Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Kamis, 30 November 2023

Kereta Api Cepat Whoosh

Kemarin, kami berkesempatan naik kereta api cepat dari Bandung ke Jakarta. Sengaja merencanakan waktu untuk bisa menaiki kereta yang lagi viral ini. Apa lagi kesempatannya memang pas.

Kami mengambil jadwal pagi, pukul 07.45. Sekitar tiga puluh lima menit kemudian, kami sudah akan tiba di Jakarta. Sangat jauh lebih cepat, dibanding kalau kami naik mobil yang membutuhkan waktu sekitar dua jam. Ya, karena kereta whoosh ini kecepatannya bisa sampai 340-an km per jam.
Nama keretanya adalah Kereta Whoosh. Bentuknya keren banget, cocok dengan namanya. Warna eksteriornya mengesankan Indonesia banget, merah dan putih mendominasi. Interiornya juga nyaman, bersih, sejuk. Bayarnya, karena masih promo, diskon lima puluh persen, cukup Rp.150.000. Konon, tahun depan mulai menggunakan tarif normal.
Nama Whoosh, tentu tidak asal dipilih. Begitu juga dengan logonya.
Menurut google, Whoosh merupakan singkatan dari Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Hebat. Sementara logo resmi Whoosh dipilih melalui sayembara Identitas Jenama (nama dan logo) Kereta Api Cepat Indonesia oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Dikutip dari laman resmi KCIC, menurut google juga, Identitas Jenama Kereta Api Cepat Indonesia 'Whoosh' didesain oleh studio desain Visious. Nama "Whoosh" mewakili suara lesatan kereta cepat. Whuuuuuusssssss......
Logo dan jenama ini terinspirasi dari efek riak dari Kereta Cepat yang juga secara langsung menggambarkan manfaat berantai Kereta Cepat kepada masyarakat. Logo ini mengaplikasikan warna kontras yang mencolok serta karakter yang tegas sebagai bentuk ekspresi bahwa logo ini memberi ekspresi kegesitan, kekuatan, keberanian, ketegasan, dan ketajaman visi untuk masa depan.
Secara keseluruhan, identitas visual ini ingin menyampaikan pesan bahwa kereta cepat akan membawa perubahan yang berdampak positif secara signifikan bagi kemajuan Indonesia.
Nah, begitulah Mbah Google menjelaskan.
Kalau Anda pernah naik kereta cepat sebelumnya, mungkin di Jepang atau di Saudi Arabia, atau di tempat lain, kembali nikmatilah sensasi naik kereta cepat Whoosh. Kalau belum pernah menumpang kereta api cepat, yuk rencanakan perjalanan liburan Anda dengan Kereta Api Cepat Whoosh.
Whus whus whus, yes!
Jakarta, 24 November 2023

Seblak

Entah kenapa, sejak makanan ini keluar dan menjadi terkenal, saya belum pernah tergerak hati untuk mencicipinya. Ada semacam penolakan dalam benak saya.

Seblak itu makanan apa sih? Saya pernah beberapa kali menanyakan itu ke beberapa kawan. Jawabannya hampir sama. Krupuk yang dikasih kuah, kadang sampai mblobor krupuknya. Biasanya ditambah makaroni dan sayuran, juga telur. Ada juga yang ditambah sosis dan bakso. Rasanya bergantung selera. Pedas, setengah pedas, atau sedikit pedas.
Krupuk yang dikasih kuah. Satu kalimat ini yang mengganggu saya. Apa lagi ada kata 'mblobor'. Membayangkannya, sungguh mematikan selera saya.
Nah, kemarin, di Lembang, kami cangkrukan malam-malam di sebuah tempat makan yang namanya Kopi Gunung. Tempatnya bagus, sejuk sekali, romantis, di bawah gunung. Tapi karena malam, gunungnya tidak kelihatan, hanya nampak lampu-lampu kecil yang menandai puncaknya. Itu pun muncul tenggelam karena kabut datang dan pergi.
Di situlah salah seorang teman kami memesan seblak. Menu yang lain seperti cireng, pisang bakar, tahu walik, ketan bakar, juga kami pesan. Dengan beberapa minuman hangat, wedang uwuh, bandrek, kopi jahe, dan sebagainya.
Begitu seblak keluar, staf saya minta mbak waiter untuk menyediakan dua mangkuk kosong plus sendok garpunya. Kemudian dia menyilakan saya untuk mencicipi seblak. Saya pun mengambilnya satu-dua sendok. Menurut saya, penampilannya mirip capjai. Tapi lebih padat dan agak kental. Rasanya, gimana ya?
Menurut Anda, kira-kira gimana? Hehe. Penasaran pingin tahu pendapat teman-teman tentang seblak.
Lembang, 23 November 2023

Sandalwood Boutique Hotel

Hotel ini ada di kawasan Lembang, Bandung. Bukan hotel yang besar. Namun begitu saya memasuki ruang lobinya, saya langsung terkesima karena banyak hal unik. Beberapa keunikan itu saya tampilkan di sini.

Selama tiga hari saya membersamai teman-teman Balai Besar Jakarta dalam kegiatan FGD Pembahasan Kurikulum Pelatihan di hotel ini. Ada lima kepala dinas juga yang hadir, serta beberapa narasumber. Ada juga kegiatan outbound.
Udara Lembang yang sejuk dan makanan yang enak sangat mendukung kenyamanan. Meskipun acara demi acara padat, semua dilakukan dengan suka cita. Saya dan Pak Sesbadan serta beberapa teman, malah sempat mencuri sedikit waktu untuk healing di Tangkuban Perahu, yang jaraknya dari hotel hanya sekitar lima belas menit.
Keunikan hotel ternyata tidak hanya di bagian depan saja, namun ada di mana-mana. Di kamar juga ditemukan banyak hiasan dan ornamen unik. Juga di tempat makan. Dipadu dengan kealamiahan pohon-pohon pinus dan aroma wangi bunga yang sangat natural, tempat ini sangat cocok untuk kerja dan gathering. Apa lagi beberapa destinasi wisata ada di sekitar hotel, cocoklah hotel ini sebagai pilihan keluarga dan siapa saja yang ingin hiling-hiling hehe.
Lembang, 22-24 Nobember 2023

Balai Besar dan Balai


BPSDM Kemendesa PDTT mengelola dua balai besar dan tujuh balai. Dua balai besar ada di Jakarta dan Yogyakarta. Sedangkan balai ada di Jayapura, Makassar, Ambon, Denpasar, Pekanbaru, Banjarmasin, dan Bengkulu. Sebutannya adalah Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, disingkat BBPPMDDTT untuk balai besar, dan BPPMDDTT untuk yang lainnya.

Tugas utama balai adalah melaksanakan penyuluhan, pelatihan, dan pemdampingan masyarakat. Beberapa jenis pelatihan yang dilakukan antara lain pengelolaan bumdes, pengembangan desa wisata, perikanan, ekonomi kreatif, dan sebagainya.

Setiap balai yang dipimpin oleh seorang kepala balai besar/balai memiliki wilayah kerja. Misalnya, Balai Besar Jakarta, wilayah kerjanya adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Kalimantan Barat. Balai Banjarmasin, wilayah kerjanya adalah semua Kalimantan, kecuali Kalbar. Balai Besar Yogyakarta, wilayah kerjanya adalah DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dan seterusnya, yang intinya, semua provinsi di Indonesia menjadi wilayah kerja balai besar/balai.

