Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Senin, 09 September 2024

Mengunjungi Pekanbaru

Saya terbang lagi ke Pekanbaru pada siang yang cerah, selepas orang pulang dari shalat Jumat di masjid. Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menumpang GA, tapi penerbangan sempat delay sekitar satu jam.

Menjelang maghrib kami baru mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Kami bertemu dengan pasukan penjemput di depan pintu keluar. Dari bandara, kami langsung menuju Pondok Gurih untuk menikmati makan malam bersama teman-teman dari Balai Pelatihan Pekanbaru.

Sabtu pagi, kami mendampingi Menteri Desa PDTT membuka acara workshop pengelolaan keuangan bumdesa/bumdesa bersama di Aula Balai Pelatihan Pekanbaru. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Ditjen PEID dan BPSDM. Hadir juga Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Pekanbaru yang mewakili Gubernur Provinsi Riau. Juga hadir perwakilan dari Bio Cycle Indo, yang menyerahkan bantuan pupuk organik untuk diterapkan di balai. Selain itu, tenaga pendamping profesional (TPP) juga tentu hadir.

Ada sebanyak 50 peserta pelatihan yang mewakili berbagai desa di Pekanbaru. Mereka akan dilatih oleh para penggerak swadaya masyarakat (PSM) dari balai. Durasi waktu pelatihan adalah empat hari.

Siangnya, kami memisahkan diri dengan rombongan Menteri Desa PDTT yang sedang melakukan kunjungan ke Bio Cycle Indo. Saya bersama Pak Kapuslat SDM, Dr. Fujiartanto, menuju Pelalawan, tepatnya di Balai Desa Mulya Makmur, sebuah eks kawasan tramsmigrasi. Selama tiga jam lebih perjalanan dari Pekanbaru untuk mencapai tempat ini, dan hutan sawit mendominasi sepanjang kanan-kiri jalan.

Hanya beberapa saat menjelang maghrib, kami tiba di Balai Mulya Makmur. Kegiatan pelatihan pembuatan media pembelajaran bagi para content creator desa langsung kami buka sore ini juga. Acara pembukaan sempat break sebentar karena adzan maghrib. Setelah itu acara kami selesaikan secepat mungkin, karena kami harus segera menunaikan shalat maghrib.

Selanjutnya, kami harus segera kembali lagi Pekanbaru, supaya sebelum tengah malam, kami sudah tiba lagi di Hotel Pangeran, tempat kami menginap. Esok pagi, kami akan terbang kembali ke Jakarta.

Mengalami perjalanan yang begitu mobile, bagi saya adalah hal yang biasa. Sebagai orang yang dulunya aktif mengikuti kegiatan pramuka dan pencinta alam, fisik saya alhamdulilah sudah tertempa dengan tuntutan kerja semacam itu. Selain itu, mengunjungi tempat baru, bertemu orang-orang baru, merupakan kebahagiaan tersendiri. Sekaligus juga untuk memberikan apresiasi bagi teman-teman pemilik kegiatan yang sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Juga dalam rangka menyapa kepala desa, perangkat, TPP, pegiat desa yang lain, tentu saja termasuk para peserta pelatihan.

Pekanbaru, 7 Sept 2024


#bpsdmbisa

#bpsdmkemendes

#KemendesPDTT

Selasa, 03 September 2024

Bumdes Nduma Luri

Desa Watuhadang, Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur, memiliki bumdesa yang salah satu unit usahanya jual beli tenun asli Sumba Timur. Nama bumdes tersebut adalah Nduma Luri. Menurut Kepala Desa Watuhadang, nduma luri artinya untuk hidup. Makna yang mengandung harapan untuk hidup yang lebih baik.

Bumdesa ini berdiri sejak 12 Oktober 2017, dan mulai beroperasi pada 3 Juli 2018. Beberapa tujuan Bumdesa Nduma Luri adalah meningkatkan pendapatan dan keuangan desa serta melestarikan dan menumbuhkan tradisi tenun pahikung Umalulu. Selain melakukan jual beli tenun, bumdesa ini juga memiliki usaha  Ada 3 jenis usaha jual beli benang dan jual beli beras.

Bumdesma Nduma Luri memberikan kontribusi bagi masyarakat untuk mengembangkan potensinya dalam menunjang pendapatan masyarakat. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah melakukan fasilitasi kepada masyarakat dengan melakukan pengadaan benang tenun dan pembentukan kelompok tenun songket. Kelompok tenun songket yang dibentuk dapat membuat hasil tenunan yang berkualitas tinggi untuk di pasarkan ke Galeri Tenun Pahikung Umalulu.

Pengunjung selain dapat melihat berbagai koleksi kain tenun yang sangat beragam, mereka juga dapat menikmati proses pembuatan tenun songket. Betapa menyenangkan.

Kampung Raja Umabara

Satu lagi Kampung Raja di Sumba Timur. Namanya Umabara. Ada di Desa Watuhadang, Kecamatan Umalulu. Kalau di Kampung Raja Prailiu saya sudah pernah mengunjunginya beberapa kali. Di Umabara, ini adalah kunjungan pertama saya. Lokasi Prailiu hanya di sekitaran Waingapu, ibu kota Sumba Timur. Sedangkan Umabara, jaraknya dari Waingapu sekitar satu jam perjalanan.

Umabara adalah surga bagi para pencinta tenun. Juga tempat bagi mereka yang ingin lebih mendalami karya kerajian yang bernilai seni tinggi ini. Ada banyak cerita di setiap lembarnya. Tentang kedekatan masyarakat dengan alam semesta, interaksi sosial mereka, dan juga keyakinan pada Tuhan mereka. Termasuk juga adat, tradisi, dan budaya mereka yang sangat unik, menarik, dan membuat siapa pun mudah untuk jatuh cinta.

Bangganya, cerita di setiap lembar tenun itu dikisahkan oleh anak-anak muda, para rambu dan umbu. Mereka tidak hanya bisa menenun, tapi juga memahamkan pada setiap orang yang ingin mendalaminya. Setiap yang datang di tempat itu adalah tamu yang harus dihormati, dipuaskan rasa ingin tahu mereka, dan juga dijamu, meski hanya sekadar air putih, teh, atau kopi, dengan satu dua piring jagung rebus. Namun keramahan dan kehangatan mereka, juga keterbukaan mereka, adalah lebih dari segalanya.

Kemarin kami mengunjungi kampung itu. Sejak memasuki kawasannya, nuansa tradisi sudah terasa begitu kental. Bangunan rumah-rumahnya yang khas, dengan menara yang menjulang. Konon di salah satu rumah itu, sedang bersemayam jasad Sang Raja yang sudah meninggal empat atau lima tahun yang lalu, menunggu momentum yang tepat untuk dikuburkan.  Kuburan-kuburan para  pendahulu dan keluarganya menghampar di sebagian pelatarannya. Satu rumah panggung besar, di situlah terpasang ratusan tenun. Juga di atas tikar yang menghampar. Tenun dengan berbagai teknik pembuatan, berbagai motif, berbagai ukuran, berbagai warna, berbagai filosofi, yang semuanya menggunakan warna alam.

Kecantikan Sumba memang seperti yang banyak orang kabarkan. Kecantikan alamnya, tradisi dan budayanya, adat-istiadatnya. Juga keramahan para rambu, para umbu, mama-mama dan bapa-bapa.

Indonesia betapa indah.

