Oleh: Dra.
Astriati Winarni dan Dra.
Luthfiyah Nurlaela, M.Pd
PKK FPTK IKIP SURABAYA
A.
PENDAHULUAN
Salah satu bidang pengetahuan yang
berkembang pada maga terakhir ini dalam dunla pendidikan, khususnya pendidikan tinggi di Indonesia, adalah Home Economics. Isti1ah ini kemudian lebih dikenal sebagai ilmu Kesejahteraan Keluarga, disingkat IKK.
Dewasa ini, IKK sebagai bidang ilmu pengetahuan dan
keterampilan dirasakan
sebagai sesuatu
yang dapat menunjang kehidupan keluarga untuk mencapai tujuannya, yaitu kesejahteraan keluarga. Semua pihak tentu
Bependapat bahwa kesejahteraan keluarga merupakan dagar terbentuknya magyarakat sejahtera
yang adil dan makmur. Bahkan tercapainya kedamaian dunia sebenarnya berpijak dan ditopang oleh keadaan kesejahteraan umat manusia yang hidup
dalan keluarga itu. Dengan demikian dapat dikatakan, dalam suatu negara, keluargalah yang menjadi
intinya. Unit keluarga mempunyai potensi yang besar dalam pembangunan bangsa dan negara, Sebab rumah dan keluarga mempunyai
pengaruh yang sangat
besar terhadap dasar pola budi pekerti anak, jauh
melebihi pengaruh lembaga manapun juga.
Berkaitan
dengan hal tersebut,
bidang pengetahuan dan keterampilan PKK sudah sewajarnya dipelajari oleh mereka yang ingin mencapai kesejaheraan hidup. Melalui bentuk pendidikan
dapat dikembangkan manusia pada taraf hidup yang lebih tinggi secara material, sosial, dan moral, dalam lingkup kehidupan
yang lebih balk.
Meningkatnya
komplikagi sosiial
dengan sendirinya meningkatkan pula kesulitan penyesuaian kehidupan keluarga. Lebih—lebih
dalam keadaan globalisasi
dunia saat ini, tentu
digadari bahwa keluarga dan individu perIu dibantu dan dibimbing melalui pendidikan, dan PKK
diharapkan dapat menjadi pendidikan yang tepat. Jenis pendidikan ini membantu keluarga dan
individu secara
preventif mengatasi
masalah dan memberi bekal
penyesuaian diri kepada
keluarga beserta anggotanya di dalam perkembangan dunia yang melaju dengan
pesatnya.
Ilmu Kesejahteraan Keluarga (IKK), yang merupakan sumber materi dan pengembangan PKK, sebenarnya telah dikenal sejak lama dalam lingkungan jurusan PKK. IKK berusaha mengalami segala aspek kehidupan keluarga secara ilmiah, sebab hanya dengan cara ilmiah, PKK dapat
mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Dengan pendekatan ilmiah pula PKK dapat mempertinggi serta memperluas layanan pada masyarakat.
IKK
adalah suatu
ilmu yang memusatkan
penelitiannya pada kehidupan dan penghidupan manusia, baik sebagai individu anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Poerwo Soedarmo dan Djaeni Sediaoetama (1987) menyatakan bahwa
IKK atau Home Economics merupakan suatu ilmu yang mempelajari kehidupan
keluarga, faktor—faktor yang mempengaruhinya serta mencari cara—cara memperbaiki
keadaan keluarga tersebut
untuk mencapai kkesejahteraan
lahir dan batin.
Pendapat ini relevan dengan
definisi yang dikemukaan oleh
AHEA (American Home Economic
Associations) , yang merumuskan bahwa Home Economics adalah seni
dan ilmu yang berhubungan dengan
peningkatan keluarga yang
berarti bahwa: (1) memusatkan
perhatian pada keluarga
(maeyarakat), dan (2) memadukan pendekatan ilmiah dan kemanusiaan
untuk membantu individu menghadapi perubahan dan memanfaatkan teknologi untuk
meningkatkan kehidupannya (Parker, 1980).
Sehubungan dengan adanya program perluasan mandat dalam kaitan
konvergi IKIP
menjadi universitas,
tampaknya perlu
mengkaji ulang keberadaan IKK
sebagai suatu
disip1in ilmu, agar penentuan
mata kuliah ilmu murni IKK
relevan dengan unuan
masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini akan dicoba disajikan diskusi mengenai sosok
keilmuan menjadi universitas), paradigma baru bidang IKK untuk masa yang akan datang, dan hal—hal Iain
yang berkaitan dengan eksisensi jurusan PKK.
B.
JATI DIRI
KEILMUAN IKK
1.
Terminologi
IKK
Istilah Home Economics telah mulai populer dalam dunia pendidikan khususnya, dan di dalam perkembangan soaial pada umumnya. Oleh karena
kepopulerannya ini timbul berbagai tafsiran yang seringkali satu dengan yang lain mempunyai dasar pemikiran dan pandangan yang
berbeda. Perbedaan pandangan tersebut tentunya tidak perlu dipersoalkan. Yang penting adalah sejauh mana Home Economics sebagai satu cabang ilmu pengetahuan dapat membantu umat manusia dalam
usahanya meningkatkan taraf hidup, membangun magyarakat secara material dan spiritual.