Setiap balai memiliki demplot, sebagai laboratorium penelitian sekaligus sebagai sumber belajar bagi para peserta pelatihan. Balai Yogya, misalnya, memiliki kebun edamame, jagung, cabe, terong, kangkung, sawi, dan lain-lain. Ada juga sapi, kambing, ayam, kelinci, burung puyuh. Berbagai jenis ikan juga ditemukan di kolam-kolam. Ada juga budidaya jamur, pembuatan kompos, juga pupuk cair. Semuanya ini dikembangkan sendiri oleh para penggerak swadaya masyarakat (PSM), sebuah jabatan fungsional pengampu utama tugas dan fungsi balai, yang homebase-nya ada di balai-balai.

Balai juga memiliki kerja sama dengan berbagai stakeholder, antara lain perguruan tinggi, pemprov, pemda, perbankan, filantropi, dan sebagainya. Bersama para stakeholder tersebut, balai melakukan oendampingan dan pemberdayaan  masyarakat desa. Khusus dengan kampus, balai berkolaborasi dalam kegiatan magang mahasiswa, KKN Tematik, praktisi mengajar, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Tanggal 15-17 November ini, diselenggarakan rapat koordinasi untuk penguatan kelembagaan balai. Kegiatan dilaksanakan di Balai  Besar Yogyakarta. Semua kepala balai, kabag/kasubag, serta perwakilan PSM, hadir.


Tujuan rakor selain sebagai sesi sharing pengalaman dan inspirasi, juga untuk memperkuat kelembagaan balai sebagai ujung tombak Kemendesa PDTT dalam pemberdayaan masyarakat. Beberapa narasumber dari Unesa dihadirkan untuk memantik diskusi tentang SDGs Desa, evaluasi kelembagaan dengan pendekatan akademik dan kebijakan, juga konsep BLU. Selain itu juga penguatan RB Tematik yang dipandu oleh Inspektur II Itjen Kemendesa PDTT.

Selain ada sesi panel yang menghadirkan para narasumber, sesi diskusi kelompok juga dilakukan, untuk mempertajam hasil.diskusi, serta merumuskan tindak lanjut. Rumusan tersebut kemudian dijabarkan untuk menjadi bagian dari program di tahun 2024 dan tahun-tahun berikutnya. Harapannya, kegiatan ini menghasilkan roadmap pengembangan balai besar/balai, agar meningkat jumlahnya serta mutunya. Ke depan, diharapkan balai ada di lebih banyak provinsi untuk bisa memberikan kontribusi secara lebih signifikan pada pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakatt desa.

Minggu, 12 November 2023

Hutan Cempaka


Hari Jumat kemarin, saya terbang dari Denpasar menuju Surabaya. Sengaja ambil flight pagi, kebetulan tugas sudah saya selesaikan semalam, supaya saya bisa segera bertemu keluarga. Rencananya, sorenya kami akan ke Magetan, karena Sabtu malam, saya harus membuka kegiatan pelatihan content creator yang diselenggarakan oleh Puslat SDM kemendesa PDTT. Minggu sore juga ada kegiatan Peningkatan Kapasitas TPP di Graha Unesa, dan Pak Menteri diagendakan membuka acara. Jadi memang saya harus ke Surabaya untuk mengawal beberapa kegiatan tersebut.

Tiba-tiba Jumat sore, setelah mandi dan siap berangkat ke Magetan, si Kakak badannya panas. Saya katakan tiba-tiba karena pulang sekolah dia baik-baik saja, makan siang dengan ceria, dan mandi sambil main air dengan tertawa-tawa. Tapi memang dia agak batuk-batuk, dan saya pikir, mungkin karena itulah dia demam.

Rencana ke Magetan pun saya gagalkan. Segera saya koordinasikan pada staf dan Kapuslat SDM, saya tidak jadi bergabung. Cucu sakit, saya tidak tega untuk tinggalkan dia. Tapi kalau diajak,  tentu riskan. Acara di Magetan bisa dibuka oleh stafsus atau kapuslat SDM.

Tapi si Kakak rewel minta tetap pergi. Daripada terus rewel dan batuk dia semakin menjadi-jadi, kami putuskan untuk check in di hotel saja, yang penting keluar dari rumah membawa segala barang yang sudah kami persiapkan sejak siang tadi.

Malam itu kami tidur di Best Mansion. Si Kakak panasnya sudah mendingan setelah minum obat batuk dan obat turun panas. Malam itu dia tidur dengan baik.

Sabtu pagi, melihat Kakak sudah semakin sehat, kami memutuskan untuk pasang tenda di camping ground yang dekat-dekat saja. Sekadar memenuhi janji pada si Kakak, karena sebenarnya kami sudah menyiapkan tenda untuk dibeber di Magetan. Sekalian melatih si Adik untuk mengakrabi alam bebas.

Pilihan kami jatuh pada Hutan Cempaka, di Pasuruan. Rekomendasi adik kami yang dedengkot kemping, Dimas Prono Adjie dan Rika Adjie.

Pilihan pada Hutan Cempaka ternyata sangatlah tepat. Kami sering pasang tenda di banyak camping ground, tapi di Hutan Cempaka ini, sepertinya paling komplit sajian pengalamannya. Selain camping ground dengan fasilitas MCK yang bersih, Hutan Cempaka juga memiliki kedai yang menyediakan berbagai aneka panganan dengan siatem prasmanan, joglo besar dan kecil, dan juga panorama alam hutan pinus yang indah, lengkap dengan view Gunung Arjuno dan Anjasmoro yang begitu anggun. Udara sejuk tentu menjadi bonus tersendiri bagi kita yang setiap hari terpapar panas terik di kota-kota.

Yang juga sangat menarik dan menawan hati, ada pasar rakyat yang buka setiap Minggu Pahing dan Minggu Legi. Jadi sebulan pasar inj buka dua kali. Pasar yang menyajikan berbagai panganan tradisional, makanan dan jajanan.

Di tengah-tengah pasar itu ada panggung yang menampilkan berbagai kesenian tradisional, yang semuanya menonjolkan potensi lokal desa. Mulai anak-anak, remaja, dewasa, semuanya berpartisipasi aktif untuk meramaikan dan menyemarakkan. Sangat menarik dan merupakan meaningful learning bagi para generasi muda, untuk terlibat aktif dalam menjaga kelestarian alam dan budaya.

Dengan sajian alam yang begitu indah dan sajian pengalaman yang begitu bermakna, Hutan Cempaka menjadi referensi bagi setiap orang, terutama bagi keluarga yang ingin memperkenalkan keluarga kecil pada alam semesta. Membangkitkan kecintaan anak pada alam, insyaallah akan membangkitkan kecintaannya pada Sang Pencipta.

Surabaya, 12 November 2023

Senin, 23 Oktober 2023

Benchmarking Study ke Tiongkok

Menindaklanjuti nota diplomatik dari Chinese Embassy Jakarta, Menteri Desa PDTT melakukan kunjungan ke RRT pada tanggal 14-18 Oktober 2023. Selain Menteri Desa PDTT, rombongan diikuti oleh Ibu Menteri Desa PDTT, Kepala BPSDM, Kepala Biro Humas, dan tim protokol.