Diciptakan oleh Allah SWT yang juga Maha Indah.

Umalulu, 25 Agustus 2024

Kampung Raja Prailiu

Tempat ini sudah beberapa kali saya singgahi. Sejak pertama kali saya mengunjungi Sumba Timur, di tahun 2011, yang setelah itu, hampir setiap tahun saya mengunjungi Sumba Timur. Dan setiap kali mengunjungi Sumba Timur, saya hampir selalu tidak pernah melewatkan Kampung Raja ini.

Sumba Timur adalah wilayah pertama Unesa dalam Program SM3T. Ada lebih dari ratusan guru peserta program tersebut yang ditugaskan di berbagai pelosok di Sumba Timur selama setahun. Program SM3T itu sendiri dimulai dari tahun 2011 sampai dengan 2016.

Sejak program berakhir, saya praktis tidak pernah lagi mengunjungi Sumba Timur. Meskipun selalu saja ada tugas ke berbagai wilayah Indonesia, saya tidak pernah  bertugas ke Sumba Timur.

Hari ini, setelah delapan tahun berlalu, saya kembali menapakkan kaki di Tanah Marapu ini. Dalam rangka kegiatan sinergitas pendampingan masyarakat melalui kolaborasi antara TPP dan pegiat pendidikan. Kegiatan dilaksanakan di Hotel Padadita, Kota Waingapu.

Saya memanfaatkan waktu untuk bisa kembali mengunjungi Prailiu. Tujuan utama saya tidak sekadar ingin melihat-lihat tenun dengan beragam jenis dan motif serta produk kerajinan. Namun juga menemui Mama Raja, perempuan lembut yang menjadi pusat penghormatan di kampung raja itu. Mama Raja adalah isteri dari Raja di Prailiu. Raja sendiri sudah berpulang di tahun 2008, dan makam batunya ada di depan kediamannya.

Saya juga ingin melihat seperti apa Prailiu setelah delapan tahun saya tidak pernah mengunjunginya. Ternyata ada yang sangat menarik. Rumah-rumah yang memamerkan hasil kerajinan tenun dan aksesoris semakin mengekspose diri. Mereka tidak hanya menjualnya, tapi juga melayani para turis untuk mengenakan baju adat Sumba. Ada juga galeri tenun yang sangat representatif untuk setiap pengunjung dapat melihat berbagai produk kerajinan, bahkan melihat proses membuat tenun, serta berfoto-foto dengan baju khas Sumba.

Kalau di Belanda turis bisa berpose dengan klederdacht, di Korea dengan hanbok, di Jepang dengan kimono, dan sebagainya, kenapa tidak di Sumba turis juga bisa mencoba baju adatnya yang begitu etnik dan bernilai seni tinggi?

Sumba bagi saya adalah salah satu tempat yang saya selalu ingin datang dan datang lagi. Ada banyak hal yang membuat saya selalu rindu. Tentu saja, karena di sana jugalah sebagian guru SM3T saat ini melaksanakan pengabdiannya. Kalau dulu sebagai peserta SM3T, sekarang mereka sudah jadi ASN guru. Bahkan mereka sudah ada yang menjadi kepala sekolah dan juga ada yang menjadi dosen.

Selain untuk bertemu para guru itu, ada seratus lebih tenaga pendamping profesional (TPP) yang saya sudah  lama sekali ingin menyapanya.

Sumba dengan padang sabananya, kuda-kuda, domba, bukit, lembah, ngarai, hutan, pantai, dan masyarakatnya yang sangat hangat bersahabat, adalah sebagian alasan untuk mengunjunginya.

Bagi saya, mengunjungi Sumba seperti menjemput rindu.....

Sumba Timur, 25 Agustus 2024

Sabtu, 17 Agustus 2024

Upacara 17 Agustus

Tadi pagi kami mengikuti upacara 17 Agustus di Kecamatan Trawas, Mojokerto. Mendampingi Menteri Desa PDTT, yang bertindak sebagai pembina upacara.

Hampir setiap tahun, saat peringatan Hari Kemerdekaan,  Menteri Desa tidak mengikuti upacara di Instana Negara. Tapi beliau memilih daerah tertinggal, daerah perbatasan, daerah transmigrasi, dan desa-desa, sebagai tempat upacara. Tahun kemarin, kami upacara di Miangas, sebuah wilayah perbatasan.

Upacara terlaksana dengan lancar, rapi, apik. Pasukan pengibar bendera beberapa ada yang berjilbab, cantik-cantik. Kerudung hitam yang membalut kepala mereka tertata rapi. Membuat mereka nampak sangat anggun. Sama anggun dan cantiknya dengan rekan-rekan mereka yang tidak berjilbab.

Saya selalu terhanyut setiap kali mengamati gerak paskibraka. Mulai dari awal sampai akhir, mata saya tak pernah lepas dari mereka. Kadang saya tidak kuasa menahan keharuan, sehingga saat menyanyikan lagu Indonesia Raya, saya agak terbata-bata. Saya bayangkan, mereka membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk bisa menampilkan gerakan dan formasi yang begitu apik. Perlu kedisiplinan dan daya tahan. Mereka juga pastilah anak-anak muda yang sangat berkepribadian. Juga mestinya memiliki keunggulan di berbagai bidang.

Selesai upacara, kami juga dihibur berbagai penampilan. Termasuk tari kolosal yang dibawakan oleh siswa-siswa SD. Menarik.

Kami juga mengunjungi Sumber Gempong, sebuah tempat wisata yang berhasil memperoleh berbagai prestasi. Selain menikmati suasana alamnya yang asri, kami juga menyempatkan diri naik kereta sawah. Asyik. Ini kedua kali saya ke sini. Yang pertama dulu, dengan suami dan anak cucu.

Kami juga bertemu dengan para pendamping desa yang sedang berkegiatan di Hotel Royal Trawas. Pak Menteri memberi arahan dan penguatan pada mereka untuk terus bekerja sebaik mungkin, mengingat sebentar lagi akan ada pergantian presiden dan kabinet.

Sampai sekitar pukul 11.30 saya mendampingi Pak Menteri dan Ibu. Setelah menikmati makan siang bersama di Rumah Makan Dewi Sri, rombongan Pak Menteri langsung bertolak ke Surabaya. Sedangkan saya, kembali ke arah Trawas, untuk bergabung dengan suami dan anak cucu yang sudah menunggu di Rustic Market.

Saatnya menikmati family time, dengan berbusana korpri. Untungnya di kafe Rustic Market, saya menemukan kaus, meskipun lengan pendek. Saya langsung kenakan, untuk mengkamuflase baju korpri saya. Biar orang-orang yang melihat saya tidak pada mbatin, ini orang kok kayak takut nggak diakui sebagai ASN ya, sampai ke tempat wisata pun pakai baju korpri...

 

#bpsdmbisa

#bpsdmkemendes

#KemendesPDTT

Jumat, 16 Agustus 2024

Menguji itu Sesuatu

Siang kemarin, saya menguji di S3 Pendidikan Teknologi Kejuruan UPI Bandung, sebagai penguji eksternal. Promovendusnya, bernama Rudi Haryadi. seorang kepala sekolah sebuah SMK Negeri. Pernah menjadi guru berprestasi nasional tahun 2018. Juga pernah memperoleh award dari Thailand pada 2019, sebagai guru berprestasi juga. Disertasinya berjudul "Pengembangan Model Bimbingan Adaptabilitas Karier Siswa SMK'.  Disertasi yang bagus dan insyaallah bermanfaat untuk lebih menyiapkan lulusan SMK memasuki dunia kerja.