Pembangunan
masyarakat tidak
mungkin dilakukan tanpa melalui lembaga—lembaga sosia1 terkecil, yaitu home atau keluarga. Bila tujuan
pembangunan adalah mencapai suatu
masyarakat yang sejahtera, maka untuk mencapai tujuan
itu, keluarga sebagai lembaga sosia1 terkecil harus menjadi lembaga yang sejahtera dulu. Selanjutnya untuk
mencapai keluarga yang sejahera, dibutuhkan berbagai pengetahuan yang terkandung dalam suatu ilmu, yaitu home economics, yang di dalam dunia pendidikan kita lebih dikenal
dengan sebutan IKK (Ilmu Kesejahteraan Keluarga).
Istilah home economics berasal dari dua kata, yaitu home dan economics. Home dapat berarti keluarga atau family
dalam arti luas. Maria (1972) menyatakan bahwa pengertian Home mengandung arti bukan sekedar bangunan rumah dengan segala perabotnya, namun lebih dari itu, yaitu adanya suasana yang mengikat
anggota keluarga dengan ikatan batin yang halus dan kuat. Selanjutnya kata economics berasal dari kata economy
yang berarti rumah tangga (ecos) dan
undang—undang atau aturan (nomos).
Berdasarkan pengertian di atas, secara sederhana home economics dapat diartikan sebagai
undang—undang atau aturan—aturan tentang hidup berumahtangga atau berkeluarga. Lebih jauh, juga dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari bagaimana keluarga memenuhi
berbagai kebutuhannya, baik material maupun mental spiritual, agar mencapai suatu keluarga yang bahagia dan sejahtera (Rifai, 1983).
Selanjutnya mungkin perlu dipersoalkan istilah economics dan economy. Secara definitif, economics
atau ilmu ekonomi diartlkan
sebagai ilmu yang mempe1ajari tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang jumlahnya tak terbatas, sementara alat pemuas kebutuhan tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena home economics merupakan suatu ilmu atau seni yang mempelajari bagaimana cara keluarga memenuhi
kebutuhannya yang sangat banyak sementara alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat terbatas jumlahnya, maka dalam hal ini dapatlah
dipahami bahwa antara isti1ah Economics dan economy terdapat suatu hubungan pengertian.
Secara
definitif istilah home economi menurut Webster’s Encyclopedia adalah:
“A science and art dealing with
home making and relation of home to community, theory and practice concerning
to the selection and preparation on food and clothing, condition of living, the use of
income, the care and training children etc, also the study or teaching at Home Economics Department
concerned with this”.
Berdasarkan definisi di atats jelaslah bahwa home economic atau ilmu Kesejahteraan Keluarga tidak hanya mempersoalkan bagaimana keluarga memenuhi
kebutuhan biologisnya saja. Namun juga
harus dapat menjalankan perannya sebagai bagian dari masyarakat, dapat menjadi tempat pendidikan anak—anak, sekaligus mampu meningkatkan kebutuhan lain, yaitu kebutuhan
psikologis, sosial, dan spiritual.
2.
Tantangan Yang Dihadapi IKK
Sosok keilmuan IKK tidak dapat ditemukan
hanya berdasarkan
pada definisi
saja, namun juga harus dikaji tantangan yang dihadapi. Salah satu
tantangan besar yang dihadapi IKK adalah perkembangan ilmu dan teknologi (iptek) yang begitu
cepat. Pegatnya
perkembangan iptek dan dampak globalisasi saat inl sudah sangat terasa pengaruhnya pada seluruh segi kehidupan, termasuk dalam kehidupan keluarga.
Dalam kondisi semacam ini, langkah tepat yang dapat
di lakukan pendidikan termasuk pendidikan kesejahteraan keluarga, dalam upaya membantu peserta didik mempersiapkan diri demi masa depannya lebih banyak menekankan
pada kemampuan untuk berkembang. Hal ini relevan dengan pendapat Samani (1992)
yang menyatakan bahwa dengan bekal kemampuan untuk berkembang, seperti
kemampuan analisis, berpikir kreatif, disip1in, percaya diri, dan sebagainya, diharapkan peserta didik dapat beradaptasi dan meneembangkan diri seguai dengan situasi di mana dia berada. Dalam kaitan ini,
beberapa ahli berpendapat
bahwa pendidikan jalur sekolah seharusnya menekankan pada pemberian bekal
yang bersifat
kemampuan dasar,
sedangkan keterampi
lain yang spesifik diserahkan kepada pelatihan (Murugasu. 1990). Pendidikan jalur sekolah yang spesialistik dikhawatirkan akan mudah usang
(absolute) karena tertinggal oleh perkembangan iptek yang terjadi di masyarakat.