Kunjungan tersebut dalam rangka menghadiri pembukaan kegiatan Benchmarking Study for Indonesian Villages Heads. Kegiatan ini diikuti oleh dua puluh kepala desa sebagai peserta benchmarking yang berlangsung selama dua belas hari, yaitu 14-25 Oktober 2023.
Selain itu, Menteri Desa PDTT juga diagendakan melakukan dialog ilmiah dengan mahasiswa Universitas Peking pada tanggal 16 Oktober 2023.
Rombongan kepala desa bersama empat orang pendamping bertolak dari Jakarta menuju Beijing pada tanggal 14 Oktober dini hari, transit Shenzen, dan tiba pada sekitar 16.45 waktu Beijing. Malamnya, disusul dengan keberangkatan rombongan Menteri Desa PDTT yang tiba di Beijing pada pukul 07.05 waktu Beijing.
Upacara pembukaan kegiatan Benchmarking dilaksanakan pada 15 Oktober 2023, pukul 14.00-15.00, bertempat di China's People Palace Hotel, Beijing. Di sini jugalah para kades dan pendamping melakukan sebagian kegiatannya bersama para pelatih dan narasumber.
Kegiatan para kades meliputi perkuliahan dan kunjungan lapangan. Materi kuliah di antaranya: strategi mendorong revitalisasi pedesaan, reformasi sistem pertanahan dan pengelolaan skala besar, dan mengembangkan pertanian jenis baru.
Kegiatan kunjungan antara lain dilakukan di Koperasi Petani Taman Utara Beijing. Selain itu, tentu saja, juga kunjungan ke destinasi wisata seperti Tembok Besar China dan ke beberapa desa wisata. Misalnya, kunjungan ke Desa Zhen, untuk mempelajari pengembangan pertanian ekologis berbasis industri pangan dan budidaya perikanan. Kunjungan ke Kota Huaqio dalam rangka mempelajari pengembangan wisata pedesaan dengan fokus pada buadaya sejarah dan konstruksi lingkungan hidup.
Menteri Desa PDTT juga melakukan kunjungan ke Masjid Niujie di Xicheng. Masjid ini merupakan masjid terbesar di Beijing, konon dibangun pada tahun 996 pada masa Dinasti Liao.
Kunjungan ke Universitas Peking diawali dengan audiensi bersama pejabat rektorat dan dekanat serta pejabat yang lain. Setelah itu dilanjutkan dengan dialog bersama para mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia Universitas Peking. Audiensi dan dialog berlangsung dengan sangat menyenangkan, bernas, dan bermanfaat. Jamuan makan malam yang lezat di salah satu restoran berkelas di Peking, menambah kehangatan pertemuan di sore dan malam hari yang dinginnya lumayan menusuk itu.

Peserta benchmarking juga berkesempatan mengunjungi Hangzhou dengan menumpang kereta cepat G33. Selain itu, peserta juga menumpang kereta dari Wuhu ke Stasiun Shanghai Hongqiao. Dan beberapa kegiatan lain, yang pada intinya bertujuan untuk memperluasa pengalaman dan wawasan para kepala desa, memperoleh lesson learnt, supaya menjadi inspirasi untuk lebih mengembangkan desa-desa mereka dan desa-desa di seluruh Indonesia.
Bagi saya pribadi, kunjungan ke China ini adalah yang pertama. Banyak hal menakjubkan dan membuat saya merasa sangat layak untuk belajar dan menambah wawasan.di negeri ini. Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China, konon hadist yang sangat populer ini termasuk hadist yang dhaif. Namun kita tentu sangat menyakini, menuntut ilmu, di mana pun tempatnya. sangatlah dianjurkan. "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu. Dan barangsiapa menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu.
Surabaya, 22 Oktober 2023

Selasa, 19 September 2023

Wisuda RPL Desa


Dua hari ini, saya menghadiri acara wisuda sarjana mahasiswa program RPL Desa. Tanggal 17 September kemarin, wisuda dihelat di UNY. Menteri Desa PDTT dan Bupati Bojonegoro hadir dan menyaksikan sebanyak 319 lulusan Program RPL Desa dari lima prodi itu bertoga. Mereka adalah kepala desa, perangkat desa, pengelola bumdes, dan pegiat desa yang lain, termasuk tenaga pendamping profesional.

Wisuda di Unesa, yang dilaksanakan pada hari ini, 18 September, tidak dihadiri Menteri Desa karena beliau harus menghadiri rapat terbatas dengan presiden terkait dengan revisi UU tentang Desa. Namun Bupati Bojonegoro beserta jajarannya hadir. Ada sebanyak 582 mahasiswa, juga dari lima prodi, yang diwisuda. Saya dan beberapa pejabat tinggi madya dan pratama, hadir mewakili Kemendes PDTT.

Di UNY, wisuda dihelat khusus, tidak dibarengkan dengan mahasiswa reguler. Wisuda khusus mahasiswa program RPL Desa. Sedangkan di Unesa, wisuda mahasiswa program RPL Desa digabungkan dengan wisuda mahasiswa reguler. Jumlah total wisudawan sekitar dua ribuan. Ditambah keluarga, maka perhelatan besar tersebut sempat memacetkan kawasan Unesa Lidah Wetan dan sekitarnya pada pagi dan siang menjelang sore hari tadi.

Menyaksikan mahasiswa program RPL Desa itu diwisuda, membangkitkan keharuan pada banyak orang. Termasuk saya. Haru dan bangga karena para pejuang desa itu akhirnya mampu meraih gelar sarjana. Di perguruan tinggi yang tidak kaleng-kaleng lagi, UNY dan Unesa. Setelah melampaui proses panjang dan melelahkan, sejak rekrutmen sampai hari ini. Sangat melelahkan, tidak hanya bagi para mahasiswa, namun juga bagi para dosen. Mengajar, membimbing dan memotivasi para mahasiswa yang pada umumnya sudah tidak lagi muda itu, yang sudah lama tidak bergulat dalam aktivitas akademik, tentu membutuhkan kesabaran dan energi ekstra. Dan syukurlah, dengan terus-menerus melakukan pendampingan dan pembimbingan, akhirnya hari ini pun tiba. Para mahasiswa itu lulus setelah mereka berjibaku selama dua tahun atau empat semester. Mungkin mereka pun tak pernah menyangka, bahwa suatu saat mereka memiliki kesempatam emas seperti ini. Mengenyam bangku kuliah, dan menjadi sarjana. Betapa semua bagai mimpi.

Foto bersama wisudawan RPL.

Program RPL Desa merupakan program yang digagas oleh Kementerian Desa, Kabupaten Bojonegoro sebagai penyandang dana, dan perguruan tinggi sebagai kampus penyelenggara. Tujuan program ini adalah untuk memberikan apresiasi pada kepala desa, perangkat desa, para pegiat desa lainnya, dengan cara memberikan pengakuan atau rekognisi pengalaman-pengalaman mereka dalam pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Tentu saja, program ini juga untuk meningkatkan kapasitas SDM desa, yang diharapkan berkontribusi pada kinerja mereka dalam menyelenggarakan pemerintahan desa, mendampingi pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Peogram RPL Desa juga berkesuaian dengan hampir semua tujuan SDGs Desa, terutama tujuan ke-4, pendidikan desa berkualitas.

