesa PDTT, juga pada pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Untuk menjadi organisasi yang kuat dan memiliki daya adaptabilitas tinggi, kekuatan leadership menjadi faktor utama. Balai Besar Jakarta, di bawah kepemimpinan Dr. Enirawan, insyaallah akan menjadi balai yang terdepan, semakin berkembang dan berkibar.
Jakarta, 28 Februari 2024


Jumat, 23 Februari 2024

Bengkulu dan Sawit

Salah satu hal tentang Bengkulu yang selalu ada di benak saya adalah sawit. Sawit dan sawit, menghampar luas sejauh mata memandang bahkan seperti sampai di kaki langit, adalah pemandangan yang kita lihat setiap kali menjelang pesawat mendarat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kelapa sawit merupakan komoditas tanaman perkebunan dengan produksi terbesar di Bengkulu. Tercatat, produksi kelapa sawit di wilayah tersebut sebesar 234,83 ribu ton pada 2020.
Tapi sebenarnya hasil utama Bengkulu bukan hanya sawit. Hasil utama Bengkulu yang lain adalah padi--gabah kering giling, jagung--pipilan kering, kedelai--biji kering, kacang tanah--biji kering, kacang hijau--biji kering, Ubi kayu--umbi basah, dan ubi jalar--umbi basah.
Kalau dilihat dari luas lahan sawit, Bengkulu menempati urutan ke sebelas secara nasional. Riau menempati urutan pertama dengan luas lahan 2,86 juta hektar. Disusul dengan Kalbar, Kalteng, Sumut, Kaltim, Sumsel, Jambi, Aceh, Kalsel dan Sumbar. Luas lahan sawit di Bengkulu 371.900 hektar.
Bengkulu juga kaya rempah. Kopi Bengkulu juga sangat terkenal. Dua komoditi inilah yang dahulu menjadi daya tarik negara-negara lain untuk menguasai Bengkulu. Juga emas dan batubara. Setidaknya Inggris, Belanda, Jepang, dan Perancis adalah negara-negara yang pernah menduduki Bengkulu, salah satunya demi menguasai hasil perkebunan dan hasil alam.
Catatan tentang pendudukan para penjajah ini sebagian bisa kita baca di Benteng Malborough, sebuah benteng peninggalan Inggris, yang menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang penting, selain rumah kediaman Bung Karno dan Ibu Fatmawati. Kalau Anda pencinta sejarah dan belum berkunjung ke Bengkulu, maka mengunjungi Bengkulu harus masuk dalam daftar wajib kunjung Anda.
Berkunjung ke Bengkulu kali ini sungguh istimewa bagi saya. Pada beberapa kunjungan sebelumnya, saya nyaris tidak mempunyai waktu untuk eksplore. Datang, kerja, pulang. Bersyukurlah kali ini kami bisa berkesempatan melihat Bengkulu secara lebih luas.
Di Balai Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Bengkulu, yang jarak tempuhnya sekitar dua jam dari Kota Bengkulu, sawit juga mendominasi lahan balai yang luas keseluruhannya 241, 8 hektar. Sayang sekali waktu kami tiba di balai, hujan menyambut kami cukup deras, sehingga kami hanya bisa menikmati barisan benih sawit yang menghampar luas dari dalam mobil. Balai Bengkulu merupakan salah satu dari sembilan balai yang dimiliki Kemendes PDTT. Delapan yang lain ada di Pekanbaru, Makassar, Banjarmasin, Jayapura, Denpasar, Ambon, Yogyakarta, dan Jakarta.
Indonesia begitu kaya. Hasil alamnya begitu berlimpah. Mari kita syukuri kekayaan dan keberlimpahan ini dengan terus berusaha menjaga kelestariannya. Melakukan hal-hal sederhana dalam akfivitas sehari-hari. Membuang sampah pada tempatnya, hemat air, hemat listrik, menanam dan merawat tanaman dan pohon-pohon, peduli pada sesama.
Indonesia tanah air beta…
Pusaka abadi nan jaya….
Indonesia sejak dulu kala...
Selalu dipuja-puja bangsa...
23022024

Kamis, 22 Februari 2024

Danau Dendam Tak Sudah

Beberapa kali ke Bengkulu, baru kali ini saya sempat mengunjungi Danau Dendam Tak Sudah. Sungguh unik ya namanya? Dalam benak saya, nama ini pasti berkaitan dengan urusan cinta dan asmara. Namun ternyata, sebagaimana nama banyak tempat di Tanah Air tercinta ini, seringkali kisahnya ada beberapa versi. Untuk Danau Dendam Tak Sudah ini, urusan cinta dan asmara hanya salah satu versi. Versi yang lain konon ada hubungannya dengan masa penjajahan Belanda. Seperti apa kisahnya? Silakan googling sendiri ya, informasinya bejibun.

