Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Rabu, 30 Maret 2022

Lagi, RPL Desa


Dua hari ini, gaung RPL Desa begitu menggema, setelah pembukaan dan peluncuran oleh Menteri Desa PDTT, dibarengi dengan kuliah umum oleh Bupati Bojonegoro. Pembukaan dan kuliah umum RPL Desa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dilaksanakan pada 29 Maret 2022, diikuti oleh sebanyak 457 mahasiswa. Sedangkan pembukaan dan kuliah umum RPL Desa di Universitas Negeri Surabaya yang diikuti oleh 619 mahasiswa dilaksanakan pada 30 Maret 2022. Para mahasiswa tersebut bergabung pada lima prodi penyelenggaran jalur RPL, yaitu Administrasi Negara, Manajemen, Sosiologi, Akuntansi, dan Pendidikan Luar Sekolah.

 

Pada kesempatan ini juga, Menteri Desa PDTT menyerahkan piagam penghargaan pada Bupati Bojonegoro sebagai bupati pertma yang menyelenggarakan beasiswa RPL dan pemberdayaan masyarakat desa. Rektor UNY dan Rektor Uesa juga menerima piagam penghargaan dari Menteri Desa PDTT sebagai perguruan tinggi penyelenggara RPL Desa.

 

Konsep RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau) sebenarnya telah lama ada, khususnya di luar negeri. Selama lebih dari seabad, University of London telah memberikan layanan ujian terbuka untuk penilaian semacam ini. Para siswa belajar secara pribadi atau mengikuti kelas-kelas di lembaga pendidikan, namun hal tersebut jarang dijadikan sebagai persyaratan untuk mengikuti proses penilaian pembelajaran lampau. Hanya berdasarkan pengalaman, seseorang dapat mengikuti ujian dan dinilai kemampuannya. Di dunia internasional, RPL atau Recognition of Prior Learning diartikan sebagai “the process of recording of achievements of individuals arising from any kind of learning in any environment: the process aims to make visible an individual’s knowledge and skills so that they can combine and build on learning achieved and be rewarded for it”.

 

Pada prakteknya, pendekatan yang paling umum digunakan untuk penilaian hasil pembelajaran lampau adalah pendekatan portofolio. Pendekatan ini memaknai pengalaman memiliki arti yang beragam. Yang terpenting adalah apa yang telah dipelajari dari pengalaman, bukan apa pengalaman tersebut. Bagaimana pun, tentang apa yang telah dipelajari dari pengalaman, harus dibuktikan, dan inilah fungsi portofolio, sebagai bukti dari pengalaman.

 

Berdasarkan portofolio inilah program RPL Desa di UNY dan Unesa, yang digagas oleh Kemendes PDTT dan didukung oleh Pemda Bojonogoro, dilaksanakan. Para mahasiswa yang terdiri dari kepala desa, perangkat desa, pengelola bumdesa/bumdesma, tenaga pendamping profesional (TPP), kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD), anggota badan permusyawaratan desa (BPD), dan para pegiat desa yang lain, adalah mereka yang sudah lolos penilaian portofolionya.

 

Dokumen portofolio mereka antara lain meliputi surat keterangan, surat tugas, dan atau bukti-bukti lain yang  terkait dengan tugas pemerintahan, pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat; Ijazah dan atau transkip nilai (khusus bagi calon mahasiswa yang putus kuliah untuk transfer kredit); dan daftar riwayat pekerjaan dengan rincian tugas yang dilakukan. Selain itu juga sertifikat kompetensi, keanggotaan asosiasi profesi yang relevan, piagam penghargaan, dan dokumen lain yang mendukung. Dokumen portofolio yang tidak relevan tentu tidak akan dinilai, karena pengakuan pada jenis pengalaman atau pembelajaran lampau yang tidak sesuai justeru akan menyebabkan inefficiency pada proses pendidikan melalui RPL.

