Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) Unesa beroperasi sejak awal 2013.
Saat itu, akhir Februari 2013, Program Pengenalan Akademik (PPA) bagi mahasiswa
Pendidikan Profesi Guru (PPG)angkatan I digelar di Auditorium FIP Unesa.
Mengapa di Auditorium FIP? Padahal sudah ada Gedung P3G berlantai sembilan yang
megah itu?
Meski sudah ada gedung
P3G, gedung itu belum siap untuk digunakan.Di dalam gedung maupun di luar
gedung, semuanya masih berantakan.Bahan-bahan material, tumpukan kardus-kardus
dan kayu-kayu bekas perabot dan mebeler, berbaur dengan suara bising dan debu
di mana-mana.Lift tidak bisa digunakan. Kursi, meja, rak-rak, bertumpuk-tumpuk
di sembarang tempat.Para pekerja memenuhi setiap sudut.
Dalam kondisi seperti
itu, kegiatan PPG harus tetap berjalan.Tak ayal, mahasiswa dan dosen harus
mengenakan masker di minggu-minggu pertama, bahkan di bulan-bulan pertama.
Mereka harus menerima apa adanya, termasuk kondisi asrama PGSD--asrama yang
digunakan untuk mahasiswa PPG putra--yang sangat memprihatinkan. Bangunan yang
kurang terurus, kamar-kamar yang kotor, dan MCK yang sangat tidak memadai dan
tidak layak.Sungguh mengenaskan.
Syukurlah, sebanyak 279
mahasiswa PPG itu dapat dipahamkan, meski hal itu tidak mudah.Bayangkan.Mereka
tidak hanya berasal dari Unesa saja, namun datang dari berbagai LPTK di Tanah
Air, dari Unimed, UNP, UNY, Unnes, UM, Unima, UNG dan Undiksha.Dari barat
sampai timur. Jauh-jauh datang ke Unesa, tentu mereka tidak membayangkan akan
ditempatkan di asrama yang begitu memprihatinkan. Berjejal-jejal lagi.Juga
gedung tempat belajar yang berdebu dan bising.Tapi seperti itulah yang terjadi.
Namun kondisi itu tidak
terlalu lama.Pada tanggal 22 Juni2013, Gedung PPG diresmikan oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, M. Nuh.Semuanya seperti disulap.Gedung mendadak rapi, mebeler
semua berada pada tempatnya, bahan-bahan material menyingkir entah ke mana, dan
bunga-bunga bertumbuhan di taman-taman.P3G menjadi begitu bernyawa.Denyutnya
memompa semangat siapa pun yang menyapanya.Sejak saat itu, Gedung P3G
mendapatkan nama baru sebagai Gedung Wiyata Mandala (Gedung W1).
Gambar 1: Peresmian Gedung Wiyata Mandala oleh Mendikbud M. Nuh
|
Setahun kemudian, saat mahasiswa angkatan pertama sudah meninggalkan P3G,
datanglah 178 mahasiswa PPG angkatan kedua.Sama dengan mahasiswa sebelumnya,
mereka berasal dari berbagai LPTK.Namun mereka lebih beruntung.Saat mereka
datang, Gedung P3G adalah gedung yang megah, bersih, tertata.Lengkap dengan
berbagai fasilitas, termasuk fasilitas olah raga.Begitu juga dengan asrama
PGSD.Meski masih harus terus berbenah, namun wajah asrama itu sudah jauh lebih
layak.
Beberapa saat yang lalu,
mahasiswa PPG angkatan ketiga menjadi penghuni gedung P3G dan asrama.Sebanyak
224 mahasiswa menghayati perjuangan mereka menuju guru profesional.Workshop SSP
(subject-specific pedagogy) menjadi
makanan sehari-hari selama satu semester penuh.Mengembangkan perangkat
pembelajaran (silabus, RPP, media, evaluasi), presentasi perangkat,
peerteaching, begitu terus-menerus. Juga menyiapkan proposal penelitian
tindakan kelas (PTK), tentu saja diawali dengan kunjungan ke sekolah untuk
menemukenali masalah yang akan diangkat sebagai PTK. Di antara kesibukan itu,
mereka masih harus mengikuti PBB (pelatihan baris-berbaris) yang langsung
ditangani oleh Kodikmar, Kursus Mahir Dasar (KMD) Pramuka dengan kegiatan di
dalam ruangan maupun di lapangan, Porseni, dan berbagai aktivitas lain, yang
semuanya dipantau dan dinilai.Belum lagi kegiatan kehidupan berasrama, baik
kegiatan keagamaan, seni, sosial, dan sebagainya.
Tapi anak-anak muda itu
sudah sangat terlatih.Pengalaman setahun penuh mengabdi di daerah 3T saat
mereka mengikuti program SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar,
Tertinggal), telah sangat menempa daya juang mereka.Di daerah penugasan mereka,
segala kesulitan dan tantangan hidup telah mereka lalui.
Sampai tibalah saat
mereka dikukuhkan sebagai guru professional.Pada 20 Februari 2016.Saat Rektor
dan jajarannya hadir di Auditorium Wiyata Mandala, Gedung PPPG Lantai 9, pada
acara Yudisium PPG III.Sebanyak 222 yudisiawan PPG SM-3T dan 28 yudisiawan PPGT
PGSD, hari itu, resmi menyandang gelar Gr di belakang nama mereka. Masih ada 1
mahasiswa PPG SM-3T dan 2 mahasiswa PPGT PGSD yang belum lulus, dan mereka
masih diberi kesempatan untuk mengulang menempuh Ujian Tulis Nasional (UTN)
pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu, PPG angkatan 3 ini juga sempat berduka
karena berpulangnya salah satu mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Fisika,
karena sakit.
Payung besar bernama PPPG
Nama P3G Unesa tidaklah
serta merta.Dia muncul setelah terjadi diskusi panjang antara pimpinan Unesa
dan timyang ditugasi untuk mengelola P3G. Juga dengan task force Statuta Unesa yang diketuai oleh PR IV saat itu, Prof. Dr.
Nurhasan. Nama Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) mengandung arti bahwa
institusi ini tidak hanya mengurusi PPG (Pendidikan Profesi Guru).PPG hanya
salah satu saja yang menjadi tanggung jawabnya. Tanggung jawab yang lain
meliputi: SM-3T, PPGT (Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi), KKT (Kependidikan
dengan Kewenangan Tambahan), Jatim Mengajar, PPL/PPP S1, Pekerti/AA, dan program
peningkatan kompetensi guru selain studi lanjut S2 atau S3.
Terkait dengan Program
SM-3T, Unesa merupakan salah satu LPTK dari 17 LPTK penyelenggara. Sejak 2011
sampai saat ini, peserta SM-3T Unesa berturut-turut 278 (2011), 197 (2012), 189
(2013), 203 (2014) ,dan 241 (2015). Jumlah seluruhnya sampai saat ini adalah
1108 peserta.
Sementara secara nasional,
peserta SM--3T 2011-2015 sebanyak 13.334.Pada tahun 2014 peserta SM3T
diterjunkan di 45 kabupaten yang tersebar di 10 provinsi. Provinsi NTT
mendapatkan proporsi yang paling besar yaitu 621 peserta atau sekitar 23,5%
diikuti oleh provinsi Papua (561 peserta) dan Papua Barat (302 peserta) yang
masing-masing mendapatkan 21% dan 11%. Distribusi peserta SM3T per provinsi
dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Distribusi Peserta SM3T Berdasarkan Provinsi |
Penyebaran
peserta SM3T selama 2011-2014 dapat dilihat pada gambar berikut.
Peta Sebaran Penempatan Peserta SM-3T
|
Sementara untuk Unesa, wilayah penugasan saat ini meliputi tujuh
kabupaten, yaitu: Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Talaud, Kabupaten Maluku
Barat Daya (MBD), Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Mamberamo Tengah,
Kabupaten Raja Ampat, dan Kabupaten Aceh Singkil. Pada tahun 2015, sebanyak 241
peserta disebar dengan distribusinya sebagai berikut: Kabupaten Sumba Timur (75
orang), Kabupaten Aceh Singkil (30 orang), Kabupaten Talaud (23 orang),
Kabupaten MBD (34 orang), Kabupaten Mamberamo Raya (28 orang), Kabupaten
Mamberamo Tengah (30 orang), dan Kabupaten Raja Ampat (21 orang).
Selanjutnya, terkait
dengan PPG, peserta PPG adalah sarjana pendidikan yang telah
melaksanakan pengabdian di derah 3T selama satu tahun, oleh sebab itu program
ini disebut PPG Pasca SM-3T. PPG Unesa berturut-turut, tahun 2013 sebanyak
279 mahasiswa terbagi dalam 11 program studi; tahun 2014 sebanyak 178 mahasiswa
yang terbagi dalam 9 program studi; dan saat ini, angkatan ketiga (2015),
sebanyak 224 mahasiswa juga terbagi dalam 9 program studi. Penentuan jumlah
mahasiswa dan prodi ditentukan secara terpusat, dan setiap LPTK tinggal
menerima penugasan tersebut dengan berbagai standar yang dipersyaratkan.
Selanjutnya
terkait dengan PPGT, program ini laksana “tanaman keras”. Lulusan bias
“dipanen’ setelah lima tahun menyelesaikan masa studi. Peserta program adalah
lulusan SMA/SMK terbaik terseleksi dari berbagai kabupaten dan dikirim oleh
pemerintah daerah. Dengan partisipasi dan kerjasama pemerintah daerah, lulusan
PPGT akan kembali ke daerah asal dan bertugas sebagai guru. Program
pembelajaran diselenggarakan dengan mengintegrasikan pendidikan akademik dan
pendidikan profesi. Sehingga pada akhirnya nanti, lulusan program ini akan
memperoleh sekaligus ijazah akademik S-1 dan sertifikat profesi.
P3G Unesa juga memiliki Program
Jatim Mengajar, yang merupakan kerja sama antara YDSF (Yayasan Dana Sosial Al
Falah) dengan Unesa. Program ini hampir sama dengan Program SM-3T, baik dalam
hal persyaratan peserta, prosedur perekrutan, dan juga penugasan. Bedanya,
Program Jatim Mengajar khusus untuk Jawa Timur, sementara SM-3T untuk seluruh
wilayah Indonesia yang tergolong 3T.
Menurut data dari Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), di seluruh Indonesia, ada sebanyak 183 daerah tertinggal, 5 di antaranya ada
di Jawa Timur. Lima kabupaten di Jawa Timur tersebut adalah Bondowoso,
Situbondo, Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan.Namun di luar kabupaten tersebut,
banyak sekali desa tertinggal, termasuk di Sidoarjo, Gresik, Mojokerto,
Lamongan dan kabupaten lain, yang sebenarnya dari letak geografisnya relatif
dekat dengan ibukota provinsi (Surabaya).Apa lagi di kabupaten-kabupaten lain
seperti Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Bojonegoro, Tuban, Banyuwangi, Jember, dan
seterusnya, keberadaan desa tertinggal tersebut hampir tak terhitung jumlahnya.
Oleh sebab itu, program pengiriman guru ke berbagai pelosok Jawa Timur masih
sangat dibutuhkan, dan Jatim Mengajar merupakan salah satu bentuknya.
Berkunjung
di Desa Sendang, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo, salah satu desa tempat penugasan
peserta Jatim Mengajar
|
Bermetamorfosis Menjadi LP3
Tanggal 3 Maret 2016.P3G berubah menjadi lembaga, bernama
Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi (LP3).Di bawah punggawanya Prof.
Dr. Ismet Basuki, LP3 memayungi semua urusan yang dulunya menjadi urusan P3G.Ditambah
dengan urusan yang lain. Bedanya, sekarang setiap urusan itu dipegang oleh
seorang kepala pusat dan sekretaris pusat.Setidaknya ada lima pusat di bawah
LP3, yaitu: pusat yang mengurus PPL dan PPP; pusat yang mengurus PPG, SM-3T,
Jatim Mengajar, dan program-program lain yang sejenis; pusat yang mengurus pengembangan
karakter; pusat yang mengurus kurikulum dan sumber belajar; serta pusat yang
mengurus peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Tentu saja,
dengan perubahan organisasi seperti ini, LP3 akan menjadi lembaga yang besar.
Menjadi besar atau tidak, tentunya bergantung pada
bagaimana lembaga itu dikelola.Bergantung pada bagaimana setiap orang dalam
lembaga itu beserta seluruh masyarakat kampus berkomitmen.Bergantung pada
bagaimana sinergi yang terjadi untuk mencapai visi dan misi.
Dan Unesa
sudah berpengalaman dalam mengelola lembaga.Berpengalaman dalam membangun
komitmen dan sinergi.Tidak ada yang perlu diragukan. Yang penting adalah:
komitmen dan sinergi.
Surabaya, 10 Maret 2016