Pages

Selasa, 03 September 2024

Kampung Raja Prailiu

Tempat ini sudah beberapa kali saya singgahi. Sejak pertama kali saya mengunjungi Sumba Timur, di tahun 2011, yang setelah itu, hampir setiap tahun saya mengunjungi Sumba Timur. Dan setiap kali mengunjungi Sumba Timur, saya hampir selalu tidak pernah melewatkan Kampung Raja ini.

Sumba Timur adalah wilayah pertama Unesa dalam Program SM3T. Ada lebih dari ratusan guru peserta program tersebut yang ditugaskan di berbagai pelosok di Sumba Timur selama setahun. Program SM3T itu sendiri dimulai dari tahun 2011 sampai dengan 2016.

Sejak program berakhir, saya praktis tidak pernah lagi mengunjungi Sumba Timur. Meskipun selalu saja ada tugas ke berbagai wilayah Indonesia, saya tidak pernah  bertugas ke Sumba Timur.

Hari ini, setelah delapan tahun berlalu, saya kembali menapakkan kaki di Tanah Marapu ini. Dalam rangka kegiatan sinergitas pendampingan masyarakat melalui kolaborasi antara TPP dan pegiat pendidikan. Kegiatan dilaksanakan di Hotel Padadita, Kota Waingapu.

Saya memanfaatkan waktu untuk bisa kembali mengunjungi Prailiu. Tujuan utama saya tidak sekadar ingin melihat-lihat tenun dengan beragam jenis dan motif serta produk kerajinan. Namun juga menemui Mama Raja, perempuan lembut yang menjadi pusat penghormatan di kampung raja itu. Mama Raja adalah isteri dari Raja di Prailiu. Raja sendiri sudah berpulang di tahun 2008, dan makam batunya ada di depan kediamannya.

Saya juga ingin melihat seperti apa Prailiu setelah delapan tahun saya tidak pernah mengunjunginya. Ternyata ada yang sangat menarik. Rumah-rumah yang memamerkan hasil kerajinan tenun dan aksesoris semakin mengekspose diri. Mereka tidak hanya menjualnya, tapi juga melayani para turis untuk mengenakan baju adat Sumba. Ada juga galeri tenun yang sangat representatif untuk setiap pengunjung dapat melihat berbagai produk kerajinan, bahkan melihat proses membuat tenun, serta berfoto-foto dengan baju khas Sumba.

Kalau di Belanda turis bisa berpose dengan klederdacht, di Korea dengan hanbok, di Jepang dengan kimono, dan sebagainya, kenapa tidak di Sumba turis juga bisa mencoba baju adatnya yang begitu etnik dan bernilai seni tinggi?

Sumba bagi saya adalah salah satu tempat yang saya selalu ingin datang dan datang lagi. Ada banyak hal yang membuat saya selalu rindu. Tentu saja, karena di sana jugalah sebagian guru SM3T saat ini melaksanakan pengabdiannya. Kalau dulu sebagai peserta SM3T, sekarang mereka sudah jadi ASN guru. Bahkan mereka sudah ada yang menjadi kepala sekolah dan juga ada yang menjadi dosen.

Selain untuk bertemu para guru itu, ada seratus lebih tenaga pendamping profesional (TPP) yang saya sudah  lama sekali ingin menyapanya.

Sumba dengan padang sabananya, kuda-kuda, domba, bukit, lembah, ngarai, hutan, pantai, dan masyarakatnya yang sangat hangat bersahabat, adalah sebagian alasan untuk mengunjunginya.

Bagi saya, mengunjungi Sumba seperti menjemput rindu.....

Sumba Timur, 25 Agustus 2024

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...