Saya dan teman-teman rombongan dari Kemendesa baru saja menyelesaikan tugas ke Dinas PMD Provinsi Bengkulu dan UT Bengkulu siang tadi, ketika tiba-tiba kami terpikir untuk memanfaatkan waktu mengunjungi Danau Dendam Tak Sudah. Sekadar mengisi waktu, sambil menunggu sore, sebelum kembali ke hotel. Penerbangan kami ke Jakarta masih besok.

Menurut catatan yang saya baca, Danau Dendam Tak Sudah terletak di Desa Dusun Besar, Kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Danau ini merupakan kawasan yang sudah berstatus sebagai cagar alam sejak 1936. Danau yang berada di wilayah seluas kurang lebih 577 hektar ini memiliki pemandangan yang cantik. Airnya bening berkilau, hijau, teduh, syahdu sekali. 

Bagian danau yang menjadi favorit pengunjung adalah daerah pinggir jalan besar. Di sana tersedia berbagai macam kuliner khas juga. Pengunjung menikmati danau ditemani dengan berbagai makanan khas, sekadar bersantai atau sambil menunggu sunset.

Namun kami menjangkau danau tidak yang berada di pinggir jalan besar tersebut, melainkan menempuh jalan lain yang ujungnya adalah tepian danau di sisi yang lain. Memang jalannya lumayan terjal dan mungkin tidak mudah dijangkau oleh beberapa jenis kendaraan roda empat, tapi kemurnian danau terasa sangat kental. Ada beberapa spot untuk berfoto di tepian danau yang menambah kemenarikan danau dan sekelilingnya.

Begitu luar biasa indah danau ini, alam ini, dan sungguh, betapa indahnya Sang Maha Indah yang sudah menciptakan keindahan ini.

Bengkulu, 22 Februari 2024

Selasa, 20 Februari 2024

Ke Garut

Sabtu, 17 Februari 2024, saya ke Garut. Sudah lama ingin ke Garut dan tak kunjung kesampaian. Sabtu ini mumpung saya tidak di Surabaya, dan juga tidak ada kegiatan penting lain, maka saya putuskan untuk ke Garut.

Seperti biasa, Mang Atek, driver andalan, menjemput saya di apartemen, tepat pukul 07.00. Bersama Mas Sabar dan Mas Ardi, dua teman staf yang kebetulan juga sedang tidak ada acara.

Kami memasuki Garut sekitar pukul 11.30. Sesuai perkiraan, empat jam perjalanan dari Jakarta. Tapi karena tadi sempat mampir sarapan di rest area, waktu molor sekitar tiga puluh menit.

Kunjungan pertama kami adalah di rumah Mang Atek, di Desa Wanajaya, Kecamatan Wanaraja. Ya, saya sudah lama berjanji pada Mang Atek, suatu saat saya ingin bersilaturahim ke rumahnya di Garut. Inilah saat untuk membayar hutang janji itu.

Mang Atek mempunyai dua rumah. Satu rumah untuk rumah tinggal dan membuka warung kebutuhan sehari-hari. Satu rumah lagi, masih baru sekitar setahun ini, berlantai dua, ada di seberang jalan, persis di depan rumah lamanya. Rumah baru ini masih belum tuntas finishing-nya, tapi sudah ada tempat tidur dan perlengkapan makan. Kata Mang Atek, anak laki-lakinya, yang masih kelas dua SMP, yang lebih banyak tinggal di rumah ini.

Mang Atek memiliki empat anak. Juga sudah memiliki cucu dari anak pertamanya. Padahal usia Mang Atek dan isterinya masih 43 tahun. Mereka dulu menikah di usia 16 tahun, menikah muda. Makanya di usia yang masih muda, Mang Atek sudah memiliki cucu.

