Pages

Rabu, 01 Mei 2024

Menapak Jejak Laskar Pelangi

Salah satu buku yang sangat inspiratif bagi saya adalah Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Tidak hanya alur cerita dan untaian kata-katanya yang begitu apik dan indah, namun juga isinya yang penuh dengan pesan moral tentang keteguhan hati, kesetiakawanan, ketaatan pada guru, orang tua, dan juga agama dan bangsa. Juga tentang perjuangan mengejar cita-cita.

Dua hari ini saya berkesempatan menapak jejak Laskar Pelangi. Ini adalah mimpi yang sudah sejak lama saya simpan  setelah saya membaca buku dan nonton film Laskar Pelangi. Mungkin sejak tahun 2009-an atau 2010-an.

Saya memulai perjalanan dari Hanandjoeddin International Airport, sebuah bandar udara internasional yang terletak di Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. Saya terbang dari Bangka, setelah sehari sebelumnya bersama Menteri Desa dan Dirjen PDP menghadiri Pesta Adat Murok Jerami di Desa Namang. Menteri Desa dan Dirjen PDP kembali ke Jakarta dan saya melanjutkan perjalanan ke Belitung. Bertemu dengan teman-teman TPP dan berdialog di sekretariat mereka. Setelah itu, didampingi dua orang TPP, kami memulai perjalanan napak tilas itu.

Yang pertama kami kunjungi adalah replika SD Muhammadiyah Gantong. Sebuah bangunan kayu beratap seng yang berdiri di atas hamparan bukit pasir di Desa Lenggang, Kecamatan Gantong, Belitung Timur. Replika SD Laskar Pelangi ini sengaja dibangun untuk menggambarkan suasana pendidikan anak-anak tempo dulu di Belitung Timur. Sebuah daerah yang hidup dari penambangan timah dan hasil tangkapan nelayan. 

Pada lokasi sesungguhnya SD Muhammadiyah Gantong (dengan huruf 'o') saat ini sudah berdiri M.Ts Muhammadiyah Gantung (dengan huruf 'u'). Bangunan asli sudah tidak ada. Oleh sebab itu, replika SD Muhammadiyah Gantong dibuat supaya jejaknya tidak hilang. 

Setelah itu kami mengunjungi Ibu Muslimah, gurunya Andrea Hirata, di rumah beliau. Entah mengapa saya merasa sangat terharu saat memeluk dan mencium tangannya. Begitu juga beliau, saya rasakan keharuannya saat memeluk saya, seperti kami sudah saling mengenal sejak lama.

Foto bersama di depan sekolah MTs Muhammadiyah Gantung.

Perempuan yang dalam film Laskar Pelangi diperankan oleh Cut Mini itu, di mata saya begitu memukau. Keramahan dan kehangatannya saat menyambut kami, cerita-ceritanya yang mengalir deras saat mengisahkan kenakalan Andrea Hirata kecil dan kawan-kawannya, juga perjuangannya sebagai guru honorer di sekolah kecil, dan juga harapannya untuk pendidikan hari ini dan ke depan. Salah satu kalimat yang dengan tegas beliau ungkapkan, sekolah jangan menjadi penjara bagi anak-anak, namun sebaliknya, sekolah harus menjadi taman firdaus. Beliau memberikan contoh bagaimana praktik di sekolah banyak yang sudah menyimpang, yang justeru bersumber dari sikap, perilaku dan tindakan guru. Anak belajar dengan penuh tekanan, serta banyak kekerasan fisik dan mental yang dialami anak.

Namun satu hal lagi yang membuat saya sangat terharu adalah, memeluk Ibu Muslimah, seperti memeluk ibu saya sendiri. Posturnya yang kecil, kehangatannya, ketegasannya saat berbicara, sungguh mengingatkan saya pada sosok almarhumah ibu.

Dari rumah Ibu Muslimah, kami  mengunjungi MTs Muhammadiyah Gantung. Hanya sekadar ingin mellihat lokasi asli SD Muhammadiyah Gantong tempat Ikal dan kawan-kawannya menuntut ilmu. 

Kemudian kami mengunjungi Musium Laskar Pelangi. Sesuai namanya, bangunan sederhana itu dicat aneka warna bak pelangi. Ada ruang kelas, ruang baca puisi, ruang yang dibiarkan terbuka, dan dinding yang penuh lukisan dan tulisan. Harus diakui, setiap coretan seperti begitu berarti. Juga setiap benda, termasuk tumpukan koper tua di salah satu sudut musium.

Kami mengakhiri perjalanan dengan menikmati sebutir kelapa muda di sebuah pantai, saat sore sudah mulai temaram. Sambil berbincang lagi dengan teman-teman TPP.

Kenangan di sekolah Laskar Pelangi.

Pagi ini, kami melanjutkan perjalanan napak tilas kami. Dari BW Suites Hotel tempat kami menginap, kami mengunjungi Pantai Tanjung Tinggi. Pantai ini menjadi salah satu lokasi syuting Laskar Pelangi, dan menjadi destinasi wisata yang paling ikonik di Belitung. Jaraknya yang hanya sekitar 30 menit dari bandara juga sangat memudahkan orang untuk menjangkaunya. 

Sungguh, banyak pantai yang indah yang saya sudah pernah lihat. Namun pantai Tanjung Tinggi ini begitu memukau. Tidak hanya batu-batu besarnya yang menghampar di mana-mana, dan air lautnya yang bening hijau kebiruan. Namun saya seperti melihat Ikal dan teman-temannya berlari-lari di antara batu-batu itu. Membawa saya kembali pada kesadaran yang tinggi, betapa dahsyatnya sebuah tulisan. Kalau Andrea Hirata tidak pernah menulis kisah tentang Laskar Pelangi, mungkin tak akan pernah ada Belitung dalam benak kebanyakan kita. 

Merasakan sendiri suasana sekolah Laskar Pelangi.

Andrea Hirata bisa jadi salah satu orang yang paling berkontribusi pada kemajuan Belitung. Wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk melihat seperti apakah tempat kawanan Laskar Pelangi itu. Hotel-hotel didirikan, UMKM tumbuh dan berkembang. Ekonomi dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Tidak hanya mengandalkan pada menambang timah, tangkapan ikan, perkebunan lada dan sawit, namun juga dari sektor pariwisata. 

Semoga Belitung menjadi inspirasi bagi para generasi setelah Andrea Hirata di seluruh Tanah Air.

Belitung, 1 Mei 2024

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...