Sebagai sebuah investasi jangka panjang, meningkatnya pendidikan SDM Desa,  diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan ekonomi, kemadirian dan kesejahteraan masyarakat desa. Tentu hal ini bukanlah sebuah harapan kosong, karena berbagai bukti empirik telah membuktikan bahwa pendidikan memilki efek multiplayer.

Bupati Bojonegoro saat menyampaikan sambutan.
Bupati Bojonegoro memberikan sambutan.

Wisuda Program RPL Desa tingkat sarjana saat ini merupakan angkatan pertama. Diharapkan, program mulia ini akan terus berlanjut dan semakin banyak pihak yang terlibat. Tugas Kementerian Desa adalah mengorkestrasikan pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, serta stakeholders yang lain, untuk memastikan program ini terus berkelanjutan.

Wisudawan RPL mendapat ucapan selamat.

Saat ini, sedang berlangsung juga perkuliahan jalur RPL Desa tingkat sarjana di Unnes, dengan penyandang dananya adalah Kabupaten Blora. Juga RPL Desa tingkat magister di UNS dan UB, dengan Kabupaten Bojonegoro sebagai penyandang dana.

Pada akhirnya nanti, akan semakin banyak SDM desa yang berpendidikan tinggi, dan mereka akan mendedikasikan diri untuk kemajuan desa. Desa-desa akan semakin bersinar, dan cahayanya  menerangi seluruh persada Bumi Pertiwi.

Surabaya, 18 September 2023

Jumat, 23 Juni 2023

Kesalehan Sosial di Tanah Haram


Pada 2009, saya berhaji bersama suami, mas Baskoro Adjie ,dan bapak ibu mertua. Pada saat itu, saya berusia 42 tahun, dan suami 46 tahun. Ibu berusia 67 tahun, dan bapak berusia 74 tahun.

Berhaji bersama orang tua, tentulah sebuah berkah dan kebahagiaan yang luar biasa. Tantangan dan ujiannya juga mungkin luar biasa. Haji adalah ibadah fisik. Untuk bisa melaksanakan semua wajib dan rukun haji, kita sendiri harus memastikan diri sendiri dalam kondisi kesehatan yang prima. Apa lagi dengan membawa orang tua, kita harus ekstra sehat lahir dan batin, fisik dan mental. Harus mampu mengendalikan diri supaya bisa menyesuaikan dengan ritme kondisi fisik dan psikis orang tua.

Ibadah haji bagi sebagian kecil orang, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bagi para pembimbing haji, misalnya, Madinah dan Makkah ibarat rumah kedua. Bagi para pemilik biro travel dan umroh beserta para tour leader-nya, haji adalah aktivitas ibadah yang ritualnya sudah di luar kepala. Bagi para panitia dan petugas haji yang tergabung dalam Kementerian Agama, bertandang ke Tanah Suci seperti layaknya melakukan tugas-tugas perjalanan dinas saja, meski dengan mengemban tanggung jawab yang super berat untuk memastikan segala sesuatu berjalan lancar dan aman.

Namun bagi kebanyakan orang lainnya, termasuk kami, haji adalah sebuah proyek besar. Harus dipersiapkan segala sesuatunya, jauh-jauh hari. Menguatkan niat, mengikhtiarkan untuk mewujudkan niat, dan melaksanakan niat itu dengan sesempurna mungkin. Karena bisa jadi, ini adalah kesempaan satu-satunya selama hidup. Belum tentu akan datang lagi, apa lagi dengan kondisi yang harus mengantri puluhan tahun seperti saat ini.

Tahun 2011, saya dan suami kembali ke Baitullah bersama anak semata wayang kami, Barrock Argashabri Adji , untuk menunaikan umrah. Saat itu adalah bulan suci Ramadhan. Suhunya sama atau bahkan lebih tinggi seperti saat ini, berkisar 46-48 derajat Celcius. Tantangannya tentu tidak ringan, bukan hanya karena cuaca panas. Namun juga karena waktu berpuasa di Tanah Suci lebih panjang. Sekitar pukul 04.00 masuk waktu shubuh, dan maghrib pada sekitar pukul 19.00. Isya sekitar pukul 21.00, kemudian tarawih sampai sekitar pukul 23.00. Sebagaimana kita tahu, tarawih di Tanah Suci adalah ritual yang panjang. Kita hanya punya waktu istirahat sekitar tiga jam untuk kemudian melakukan sahur, dan bergegas menuju masjid untuk melakukan shalat shubuh berjamaah. Namun semuanya itu, bila kita menghayatinya, betapa nikmatnya.

Pada musim haji 2023 ini, dengan caranya, tiba-tiba Allah SWT memanggil saya lagi untuk menjadi tamunya. Dan yang lebih istimewa lagi, saya diberi kesempatan untuk melihat banyak hal terkait dengan penyelenggaraan ibadah haji. Saya bisa melihat akomodasi, konsumsi, transportasi, layanan lansia, dan sebagainya. Saya bisa ngobrol apa saja dengan para jamaah, ketua regu, ketua rombongan, ketua kloter, dan seterusnya. Saya bahkan bisa melihat kamar-kamar para jamaah, menu makanan mereka, dan bagaimana para petugas melayani mereka.

Rabu, 21 Juni yang lalu, saya berkesempatan menengok sebuah hotel di sektor 11. Mengunjungi sebuah kamar yang isinya empat orang lansia. Salah satu di antaranya, saya lupa namanya, adalah "pelayan" untuk ketiga lansia yang lain. Ya, meskipun dia sendiri sudah termasuk lansia, terlihat dari garis wajah dan rambut serta kumisnya yang sudah memutih, dia harus bertugas melayani teman-teman sekamarnya itu. Dia, sebuat saja pak Yadi,  kondisi fisiknya memang terlihat paling sehat dan paling kuat di antara ketiganya.

Dua orang mengidap dimensia, saya perkirakan usianya sudah di atas 70 atau bahkan 80 tahun. Satu lagi, sepertinya tidak terlalu banyak memerlukan pelayanan ekstra seperti yang dua lansia ini, karena masih bisa melayani diri sendiri meskipun perlu sesekali dibantu.

Dua lansia pengidap dimensia itu sedang tidur saat saya datang. Tubuh kurusnya tergolek di kasur. Tidak ada keluarga yang mendampinginya. Keduanya kadangkala lupa di mana tempat tidurnya. Ke kamar mandi harus dipapah. Tidak jarang, sebelum sampai ke kamar mandi, kotoran sudah keluar duluan atau sudah kencing duluan. Pak Yadilah yang kemudian membersihkan semuanya. Memandikannya, dan memasangkan popok.

Pak Yadi juga menyuapi mereka. Memastikan mereka meminum obatnya. Memandikan mereka setiap hari, memasang dan melepas popoknya. Tidak jarang, dia harus beberapa  kali terbangun di tengah malam, karena harus melayani para lansia tersebut.