Undangan untuk menguji disertasi bagi saya adalah 'sesuatu'. Pertama, saya bisa terus belajar hal-hal baru.  Harus diakui, setiap kita, siapa pun kita, bahkan seorang profesor senior sekali pun, bukanlah orang yang serba tahu, serba paham. Beragam topik penelitiam disertasi seringkali merupakan variabel-variabel yang kita sendiri belum pernah mendalaminya, apa lagi menelitinya. Maka ketika kita menjadi pembimbing atau penguji disertasi, sesungguhnya kita sedang bersama-sama mahasiswa melakukan penelusuran berbagai hal terkait variabel-variabel tersebut.  Termasuk mengkaji hasil-hasil penelitian yang relevan. Membangun kerangka berpikir bersama, menemukan novelty-nya, dan seterusnya.

Kedua, undangan menguji disertasi adalah media berbagi inspirasi. Waktu menguji di UPI kemarin, saya sempatkan singgah di RPI-nya Prof Ade Gafar Abdullah dkk. Selama ini saya hanya melihat infonya di sosmed saja. Dan sungguh, RPI yang menjadi kawah candradimuka bagi para mahasiswa dan akademisi itu benar-benar menjadi tempat yang sangat nyaman untuk menelorkan artikel-artikel ilmiah yang keren. Dengan para pelatih yang tak diragukan keandalannya, ditambah dengan suasana serta sumber belajar yang sangat representatif. Saya sendiri jadi kepingin kapan-kapan mau nyantrik di RPI ini....

 

Ketiga, undangan menguji disertasi adalah ajang silaturahim. Tidak sekadar bersilaturahim dan berjejaring secara ilmiah-akademis, namun benar-benar membangun persahabatan, persaudaraan. Juga bereuni. Kemarin saya menguji bersama Prof Ana, kebetulan saya dulu promotornya waktu beliau menempuh studi S3 PTK di UNY. Juga bersama Dr. Agus, yang merupakan kawan lama berkegiatan di berbagai agenda PTK. Tentu saja bersama Prof Ade Ghafar, salah satu guru saya dalam menulis artikel ilmiah. Bertemu juga dengan kolega, Prof Isma, Dr. Cica, Prof Tjutju, Pak Dadang, dan sebagainya. Sungguh menyenangkan.

Keempat, undangan menguji disertasi adalah kesempatan untuk berwisata, khususnya wisata kuliner. Kemarin kami diajak ke tempat makan yang konon lagi viral, namanya Dumuk Bareto. Wow, memang wow. Kalau mau menumpahkan kekalapan kita soal makan, di sini tempatnya. Beragam menu, saking banyaknya, saya tidak bisa sebutkan. Alhamdulilah, saya masih bisa mengendalikan diri. Saya hanya mengambil seentong nasi merah, sesendok oseng leunca, sesendok oseng jamur, sesendok oseng bunga pepaya, sesendok oseng cumi, sesendok sambal tomat segar, sesendok sambal terasi, kerupuk, dan segelas cincau. Benar-benar berusaha menahan diri....


Alhamdulilah, malamnya, saya masih sempat menyapa para asesor dan asesi yang sedang berjibaku melaksanakan dan mengikuti sertifikasi TPP. Mereka berkegiatan  di Hotel Grand Pasundan, oleh sebab itu, saya menginap juga di hotel ini, supaya lebih praktis.
Saya hadir untuk menyemangati mereka semua yang memang sebagian besar sudah nampak kelelahan.

Oya, kemarin sebelum berangkat ke Bandung, saya juga bisa sempatkan menyemangati teman-teman yang akan mengikuti lomba tarik tambang. Bersama Pak Ses Rosyid Althaf dan Pak Kapus Nursaid Mustafa . Meskipun hanya sebentar, setidaknya saya bisa berbagi semangat dengan mereka semua. Semangat untuk yang akan berlomba, semangat untuk saya yang akan berkendara. Semangat!

Bandung, 15 Agustus 2024

Selasa, 16 Juli 2024

Pameran TTG di Lombok

Hari Minggu kemarin, kami ke Lombok. Dalam rangka menghadiri Pameran TTG yang ke-25. Pak Menteri desa PDTT, Pak Sekjen, dan semua pejabat tinggi madya dan pratama hadir. Acara dihelat di Islamic Center.

Tadi siang, kami sempatkan untuk melihat-lihat pameran TTG tersebut. Kemarin belum kesampaian karena mendampingi Pak Menteri dalam seremonial pembukaan acara dan makan siang. Saya hanya sempat mengunjungi stand SMK yang memproduksi motor listrik yang keren. Punggawanya keren juga, adik angkatan saya di Unesa, namanya Dik Ruju Rahmad . Saya sempat tertahan cukup lama di stand tersebut.

Ada puluhan stand dari hampir semua provinsi di Indonesia. Produk-produk yang dipamerkan tidak hanya produk TTG, namun juga berbagai produk lain seperti busana, barang kerajinan, dan juga makanan khas masing-masing.

Saya tertahan berlama-lama di stand Sumbar. Ada tikar yang cantik sekali, yang membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Tikar anyaman yang lembut, halus, bermotif, dengan pilihan warna yang semuanya bagus. Saya sampai dibuat bingung memilih. Daripada bingung, saya ambil tiga tikar. Oleh-oleh untuk suami tercintrong Mas Ayik Baskoroadjie , yang penyuka barang-barang etnik.

Oya, semalam kami juga meet up dengan para alumni Unesa. Ramadhan Asa dan anak isterinya, Naka, Mas Aris, Dik Ruju Rahmad dan Dik Wiwin, Dwi Febri Astutik dan putrinya yang cantik jelita, dan Jaya. Naka, Mas Aris, dan Dik Ruju adalah alumni Himapala juga. Dik Wiwin, isteri Dik Ruju, adik kelas saya di Tata Boga.

Momen silaturahim bagi saya adalah momen untuk menambah energi baru, karena bertemu dengan para sahabat ini selalu membawa kebahagiaan. Tidak sekadar mengobati kerinduan, namun juga berbagi spirit dan kekuatan.



Bersama rombongan dari Kemendesa, kami menikmati makan malam di rumah makan Sunset Land. Menunya enak-enak. Ayam taliwang dan plecing kangkung, tentu saja, uga berbagai olahan seafood.

Sunset Land, mestinya sangat bagus di sore hari menjelang matahari terbenam. Tapi kami tidak sempat menikmatinya, karena kami menghabiskan sore kami di Sirkuit Mandalika. Ini yang ketiga kali saya mengunjungi tempat ini. Tempat yang indah dan membanggakan.



Sayang sekali, para penjual asongan agak mengganggu kenyamanan. Entah harus bilang apa, tapi mereka memang sedang berjuang. Saya mencoba memahami, dan sungguh saya memahami. Termasuk memahami kenapa harus ada anak-anak kecil yang menenteng-nenteng dagangan itu. Juga anak-anak yang menawar-nawarkan jasa untuk memotret. Namun, plis.... jangan memaksa-maksa dong....

Lombok, 15072024

Selasa, 09 Juli 2024

Mas Mbarep

Hari Minggu kemarin, saya menemui kakak mbarep saya, Mas Ibroham Azach , di rumah saudara kami, di Cibitung. Kakak saya ini pensiunan PNS guru agama SD di Tuban, mungkin tiga atau empat tahun yang lalu dia pensiun.

Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, dia masih kerja. Kerja apa saja, salah satunya nyupir. Nyupiri siapa saja yang membutuhkannya. Dengan tujuan ke mana pun.

Tapi sungguh saya tidak nyangka, kakak saya ini nyupiri pelanggannya dari Jenu, Tuban, sampai ke Cibitung. Jauhnyaaaa. Saya sempat protes dan mempertanyakan, "kok wadoh mas?" Tapi dia rileks saja menjawab, "nggolek hiburan". "Nggolek hiburan kok wadoh men", saya masih protes. "Lha isone ngono kuwi kok", jawabnya. Saya pun hanya bisa pesan-pesan, "ngunjuk sing akeh, lek ngantuk istirahat." Dia bilang "siap-siap", tapi ternyata hari itu dia puasa. Ya, dia sudah bertahun-tahun puasa ndaud, dan hari itu tidak mokel meski nyupir sejauh itu. Allah benar-benar memberinya kekuatan lahir dan bathin.

Pelanggannya kebetulan saudara kami juga, Dik Wafa sekeluarga, anak cucu saudara sepupu kami. Dari Jenu, mereka sekeluarga, empat orang, diantarkan Mas Ib, naik mobil. Tujuan ke Cibitung adalah silaturahim ke rumah saudara kami juga, Dik Arid dan Dik Naim. Dik Naim, kebetulan sedang diganjar sakit, sehingga silaturahim ini sekaligus dalam rangka menjenguk Dik Naim.

Mas mbarep saya ini memang pejuang sejati. Dia tidak malu kerja apa saja, yang penting halal. Ketika masih jadi guru, dia bawa krupuk ke sekolah. Yang nggoreng dan mbungkusi krupuk isterinya sendiri. Ngernet, ngondektur, ngontrol bus, dan lain-lain, semua sudah dilakoninya.

Mas Ib pantang ngutang dan nyambat dulur. Mungkin karena dia sangat nriman, dia menjalani hidup dengan apa yang ada. Mencukup-cukupkan dengan ikhtiar dan wani tirakat.

Untuk urusan silaturahim, di antara kami bersaudara, kami berenam, dialah juaranya. Militansinya tidak hanya berjuang untuk mencukupi keluarganya, namun juga dalam urusan silaturahim.

Dia juga sangat ramah dan periang. Saking ramah dan periangnya, ketemu siapa pun disapanya. Disalaminya. Dulu ketika masih mengajar, semua orang di sepanjang jalan, kenal dia, karena dia sapa mereka semua. Padahal jarak rumah ke sekolah mungkin sekitar tujuh km atau lebih.

Kemarin, saya sempat menculiknya dari rumah Dik Naim. Bersama Dik Wafa sekeluarga, Mas Ib menginap di apartemen Kalcit yang saya tempati. Siang sampai hampir maghrib, mereka beristirahat. Selepas maghrib, saya mengajak mereka jalan-jalan. Melintasi taman dan kolam renang, makan di mall Kalcit, bahkan mampir di ruang kantor saya. Semua bisa dijangkau hanya dengan jalan kaki.

Besoknya, hari Senin, sekalian saya berangkat kerja, saya sempatkan nderekke tamu-tamu saya ini silaturahim ke rumah Dik Gus Yahya di Menteng. Sarapan di sana, kecuali Mas Ib, karena dia waktunya puasa. Obrolan jadi gayeng karena Mas Ib dan Dik Gus Yahya ini pernah mondok bareng di Krapyak, Yogyakarta.

Saat saya menulis ini, Mas Ib dan Dik Wafa sekeluarga sedang menempuh perjalanan kembali ke Jenu, Tuban. Semoga Allah memberikan kelancaran, perlidungan, menyehatkan, mencukupkan, dan memberkahi. Amiin ya Rabb.

Kalcit, 09072024

Rabu, 01 Mei 2024

Menapak Jejak Laskar Pelangi

Salah satu buku yang sangat inspiratif bagi saya adalah Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Tidak hanya alur cerita dan untaian kata-katanya yang begitu apik dan indah, namun juga isinya yang penuh dengan pesan moral tentang keteguhan hati, kesetiakawanan, ketaatan pada guru, orang tua, dan juga agama dan bangsa. Juga tentang perjuangan mengejar cita-cita.

Dua hari ini saya berkesempatan menapak jejak Laskar Pelangi. Ini adalah mimpi yang sudah sejak lama saya simpan  setelah saya membaca buku dan nonton film Laskar Pelangi. Mungkin sejak tahun 2009-an atau 2010-an.

Saya memulai perjalanan dari Hanandjoeddin International Airport, sebuah bandar udara internasional yang terletak di Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. Saya terbang dari Bangka, setelah sehari sebelumnya bersama Menteri Desa dan Dirjen PDP menghadiri Pesta Adat Murok Jerami di Desa Namang. Menteri Desa dan Dirjen PDP kembali ke Jakarta dan saya melanjutkan perjalanan ke Belitung. Bertemu dengan teman-teman TPP dan berdialog di sekretariat mereka. Setelah itu, didampingi dua orang TPP, kami memulai perjalanan napak tilas itu.

Yang pertama kami kunjungi adalah replika SD Muhammadiyah Gantong. Sebuah bangunan kayu beratap seng yang berdiri di atas hamparan bukit pasir di Desa Lenggang, Kecamatan Gantong, Belitung Timur. Replika SD Laskar Pelangi ini sengaja dibangun untuk menggambarkan suasana pendidikan anak-anak tempo dulu di Belitung Timur. Sebuah daerah yang hidup dari penambangan timah dan hasil tangkapan nelayan. 

Pada lokasi sesungguhnya SD Muhammadiyah Gantong (dengan huruf 'o') saat ini sudah berdiri M.Ts Muhammadiyah Gantung (dengan huruf 'u'). Bangunan asli sudah tidak ada. Oleh sebab itu, replika SD Muhammadiyah Gantong dibuat supaya jejaknya tidak hilang. 

Setelah itu kami mengunjungi Ibu Muslimah, gurunya Andrea Hirata, di rumah beliau. Entah mengapa saya merasa sangat terharu saat memeluk dan mencium tangannya. Begitu juga beliau, saya rasakan keharuannya saat memeluk saya, seperti kami sudah saling mengenal sejak lama.

Foto bersama di depan sekolah MTs Muhammadiyah Gantung.

Perempuan yang dalam film Laskar Pelangi diperankan oleh Cut Mini itu, di mata saya begitu memukau. Keramahan dan kehangatannya saat menyambut kami, cerita-ceritanya yang mengalir deras saat mengisahkan kenakalan Andrea Hirata kecil dan kawan-kawannya, juga perjuangannya sebagai guru honorer di sekolah kecil, dan juga harapannya untuk pendidikan hari ini dan ke depan. Salah satu kalimat yang dengan tegas beliau ungkapkan, sekolah jangan menjadi penjara bagi anak-anak, namun sebaliknya, sekolah harus menjadi taman firdaus. Beliau memberikan contoh bagaimana praktik di sekolah banyak yang sudah menyimpang, yang justeru bersumber dari sikap, perilaku dan tindakan guru. Anak belajar dengan penuh tekanan, serta banyak kekerasan fisik dan mental yang dialami anak.

