Pages

Minggu, 19 Juli 2015

Kenangan tentang Dhafid

Beberapa kali, hati saya dirundung kesedihan karena kehilangan peserta SM-3T atau PPG. Misalnya saat Mohamad Isnaeni meninggal karena kecelakaan laut di Maluku Barat Daya (MBD) pada 24 Maret 2015 yang lalu, hampir setiap hari saya menangis dan kesedihan saya memuncak saat jenazahnya ditemukan setelah empat hari dalam pencarian. Juga pada saat Syahru Ramadhan yang meninggal di asrama PPG, sekitar sepuluh hari sebelum meninggalnya Isnaeni. Syahru cukup dekat dengan saya dan baru seminggu sebelumnya dia saya minta bertemu di ruangan saya. Waktu itu saya menanyakan kabar bapaknya yang sakit keras, dan bagaimana kondisi keluarganya kalau dia harus tinggal di asrama selama menempuh PPG. Tak disangka, itu adalah pertemuan terakhir saya dengan Syahru, karena seminggu kemudian dia meninggal karena sakit mendadak. Di tengah-tengah dia membaca Al Quran di kamarnya di asrama, tiba-tiba dia kejang-kejang, dan meninggal di tengah perjalanan menuju rumah sakit. 

Rasa kehilangan yang sangat kembali saya rasakan pagi ini. Hendrik Yudhistira, mahasiswa PPG Unesa Angkatan 3, menelepon saya sekitar pukul 07.00. Saya pikir dia akan menyampaikan ucapan selamat idul fitri dan mengabarkan kondisi kesehatannya, mengingat dia baru saja sakit beberapa hari yang lalu. Saya spontan mendahuluinya menyampaikan selamat idul fitri dan menanyakan kabarnya. Hendrik menjawab sapa saya dengan suara yang tidak biasa, dan perasaan saya langsung tidak enak.

"Bunda, saya mendengar kabar, tapi kabar ini masih dilacak kebenarannya...."

"Ada apa, Hendrik? Kabar apa?" Saya tak sabar menanti kelanjutan penjelasan Hendrik.

"Bunda, saya mendengar kabar, Dhafid meninggal dunia."

"Apa?" Saya setengah berteriak. "Kenapa, Hendrik? Kamu dengar kabar dari mana? Dhafid yang seksi kerohanian itu? Yang baik, sopan? Benarkah, Hendrik?"

"Ya, Bunda. Ini Krisdana sedang menuju rumahnya, di Desa Tarik, Sidoarjo. Idris juga mungkin segera menuju ke sana. Tadi saya hanya mendapat kabar dari adik Dhafid melalui WA."

Kepedihan seketika menyeruak memenuhi hati saya dan tenggorokan saya sakit menahan tangis. Baru beberapa hari yang lalu, saat Dhafid Kridiawan memasuki ruangan saya bersama Idris Efendi, Ketua Pengurus PPG Unesa, untuk membicarakan rencana acara buka puasa bersama. Sebelumnya, beberapa kali. Dia juga datang ke ruangan saya untuk mengkonsultasikan berbagai hal terkait dengan kegiatan PPG. Pernah juga dia khusus menemui saya bersama seorang temannya sesama mahasiswa Prodi Penjaskesrek, untuk meminta izin tukar sekolah tempat PPL, karena kaki Dhafid yang cedera belum pulih benar dan belum memungkinkannya untuk berkendara jauh dari asrama. 

Sebagai ketua seksi kerohanian, Dhafid menjadi begitu menonjol karena dia menjadi salah satu motor penting dalam setiap kegiatan keagamaan. Pembawaannya yang sangat sopan, penuh hormat dan takzim pada semua dosen, penyayang dan helpful pada teman-temannya, membuat siapa pun merasa sangat nyaman berteman dengan Dhafid. Selain kehalusan budi pekertinya, Dhafid juga sangat bertanggung jawab. Apa pun tugas yang diembannya, selalu dikerjakan dan diselesaikannya dengan sepenuh hati.

Dan pagi ini, kabar tentang meninggalnya Dhafid begitu mengejutkan kami. Baru kemarin kami merayakan idul fitri bersama keluarga dan kerabat, namun kebahagiaan itu seperti terenggut begitu saja. Ya, Dhafid meninggal dalam suasana idul fitri, pada pagi hari di hari kedua. Mengingatkan kami pada sahabat Rukin Firda, wartawan senior Jawa Pos, yang berpulang juga dalam suasana idul fitri, setahun yang lalu.

Saya sendiri sedang berada di Tuban, mudik. Bu Yanti sedang di Banyuwangi, juga mudik. Dia hanya bisa kirim sms: "Merinding aku, Dhe.... Dhafid anak yang baik, sopan....seperti nggak percaya aku...".  Untunglah Pak Sulaiman sedang berada di Surabaya. Dia baru saja mendapatkan anugerah bayi cantik beberapa minggu yang lalu, dan itu sebabnya dia sekeluarga tidak mudik ke Bawean.