Pak Yadi menceritakan itu semua sambil menangis. Bukan karena dia merasa berat hati. Tapi karena justeru dia merasa trenyuh, merasa terpanggil untuk mengurus mereka, dengan sekuat tenaga. Dia bilang, ‘sak kuat-kuate, Bu, kulo urus, mesakne sanget, Bu. Mboten wonten keluarga babar blas.”

Kesalehan sosial yang begitu kental, itulah yang saya lihat pada sosoknya. Mata saya ikut mbrebes mili mendengar kisahnya dan melihat ketiga ‘momongan’nya itu.

Saya ingat orang tua saya. Saat berhaji dulu, saya dan suami berusaha sepenuhya melayani semua kebutuhannya. Tapi itu adalah orang tua kami. Melayani beliau berdua adalah sesuatu yang ‘given’. Kewajiban setiap anak pada orang tuanya. Namun sesuatu yang sangat menyentuh adalah kesalehan sosial orang-orang di sekitar kami. Setiap kali kami menunaikan umroh, ketika thawaf dan sai, secara bergantian teman-teman serombongan kami dengan suka hati bergantian menuntun Bapak dan Ibu kami. Juga pada saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

Lain halnya dengan Pak Yadi ini, ketiga orang sepuh itu sama sekali ‘dudu sanak dudu kadang’nya. Namun dengan kesalehan sosial yang dimilikinya, dia melakukan semuanya sebagai sebuah kewajiban. Sungguh mengharukan. Semoga Allah memberinya kekuatan dan kesehatan lahir dan batin, sehingga dia bisa terus melayani dan menunaikan ibadahnya sendiri dengan sempurna. Itulah doa yang dia panjatkan setiap saat.

Tentu kesalehan sosial semacam itu tidak hanya pada kasus Pak Yadi satu-satunya. Di banyak tempat kita bisa merasakan, betapa hablumminannas  itu begitu kental. Pada satu kloter tertentu, misalnya, setiap jamaah lansia yang berkursi roda sudah memiliki tiga orang pendamping, yang notabene adalah para jamaah di kloter tersebut. Mereka dengan suka cita menjadi relawan untuk para sepuh.

Kesalehan sosial tentu saja juga diperlihatkan oleh para petugas haji. Sejak jamaah bersiap berangkat, selama di perjalanan, ketika sampai di tempat tujuan, dan seterusnya, sampai pada pendampingan ibadah mereka, ada petugas yang selalu siap membantu, selain para pendamping yang mungkin mereka miliki. Ada juga mahasiswa yang menjadi tim pendukung yang mendedikasikan diri mereka untuk melayani para jamaah. Para petugas dan tim pendukung itu ada di mana-mana. Di terminal kedatangan, di jalan-jalan, di hotel-hotel, di Masjid Nabawi, di tempat-tempat miqat, di Masjidil Haram, di dekat toilet-toilet, di pintu masuk dan pintu keluar masjid, dan sebagainya. Lengkap dengan seragam mereka yang khas, yang menandakan mereka adalah petugas ibadah haji Indonesia 2023. Melihat seorang petugas menyeberangkan jamaah di jalan-jalan, dan bahkan membantu membawakan bawaan mereka, adalah pemandangan yang sangat lazim.

Sebagaimana kita tahu, pada musim haji 2023 ini, jumlah lansia mencapai sekitar sepertiga jumlah jamaah. Lansia dengan berbagai kondisinya. Pengidap stroke, dimensia, lumpuh, tunanetra, komplikasi, dan sebagainya.

Negara hadir untuk melayani mereka sebaik-baiknya. Komitmen ‘Haji Ramah Lansia” betapa tidak mudah untuk diwujudkan. Namun ikhtiar untuk menyediakan kondisi yang aman, nyaman, menyenangkan, dan tentu saja syar’i, terus-menerus dilakukan. Tentu tidak sesempurna sebagaimana diharapkan oleh setiap orang. Namun bagi orang yang sudah pernah mengalami berhaji sebelumnya, tidak bisa dipungkiri, betapa peningkatan layanan di semua hal begitu terasa sangat signifikan.

Semoga Allah memuliakan para tamunya di Tanah Suci, memuliakaan para pemimpin dan setiap orang yang telah dan terus berkomitmen untuk menunaikan kebajikan bagi umat. Amiin Allahumma amiin.

Makkah Almukarramah, 23 Juni 2023

Minggu, 28 Mei 2023

Perjalanan Lima Hari


Tanggal 9-14 Mei 2023, selama lima hari saya melakukan perjalanan. Dimulai dari Jakarta menuju Jayapura, berangkat 9 Mei menumpang Garuda, take of pukul 23.30. Tiba di Sentani pukul 06.30, sekitar lima jam waktu tempuh. Seharian berkegiatan, dari pagi sampai malam.

Besoknya, selepas shubuh, kami bergerak kembali ke Sentani Airport, dan kembali menumpang GA, berangkat pukul 07.30, menuju Jakarta.

Tiba di Soetta pukul 11.06, lanjut terbang ke Semarang, masih dengan Garuda, berangkat pukul 14.30. Penerbangan lancar, dan mendarat di Ahmad Yani Airport pukul 15.30.

Lanjut perjalanan darat menuju Rembang. Sempat macet hampir dua jam sebelum masuk tol Demak. Sekitar lima jam perjalanan, sampai di Rembang, termasuk istirahat makan di Pati dengan menu nasi gandul. Nasinya sedikit saja, tapi gandulannya yang banyak.

Paginya, dari Hotel Fave tempat saya menginap, saya berjalan menuju Pondok Raudlotut Thalibin, Leteh. Sempat bertemu Bu Khofifah dan rombongannya di lobi.

Hari-hari ini, hotel-hotel di Rembang full-booked. Besok ada gelaran ngunduh mantu putera bungsu Ibu Nyai Muhsinah Cholil. Dik Zaim Cholil Mumtaz, mempelai pria, yang bekerja di BIN, adalah  adik Gus Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU, dan juga adik Gus Menag  Yaqut Cholil Qoumas . Bisa dibayangkan betapa banyak tamu dari berbagai kalangan yang akan khurmat manten. Ditambah lagi dengan para santri dan alumni ponpes yang akan hadir dari seluruh penjuru tanah air.

Saya niat insun jalan kaki pagi ini, melemaskan kaku-kaku di kaki-kaki setelah menempuh perjalanan panjang. Saya lihat di google map, jarak tempuh dari hotel ke ponpes Leteh hanya 14 menit berjalan kaki. Supaya jalan kaki lebih bernilai, saya niatkan juga untuk silaturahim ke ndalemnya Kyai Makin, paklik saya satu-satunya, adik Bulik Muhsinah. Di sepanjang jalan KH Bisri Mustofa, beberapa ratus meter dari kediaman Paklik Makin,  yang lokasinya tidak jauh dari kediaman Bulik Muhsinah, terop di sepanjang jalan sudah nampak terpasang. Barisan mobil parkir di sepanjang jalan. Ada juga mobil patwal. Menandakan kalau Dik Ketum PBNU dan Dik Menag sudah tiba. Protokol dan ajudan  nampak memenuhi halaman dan mondar-mandir atau duduk-duduk.