Namun satu hal lagi yang membuat saya sangat terharu adalah, memeluk Ibu Muslimah, seperti memeluk ibu saya sendiri. Posturnya yang kecil, kehangatannya, ketegasannya saat berbicara, sungguh mengingatkan saya pada sosok almarhumah ibu.

Dari rumah Ibu Muslimah, kami  mengunjungi MTs Muhammadiyah Gantung. Hanya sekadar ingin mellihat lokasi asli SD Muhammadiyah Gantong tempat Ikal dan kawan-kawannya menuntut ilmu. 

Kemudian kami mengunjungi Musium Laskar Pelangi. Sesuai namanya, bangunan sederhana itu dicat aneka warna bak pelangi. Ada ruang kelas, ruang baca puisi, ruang yang dibiarkan terbuka, dan dinding yang penuh lukisan dan tulisan. Harus diakui, setiap coretan seperti begitu berarti. Juga setiap benda, termasuk tumpukan koper tua di salah satu sudut musium.

Kami mengakhiri perjalanan dengan menikmati sebutir kelapa muda di sebuah pantai, saat sore sudah mulai temaram. Sambil berbincang lagi dengan teman-teman TPP.

Kenangan di sekolah Laskar Pelangi.

Pagi ini, kami melanjutkan perjalanan napak tilas kami. Dari BW Suites Hotel tempat kami menginap, kami mengunjungi Pantai Tanjung Tinggi. Pantai ini menjadi salah satu lokasi syuting Laskar Pelangi, dan menjadi destinasi wisata yang paling ikonik di Belitung. Jaraknya yang hanya sekitar 30 menit dari bandara juga sangat memudahkan orang untuk menjangkaunya. 

Sungguh, banyak pantai yang indah yang saya sudah pernah lihat. Namun pantai Tanjung Tinggi ini begitu memukau. Tidak hanya batu-batu besarnya yang menghampar di mana-mana, dan air lautnya yang bening hijau kebiruan. Namun saya seperti melihat Ikal dan teman-temannya berlari-lari di antara batu-batu itu. Membawa saya kembali pada kesadaran yang tinggi, betapa dahsyatnya sebuah tulisan. Kalau Andrea Hirata tidak pernah menulis kisah tentang Laskar Pelangi, mungkin tak akan pernah ada Belitung dalam benak kebanyakan kita. 

Merasakan sendiri suasana sekolah Laskar Pelangi.

Andrea Hirata bisa jadi salah satu orang yang paling berkontribusi pada kemajuan Belitung. Wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk melihat seperti apakah tempat kawanan Laskar Pelangi itu. Hotel-hotel didirikan, UMKM tumbuh dan berkembang. Ekonomi dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Tidak hanya mengandalkan pada menambang timah, tangkapan ikan, perkebunan lada dan sawit, namun juga dari sektor pariwisata. 

Semoga Belitung menjadi inspirasi bagi para generasi setelah Andrea Hirata di seluruh Tanah Air.

Belitung, 1 Mei 2024

Minggu, 14 April 2024

MOMEN LEBARAN

Momen lebaran, saatnya silaturahim, sowan-sowan dan sungkem-sungkem. Berbagi cerita, berbagi kebahagiaan, bahkan berbagi segala rasa. Juga ngalap berkah.

Saya memulai perjalanan dari Jakarta ke Surabaya pada 4 April, cuti 2 hari sebelum masa cuti bersama. Mas Ayik Baskoro Adjie  agak kurang sehat beberapa hari terakhir, anak cucu mau mudik duluan ke Ponorogo, dan saya ketempatan arisan dasa wisma. Jadi cuti saya sangat maksimal manfaatnya.

Tanggal 7 April, kami ke Tuban, untuk menghadiri pernikahan seorang sahabat, namanya Mas Abdul Mundhir. Dia sempat beberapa bulan mendampingi saya di Jakarta, bersama almarhum Mas Mokhamad Sodikin . Untuk Mas Dikin, al fatihah.....

Selain untuk menghadiri acara pernikahan, kami juga perlu bersih-bersih rumah.

Kami sempat juga bertandang ke rumah orang tua almarhum Mas Dikin di Montong, Tuban. Bertemu Fifi K. Fitriyah, isteri almarhum,  dan anak semata wayangnya, Selena. Ini adalah pertemuan pertama kami sejak Mas Dikin berpulang. Kami berpelukan, sama-sama menangis, dan saya hanya bisa berbisik, 'ikhlaskan, Fi..."

Dari Montong, kami lanjut ke Ponorogo. Di sepanjang perjalanan menuju Ponorogo, kami menyempatkan sowan-sowan ke tiga kerabat, Bulik Khusniyah, Mbak Chayati, dan Mas Hendro. 

Lanjut nyekar di pesarean para leluhur dan kerabat yang sudah mendahului. Semoga Allah SWT memberikan kemuliaan pada mereka semua. Amiin.

Sorenya, kami buka puasa bersama, sekaligus  menyambut hari raya idul fitri, bersama Dimas Prono Adjie sekeluarga, di rumah Iwuk, adik Mas Ayik Baskoro Adjie , kakak Dimas. Juga dengan anak cucu, Barrock Argashabri Adji  dan Yoan Lita , tentu saja dengan Kakak Kai dan Adik Lumi. Menunya, menu wajib. Sate gule kambing. Juga kembang api yang heboh.

Besoknya, hari H, tanggal 10 April, kami melaksanakan shalat idul fitri di masjid alun-alun Ponorogo. Lanjut sowan Bu Heni, bulik kami satu-satunya, di Parikesit. Bertemu dengan saudara sepupu dan keluarganya. Menikmati nasi kuning dan kawan-kawannya. Berbagi angpao juga, momen yang sangat ditunggu oleh siapa pun yang masih berstatus anak-anak dan remaja bahkan dewasa. Lazimnya, selama masih menjomblo atau belum menikah, mereka masih berhak menerima angpao.

Lanjut menghadiri acara halbil Trah Ahmad Drangi di rumah seorang kerabat di Muneng, sowan besan di Balong, dan sowan kakak sepupu di Bangunsari.

Besoknya, kami kembali ke Tuban lagi, sambil membawa Mbak Yuli sekeluarga. Kami menjemput mereka di rumahnya di Jabon, Sumoroto, dan mengantar mereka ke Rengel, Tuban, sebelum kami menuju ke rumah kami sendiri di Jenu. Mbak Yuli adalah asisten RT Lita.

Besoknya,  berangkat pukul 07.30-an, kami konvoi ke Rembang dan Pamotan dengan keluarga besar Bani Zawawi. Mas Zainal Makarim Azach sekeluarga, Mas Saiful Bahri dan Mbak Ma'shumah sekeluarga, Dik Antok Yulianto dan Dik Mariyah Zawawi  sekeluarga, dan Dik Hisyam Zawawi Chusain dan Dik Masrukah sekeluarga. Hanya minus Mas Ibroham Azach sekeluarga, karena mas mbarep kami ini sedang mudik ke Sragen. 

Alhamdulilah, di Rembang, kami berkesempatan sowan dan sungkem Bulik Muhsinah, Bulik Lies, dan banyak kerabat. Dik Bisri Cholil Laqouf  sekeluarga, Dik Ahmad Zaky Makin dan Iefa Nadhifah Zaky sekeluarga, Dik Hanies Cholil dan Dik Diyah Hanies . Juga bertemu dengan Bulik Hany Mahanik sekeluarga, Dik Siroj sekeluarga, Dik Misbach sekeluarga, Dik Aang Masykur Rukhani , Dik Mujib, dan lain-lain.