Hoeflin dkk (1984)
menyatakan bahwa terdapat banyak sekali kesempatan kerja dalam bidang Home Economics, yang sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, perkembangan
teknologis serta
ketersediaan dan
permintaan atas keterampilan-keterampilan
tertentu. Tantangannya adalah kemampuan untuk menemukan informasi terbaru dan
akurat mengenai kesempatan kerja yang mungkin tersedia untuk masa yang akan datang. Namun kemampuan
ini belumlah cukup sebab kenyataannya sampai saat ini, relevansi pendidikan terhadap kemajuan iptek merupakan masalah besar yang belum teratasi. Bahkan banyak ahli yang
menyebutkan usaha para perencana pendidikan untuk meningkatkan relevansi
pendidikan ibarat mengejar bayangan sendiri (Samani, 1992). Dengan demikian
penekanan pemberian bekal kemampuan untuk berkembang kepada peserta didik
merupakan hal yang tak bisa dihindari dan harus diupayakan.
Selain itu, karena PKK merupakan pendidikan kejuruan,
maka terdapat tunutan agar mampu mengantisipasi perubahan dunia kerja yang
sangat cepat akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang juga sangat cepat.
Pelaihan keterampilan yang sangat spesifikk hanya diterapkan pada bentuk
pendidikan yang sudah jelas mengarah pada pekerjaan tertentu. Tentu saja dengan
pengertian telah tersedia formasi pekerjaan bagi lulusan pelatihan yang
dimaksud. Jika formasi pekerjaan tersebut belum jelas, maka lebih tepat
dilakukan pendidikan kejuruan yang lebih generalis sehingga lulusan memiliki
pilihan-pilihan jenis pekerjaan lebih luas. Dengan demikian pengertian siap kerja
dalam hal ini tidak diekankan pada keterampilan manual, namun lebih pada
kesempatan mental, sehingga lulusan dapat segera memasuki lapangan kerja dan
mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan dunia kerja.
3. Gambaran Sokok Ilmu IKK
Untuk
mendapatkan gambaran sosok keilmuan suatu cabang ilmu, harus dikenali dulu tiga
komponen dasar suatu ilmu, yaitu: (1) apa yang dikaji (ontologi), (2) bagaimana
cara mendapatkannya (epistemologi), dan (3) untuk apa ilmu tersebut
dipergunakan (aksiologi). (Suriasumantri, 1984).
Segi ontologi
IKK sudah cukup jelas, yaitu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dan
penghidupan manusia, baik sebagai individu anggota keluarga, maupun sebagai
anggota masyarakat. Sebagai ilmu, IKK mempunyai objek forma, yaitu: kehidupan
keluarga sengan segala aspek untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Bidang
garapan IKK menurut Rifai (1983) adalah meliputi: (1) Hubungan intra keluarga,
(2) Kesehatan mental keluarga, dan (3) Bidang material, yang mencakup:
Perawatan anak; perawatan remaja; perawatan pasien; penataan ruang dan taman; pemilihan,
pengolahan, dan penyiapan makanan; pemilihan, pembuatan, dan pemeliharaan
pakaian; penampilan personal; pengetahuan barang, dan gebagainya.
Untuk menegaskan keberadaan keilmuan IKK
mungkin perlu dipersoalkan, apakah belum ada cabang ilmu lain yang mengkaji masalah tersebut? Pertanyaan ini harus dijernihkan dengan jelas, sebab bila tidak kemungkinan akan
terjadi tumpang tindih yang membingungkan. Parker (1980) mengemukakan bahwa
IKK bukanlah satu-satunya bidang yang mempelajari aspek kehidupan keluarga, namun
merupakan satu-satunya
bidang ilmu
yang memusatkan perhatiannya pada seluruh aspek
kehidupan keluarga. Sosiologi terutama memperhatikan kehidupan manusia dalam hubungannya
dengan magyarakat, sedangkan ilmu kesehatan berusaha
memperbaiki kegehatan manusia dan masyarakat. Dibandingkan dengan IKK, maka IKK memusatkan perhatiannya langsung pada kehidupan manuaia dan keluarga dengan segala aspeknya (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1979). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari
ontologi keberadaan keilmuan IKK dapat dipertanggunjawabkan.
Setelah dikaji dari segi ontologi, perlu juga dipertanyakan
bagaimana isi
keilmuan IKK? Tampaknya sejak awal perlu disadari bahwa IKK sebagai cabang ilmu merupakan paduan
dari beberapa cabang ilmu Iain. Parker (1980) menyatakan bahwa IKK sebagai ilmu yang tidak dapat berdiri sendiri menggunakan hasil penelitian
dari ilmu lain,
baik ilmu murni maupun terapan, seperti fisika, kimia, bakteriologi, biologi,
antropologi, psikologi,
sosiologi, ekonomi,
kedokteran, ilmu gizi dan ilmu pendidikan. Selain sebagai cabang ilmu pengetahuan, lapangan Iain juga berkaitan erat seperti agama, etika , dan estetika. Dengan demikian dapat di
katakan bahwa IKK
merupakan suatu ilmu yang interdisipliner. Ilmu ini dapat berkembang karena adanya pandangan bahwa segala bidang ilmu pengetahuan
hendaknya diamalkan untuk mencapai kehidupan yang sejahtera.