Di rumah Paklik Makin, saya menikmati sarapan dengan menu sambel terong dan tempe goreng. Ini adalah menu yang sangat melegenda di kalangan kami. Menu klangenan para keponakan Paklik Makin dan Bulik Lis. Menu yang sudah saya idam-idamkan dan membuat saya sengaja melupakan jatah breakfast di hotel pagi ini.

Setelah kenyang makan dan ngobrol, saya diantar adik saya yang manis, Dik Dealova Chua  sowan Bulik Muhsinah. Berjalan kaki saja, karena jaraknya hanya sekitar seratus meter  Sungkem dan mohon tambahan pangestu pada Bulik Sin, panggilan akrab Bulik Muhsinah, yang tetap cantik di usia beliau yang tentu tidak lagi muda. Bertemu dengan saudara-saudara, putra-putri dan menantu Bulik Sin. Gus Menag dan isterinya yang super segalanya, dik Eny Retno  . Dik Ummi Kaltsum Cholil Zalidj , dik Zaenab Cholil Qotsumah  , dik Faizah Cholil Tsuqoibak, Dik  Diyah Hanies dan sebagainya. Tidak berhasil ketemu Gus Yahya karena tamunya sedang bejibun. Gus Bisri Cholil Laqouf dan dik Hanies Cholil juga entah kemana, pagi itu saya tidak berhasil menemukan sosok nggantengnya. 

Dari kediaman Bulik Sin, saya diantar Dik Subhan kembali ke Hotel Fave. Lantas bersama staf dan driver menuju Kantor Dinas PMD Kabupaten Rembang. Bertemu Kadinas dan seratus lebih para Tenaga Pendamping Profesional.

Siang itu juga, saya menyempatkan diri bersilaturahim ke Pamotan. Bertemu dengan adik-adik sepupu dan para keponakan yang manis-manis. Dik Farizzah Nur Chayati , dik Nimas Diah Ayu , dan sebagainya. Disuguhi lontong tuyuhan dan sate kambing yang lezatnya pakai banget. Pulangnya masih dibawain keripik singkong dan emping jagung yang gurihnya sampai ke hati.


Sabtu, 13 Mei, gelaran ngunduh mantu itu dihelat. Sebenarnya undangannya pukul 10.00. Namun sejak pagi, tamu sudah mulai berdatangan. Beberapa sisi jalan ditutup karena akan ada banyak pejabat yang menghadiri acara tersebut. Setidaknya pejabat eselon dari Kemenag, jajaran pimpinan dan pengurus PBNU, para kepala daerah, serta para tokoh masyarakat, politikus, dan sebagainya.
 

Saya dan Mas Ayik Baskoro Adjie , Arga Barrock Argashabri Adji , Yoan Lita dan dua bocil Kakak Kai dan Adik Lumi, hadir lengkap di acara tersebut. Bagi kami, juga seluruh anggota keluarga besar Bani Siroj, momentum semacam ini tidak sekadar khurmat manten. Namun juga ajang silaturahim dan ngalap berkah. Maka berkumpullah kami Bani Tamam, Bani Basjiroh-Zawawi (saya dan saudara-saudara saya beserta anak cucu), Bani Karimah, Bani Mujab, Bani Wahab, Bani Sabiq, Bani  Makin, tumplek blek. Sempat juga bertemu Mbak Ienas Tsuroiya , puteri Kyai Mustofa Bisri, yang hari itu cantiknya manglingi, namun kami tidak sempat berfoto bersama. Tentu saja bahagianya dan hebohnya masyaallah. 

Dalam situasi penuh lautan manusia seperti itu, alhamdulilah dua bocil kami tidak rewel, meski kami sekeluarga tidak sempat berfoto bersama dengan mempelai. Selesai acara, setelah kembali ke hotel, saya cium dua bocil kami itu dengan penuh rasa sayang dan terima kasih, karena sudah bersabar membersamai kami dalam ajang silaturahim yang heboh tersebut. Semoga kelak mereka berdua dan anak turun kami semua menjadi ahli silaturahim seperti para leluhur kami. Amiin. 

Siang ini saya sudah kembali di Jakarta. Sebelum shubuh tadi, saya bersama staf berkendara dari Rembang menuju Semarang, untuk terbang dengan Garuda flight pukul 09.55. Sempat sarapan soto Pak Man yang porsinya kecil, cukuplah untuk mengawali perjalanan di hari ini. Semangkok kecil soto, dan beberapa tambahan pendamping, bakwan jagung, tempe goreng, keripik tempe, sate pentol, dan kerupuk. Hm.... 

Insyaallah besok saya akan mulai diet untuk menebus kealpaan saya beberapa hari ini.

 

Jakarta, 14 Mei 2023

Sabtu, 25 Maret 2023

Hari Desa Asri Nusantara


Tanggal 19-20 Maret yang baru lalu, kami memperingati Hari Desa Asri Nusantara di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Menteri Desa PDTT Abdul Halim Iskandar dan Wakil Presiden Kyai Ma'ruf Amin berkenan hadir. Kami semua pejabat eselon satu dan beberapa pejabat eselon dua di lingkungan Kemendesa PDTT juga hadir untuk ikut memeriahkan. PIC kegiatan ini adalah Ditjen Pembangunan Desa dan Perdesaan, sehingga Pak Dirjen Sugito Jaya Sentika adalah orang yang paling sibuk untuk mempersiapkan dan melaksanakan agenda besar tersebut.

 

Hari Desa Asri Nusantara ditetapkan oleh Kementerian Desa PDTT melalui Kepmendesa PDTT Nomor 110 Tahun 2022 tentang Hari Desa, untuk mengingatkan kita akan pentingnya desa yang Asri (Aman, Sehat, Rindang, dan Indah). Tujuan peringatan Hari Desa Asri Nusantara adalah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perubahan iklim. Selain itu juga untuk mewujudkan desa asri yang bersih, hijau, dan jauh dari pencemaran lingkungan. Juga untuk mengurangi risiko bencana di desa.

 

Acara seremonial Hari Desa Asri Nusantara dilaksanakan di Desa Makmur, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Wapres, Menteri Desa PDTT, Gunernur Riau, Bupati Pelalawan, dan Forkopimda, secara simbolis melakukan penanaman pohon. Penanaman pohon juga dilakukan secara serentak yang diikuti oleh seluruh desa di Indonesia. Pohon yang ditanam sebanyak 8.508.327 pohon di seluruh Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan tema Peringatan Hari Desa Asri Nusantara, yaitu "Desa Menghijaukan Dunia".

 


Agenda lain dalam Peringatan Hari Desa Asri Nusantara adalah kunjungan ke PT APRIL (Asia Pacific Resources International Limited). Perusahaan ini merupakan salah satu penghasil pulp dan kertas yang terbesar, dengan teknologi terkini, dan konon terefisien di dunia. Produk yang dihasilkam antara lain kertas untuk mencetak dan menulis, tisu, tas belanja, kemasan makanan, majalah dan buku. Salah satu produk kertas yaitu PaperOne, dipasarkan dan dijual di lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Bisnis dibangun berdasarkan kebijakan pengelolaan hutan berkelanjutan. Sebanyak sekitar 5.000 orang yang dipekerjakan secara langsung dan lebih dari 90.000 orang yang dipekerjakan secara tidak langsung, misalnya sebagai pemasok.