Kami semua sampai di rumah Tuban, selepas Isya. Menjelang bobok, saya bilang ke Kai, cucu kami, silaturahim itu capek, tapi menyenangkan. Bahagia bisa sungkem dan salim-salim. Insyaallah berpahala, dan pahalanya besaaaarr sekali. Begitulah saya membahasakan pada laki-laki lima tahun itu. Meskipun saya sadar sekali, semuanya demi menggapai ridha Allah SWT. Amiin.

Malam ini, kami sudah menerima tamu di rumah kami di Surabaya. Ada teman dari Kemendes, Kemenaker, Unesa, alumni, dan adik-adik.

Sebenarnya saya sedang flu, batuk dan pilek, dan badan sempat nggreges. Tapi pintu rumah harus terbuka untuk para tamu, karena besok saya harus sudah kembali ke Jakarta.

Malam ini maunya segera istirahat. Namun mata tak juga terpejam. Mungkin memang harus menulis supaya momen lebaran tak hilang.

Surabaya, 14 April 2024

Sabtu, 06 April 2024

MUDIK GRATIS

Pagi ini saya dan Mas Ayik Baskoro Adjie mengantar Dheyah sekeluarga dan Mbak Yuli sekeluarga ke Kantor Dishub Jatim di Frontage Road Jl. Ahmad Yani Surabaya. Mbak Yuli adalah asisten Yoan Lita yang membantu mengurus rumah dan mengawasi anak-anak. Kalau Dheyah, insyaallah sudah banyak yang tahu, karena dia sekeluarga sudah puluhan tahun menjadi bagian keluarga kami. 

Mereka akan mengikuti mudik gratis. Dheyah ke jurusan Magetan, ke rumah mertuanya. Mbak Yuli ke jurusan Ponorogo.

Senangnya melihat wajah-wajah ceria mereka dan para pemudik yang lain. Bahagia, bangga, dan terharu melihat betapa pemerintah dan banyak pihak  memberikan fasilitasi bagi para pemudik.

Hari ini, Pemprov Jatim melalui Dishub Jatim menyediakan 90 armada bus untuk 3600 kursi untuk warga Jatim. Mereka diberangkatkan dari Surabaya menuju berbagai kabupaten, termasuk yang terjauh ke Banyuwangi dan ke Pacitan.

Pemprov Jatim bahkan juga memberikan fasilitasi pada para pekerja di Ibukota yang mudik ke berbagai tujuan kampung halaman. Sekaligus juga memberikan fasilitasi para pemudik tersebut untuk kembali ke Jakarta. Hm, so sweet-nya....

Luar biasa memang momen Idul Fitri dengan tradisi mudik ini. Mudik adalah budaya yang penuh dengan nilai luhur. Wujud dari penghormatan dan kerinduan setiap orang pada keluarganya, khususnya pada orang tua. Penghormatan dan kerinduan pada para sesepuh dan kerabat serta sahabat.

Mudik adalah wujud kesadaran tinggi setiap manusia tentang dari mana dia berasal dan wujud penghargaan pada alam yang telah menempa dan mengukir jiwa raganya.

Pada konteks tertentu, mudik bahkan menjadi bukti bakti kita pada orang tua, dan ketaatan kita pada Allah dan Rasul-Nya.

Mudik adalah perjuangan, pengorbanan, bahkan militansi.

Mudik adalah manifestasi kesalehan pribadi sekaligus sosial.

Selamat mudik, Saudara-saudaraku. Insyaallah perjalanan lancar dan menyenangkan.

Surabaya, 7 April 2024

Jumat, 05 April 2024

UANG BARU

Penukaran uang menjelang lebaran menjadi agenda tahunan di Kemendesa PDTT.  Pada Selasa, 2 April yang lalu, acara penukaran uang itu digelar di halaman kantor. Pejabat Bank Indonesia beserta jajaran hadir. Lengkap dengan mobil khusus untuk pelayanan penukaran uang. Menteri, Wakil Menteri, dan pejabat eselon 1 hadir untuk melakukan penukaran uang secara simbolis. Selanjutnya disusul oleh para pejabat eselon 2 serta semua keluarga kementerian.

 

Uang lama ditukar uang baru. Baru, kinyis-kinyis. Mulai dari pecahan seribu, dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu, sampai seratus ribu. Karena melayani semua pegawai di kementerian, total nilai uang yang ditukar bisa mencapai milyaran rupiah.

Saya selalu merasa takjub setiap kali menghadiri agenda penukaran uang. Tradisi berbagi uang di Hari Lebaran yang sudah begitu mengakar pada masyarakat kita,  menunjukkan betapa tinggi  semangat untuk berbagi. Kalau dulu, setahu saya, uang tidak harus baru. Namun pada beberapa tahun belakangan ini, ada kecenderungan uangnya adalah uang baru, karena anak-anak dan kerabat tentu lebih senang bila uang yang mereka terima adalah uang baru. Sampai-sampai di banyak tempat di sepanjang jalan, ada orang-orang yang melayani penukaran uang baru.

Hari itu saya menukar puluhan juta rupiah uang lama dengan uang baru. Tapi jangan salah ya, uang saya hanya sebagian kecil saja. Saya melayani penitipan penukaran uang dari teman-teman staf. Mumpung ada kesempatan melayani teman-teman. Jastip, jastip.

Oya, hari itu selain agenda penukaran uang, kami juga mendampingi Menteri Desa rapat dengan Menpan RB di kantor Kemenpan RB. Agenda rapat adalah pembahasan kenaikan tukin.

Sorenya, kami juga melaksanakan buka puasa bersama Menteri dan Wakil Menteri. Acara dilaksanakan di Restoran Wiro Sableng Garden.

Jadi praktis hari itu, kami semua bersama-sama berkegiatan dari pagi hingga malam. Dari satu agenda ke agenda lain, dari satu tempat ke tempat lain.

Semoga semuanya menjadi berkah Ramadhan.




Jakarta, 2 April 2024

Selasa, 26 Maret 2024

RAKERNIS

Kapan hari, 19-21 Maret 2024, BPSDM menyelenggarakan Rapat Kerja Teknis (Rakernis). Kegiatan yang dihelat di Pajajaran Suite Bogor, ini diikuti oleh ses BPSDM, para kapus, kabalai besar dan kabalai, kabag, kasubag, PPK, dan hampir semua ASN di lingkungan BPSDM. Juga ada perwakilan dari semua unit kerja eselon 1. Ada juga perwakilan dari tenaga pendamping profesional (TPP).

Tema  Rakernis adalah "Optimalisasi Peran BPSDM dalam Meningkatkan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Desa, Aparatur Sipil Negara dan Pemberdayaan Masyarakat." Relevan dengan tema tersebut, beberapa narasumber dari kementerian lain diundang. Salah satunya adalah dari Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), Kementerian Keuangan dengan materi Kebijakan Penganggaran BPSDM Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Kemudian juga dari KemenPAN dan RB dengan materi Penyelarasan Sasaran Strategi, Indikator Kinerja, dan Target Kinerja Organisasi. BKN juga hadir dan menjelaskan materi Penilaian Kinerja Aparatur Sipil Negara.