Sebagai ilmu, sebenarnya dari segi epistemologi keberadaan IKK sudah cukup mantap. Selama ini para ahli IKK (home economist) telah mengembangkan berbagai teori
yang sudah tervalidasi secara universal. Dengan demikian
dapat dikatakan telah ditempuh prosedur keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode pengumpulan data seperti
observasi,
eksperimen, survey. dan Iain-Iain banyak digunakan dalam penelitian-penelitian bidang IKK. Berbagai bidang menjadi sasaran penelitian, misalnya makanan,
pakaian, perumahan dan perabot rumah tangga, masalah jual-beli, pembagian dan penggunaan sumber—sumber keluarga, dan Iain—Iain.
Hasil penyelidikan dan
pengetahuan yang dicapai IKK inilah yang digunakan PKK untuk kepentinaan kehidupan keluarga dan masyarakat. IKK juga menyajikan dasar—dasar pendidikan untuk mendapatkan
keahlian dalam salah
satu segi kehidupan keluarga yang dapat
dijadikan sumber
penghasilan.
Dalam kaitan ini, perlu diingat bahwa sebagai cabang ilmu, IKK memang telah mempunyai sifat dan bidang garapan (segi ontologi) yang jelas. Namun karena IKK diwarnai oleh
beberapa cabang ilmu
lain, maka perkembangan cabang—cabang ilmu yang menjadi unsur IKK tersebut harus mendapat perhatian ahli IKK. Dalam mengembangkan IKK harus tetap memperhatikan kecenderungan
perkembangan cabang ilmu yang mewarnainya, dan bahkan cabang ilmu Iainnya.
Dari segi aksiologi, keberadaan IKK sebagai cabang ilmu juga sudah cukup mantap, baik ditinjau dari
segi normatif seperti terkandung dalam misi yang diemban, maupun pelaksanaan nyata
yang telah berlanggung selama ini IKK
yang diamalkan melalui PKK, baik formal maupun nonformal telah banyak memberi sumbangan dalam membawa peserta didik
menjadi manusia yang dapat mengembangkan diri gecara optimal,
sejalan dengan bakat dan
minatnya masing—masing. Dengan demikian diharapkan
mereka dapat memiliki kepribadian seimbang, berjiwa makarya serta bertanggungjawab terhadap kesejahteraan keluarga, masyarakat, bangga dan negara.
C.
MACAM-MACAM MATA KULIAH MURNI IKK DALAM PROGRAM PERLUASAN MANDAT
Bidang yang menjadi garapan IKK, berdasarkan uraian diatas, adalah cukup luas, karena itu perlu dilakukan
pengaturan secara
cermat. Baik ditinjau dari segi ontologi, epistemologi, mau pun aksiologi, cabang—cabang ilmu yang mewarnai IKK seharusnya bergandeng tangan untuk bersama—sama mengataai persoalan kehidupan keluarga, tanpa adanya pretensi sebagai yang paling berhak atau
paling baik, karena sikap ini justru
akan menghambat upaya dasarnya.
Sebagaimana yang telah disinggung di atas, IKK merupakan cabang imu yang bersifat interdisip1iner, yang mengasumsikan bahwa tanggung jawab dan
perpaduan sumbangan
semua cabang ilmu, seni, dan filsafat dalam suatu keutuhan yang fungsional di tujukan untuk memberikan layanan
pada kehidupan keluarga. IKK mencapai tujuannya dengan memanfaatkan ilmu—ilmu fisika, biologi, ilmu tentang tingkah
laku (behavioral), dan ilmu—ilmu sosial, serta seni (lihat
Gambar 1). Prinaip—pringip pengujian dan penilalan dari IKK diturunkan darı
bidang—bidang ilmu tersebut, dan melalui penelitian, menghaailkan sumbangan yang beÅŸar dalam
menginterpretasikan,
menerapkan, dan memadukan informagi. Fungsi perpaduan ini lah yang digunakan untuk meningkatkan
kehidupan keluarga, dan hal ini merupakan keunikan dari tujuan IKK.
Bidang—bidang yang beragam sebagaimana ditunjukkan pada gambar bekerja bersama—sama seperti layaknya sebuah gear (roda gigi) pada suatu mesin yang bekerja dengan efisien. Setiap roda gigi (atau disiplin ilmu) merupakan bagian darı
keseluruhan, dan dapat lebih efektif bila saling bekerja sama dan saling mendukung dengan bagian yang
lain. Sejauh mana efektivitas merancang dan membuat pakaian tanpa pemahaman mengenai
mengapa konsumen
membutuhkan dan menghendaki produk tersebut? Bagaimana konsumen akan mengenal produk—produk terbaru tanpa adanya
komunikasi?
Pemahaman mengenai IKK sebagai suatu
bidang kajian akan diper1uas bila memandangnya dengan suatu pendekatan yang sinergis. Hubungan antara bidang kajian dan adanya kebutuhan untuk
melakukan usaha—usaha yang kooperatif antara disiplin ilmu tersebut tampak jelas bila memandangnya sebagai suatu keutuhan.