 

Hal ini sangat relevan sebagaimana yang disarankan Evans (1987, 1992) bahwa ada empat tahap pendekatan pada sistem RPL. Yang pertama adalah refeksi sistematis atas pengalaman belajar yang signifikan. Evans menggambarkan tahap ini sebagai latihan curah pendapat (brainstorming). Identifikasi belajar yang dignifikan dinyatakan dalam pernyataan yang tepat tentang kepemilikan pengetahuan dan keterampilan. Pada umumnya, kategori pengetahuan atau keterampilan yang dapat digunakan dalam proses identifikasi ini adalah penanganan informasi, analisis, membaca, menulis, dan sebagainya. Yang kedua, sintesis bukti untuk mendukung pernyataan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Hal ini memerlukan pemeriksaan rinci terhadap bukti pendukung bahwa yang seseorang telah belajar, dan inilah yang dibuktikan dalam bentuk portofolio. Ketiga, penilaian akreditasi. Hal ini dimulai dengan penilaian diri, bertujuan untuk mengarahkan pada calon mahasiswa untuk menggunakan bukti pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Penilaian kemudian dilakukan oleh lembaga pendidikan yang terkait (Santoso, M, dkk, 2015).

 

Berdasarkan dokumen portofolio inilah tim asesmen UNY dan Unesa melakukan penilaian. Seteleh melalui proses penilaian yang cukup panjang, diskusi-diskusi untuk penyamaan persepsi dalam rangka menjaga validitas, objektivitas, dan akuntabilitas, diperoleh hasil sekitar 50% atau 70 sks yang dapat direkognisi. Berdasarkan hal tersebut, maka masa studi mahasiswa program RPL Desa ini ditentukan selama empat semester atau dua tahun. Untuk memastikan proses pembelajaran tetap berkualitas dengan masa studi yang tepat, maka program juga akan memanfaatkan perkuliahan pada semester pendek dan memberlakukan on going recognition.

 

Pendekatan tersebut tentulah sangat bermakna dalam mengembangkan kompetensi mahasiswa RPL Desa. Mereka belajar dalam konteks yang sangat alamiah, dengan masalah-masalah yang ada di sekitar mereka, yang bersumber dari desa masing-masing, menjadi bahan untuk belajar berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah. Model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pembelajaran penemuan (discovery/inquiry learning), dan model pembelajaran kreatif dan inovatif yang lain, akan menjadi warna yang sangat dominan dalam perkuliahan RPL Desa. Dengan demikian dapat diharapkan, RPL Desa akan mampu meningkatkan kompetensi para mahasiswa dengan kemampuan akademis yang sangat bermanfaat dalam memecahkan permasalahan sesuai konteks desa. RPL Desa akan memberikan kontribusi yang nyata pada pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. RPL Desa akan memberikan kontribusi yang signifikan pada indeks pembangunan manusia khususnya di Kabupaten Bojonegoro. Juga akan memberikan kontribusi yang positif pada pencapaian tujuan-tujuan dalam SDGs Desa.

 

Sebagai sebuah program yang khas, yang merupakan kerjasama antara Kemendes PDTT, Kabupaten Bojonegoro, UNY dan Unesa, maka program akan terus dikawal bersama. Dimulai dari proses rekrutmen, perkuliahan, tugas akhir, sampai pada yudicium/wisuda dan pasca perkuliahan, semua pihak akan terus bersama-sama mengawal. Pihak kemendes PDTT dan Kabupaten Bojonegoro akan terlibat dalam perkuliahan sebagai dosen tamu. Juga akan terlibat dalam pelaksanaan tugas mahasiswa sebagai penyedia data dan narasumber. Pada pelaksanaan tugas akhir berupa penulisan skripsi dan artikel publikasi, pihak Kemendes PDTT dan Kabupaten Bojonegoro akan terlibat sebagai penyedia data dan konsultan. Bila dimungkikan secara kebijakan dan pertimbangan akademis, pihak Kemendes PDTT dan Kabupaten Bojonegoro akan terlibat sebagai penguji ekternal skripsi mahasiswa dan penulisan artikel publikasi.

 

Program RPL Desa menjadi program yang sangat bermanfaat manakala program dikelola dengan tetap menegakkan penjaminan mutu sesuai dengan standar. Selain itu, prinsip legalitas, aksesibilitas, kesetaraan pengakuan, transparan, juga harus diimplementasikan dengan sebaik-baiknya.