Saya hanya bisa berkoordinasi dengan Pak Sulaiman dan Bu Lucia melalui telepon, agar mereka mewakili PPPG Unesa untuk segera meluncur ke rumah duka. Juga ada Mas Febry, staf PPPG, bersama mereka. Tentu saja, para pengurus mahasiwa PPG angkatan 3 yang rumahnya di Sidoarjo dan sekitarnya, juga meluncur ke rumah duka. Kebetulan saat ini semua mahasiswa PPG sedang libur lebaran, dan mereka sedang mudik. Hanya ada beberapa mahasiswa yang tinggal di asrama, mereka berasal dari luar Jawa. Mereka memilih tetap berlebaran di asrama atau ikut teman-teman Jawanya mudik.

Dhafid, adalah sosok yang begitu mengesankan bagi kami semua. Kepergiannya meninggalkan kenangan manis sekaligus meninggalkan kesedihan mendalam. Berbagai posting di akun facebook teman-teman Dhafid bertebaran pada hari kematiannya, dan juga saat pemakamannya. Lengkap dengan foto-foto Dhafid dengan senyum tulusnya. Semua posting itu mengabarkan betapa mulianya Dhafid semasa hidupnya dan betapa dia telah banyak menorehkan kebaikan demi kebaikan. Beberapa posting berikut ini hanyalah sebagian kecil yang sempat saya rekam. 

"KESAKSIAN"
(Imam Zein)

Tuhan ....
Pak Dafid Orang baik
Akulah saksinya.

(Pondok Derita, 2 Syawal 1436)  
"AWAL SYAWAL ITU"
(Mukhamad Yunus Priambodo)

Teman...
Tak kusangka dirimu secepat itu
Masih kuingat jelas pribadi kalem itu
Tak pernah terbersit di benakku
Syawal itu...
Menjadi penanda semua itu
Hari baik nan suci
Dirimu meninggalkan kami

Ya Rabb
Kami tentu ikhlas akan takdir-Mu
Takdir terhadap sahabat kami
Yang Engkau nilai lebih layak menghadap-Mu lebih dulu

Teman...
Kini tak kutemukan lagi sapaan khas itu
Kini kami lebih tahu akan makna kehidupan
Engkau mengajari kami banyak hal

Syawal ini...
Adalah syawal termanis bagi engkau
Engkau dipanggil dalam keadaan yang baik
Semoga ilmu yang telah engkau amalkan kepada anak didikmu
Menjadi sungai yang mengalirkan mata air di Surga Illahi Rabbi

Sidoarjo 18 Juli 2015
Teruntuk sahabatku Dhafid Krisdiawan
MYP  

"Sungguh mengejutkan saudaraku...
Mendengar berita kepulanganmu ke pangkuan sang Khaliq...
Hati ini masih sulit percaya...
Serasa baru kemarin kita bercengkrama, bersenda gurau, sholat berjamaah, atau tadarusan di masjid...
Ternyata dirimu kini telah lebih dulu meninggalkan kami... meninggalkan keluarga besarmu dan keluargamu yang ada di UNESA...
YA... meski kami semua sulit melepasmu ... 
tapi Allah SWT ternyata lebih sayang, lebih cinta dan lebih ingin bertemu akan dirimu...
Selamat jalan kawanku....
Saudaraku...
Kami yakin engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT...

#mengenangmu di tanah MAKASSAR"(Irfan Syahrul)."

Selain dari rekan-rekan sesama mahasiswa, ada juga dosen-dosen Dhafid yang menulis komentar.
      
"Innalillahiwainnailaihi rojiun..selamat jalan mhs terbaikku..semoga Alloh SWT memberikan ampunan dan jalan kemuliaan..amin" (Dr. Nanik Indahwati, M.Or, Ketua Jurusan Penjaskesrek).  


"Mohon infonya ananda Dhafid Krisdiawan sakit apa? Apa benar, dia dipanggil Tuhan? Turut berdukacita mahasiswaku yg baik, santun, saya sgt kaget membaca facebook hari ini ... mhn infonya ...  
(Anung Priambodo, Dosen Penjaskesrek)  
  
"Pak Anung, dik Dhafid Krisdiawan, tidak sakit apa2 pak. Hari idul fitri mengunjungi seluruh keluarga untuk bermaaf maafan. Sampai pukul 10 malam. Pagi tdi waktu shubuh dibangunkan untuk sholat karena ortu menyangka tidurnya lelap sekali. Ternyata sudah tidak ada. Tubuhnya sudah membiru. Dibawa ke puskesmas dan dinyatakan sudah meninggal. Kami keluarga juga shock. Karena baru kemarin bertemu dan mengobrol (Muji Sri Prastiwi, Dosen Pendidikan Biologi, FMIPA Unesa, saudara Dhafid)."  
          
Masih ada puluhan bahkan ratusan posting dan komentar tentang kepergian Dhafid. Semua posting dan komentar itu insyaallah menjadi doa dan saksi tentang betapa mulianya Dhafid. Dhafid layak mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, sebagaimana kebaikan demi kebaikan yang telah ditebarkan semasa hidupnya.

Selamat jalan, Dhafid. Surga dengan taman-taman yang indah dan para bidadari telah menunggumu... Amin Ya Rabbal Alamiin.

Tuban, 
2 Syawal 1436
18 Juli 2015

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...