Gambar 1: Funggi Pemaduan
IKK (Sumber: Hoeflin, Ruth Dkk. 1984. Careers for Professionals:
New Perspective In Home Economics.
USA:
Kendall/Hunt Pub. co. Hal: 72)
Berbicara
mengenai penentuan mata kuliah ilmu murni bidang IKK, dalam kaitannya dengan program perluasan mandat, tentu tidak bisa lepas dari pemahaman mengenai
kecenderungan iptek saat ini. Sebenarnya mata kuliah ilmu murni tersebut sudah bisa ditentukan dari sosok ilmu IKK sebagaimana diuraikan di atas, yaitu antara lain: fisika, kimia, bakteriologi, biologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ekonomi, dan filsafat. Namun apa yang perlu dipelajari dalam setiap bidang ilmu tersebut, itulah
yang memerlukan pemikiran lebih lanjut. Oleh karena mata kuliah—mata kuliah yang merupakan bagian
dari kurikulum suatu
lembaga pendidikan akan menentukan masa depan lulusan, dan bahkan masa depan lembaga
pendidikan yang bersangkutan, maka tentu harus disusun melalui studi yang mendalam dengan mempertimbangkan
berbagai
variabel yang terkait. Pada bagian ini hanya akan dibahas sekilas mengenai langkah yang perlu
dipertimbangkan untuk keperluan tersebut.
Untuk menentukan apa yang harus
dipelajari perlu di tegaskan lebih dulu mengenai kualifikasi lulusan dan perkembangan iptek. Untuk
menentukan kualifikasi lulusan harus di pertimbangkan rentangan bidang garapan IKK dan situasi ketenagakerjaan yang ada. Luasnya bidang garapan IKK akan menjadi pertimbangan, apakah kualifikasi lulusan yang diharapkan merupakan genera1is atau spesialis. Lulusan yang bergifat genera1is memiliki fleksibi1itas lebih baik, namun akan
memerlukan waktu adaptasi lebih lama dalam memasuki dunia kerja. Sedangkan kualifikasi yang bergifat spesialis akan cepat beradaptasi dengan dunia kerja yang relevan; tetapi bila jenis pekerjaan yang relevan ini tidak
diperolehnya, maka akan sulit memasuki jenis
pekerjaan yang lainnya.
Lebih jauh, untuk menentukan apa yang harus
dipelajari hendaknya juga bertolak dari sosok ilmu IKK, serta menekankan pada kemampuan untuk
berkembang, dengan mengembangkan kemampuan analisis, pemecahan masalah, berpikir
kreatif, sikap
kerjaa yang disiplin, dan sebagainya. Bekal yang dikembangkan tersebut diharapkan dapat berfungsi sebagai kemampuan yang dapat
menimbulkan kemampuan keterampilan yang diperlukan di masyarakat di mana lulusan berada.
D.
PARADIGMA BARU BIDANG IKK Dl MASA DEPAN
Berbicara mengenai paradigma baru
bidang IKK
di masa depan, tentu saja tidak bisa lepas dari keadaan masa kini dan kecenderungan untuk masa yang akan datang. Akselerasi
ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah demikian .pesatnya, dan mau tidak mau dunia
pendidikan harus
berusaha mengantisipasinya. Era tinggal landas yang tengah berlanggung, disusul dengan era perdagangan bebas yang
membuat dunia semakin
tak berbatas,
akan segera disusul dengan era teknologi informasi yang akan menyebabkan umat manusia selalu dihadapkan pada berbagai macam kejutan. Tanpa usaha untuk meningkatkan kualitas diri dan masyarakat, baik
secara material maupun spiritual, akan menyebabkan generasi mendatang tergilas roda zaman dan tak mampu bertahan
hidup.
Salah satu rancangan kebijakan
pembangunan pendidikan mendatang adalah mengartikan sistem pendidikan dengan kebutuhan
pembangunan di berbagai bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan, sekaligus meningkatkan produktivitas, kreatifitas, dan kualitas kerja, dengan maksud mengarahkan mutu dan
relevansi pendidikan untuk mewujudkan kemampuan setiap warga negara Indonegia menghadapi masa depan, sesuai dengan tantangan dan harapan masyarakat. Termasuk dalam hal ini adalah harapan yang pragmatis, yaitu bagaimana memperoleh pekerjaan setelah tamat pendidikan.
Arah
kebijakan di atas
menuntut adanya program perbaikan (reformasi sistem maupun program—program
pengembangan yang ada), sehingga diharapkan mampu mengatasi masalah efisiensi dan relevansi antara pendidikan dan dunia kerja.
Dalam kaitan ini, Pendidikan
Kegejahteraan Keluarga (PKK) di semua jenjang pendidikan, khususnya pendidikan tinggl, perlu berintropeksi dan mawas diri, sudahkah terpikir atau bahkan terlaksana adanya suatu program yang dimaksudkan untuk reformasi sistem dan
program pengembangan PKK? Sudahkah reformasi tersebut benar—benar telah mendasarkan
diri pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini dan tuntutan di masa depan? Sudahkan sistem pendidikan yang sekarang ini mampu memberikan bekal
pengetahuan dan kemampuan yang adaptif, sehingga bisa diharapkan lulusannya dapat menyeguaikan diri dengan cepat
dalam menghadapi persoalan di dunia kerja?
