Awal Desember saya sudah mengajukan surat
permohonan izin untuk kembali mengabdikan diri ke Kampus Unesa, kepada Menteri
Desa PDT. Pertengahan Desember, surat dari Menteri kepada Rektor Unesa
meluncur, surat tentang pengembalian saya ke kampus. Akhir Desember, surat dari
Rektor Unesa ke Dikti sudah diterima Biro SDM Dikti, surat permohonan untuk
mengaktifkan kembali jabatan guru besar saya. Konon, surat itu sudah ada di
meja Menteri Diktisaintek, tinggal menunggu tanda tangan beliau.
Alhamdulilah, ada sobat rasa saudara, Dik Prof
Upik Aisyah Endah Palupi yang sekarang
menjabat Sesditjen Dikti. Beliaulah yang membantu mengawal dan menelusuri surat
tersebut. Tentu saja bersama tim Pak Rektor.
Yang mana pun yang akan terjadi lebih dulu,
Allahlah yang tahu yang terbaik. Jadi ya sudah, sabar saja. Ngugemi pesan suami
Mas Ayik Baskoro Adjie , supaya saya sabar untuk tetap tinggal di Jakarta dulu
sampai sertijab. Nggak boleh riwa-riwi. Kangen anak bojo dan cucu-cucu, diempet
sik. Sabar sik pokoknya.
Baiklah....
Yang agak jadi masalah, bukan masalah besar sih,
barang-barang saya sudah dikirim semua ke Surabaya. Sudah boyongan. Di
Jakarta ini, saya hanya bawa satu koper. Isinya beberapa lembar baju dan
kosmetik minimalis. Jadi jangan heran kalau di beberapa kegiatan, baju saya
itu-itu saja. Tapi saya jamin, itu baju bersih. Dipakai, dicuci, kering, pakai
lagi.
Yang juga agak
masalah lagi, sewa apartemen saya berakhir di tanggal 10 Januari. Namun
tiba-tiba Gusti Allah mengirimkan bantuannya. Bu Kartini Sembel , Kapus PPJF,
tiba-tiba merelakan aprtemennya saya kuasai.
Demikianlah
sekilas info...
Asli sudah
kangen rawon pangat dan tahu campur Cak Gondrong...
Jakarta,
11012025