 

Sungguh beruntung kami bisa mengunjungi kawasan PT APRIL yang sangat mengagumkan. Kami bisa melihat lokasi dan bahkan kegiatan riset, pengembangan bibit secara massal di area pembibitan (nursery) hingga menghasilkan produk pulp dan kertas yang berkualitas dan berkelanjutan. Sebuah pengalaman yang sangat berharga dan berkesan.

 

Tidak kalah berkesannya adalah saat kami mengunjungi Desa Wisata Kuala Terusan dan kami menkmati makan siang di atas perahu (kucay) yang dikenal dengan tradisi "makan beranyut". Menu makan siangnya selain hidangan ikan, ayam, dan sebagainya, yang paling menonjol adalah udang galah yang besar-besar dan manis serta gurih, lezat sekali.

 



Sayang sekali di tengah-tengah kami menikmati hidangan dan sedang berada di atas sungai, hujan turun, dan tampiasnya membasahi punggung kami. Menikmati udang galah di tengah sungai, bersama Pak Menteri dan Ibu, Pak Dirjen Sugito dan Bu Dirjen Harlina, Bupati Pelalawan dan Ibu, serta teman-teman pendamping desa, dengan punggung basah, membuat Peringatan Hari Desa Asri Nusantara menjadi lebih berkesan.


 

Selamat Memperingati Hari Desa Asri Nusantara Tahun 2023. Mari kita jaga kelestarian alam.

Selasa, 14 Maret 2023

Ke Bogor

 


Kalau kemarin saya silaturahim ke rumah Mbak Nani Sujarwo untuk mengisi akhir pekan saya, hari ini saya menjadwalkan diri mlipir ke Bogor.

Berangkat pukul 08.00 dari apartemen, langsung Bogor. Kali ini bersama Mbak Tika dan Mas Ardi, tentu saja dengan Mang Atek, driver andalan.

Kunjungan pertama di rumah kakak di Kompleks IPB Sindangbarang, Mbak Prof Dindien dan Bang Palla. Lantas kami bareng-bareng ke perumahan Budi Agung, sowan Mbak Tatik dan Mas Prof Bowo. Kami sudah puluhan tahun tidak ketemu. Begitu ketemu, tahu-tahu sudah sama-sama tua. He he. Mbak Tatik sudah purna sejak 2020 yang lalu, dan Mas Bowo purna tahun ini. Keduanya dosen IPB, sama halnya Mbak Dindien dan Bang Palla.

Dari rumah Mbak Tatik, masih dengan Mbak Dindien dan Bang Palla, kami menuju RS Mulia, bezuk Mas Bambang yang sedang dirawat di ICU, semoga Allah SWT memberikan yang terbaik. Amiin. Di sini bertemu dengan Mbak Dien, isteri Mas Bambang. Bertemu juga dengan Mbak Jeane dan Mbak Wiwik. Mereka semua adalah kakak sepupu Mas Ayik Baskoro Adjie .


Dari RS, kami mampir makan siang di Rahayu, restoran yang tidak terlalu jauh dari RS. Dari sana, balik lagi ke rumah Mbak Dindien dan Bang Palla, numpang shalat, ngobrol-ngobrol sambil menikmati sukun kukus, pisang goreng, dan es kopyor.

Lantas kami pamit, dan menuju rumah Dik Farijah Nur Chayati , adikku yang manis dan imut. Rumahnya di Jalan Sholeh Iskandar. Ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon. Sekitar pukul 16.00, kami pamit.

Meluncur balik Jakarta. Semakin malam, kalau hari Minggu begini, macet yang semakin parah ada di mana-mana. Jadi sebelum terjebak macet berkepanjangan, kami ngibritlah.....

Alhamdulilah, menjelang maghrib sudah sampai apartemen lagi.

Saatnya anak kost ini untuk umbah-umbah dan setriko. Hehe.

Nana dan Nani


Akhir pekan ini, saya tidak pulang ke Surabaya. Stay di Jakarta saja. Setelah beberapa minggu mondar-mandir menyesuaikan dengan agenda dinas keluar kota yang berkejaran susul-menyusul, saya ingin minggu ini ada waktu untuk agak rileks. Ya, tentu saja sambil ngempet rasa kangen pada keluarga, terutama para cucu. Kalau kangen sama mbah-e cucu sih, sudah terlatih sejak dulu. Jadi tidak terlalu menyiksa. Hehe

Saya memanfaatkan waktu untuk bersilaturahim. Begitulah bila pada akhir pekan saya  berada di Jakarta. Sowan-sowan saja. Banyak saudara dan teman di Jakarta dan sekitarnya yang saya ingin kunjungi.

Hari ini saya berkunjung ke rumah Mbak Nani Sujarwo , ditemani Mbak Tika, staf Kemendes PDTT, dan Mang Atek, driver.  Mbak Nani adalah teman sekolah saya di SMP Filial Tuban dulu.

Mbak Nani mempunyai saudara kembar, namanya Mbak Nana Sundjojo . Sebetulnya nama mereka berdua adalah Susriratna (Nana) dan Susriratni (Nani). Nama di belakang nama mereka, untuk Mbak Nani adalah nama suami, sedangkan untuk Mbak Nana, adalah nama ayah.

Mbak Nani dan Mbak Nana, keduanya adalah teman SMP saya. Saya sendiri tidak pernah sekelas dengan mereka. Tapi hampir semua siswa di sekolah kami saat itu, mengenal mereka berdua.

Anak kembar memang selalu menarik perhatian dimana pun. Apa lagi mereka berdua, yang selain cantik, anggun, ramah, juga baik hati. Tidak sombong. Malah terkesan sangat rendah hati. Kesan itulah yang ada di benak saya tentang mereka berdua dulu. Dan kesan itu tidak berubah, sampai sekarang.

Dulu, saya tidak pernah bisa membedakan, yang mana Mbak Nani dan mana Mbak Nana, kalau mereka sedang sendiri-sendiri. Postur dan tinggi badan sama, model rambut sama, sama-sama berlesung pipit. Tetapi kalau mereka sedang berdua, saya bisa menyebut namanya dengan benar. Saya lupa, apa ciri khas keduanya, tapi itulah, saya hanya bisa mengidentifikasi dengan benar kalau mereka sedang berdua.

Nah, ternyata hal itu berlanjut sampai sekarang. Saya masih saja melihat mereka berdua sama persis. Bahkan karena saat ini kami jarang bertemu, saya semakin tidak bisa membedakannya. Tetapi karena Mbak Nana tinggal di Tuban, dan Mbak Nani tinggal di Jakarta, saya yakin, yang saya kunjungi pagi ini adalah Mbak Nani. Heheh.

Uniknya, Mbak Nani dan Mbak Nana sama-sama mempunyai hobi memasak, khususnya bikin kue. Saya pernah berkunjung ke rumah Mbak Nana di Tuban, saya disuguhi kue bikinannya sendiri. Sering juga kalau ada acara pertemuan dengan teman-teman, Mbak Nana membawa kue bikinannya. Kue yang enak-enak dan cantik-cantik kayak yang bikin.