Suatu definisi mengenai Home Economics atau IKK yang merupakan penegagan dari definisi yang sebelumnya, telah dirumuskan oleh sejumlah mahasiswa jurusan Home Economics Universitas Arizona (Hoeflin, 1984), dengan penekanan pada
tuntutan masa
depan, adalah sebagai
berikut:
“Home economics is a synergistic study
of the social , psychological, and physical needs of human being throughout
their life span, with a perspective on the past and present and emphasis on the
future”.
Dalam
pengertian di atas,
terkandung makna, bahwa: (1) IKK yang merupakan gabungan dari
berbagai disip1in
ilmu sosiologi, psikologi, ekonomi, biologi, kimia, dan lain-lain memadukan pengetahuan dari disiplin tersebut menjadi suatu
bentuk yang dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari—hari. Proses perpaduan ini teriadi secara sinergis, (2) meskipun tiap disiplin dalam IKK hanya memusatkan diri pada aspek kehidupan tertentu, namun IKK secara utuh menyentuh pada semua aspek. Kalimat “social, psychological,
and physical needs........througout the life span” menekankan pada kenyataan bahwa
bidang kajian IKK
meliputi semua
tahap kehidupan, dan (3) untuk memahami semua persoalan dalam IKK secara utuh, perlu mengetahui sejarahnya, mempelajari berbagai tahap perkembangannya, serta mendalami perannya untuk saat
ini dan potensinya
untuk masa
yang akan datang.
Berdasarkan pada beberapa pertanyaan dan
definisi IKK yang dikemukakan di ata, ada beberapa hal yang perlu menjadi bahan pemikiran kita
berkaitan dengan eksistensi PKK. Bahan pemikiran ini terutama diarahkan
untuk merumuskan
paradigma baru IKK.
Pertama, sampai saat ini masih ada kalangan ahli pendidikan dan sebagian masyarakat Indonesia yang mempertanyakan
keberadaan PKK, dalam arti kemanfaatannya dalam memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan bagi anak didik. Bahkan sempat muncul pertanyaan mengenai apa bedanya PKK yang
ada di sekolah dan perguruan tinnggi, dengan kegiatan PKK yang ada di
kampung—kampung? Mengapa keterampilan memasak, menjahit, merias, dan menata rumah. harus dipelajari di sekolah dan bahkan di perguruan tinggi
selama
bertahun—tahun, sementara di lembaga—lembaga kursus pun semuanya itu bisa diperoleh?.
Semua pertanyaan yang bernada
meragukan keberadaan PKK tersebut sudah
seharusnya membuat ahli IKK prihatin. Barang— kali sudah waktunya sisttem dan program pendidikan PKK
ditinjau dan dibenahi lagi, dengan lebih berorientasi pada tuntutan dunia kerja dan perkembangan teknologi. Meskipun hal ini memang telah seringkali dilakukan, namun kenyataan
di lapangan menunjukkan,
masih banyak proses belajar mengajar PKK di berbagai jenjang pendidikan yang hanya
berorientagi pada pemberian bekal keterampilan yang sifatnya motorik kepada peserta didik, dengan menekankan pada
kegiatan praktek—
praktek; tanpa memberikan kesempatan pada anak didik untuk menjadi seorang yang kuat berpikir, eksploratif, inovatif, sehingga mempunyai kemampuan adaptif
yang optimal.
Tugas dunia pendidikan sebenarnya adalah
mendidik seseorang agar potensi dasarnya berkembang sehat, wajar, dan optimal. Perbaikan sistem pendidikan bukan berarti
pendidikan harug selalu menghasilkan lulusan yang siap pakai. Namun yang patut diajarkan
adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan cepat dalam menghadapi persoalan dalam bidang ilmu yang dipelari dan kemampuan mengembangkan cara—cara
baru untuk mengatasi persoalan
tersebut. Dengan kata lain, yang perlu diberikan adalah
dasar—dasar
pengetahuan yang kemudian dapat membentuk kecakapan kerja yang beragam dan beraspek luas.
Pencapaian tujuan tersebut sangatlah substansial dalam dunia pendidikan, khususnya
PKK, untuk menghadapi dunia yang berkembang dan berubah dengan cepat.
Keterampilan kerja yang sifatnya
motorik akan lekas menjadi usang karena tidak mampu mengimbangi perkembangan teknologi yang terjadi di dunia kerja dan di masyarakat. Akibatnya, lulusan hanya bisa memasuki dunia kerja yang sesuai dengan keterampilannya, namun
karena kurang adaptif dan kreatif, maka sulit baginya untuk mengembangkan kemampuannya untuk menguasai sejumlah
pengetahuan baru, keterampilan
baru, cara kerja
baru, dan sikap
kerja yang baru, yang
berbeda dengan pengetahuan, keterampilan, cara dan sikap kerja yang telah mereka kuasai selama ini. Sebagai Iulusan dari dunia pendidikan yang bukan sekedar lembaga kursus — maka hal seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan.