Selain narasumber eksternal, hadir juga narasumber  internal, yaitu dari Inspektorat I, Direktorat Jenderal PDP, PEI, PPKTrans dan PPDT. Narasumber dari Biro Perencanaan dan Kerja Sama sebenarnya juga diundang, tapi kabiro tidak bisa hadir.

Materi Rakernis disusun sesuai dengan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Periode 2025-2029 dan Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) Periode 2025-2045. Tiga agenda utama terkait dengan hal tersebut, yang juga sudah dirumuskan oleh Bappenas, dalam rangka menuju Indonesia Emas, meliputi agenda transformasi sosial, transformasi ekonomi, dan transformasi tata kelola. Selain dirancang dalam sidang pleno yang diisi oleh paparan narasumber, juga diisi dengan presentasi para kapus, kabalai besar, dan kabalai. Setiap paparan dilengkapi dengan diskusi yang cukup intens. Selain sidang pleno, juga ada diskusi kelompok yang dibagi menjadi tiga desk, dengan mengusung isu tiga agenda di atas.

Yang membanggakan, Menteri Desa PDTT berkenan hadir pada saat pembukaan. Menteri memberi banyak arahan dan sekaligus membuka acara secara resmi.



Pada acara pembukaan juga dilakukan pembacaan deklarasi oleh KaBPSDM yang diikuti oleh semua peserta Rakernis. Juga  penandatanganan komitmen pembangunan zona integritas oleh KaBPSDM, SesBPSDM, para kapus, para kabalai besar, dan para kabalai. 

Yang mengasyikkan, di sela-sela acara yang serius itu, ada selingan acara outbound. Acara ini dilaksanakan setelah isya. Ada yang sempat shalat tarawih lebih dulu, ada yang menunda salat tarawihnya setelah acara outbound.

Yang juga membanggakan lagi, ada cukup banyak rumusan yang diperoleh dari hasil kegiatan. Tentu saja hal ini harus ditindaklanjuti, tidak hanya oleh BPSDM sendiri, namun bersinergi dengan unit kerja eselon 1 yang lain serta kementerian dan lembaga.

Pak Sekjen hadir di acara penutupan kegiatan. Selain memberikan banyak arahan, beliau juga sempat menyampaikan kultum, kuliah tujuh menit, tausiyah menjelang buka puasa.

Selamat berpuasa, semoga Allah SWT meridhai puasa kita. Amiin.

Sabtu, 02 Maret 2024

MUNGGAHAN DAN MEGENGAN

Tiga hari berturut-turut ini saya menghadiri acara munggahan. Pertama di Balai Besar Jakarta, kedua di Puslat ASN, dan yang ketiga di Balai Besar Yogyakarta.

Munggahan di Puslat ASN merupakan acara BPSDM, tetapi diselenggarakan di Puslat ASN. Di sini, ada Masjid Iskandariyah, sehingga sangat sesuai untuk acara munggahan. Masjid berlantai dua itu cukup leluasa untuk menampung kami semua yang sekitar dua ratus orang.
Munggahan di Balai Besar Yogyakarta, diawali dengan pemberian arahan dan pembinaan oleh Menteri Desa PDTT. Acara dilaksanakan siang hari, setelah Pak Menteri melakukan kunjungan ke Kalasan Valley.
Saya sendiri mengenal istilah munggahan sejak bertugas di Jakarta. Saat itu menjelang puasa, dan Mbak Mala, Kabag Umum dan Kerumahtanggaan menyampaikan kalau akan dilaksanakan acara munggahan. Besoknya, setelah dhuhur, acara munggahan digelar di selasar lantai tiga. Kami berkumpul, berdoa bersama, dan makan bersama.
Munggahan menjadi tradisi menjelang Ramadhan. Di Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya, dikenal istilah megengan. Ada juga yang menyebutnya nyadran atau ruwahan.
Sebuah sumber menjelaskan, tradisi munggahan berasal dari kata 'munggah'. Asal kata munggah dari kata 'unggah' yang berarti naik atau meningkat. Munggah berarti tentang perubahan ke arah yang lebih baik. Meningkatnya keimanan kita untuk memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh rahmah dan maghfirah.
Tradisi munggahan juga menjadi ajang silaturahmi. Berkumpulnya keluarga, kerabat, sahabat, rekan kerja, untuk berdoa dan bershalawat. Doa juga dipanjatkan untuk para leluhur yang sudah mendahului menghadap Illahi Rabbi, dengan harapan semua dosa para leluhur diampuni dan diberikan tempat terbaik di alam kuburnya.
Selanjutnya dari sebuah sumber dijelaskan, megengan berasal dari Bahasa Jawa yang berarti menahan. Dalam menjalankan puasa, umat Islam diingatkan supaya menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa.
Tidak hanya sebagai peringatan, makna lain megengan adalah permohonan maaf bagi sesama. Permohonan maaf disimbolkan dengan kue apem, sebuah kudapan khas Jawa yang biasa disajikan pada berbagai acara. Apem dalam acara megengan ternyata memiliki makna tersendiri. Istilah apem konon diambil dari kata “’afwan” atau ‘’afwun’ yang berarti permohonan maaf.

Megengan juga merupakan wujud rasa syukur kita karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Rasa syukur tersebut disimbolkan dengan nasi berkat atau makanan yang dibagikan kepada keluarga, kerabat, dan para tetangga. Berbagi kepada sesama merupakan sebuah bentuk rasa syukur terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.
Selamat menyambut Ramadhan. Mohon maafkan lahir dan batin.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allahumma baariklana fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighna ramadhana.
“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan.
Amiin yaa Rabb.
Yogyakarta, 2 Maret 2024

Balai Besar Jakarta

Judul di atas hanya sebutan singkat saja. Nama pendek saja. Nama panjangnya adalah Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jakarta. Disingkat BBPPMDDTT Jakarta. Sepanjang itu.

Sepanjang itu juga sebutan untuk Balai Besar Yogyakarta, BBPPMDDTT Yogyakarta. Sedangkan untuk balai yang lain, karena bukan balai besar, sedikit lebih pendek, BPPMDDTT Bengkulu, misalnya. Balai yang lain ada di Makassar, Pekanbaru, Jayapura, Banjarmasin, Denpasar, Ambon. Ya, ada dua balai besar dan tujuh balai. Itulah balai-balai yang dimiliki oleh Kementerian Desa PDTT, yang secara struktur organisasi menjadi tanggung jawab langsung Kepala BPSDM.
Tanggal 28 Februari 2024, Balai Besar Jakarta menyelenggarakan kegiatan Rapat Pembahasan Sistem Kerja. Tujuan kegiatan ini antara lain untuk memantapkan sistem kerja, konsolidasi, dan pembentukan tim kerja.
Peserta rapat meliputi perwakilan dari biro perencanaan dan kerja sama, perwakilan inspektorat jenderal, perwakilan sekretariat BPSDM, dan seluruh pegawai BBPPMDDTT Jakarta. Narasumbernya selain dari internal Kemendesa PDTT yang menguasai konsep dan implemetasi Sistem Kerja Baru, juga ada master trainer dan motivator Dr. Hery Margono, SE., MM.
Saya beruntung karena diberi buku karya Pak Hery, judulnya The Miracle of Metamorph. Sebuah buku motivasi yang sangat bagus, isinya bernas, terkait dengan bagaimana menjadi insan yang berhasil dalam hidupnya, seimbang antara hablum minannas dan hablum minallah.
Sebagaimana kita tahu, pemerintah tengah fokus melakukan penyederhanaan birokrasi. Tidak hanya menghapus struktur birokrasi dan mengalihkan pejabat administrasi menjadi pejabat fungsional, tetapi lebih dari itu, adalah untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih profesional, lincah, dan dinamis. Untuk mewujudkannya, maka mekanisme kerja baru perlu diterapkan guna membangun budaya kerja baru yang lebih relevan.
Dalam laporannya, Dr. Enirawan selaku Kepala Balai Besar Jakarta menyampaikan kondisi eksisting balai saat ini dan apa rencana untuk pengembangan ke depan. Selain tetap melaksanakan berbagai pelatihan, yang merupakan tugas dan fungsi utama balai, kabalai juga menyajikan rencana kegiatan uji terap.
Balai besar, selain memiliki ruang lingkup tugas pelatihan dan pendampingan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi, juga melakukan penerapan model pendampingan dan pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi. Ruang lingkup terakhir inilah yang dimaksud dengan uji terap, dan yang selama ini masih sangat kurang dilakukan oleh balai besar. Padahal ruang lingkup ini jugalah yang membedakan balai besar dengan balai.
Balai Jakarta memiliki wilayah kerja DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Lampung, dan Kalimantan Barat. Setiap balai memiliki wilayah kerjanya masing-masing. Balai Besar Yogyakarta, misalnya, wilayah kerjanya meliputi DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Begitu luasnya wilayah kerja setiap balai, maka perlu strategi yang tepat untuk bisa melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Komunikasi, koordinasi, konsolidasi, sinergi dan kolaborasi harus dilakukan terus-menerus dengan berbagi stakehoders.
Kolaborasi dengan perguruan tinggi, perbankan, filantropi, LSM, pemda provinsi dan kabupaten, dunia usaha, dan sebagainya, memang sudah banyak dilakukan oleh balai. Namun khusus untuk Balai Besar Jakarta, saya menekankan, balai harus berbenah dan bangkit. Hal ini karena dalam penilaian saya selama menjadi Kepala BPSDM, salah satu balai yang kurang cepat bergeraknya adalah Balai Besar Jakarta.
Pencapaian IKU balai harus menjadi prioritas. Namun menargetkan hanya pada pencapaian IKU saja, balai hanya akan menjadi institusi yang biasa-biasa saja. Tidak ada kreativitas, tidak ada inovasi. Tidak ada sesuatu yang dibanggakan sebagai bukti dari kerja keras dan kerja cerdas. Tidak ada kebaruan. Tidak ada inspirasi yang layak untuk dibagikan.
Saya juga tekankan, kehadiran sosok panutan adalah sangat penting. Kepala balai harus menjadi figur. Contoh baik tentang kedisiplinan, integritas, kepedulian, kebersamaan. Harus menjadi leader yang mampu berpikir holistik. Yang mampu berkomunikasi, berkoordinasi, membangun sinergi dan kolaborasi.
Saya juga memberikan contoh tentang beberapa program yang tidak ada dalam IKU Kemendesa dan BPSDM. Program RPL Desa, Pendamping Desa Menulis, Pendamping Desa Inspiratif, PSM Teladan, seminar internasional, dan lain-lain, tidak ada kaitan dengan IKU. Namun semuanya itu adalah kegiatan yang bermakna dan memiliki dampak yang yang sangat penting bagi eksistensi BPSDM dan Kemendesa PDTT, juga pada pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Untuk menjadi organisasi yang kuat dan memiliki daya adaptabilitas tinggi, kekuatan leadership menjadi faktor utama. Balai Besar Jakarta, di bawah kepemimpinan Dr. Enirawan, insyaallah akan menjadi balai yang terdepan, semakin berkembang dan berkibar.
Jakarta, 28 Februari 2024


Jumat, 23 Februari 2024

Bengkulu dan Sawit

Salah satu hal tentang Bengkulu yang selalu ada di benak saya adalah sawit. Sawit dan sawit, menghampar luas sejauh mata memandang bahkan seperti sampai di kaki langit, adalah pemandangan yang kita lihat setiap kali menjelang pesawat mendarat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kelapa sawit merupakan komoditas tanaman perkebunan dengan produksi terbesar di Bengkulu. Tercatat, produksi kelapa sawit di wilayah tersebut sebesar 234,83 ribu ton pada 2020.
Tapi sebenarnya hasil utama Bengkulu bukan hanya sawit. Hasil utama Bengkulu yang lain adalah padi--gabah kering giling, jagung--pipilan kering, kedelai--biji kering, kacang tanah--biji kering, kacang hijau--biji kering, Ubi kayu--umbi basah, dan ubi jalar--umbi basah.
Kalau dilihat dari luas lahan sawit, Bengkulu menempati urutan ke sebelas secara nasional. Riau menempati urutan pertama dengan luas lahan 2,86 juta hektar. Disusul dengan Kalbar, Kalteng, Sumut, Kaltim, Sumsel, Jambi, Aceh, Kalsel dan Sumbar. Luas lahan sawit di Bengkulu 371.900 hektar.
Bengkulu juga kaya rempah. Kopi Bengkulu juga sangat terkenal. Dua komoditi inilah yang dahulu menjadi daya tarik negara-negara lain untuk menguasai Bengkulu. Juga emas dan batubara. Setidaknya Inggris, Belanda, Jepang, dan Perancis adalah negara-negara yang pernah menduduki Bengkulu, salah satunya demi menguasai hasil perkebunan dan hasil alam.
Catatan tentang pendudukan para penjajah ini sebagian bisa kita baca di Benteng Malborough, sebuah benteng peninggalan Inggris, yang menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang penting, selain rumah kediaman Bung Karno dan Ibu Fatmawati. Kalau Anda pencinta sejarah dan belum berkunjung ke Bengkulu, maka mengunjungi Bengkulu harus masuk dalam daftar wajib kunjung Anda.
Berkunjung ke Bengkulu kali ini sungguh istimewa bagi saya. Pada beberapa kunjungan sebelumnya, saya nyaris tidak mempunyai waktu untuk eksplore. Datang, kerja, pulang. Bersyukurlah kali ini kami bisa berkesempatan melihat Bengkulu secara lebih luas.
Di Balai Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Bengkulu, yang jarak tempuhnya sekitar dua jam dari Kota Bengkulu, sawit juga mendominasi lahan balai yang luas keseluruhannya 241, 8 hektar. Sayang sekali waktu kami tiba di balai, hujan menyambut kami cukup deras, sehingga kami hanya bisa menikmati barisan benih sawit yang menghampar luas dari dalam mobil. Balai Bengkulu merupakan salah satu dari sembilan balai yang dimiliki Kemendes PDTT. Delapan yang lain ada di Pekanbaru, Makassar, Banjarmasin, Jayapura, Denpasar, Ambon, Yogyakarta, dan Jakarta.
Indonesia begitu kaya. Hasil alamnya begitu berlimpah. Mari kita syukuri kekayaan dan keberlimpahan ini dengan terus berusaha menjaga kelestariannya. Melakukan hal-hal sederhana dalam akfivitas sehari-hari. Membuang sampah pada tempatnya, hemat air, hemat listrik, menanam dan merawat tanaman dan pohon-pohon, peduli pada sesama.
Indonesia tanah air beta…
Pusaka abadi nan jaya….
Indonesia sejak dulu kala...
Selalu dipuja-puja bangsa...
23022024