 

Harapannya kemudian adalah, para mahasiswa RPL Desa benar-benar dapat memanfaatkan kesempatan emas ini sebaik-baiknya. Menjalani setiap proses dan tahap perkuliahan dengan penuh kesungguhan dan keteguhan. Tuntutan antara belajar dan bekerja menjadi sesuatu yang sama-sama harus diprioritaskan. Perlu energi ekstra untuk memastikan keduanya dapat seiring sejalan. Harus selalu diingat, bahwa kesempatan ini adalah sebuah amanah, yang harus dipertanggungjawabkan sebagai pribadi, selaku pegiat desa, dan sebagai pejuang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

 

Selamat berjuang. Semoga Allah SWT meridhai.

 

Surabaya, 31 Maret 2022

 

Luthfiyah Nurlaela

Kepala BPSDM Kemendes PDTT

Minggu, 20 Maret 2022

BERKHIDMAT PADA FORUM


Weekend ini, 18-20 Maret 2022 saya berada di Yogyakarta. Yogya, dikenal sebagai kota pelajar, kota wisata, kota bakpia, dan kota gudeg. Untuk dua sebutan yang terakhir itu, sepertinya menjadi menu wajib bagi siapa saja yang berkunjung ke Yogya, khususnya saya sekeluarga.

Agenda Yogya kali ini adalah dalam rangka mengikuti Kongres Nasional Forum Program Studi Pendidikan Tata Boga Indonesia (FPS-PTBI) 2022. Forum ini merupakan himpunan program studi dan dosen Pendidikan Tata Boga di seluruh Indonesia. Didirikan sejak 2018, forum beranggotakan sekitar 150 dosen dari 15 universitas  yang memiliki program studi Pendidikan Tata Boga. Lima belas universitas tersebut adalah Universitas Negeri Surabaya  (Unesa), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Negeri Medan (Unimed), Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh, Universitas Negeri Manado (Unima), Universitas Pendidikan  Ganesha (Undiksha), Universitas PGRI Adibuana (UNIPA) Surabaya, Universitas Sarjana wiyata Taman Siswa (UST) Yogyakarta,   dan Universitas Dhyana Pura (Undhira) Bali.

 

Agenda forum yang utama adalah pertanggungjawaban pengurus periode 2018-2022, dan pemilihan pengurus periode 2022-2024. Selain itu juga penyusunan rancangan kerja sama antar program studi untuk implementasi kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka (MBKM). Forum dihadiri oleh sekitar lima puluh orang perwakilan dari tiga belas universitas. Unima dan Undhira absen.

 

Saya sebagai ketua forum, dan bendahara, Prof. Mutiara Nugraheni , menyampaikan pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan. Tentu saja didampingi sekretaris forum, Dr. Ai Nurhayati dan ketua sie kesekretariatan Nugrahani Astuti , S.Pd., M.Pd. Tidak Banyak yang sudah dihasilkan forum dalam periode pertama di bawah kepemimpinan kami. Beberapa yang mungkin bisa dianggap sebagai prestasi adalah dihasilkannya kurikulum nasional program studi Pendidikan Tata boga, MoU dengan UiTM MARA Malaysia, dan international joint conference yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Selain itu juga website forum yang menyajikan profil forum dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, meski website tersebut masih sangat "kurang gizi".

 

Tentang kurikulum nasional, kurikulum itu kami hasilkan dengan proses yang cukup panjang, mulai dari pembahasan awal, penyusunan draft kurikulum, reviu internal, reviu eksternal, dan finalisasi. Kurikulum akhirnya bisa disyahkan dan digunakan pada pertengahan 2020, dengan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan dinamika kurikulum yang berlaku, termasuk kurikulum MBKM.

 

Tentang international joint conference, sebetulnya cikal-bakalnya adalah the 1st iconhomecs (international conference on home economics) yang diselenggarakan pada 2017 oleh jurusan PKK Unesa. UM, UNY, dan UNIPA sebagai co-host. Itulah konferensi internasional pertama yang diselengarakan oleh PKK Unesa, sebagai pengganti seminar nasional Bosaris (boga, busana, rias) yang merupakan agenda tahunan. Pada the 1st iconhomecs tersebut, kebetulan saya ditugasi sebagai ketuanya, dan bagi saya, hal ini benar-benar menjadi ajang belajar utk mengorganisasi event internasional.