Bahan pemikiran yang kedua adalah perlunya
memperluas program pendidikan
PKK yang lebih
berorlentasi
pada profesi. Dengan kata lain, jurusan
PKK yang mempunyai program Studi Tata Boga, Tata Busana, dan mungkin Tata Graha dan Tata
Rias, dengan muatan—muatan lokalnya, perlu lebih meningkatkan profesionalitasnya, agar mampu menghasilkan lulusan yang benar— benar profesional dalam bidangnya. Mungkin perlu
dipikirkan juga
untuk mengembangkan atau membenahi program Studi yang ada, agar lebih fleksibel dan berwawasan luas.
Parker (1980)
mengemukakan, pllihan karir dalam PKK terbuka lebar di semua bidang, misalnya: (1) seni dan desain, yang meref1eksikan interaksi individu dan keluarga dengan
lingkungan sekitarnya
dalam hal konstruksi perumahan, arsitektur, perencanaan ruang, dan seni dekorasi. Kemungkinan karir yang tersedia adalah sebagai perancangsn interior, perancang peragaan, perencanaan ruangan, perancang grafis, fotografi dan sebagainya, (2) ekonomi ke luarga/manajemen keluarga, merupakan profesi yang
berkaitan dengan bidang manajemen, bisnis. ekonomi, dan proges pengambilan putusan. Karir yang bisa dimasuki antara lain adalah dalam bidang pemasaran dan
perbankan misalnya
sebagai konsultan keuangan, konselor kredit, dan sebaÄ…ainya, (3) hubungan keluarga dan perkembangan anak, yang memberi peluang karir sebagai
supervisor pusat perawatan
anak, guru, pekerja sosial , dan sebagainya, (4) makanan, gizi, dan diet;
membuka peluang kerja dalam bidang penelitian, bisnis, pelayanan masyarakat, dan pendidikan. Pekerjaan dapat diperoleh di rumah
sakit, rumah perawatan , universitas, sekolah, bisnis dan industri, dan lain—lain, termasuk
di media radio, TV, majalah dan surat kabar, (5) tekstil dan busana, memberikan peluang kerja sebagai ahli tekstil, perancang, teknolog di bidang produksi industri tekstil, spesialisasi pemasaran, dan lain—Iain. Dan masih banyak lagi pilihan karir yang tersedia.
Ramsey (1975) menegaskan bahwa profesi dalam bidang IKK menawarkan berbagai macam karir yang memerlukan inteligen dan kecerdasan
serta akal
budi, yang membuka kesempatan untuk memberikan pelayanan peluang kepada masyarakat dan keluarga. Pilihan—pilihan karir hampir tak
terbatas,
dan setiap orang bebas memilihnya
sesuai dengan minat
dan keahliannya. Namun, Ramsey juga mengingatkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan lulusan PKK untuk memasuki dunia kerja, antara Iain adalah: mobilitas yang tinggi; memiliki kemampuan dan kreasi dalam menjual keterampilan dan inovasi untuk merebut kesempatan; agresif; keteguhan hati untuk maju; pengalaman kerja; dan peran
pengalaman memimpin sewaktu di sekolah. Selain itu, oleh karena pilihan—pilihan karir akan selalu berkembang dan berubah untuk masa yang akan datang, maka peserta
didik PKK maupun ahli—ahli IKK harus lebih sadar dan belajar mengenai temuan—temuan penelitian yang mutakhir dan prinsip—prinsip dasar yang diterapkan dalam berbagai
bidang IKK
untuk meningkatkan kehidupan keluarga dan masyarakat.
Bahan
pemikiran ketiga, berkaitan dengan peningkatan proses belajar mengajar dan pengembangan program yang
lebih berorientasi
pada profesi,
tentunya adalah kualitas pengajar
bidang IKK di semua
jenjang pendidikan,
khususnya di pendidikan
tinggi. Pada saat
ini peningkatan kua1itas dosen
dapat diperoleh melalui berbagai jalur, baik berupa penataran, pelatihan, kursus , maupun dengan studi lanjut (S2, S3). Peningkatan kualitas dosen ini membawa pengaruh positif
terhadap peningkatan proses belajar mengajar, sehingga mahasiswa tidak lagi hanya dijejali dengan materi—materi dan
keterampilan—keterampilan, namun juga dilatih untuk berpikir kritis, analitis, melalui pengalaman—pengalaman
belajar yang lebih banyak bersifat menemukan dan memecahkan masalah. Namun .juga harus diakui, masih banyak dosen yang belum mau dan belum mampu
untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar seperti itu. Ini karena upaya perbaikan tersebut tidak bisa terwujud tanpa ditunjang oleh kualitas dosen yang bersangkutan. Dan kualitas dosen dapat meningkat secara bermakna bila diiringi dengan
motivasi yang kuat untuk berkembang, upaya tanpa henti untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir,
dengan banyak belajar,
meneliti, dan memperluas pergaulan dengan orang—orang
sebidang maupun di luar bidangnya, seprofesinyai maupun di luar profesinya. Upaya ini tidak bisa dihindari, sebab IKK sendiri adalah
suatu bidang ilmu
yang bersifat
interdisipliner, yans perkembangannya sangat dipengaruhi
oleh bidang—bidang ilmu lain yang mendasarinya, sehingga diskusi—diskusi dengan ahli—ahli dari disiplin ilmu di luar IKK menjadi suatu kebutuhan yang mendasar.