 

Selain bertemu dengan keluarga Mang Atek, kami juga bertemu dengan beberapa pendamping desa. Ngobrol di ruang tamu, lantas makan siang bersama. Menunya nasi liwet, masakan isteri Mang Atek. Nasi liwet ditanak di sebuah panci khusus, kata Mang Atek namanya kastrol. Ada ayam goreng, tahu dan tempe goreng, ikan asin, sambal dan lalap. Sedap sekali tentu saja, apa lagi perut pas lapar, dan cuaca sejuk sekali.

Setelah shalat jama’ qashar dhuhur dan ashar, kami melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat yang namanya Talaga Bodas. Dari rumah Mang Atek, naik terus, dengan jalan yang cukup terjal, sekitar lima belas menit. Kami didampingi Ibu Lurah dan suaminya serta seorang perangkat desa.

Pemandangan di sepanjang jalan sungguh mengagumkan. Hutan, kebun, bukit, gunung, lembah, betapa indah. Ada banyak tanaman sayuran yang subur dan ranum. Juga tanaman jagung. Gunung yang berkabut tipis dan mendung yang menggantung. Indah yang begitu sempurna.

Dan Talaga Bodas itu, wow, menghampar di depan sana dengan warna putihnya yang berkilau-kilau. Aroma belerang langsung menyeruak memenuhi hidung. Sebuah telaga yang mungkin mirip kawah putih di Bandung, namun telaga ini masih sangat alami. Meskipun sudah dikomersilkan, namun kemurniannya masih sangat terjaga.

Kami tidak berlama-lama menikmati telaga, karena hari sudah beranjak sore. Tapi Bu Lurah sudah menyiapkan nasi liwet di sebuah warung makan di dekat telaga. Meskipun sebenarnya perut kami masih terasa kenyang, tapi kami lahap juga nasi liwet dan lauk pauknya. Ayam goreng, tahu dan tempe goreng, ikan asin goreng, sambal dan lalapan, dan jengkol goreng. Jengkol, sampai saat ini merupakan salah satu makanan yang saya belum bisa menikmatinya.

Kami berpisah dengan Bu Lurah di tempat tersebut setelah mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya karena telah menjamu kami. Beberapa bungkus kopi khas Garut dibawakannya untuk kami. Nama kopinya adalah Talagabodas.

Karena tidak ada jalan lain menuju tempat kunjungan selanjutnya, kecuali tetap melewati jalan yang sama, kami mampir lagi ke rumah Mang Atek, sekalian numpang ke toilet. Ternyata isteri Mang Atek sudah menyiapkan segepok oleh-oleh untuk kami. Kerupuk, keripik, pepes ikan, dan entah apa lagi.

Dari rumah Mang Atek, temaram sudah mulai turun. Kami bersilaturahim di dua rumah lagi. Jaraknya sekitar dua puluh menit dari rumah Mang Atek. Satunya rumah Mas Dendy, staf di sekretariat BPSDM. Satunya lagi di rumah Ibunda Pak Jajang Abdullah. Pak Jajang sebelumnya adalah sekretaris BPSDM, dan sekarang menjadi pejabat swadaya masyarakat ahli utama.

Sekali lagi, kami harus makan lagi, karena makan malam sudah disiapkan oleh orang tua Mas Dendy. Seperti tadi, meskipun perut kenyang, kami tetap makan tetapi hanya sedikit. Sudah benar-benar penuh rasanya perut ini.

Kami berniat kembali ke Jakarta malam ini juga. Memang sudah diniati tidak menginap, karena Minggu pagi kami sudah ada agenda lain.

Maka Mang Atek pun melajukan mobil yang membawa para penumpang yang terkantuk-kantuk karena kekenyangan. Sempat singgah di rest area untuk shalat maghrib-insya. Sekitar pukul 22.30, kami sudah tiba kembali di Jakarta.

Tubuh memang terasa agak lelah, namun betapa bahagianya bisa mengisi waktu dengan bersilaturahim. Memperbanyak silaturahim adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan oleh Nabi.

Manfaat silaturahim tak hanya untuk memperluas rezeki dan terhindar dari api neraka, namun juga untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Silaturahim merupakan tanda-tanda seseorang beriman kepada Allah SWT dan menjadi makhluk mulia di hadapan-Nya. Semoga.

Jakarta, 17 Februari 2024