 

The 2nd iconhomecs kemudian dilaksankan di UM, dengan Unesa, UNY, UNIPA, dan beberapa perguruan tinggi anggota FPS-PTBI lainnya sebagai co-host. Pada saat itu, salah satu narasumbernya dari UiTM MARA Sarawak, Malaysia. Setelah konferensi, kami tetap terhubung dengan UiTM MARA dan bahkan merancang international joint conference, dengan menggabungkan event international conference kami. Singkat kata, akhirnya kami bisa menyelenggarakan IJCHT-21 (International Joint Conference on Hotel and Tourism-2021). UiTM Mara sebagai host, dan FPS-PTBI, Unesa, UNP, sebagai co-host. Co-host yang lain adalah NIDA Thailand, Chanakkale Onzekis Mart Turkey University,  University of South Florida USA, Association of North America Higher Education International, dan TROAS International  Tourism Research Association.  Sayang sekali, konferensi yang awalnya dirancang diselenggarakan secara offline di Sarawak, harus diganti dengan full online karena pandemi. Namun begitu, konferensi sangat sukses dengan sekitar 300 peserta pemakalah, dan artikel dimuat di beberapa jurnal international serta prosiding.

 


Tahun ini, IJCHT-2022 akan diselenggarakan dengan host Undiksha, dan co-host setidaknya sama dengan tahun sebelumnya, dengan jejaring dalam dan luar negeri. Berharap pandemi semakin melandai, dan konferensi bisa diselenggarakan secara offline. Bila ini terjadi, maka Bali akan dikunjungi ratusan akademisi mancanegara yang sekaligus akan berwisata di pulau impian para turis itu.

 

FPS-PTBI dalam usia mudanya, memang harus lebih giat berjuang dalam mengembangkan program kerjanya yang lebih visible. Sebagai sebuah forum program studi, kerja sama dengan asosiasi serta berbagai institusi di dalam dan di luar negeri harus terus dibangun. Peningkatan kompetensi dosen juga harus menjadi perhatian khusus. Begitu juga dengan kerjasama dalam melaksankan MBKM, yang memang mengharuskan adanya sinergi yang kuat antar prodi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam kongres FPS-PTBI juga dilakukan perancangan  penandatanganan implementation of agreement (IA) antar prodi anggota forum.

 

Pertanggung jawaban pengurus periode pertama diterima sepenuhnya oleh anggota forum. Meskipun harus secara jujur diakui bahwa target pencapaian program masih sangat minim, namun apresiasi dari dewan pakar dan juga para anggota sangat positif. Bagaimana pun, setidaknya sudah ada legacy yang dapat menjadi bekal bagi kepengurusan selanjutnya.

 

Forum juga menyelenggarakan pemilihan ketua dan pengurus periode kedua. Sebagaimana periode pertama, di mana ketua dipilih secara aklamasi, begitu jugalah yang terjadi pada periode kedua ini. Kembali saya diamanahi untuk memimpin forum. Segala alasan penolakan saya tidak diterima. Maka dengan sepenuh kerelaaan, saya harus menerima, dan kembali melanjutkan khidmat saya untuk FPS-PTBI.

 

Pengurus forum yang baru terbentuk dikukuhkan oleh Dekan FT UNY, Prof. Herman Dwi Surjono  , M.Sc., pH.D. Beliau menyampaikan apresiasinya atas pencapaian periode pertama, dan berharap forum bisa lebih meningkatkan perannya dalam mengembangkan program studi pendidikan Tata boga di seluruh Indonesia. Setelah sambutan Dekan FT UNY, Dr. Wagiran dari UNY juga hadir memperkaya wawasan tentang implementasi MBKM.

 

Terima kasih pada Prof Kokom Komariah , Ibu Ari Fadiati, seluruh panitia dari UNY, dan juga semua bapak ibu anggota forum.

 

Semoga Allah SWT memudahkan, memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan. Amiin.

 

Yogyakarta, 20 Maret 2022.