Pages

Sabtu, 02 Maret 2024

MUNGGAHAN DAN MEGENGAN

Tiga hari berturut-turut ini saya menghadiri acara munggahan. Pertama di Balai Besar Jakarta, kedua di Puslat ASN, dan yang ketiga di Balai Besar Yogyakarta.

Munggahan di Puslat ASN merupakan acara BPSDM, tetapi diselenggarakan di Puslat ASN. Di sini, ada Masjid Iskandariyah, sehingga sangat sesuai untuk acara munggahan. Masjid berlantai dua itu cukup leluasa untuk menampung kami semua yang sekitar dua ratus orang.
Munggahan di Balai Besar Yogyakarta, diawali dengan pemberian arahan dan pembinaan oleh Menteri Desa PDTT. Acara dilaksanakan siang hari, setelah Pak Menteri melakukan kunjungan ke Kalasan Valley.
Saya sendiri mengenal istilah munggahan sejak bertugas di Jakarta. Saat itu menjelang puasa, dan Mbak Mala, Kabag Umum dan Kerumahtanggaan menyampaikan kalau akan dilaksanakan acara munggahan. Besoknya, setelah dhuhur, acara munggahan digelar di selasar lantai tiga. Kami berkumpul, berdoa bersama, dan makan bersama.
Munggahan menjadi tradisi menjelang Ramadhan. Di Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya, dikenal istilah megengan. Ada juga yang menyebutnya nyadran atau ruwahan.
Sebuah sumber menjelaskan, tradisi munggahan berasal dari kata 'munggah'. Asal kata munggah dari kata 'unggah' yang berarti naik atau meningkat. Munggah berarti tentang perubahan ke arah yang lebih baik. Meningkatnya keimanan kita untuk memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh rahmah dan maghfirah.
Tradisi munggahan juga menjadi ajang silaturahmi. Berkumpulnya keluarga, kerabat, sahabat, rekan kerja, untuk berdoa dan bershalawat. Doa juga dipanjatkan untuk para leluhur yang sudah mendahului menghadap Illahi Rabbi, dengan harapan semua dosa para leluhur diampuni dan diberikan tempat terbaik di alam kuburnya.
Selanjutnya dari sebuah sumber dijelaskan, megengan berasal dari Bahasa Jawa yang berarti menahan. Dalam menjalankan puasa, umat Islam diingatkan supaya menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa.
Tidak hanya sebagai peringatan, makna lain megengan adalah permohonan maaf bagi sesama. Permohonan maaf disimbolkan dengan kue apem, sebuah kudapan khas Jawa yang biasa disajikan pada berbagai acara. Apem dalam acara megengan ternyata memiliki makna tersendiri. Istilah apem konon diambil dari kata “’afwan” atau ‘’afwun’ yang berarti permohonan maaf.

Megengan juga merupakan wujud rasa syukur kita karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Rasa syukur tersebut disimbolkan dengan nasi berkat atau makanan yang dibagikan kepada keluarga, kerabat, dan para tetangga. Berbagi kepada sesama merupakan sebuah bentuk rasa syukur terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.
Selamat menyambut Ramadhan. Mohon maafkan lahir dan batin.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allahumma baariklana fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighna ramadhana.
“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan.
Amiin yaa Rabb.
Yogyakarta, 2 Maret 2024

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...