Relevan
dengan hal di atas,
tentunya tidak berlebihan
bila dikatakan bahwa IKK seharusnya dilengkapi dengan informasi dan data mengenai penelitian di semua bidang yang akan memungkinkannya untuk merumuskan
pendidikan yang diproyekskan, guna memenuhi kebutuhan di masa depan. Tanpa dukungan
penelitian-penelitian yang
memadai, IKK akan segera tertinggal. Kemampuan memandang jauh ke masa depan sangatlah penting, sebab perubahan sosial dan ekonomi berjalan dengan begitu cepat. Ahli IKK harus melakukan berbagai
penelitian, memanfaatkannya, dan menyebarluaskannya kepada bidang—bidang profesi yang lain.
Ketiga hal di
atas itulah yang
sebenarnya merupakan masalah klise
di bidang pendidikan — setidaknya harus mewarnai paradigma baru bidang IKK.
Peningkatan kualitas proses belajar mengajar, pengembangan program PKK yang lebih
berorientasi pada profesi, dan
peningkatan kualitas dosen, adalah hal-hal yang bila diupayakan secara terus-menerus, akan sangat berarti untuk mempertahankan eksistensi IKK di masa depan. Dengan demikian dapat diharapkan lulusan yang dihasilkan tidak hanya terampll menjahit, dan memasak, namun mempunyai kemandirian yang tinggi, adaptif dan kreatif, sehingga mampu survive dalam kemajuan dan perkembangan masyarakat, dunia kerja, limu pengetahuan
dan teknologi. Paradigama baru IKK tersebut dapat
digambarkan sebagai
berikut:
Gambar
2: Paradigma Bidang IKK di Masa Depan
E.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat dikemukakan kesimpu1an sebagai
berikut :
1. Ditinjau dari segi terminologi, IKK merupakan ilmu sekaligus seni yang mempelaj arti kehidupan dan penghidupan keluarga , serta memadukan pendekatan ilmiah dan
kemanusiaan untuk membantu
individu dan keluarga menghadapi perubahan dan meningkatkan kehidupannya.
2. Ditinjau dari segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi, sosok keilmuan IKK dapat dipertanggungjawabkan.
3. Bidang garapan IKK antara lain: Hubungan intra dan antar keluarga, kesehatan mental keluarga, dan bidang
material.
4. Ilmu—ilmu murni yang berkaitan dengan
IKK antara lain adalah: fisika, kimia, bakteriologi, biologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik,
ekonomi, dan filsafat; dan mata kuliah—mata kuliah ilmu murni bidang IKK yang
perlu dikembangkan dalam kaitannya dengan program perluasan mandat adalah meliputi bidang—bidang tersebut, namun
dengan mempertimbangkan mengenai apa yang harus diberikan, didasarkan pada sosok ilmu IKK, kondisi ketenagakerj aan, dan perkembangæn
iptek.
5. Paradima baru bidang IKK untuk masa yang akan datang hendaknya
mempertimbangkan kecenderungan perubahan—perubahan yang akan terjadi, dengan
mengadakan perbaikan sistem dan program pengembansan IKK. Beberapa hal yang patut menjadi pemikiran para ahli di bidang IKK adalah perlu meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar, pengembangan program yang lebih berorientasi profesi , dan peningkatan kua1itas dosen.
Pada akhirnya
perlu disampaikan
bahwa tulisan sederhana
ini hanya merupakan pokok pikiran untuk mengundang tanggapan kritik dan diskusi dari rekan sejawat demi eksistensi IKK dan pengembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidi kan dan Kebudayaan. 1979. Pengantar Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Jakarta : Depdikbud.
Hoeflin, Ruth Dkk. 1984. Careers for Professional :
New Perspective in Home Economics. USA: Kendall/Hunt Pub. Co .
Maria F. E.G. Atienza. 1972. Effective Teaching of Hom Economics. USA: Garcia Pub. Co.
Murugasu. V. 1990. Technical and Vocational Education and Training: An Overvley. Makalah yang disampaikan pada Seminar Regional Latihan dan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Manila: ABian Development Bank.
Parker, Frances J. 1980. Home Economics, An
Introduction to A Dinamic Profession. New York;
Macmillan Pub. Co. Inc .
Ramsey, Laura. 1975. Home Economics Grads Remain
Employable. AIEA Action. USA.
Rifai, Melly Sri Sulastri. 1983. Garis Besar Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. PKK I KIP Bandung.
Samani, Muchlae.
1992. Jatidiri Reilmuan PTK. Makalah yang Disampaikan pada Temu Karya V Forum Komunikagi FPTR IKIP SE-Indonesia di IKIP
Semarang.
Soedarmo Poerwo dan Sediaoetama, Djaeni. 1987. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Suriasumantri, Jujun S. 1984. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan