Pages

Kamis, 10 Maret 2016

P3G, Kualitas Guru dan LP3

Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) Unesa beroperasi sejak awal 2013. Saat itu, akhir Februari 2013, Program Pengenalan Akademik (PPA) bagi mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG)angkatan I digelar di Auditorium FIP Unesa. Mengapa di Auditorium FIP? Padahal sudah ada Gedung P3G berlantai sembilan yang megah itu?
            Meski sudah ada gedung P3G, gedung itu belum siap untuk digunakan.Di dalam gedung maupun di luar gedung, semuanya masih berantakan.Bahan-bahan material, tumpukan kardus-kardus dan kayu-kayu bekas perabot dan mebeler, berbaur dengan suara bising dan debu di mana-mana.Lift tidak bisa digunakan. Kursi, meja, rak-rak, bertumpuk-tumpuk di sembarang tempat.Para pekerja memenuhi setiap sudut.
            Dalam kondisi seperti itu, kegiatan PPG harus tetap berjalan.Tak ayal, mahasiswa dan dosen harus mengenakan masker di minggu-minggu pertama, bahkan di bulan-bulan pertama. Mereka harus menerima apa adanya, termasuk kondisi asrama PGSD--asrama yang digunakan untuk mahasiswa PPG putra--yang sangat memprihatinkan. Bangunan yang kurang terurus, kamar-kamar yang kotor, dan MCK yang sangat tidak memadai dan tidak layak.Sungguh mengenaskan.
            Syukurlah, sebanyak 279 mahasiswa PPG itu dapat dipahamkan, meski hal itu tidak mudah.Bayangkan.Mereka tidak hanya berasal dari Unesa saja, namun datang dari berbagai LPTK di Tanah Air, dari Unimed, UNP, UNY, Unnes, UM, Unima, UNG dan Undiksha.Dari barat sampai timur. Jauh-jauh datang ke Unesa, tentu mereka tidak membayangkan akan ditempatkan di asrama yang begitu memprihatinkan. Berjejal-jejal lagi.Juga gedung tempat belajar yang berdebu dan bising.Tapi seperti itulah yang terjadi.

            Namun kondisi itu tidak terlalu lama.Pada tanggal 22 Juni2013, Gedung PPG diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh.Semuanya seperti disulap.Gedung mendadak rapi, mebeler semua berada pada tempatnya, bahan-bahan material menyingkir entah ke mana, dan bunga-bunga bertumbuhan di taman-taman.P3G menjadi begitu bernyawa.Denyutnya memompa semangat siapa pun yang menyapanya.Sejak saat itu, Gedung P3G mendapatkan nama baru sebagai Gedung Wiyata Mandala (Gedung W1).
Gambar 1: Peresmian Gedung Wiyata Mandala oleh Mendikbud M. Nuh

Setahun kemudian, saat mahasiswa angkatan pertama sudah meninggalkan P3G, datanglah 178 mahasiswa PPG angkatan kedua.Sama dengan mahasiswa sebelumnya, mereka berasal dari berbagai LPTK.Namun mereka lebih beruntung.Saat mereka datang, Gedung P3G adalah gedung yang megah, bersih, tertata.Lengkap dengan berbagai fasilitas, termasuk fasilitas olah raga.Begitu juga dengan asrama PGSD.Meski masih harus terus berbenah, namun wajah asrama itu sudah jauh lebih layak.
            Beberapa saat yang lalu, mahasiswa PPG angkatan ketiga menjadi penghuni gedung P3G dan asrama.Sebanyak 224 mahasiswa menghayati perjuangan mereka menuju guru profesional.Workshop SSP (subject-specific pedagogy) menjadi makanan sehari-hari selama satu semester penuh.Mengembangkan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, media, evaluasi), presentasi perangkat, peerteaching, begitu terus-menerus. Juga menyiapkan proposal penelitian tindakan kelas (PTK), tentu saja diawali dengan kunjungan ke sekolah untuk menemukenali masalah yang akan diangkat sebagai PTK. Di antara kesibukan itu, mereka masih harus mengikuti PBB (pelatihan baris-berbaris) yang langsung ditangani oleh Kodikmar, Kursus Mahir Dasar (KMD) Pramuka dengan kegiatan di dalam ruangan maupun di lapangan, Porseni, dan berbagai aktivitas lain, yang semuanya dipantau dan dinilai.Belum lagi kegiatan kehidupan berasrama, baik kegiatan keagamaan, seni, sosial, dan sebagainya.
            Tapi anak-anak muda itu sudah sangat terlatih.Pengalaman setahun penuh mengabdi di daerah 3T saat mereka mengikuti program SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal), telah sangat menempa daya juang mereka.Di daerah penugasan mereka, segala kesulitan dan tantangan hidup telah mereka lalui.
            Sampai tibalah saat mereka dikukuhkan sebagai guru professional.Pada 20 Februari 2016.Saat Rektor dan jajarannya hadir di Auditorium Wiyata Mandala, Gedung PPPG Lantai 9, pada acara Yudisium PPG III.Sebanyak 222 yudisiawan PPG SM-3T dan 28 yudisiawan PPGT PGSD, hari itu, resmi menyandang gelar Gr di belakang nama mereka. Masih ada 1 mahasiswa PPG SM-3T dan 2 mahasiswa PPGT PGSD yang belum lulus, dan mereka masih diberi kesempatan untuk mengulang menempuh Ujian Tulis Nasional (UTN) pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu, PPG angkatan 3 ini juga sempat berduka karena berpulangnya salah satu mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Fisika, karena sakit.
           

Payung besar bernama PPPG
            Nama P3G Unesa tidaklah serta merta.Dia muncul setelah terjadi diskusi panjang antara pimpinan Unesa dan timyang ditugasi untuk mengelola P3G. Juga dengan task force Statuta Unesa yang diketuai oleh PR IV saat itu, Prof. Dr. Nurhasan. Nama Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) mengandung arti bahwa institusi ini tidak hanya mengurusi PPG (Pendidikan Profesi Guru).PPG hanya salah satu saja yang menjadi tanggung jawabnya. Tanggung jawab yang lain meliputi: SM-3T, PPGT (Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi), KKT (Kependidikan dengan Kewenangan Tambahan), Jatim Mengajar, PPL/PPP S1, Pekerti/AA, dan program peningkatan kompetensi guru selain studi lanjut S2 atau S3.
            Terkait dengan Program SM-3T, Unesa merupakan salah satu LPTK dari 17 LPTK penyelenggara. Sejak 2011 sampai saat ini, peserta SM-3T Unesa berturut-turut 278 (2011), 197 (2012), 189 (2013), 203 (2014) ,dan 241 (2015). Jumlah seluruhnya sampai saat ini adalah 1108 peserta.
            Sementara secara nasional, peserta SM--3T 2011-2015 sebanyak 13.334.Pada tahun 2014 peserta SM3T diterjunkan di 45 kabupaten yang tersebar di 10 provinsi. Provinsi NTT mendapatkan proporsi yang paling besar yaitu 621 peserta atau sekitar 23,5% diikuti oleh provinsi Papua (561 peserta) dan Papua Barat (302 peserta) yang masing-masing mendapatkan 21% dan 11%. Distribusi peserta SM3T per provinsi dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Distribusi Peserta SM3T Berdasarkan Provinsi
Penyebaran peserta SM3T selama 2011-2014 dapat dilihat pada gambar berikut.
Peta Sebaran Penempatan Peserta SM-3T
Sementara untuk Unesa, wilayah penugasan saat ini meliputi tujuh kabupaten, yaitu: Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Talaud, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Raja Ampat, dan Kabupaten Aceh Singkil. Pada tahun 2015, sebanyak 241 peserta disebar dengan distribusinya sebagai berikut: Kabupaten Sumba Timur (75 orang), Kabupaten Aceh Singkil (30 orang), Kabupaten Talaud (23 orang), Kabupaten MBD (34 orang), Kabupaten Mamberamo Raya (28 orang), Kabupaten Mamberamo Tengah (30 orang), dan Kabupaten Raja Ampat (21 orang).
            Selanjutnya, terkait dengan PPG, peserta PPG adalah sarjana pendidikan yang telah melaksanakan pengabdian di derah 3T selama satu tahun, oleh sebab itu program ini disebut PPG Pasca SM-3T. PPG Unesa berturut-turut, tahun 2013 sebanyak 279 mahasiswa terbagi dalam 11 program studi; tahun 2014 sebanyak 178 mahasiswa yang terbagi dalam 9 program studi; dan saat ini, angkatan ketiga (2015), sebanyak 224 mahasiswa juga terbagi dalam 9 program studi. Penentuan jumlah mahasiswa dan prodi ditentukan secara terpusat, dan setiap LPTK tinggal menerima penugasan tersebut dengan berbagai standar yang dipersyaratkan.

Selanjutnya terkait dengan PPGT, program ini laksana “tanaman keras”. Lulusan bias “dipanen’ setelah lima tahun menyelesaikan masa studi. Peserta program adalah lulusan SMA/SMK terbaik terseleksi dari berbagai kabupaten dan dikirim oleh pemerintah daerah. Dengan partisipasi dan kerjasama pemerintah daerah, lulusan PPGT akan kembali ke daerah asal dan bertugas sebagai guru. Program pembelajaran diselenggarakan dengan mengintegrasikan pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Sehingga pada akhirnya nanti, lulusan program ini akan memperoleh sekaligus ijazah akademik S-1 dan sertifikat profesi.
            P3G Unesa juga memiliki Program Jatim Mengajar, yang merupakan kerja sama antara YDSF (Yayasan Dana Sosial Al Falah) dengan Unesa. Program ini hampir sama dengan Program SM-3T, baik dalam hal persyaratan peserta, prosedur perekrutan, dan juga penugasan. Bedanya, Program Jatim Mengajar khusus untuk Jawa Timur, sementara SM-3T untuk seluruh wilayah Indonesia yang tergolong 3T.
            Menurut data dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), di seluruh Indonesia, ada sebanyak 183 daerah tertinggal, 5 di antaranya ada di Jawa Timur. Lima kabupaten di Jawa Timur tersebut adalah Bondowoso, Situbondo, Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan.Namun di luar kabupaten tersebut, banyak sekali desa tertinggal, termasuk di Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Lamongan dan kabupaten lain, yang sebenarnya dari letak geografisnya relatif dekat dengan ibukota provinsi (Surabaya).Apa lagi di kabupaten-kabupaten lain seperti Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Bojonegoro, Tuban, Banyuwangi, Jember, dan seterusnya, keberadaan desa tertinggal tersebut hampir tak terhitung jumlahnya. Oleh sebab itu, program pengiriman guru ke berbagai pelosok Jawa Timur masih sangat dibutuhkan, dan Jatim Mengajar merupakan salah satu bentuknya.
Berkunjung di Desa Sendang, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo, salah satu desa tempat penugasan peserta Jatim Mengajar

Bermetamorfosis Menjadi LP3
           Tanggal 3 Maret 2016.P3G berubah menjadi lembaga, bernama Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi (LP3).Di bawah punggawanya Prof. Dr. Ismet Basuki, LP3 memayungi semua urusan yang dulunya menjadi urusan P3G.Ditambah dengan urusan yang lain. Bedanya, sekarang setiap urusan itu dipegang oleh seorang kepala pusat dan sekretaris pusat.Setidaknya ada lima pusat di bawah LP3, yaitu: pusat yang mengurus PPL dan PPP; pusat yang mengurus PPG, SM-3T, Jatim Mengajar, dan program-program lain yang sejenis; pusat yang mengurus pengembangan karakter; pusat yang mengurus kurikulum dan sumber belajar; serta pusat yang mengurus peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Tentu saja, dengan perubahan organisasi seperti ini, LP3 akan menjadi lembaga yang besar.
           Menjadi besar atau tidak, tentunya bergantung pada bagaimana lembaga itu dikelola.Bergantung pada bagaimana setiap orang dalam lembaga itu beserta seluruh masyarakat kampus berkomitmen.Bergantung pada bagaimana sinergi yang terjadi untuk mencapai visi dan misi.
Dan Unesa sudah berpengalaman dalam mengelola lembaga.Berpengalaman dalam membangun komitmen dan sinergi.Tidak ada yang perlu diragukan. Yang penting adalah: komitmen dan sinergi.

Surabaya, 10 Maret 2016
Luthfiyah Nurlaela

2 komentar

PAK GURU YERLO 2 Mei 2016 pukul 03.23

Terimakasih UNESA sudah menerima dan membina aku menjadi lebih baik.. salam sukses untuk prof. Luthfi

PAK GURU YERLO 4 Mei 2016 pukul 16.44

Terimakasih UNESA sudah menerima dan membina aku menjadi lebih baik.. salam sukses untuk prof. Luthfi

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...