Hari ini, di rumah Mbak Nani, saya disuguhi crepe mille dan pizza bikinan Mbak Nani sendiri. Lezatnya mantap. Sambil ngobrol, kami menikmati gurihnya pizza dan legitnya crepe mille. Ditemani segelas teh manis.

Pulangnya, kami masih dibawain sekotak pizza dan sepotong besar crepe mille. Wow. Benar-benar program penggendutan ini. Hehe. Cocok untuk anak kost kayak saya.

Alhamdulilah. Terima kasih ya, Mbak Nani. Berkah, berkah.

Jakarta, 11 Maret 2023

Rabu, 15 Februari 2023

Melihat Hotel Kapal di Hari BUM Desa

Kementerian Desa PDTT memiliki beberapa hari istimewa, antara lain Hari Lahir UU Desa pada 5 Januari, Hari BUM Desa pada 2 Februari, Hari Desa Asri Nusantara pada 21 Februari, Hari RPL Desa pada 3 Maret, Hari Desa Ramah Perempuan Peduli Anak pada 29 April, Gelar Desa Wisata pada 14 Mei, dan Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara pada 7 Juni. Hari istimewa yang lain adalah Hari SDGs Desa pada 14 Juli, Hari Desa Membangun pada 1 Agustus, Hari Keswadayaan Masyarakat pada 27 Agustus, Hari Bakti Pendamping Desa pada 7 Oktober, Hari Perempuan Desa Sedunia pada 15 Oktober, Hari Percepatan Pembangunan Daerah pada 17 November, Hari Bakti Transmigrasi pada 12 Desember. Ada juga waktu-waktu istimewa yang diperingati di sepanjang bulan, yaitu Bulan Padat Karya Tunai Desa pada sepanjang bulan Agustus, dan Gerakan Solidaritas Warga Desa pada sepanjang September.

 

Setiap hari istimewa itu tentu saja memiliki sejarahnya masing-masing. Hari Lahir UU Desa, misalnya, UU Desa termutakhir adalah UU Desa Nomor 6 Tahun 2014. Sejarah cikal bakal Undang-undang Desa lahir pada 18 Desember 2013 di Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengesahkan Undang-Undang Desa pada 15 Januari 2014. Maka jadilah tanggal 15 Januari 2014.

 

Hari BUM Desa terkait dengan penetapan PP Nomor 11 tentang Bumdes yaitu pada tanggal 2 Februari 2021, maka tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari BUM Desa.

 

Pada 1-3 Februari yang lalu, kami berada di Bintan dalam rangka memperingati Hari Lahir BUM Desa. Bintan, yang sebelumnya dikenal sebagai Kepulauan Riau, adalah salah satu kabupaten di provinsi Kepulauan Riau. Ibu kotanya adalah Bandar Seri Bentan. Perubahan nama ini dimaksudkan agar tidak timbul kerancuan antara provinsi Kepulauan Riau dan kabupaten Kepulauan Riau dalam hal administrasi dan korespondensi sehingga nama kabupaten Kepulauan Riau (Kepri) diganti menjadi kabupaten Bintan.

 

Hari BUM Desa di Bintan diisi dengan berbagai kegiatan, meliputi sarasehan, bazar dan pasar murah, jalan sehat, serta pesta rakyat. Menteri Desa PDTT, Wakil Menteri Desa PDTT, semua pejabat eseleon 1, dan beberapa pejabat eselon 2, serta staf, memenuhi hotel-hotel di Bintan. Begitu juga para peserta bazar, yaitu pengurus BUM desa beserta Kepala Dinas PMD Provinsi se-Indonesia. Masyarakat Bintan juga berbondong-bondong ikut meramaikan hampir semua acara, khususnya pada kegiatan jalan sehat, bazar, dan pesta rakyat. Penampilan Tri Suaka dan Nabila di panggung pesta rakyat semakin menambah kemeriahan.

 

Di antara agenda yang padat, kami menyempatkan diri untuk melihat-lihat Bintan, khususnya pada destinasi wisatanya. Sejak januari 2022, Bintan menjadi salah satu wilayah yang termasuk dalam skema gelembung perjalanan (travel bubble) antara Indonesia dengan Singapura. Bintan memiliki pantai-pantai yang indah dan menakjubkan. Juga pula-pulau yang berpenghuni maupun tak berpenghuni yang memiliki kecantikan alam yang luar biasa. Bintan juga memiliki banyak kuliner khas, antara lain otak-otak sotong, gonggong, dan sebagainya. Berbagai kekayaan tradisi dan budaya di Bintan juga sangat menarik dan membanggakan.

 

Salah satu destinasi wisata, yaitu Pulau Penyengat, tidak hanya memiliki keindahan alam, namun juga kaya jejak sejarah peradaban. Salah satu tempat yang tidak boleh ketinggalan untuk didatangi adalah kompleks makam petinggi Kerajaan Riau Lingga. Para petinggi itu adalah Raja Hamidah, Raja Ali Haji, Raja Ahmad, Raja Ja'far, juga Raja Haji Fisabilillah. Yang terakhir ini diabadikan menjadi nama bandar udara Bintan. Raja Haji Fisabilillah adalah panglima perang saat melawan Belanda, sedangkan Raja Hamidah adalah permaisuri yang mempunyai otoritas melantik sultan. Selanjutnya, Raja Ali Haji, sebagian besar kita pasti tahu, adalah pengarang Gurindam 12, cikal bakal bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.  Raja Ali Haji adalah seorang pujangga dan sastrawan, dan sering disebut sebagai Bapak Bahasa Melayu.

 

Namun sayang sekali, karena keterbatasan waktu, saya belum memiliki kesempatan untuk mengunjungi Pulau Penyengat. Cukup mendengar cerita dari beberapa teman yang beruntung bisa mengunjunginya bersama rombongan Menteri. Saya bersama beberapa teman harus membersamai Bu Dirjen PEID untuk meramaikan acara jalan sehat.

 

Namun saya merasa cukup beruntung berkesempatan mengunjungi beberapa pantai, dan salah satunya yang sangat menakjubkan adalah Lagoi Beach. Pantai Lagoi yang indah ini dilengkapi dengan sebuah hotel berupa kapal. Kapal bersejarah itu Bernama MV Doulos Phos, yang berusia lebih dari seratus tahun, yang didatangkan pada tahun 2019. Sesuai dengan nama kapalnya, maka hotel kapal ini dinamakan Doulos Phos Hotel & Resort.

 

Doulos Phos Hotel & Resort menawarkan liburan menarik dengan pengalaman sangat unik di atas kapal, menggabungkan konsep hotel & resort dengan fasilitas di atas kapal dan di darat. Di darat ada kolam renang, spa, massage, restauran dan sebagainya. Hotel kapal ini memiliki 104 kabin, sebutan untuk kamar, dan memperkerjakan lebih dari 100 pekerja. Pengalaman lain yang diperoleh bila menginap di kapal hotel ini ialah kita bisa melihat langsung mesin kapal yang masih utuh.

 

Tiga hari di Bintan dengan agenda Hari BUM Desa yang padat tidak terlalu memberi keleluasaan kami untuk melakukan eksplorasi. Namun kesempatan yang sempit itu sungguh berkesan. Bintan layak dimasukkan dalam daftar destinasi wajib kunjung kembali.