Menindaklanjuti nota diplomatik dari Chinese Embassy Jakarta, Menteri Desa PDTT melakukan kunjungan ke RRT pada tanggal 14-18 Oktober 2023. Selain Menteri Desa PDTT, rombongan diikuti oleh Ibu Menteri Desa PDTT, Kepala BPSDM, Kepala Biro Humas, dan tim protokol.

SM-3T: Kerinduan
"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan
"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja
"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam
"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga
"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."
Senin, 23 Oktober 2023
Benchmarking Study ke Tiongkok
Selasa, 19 September 2023
Wisuda RPL Desa
Wisuda di Unesa, yang dilaksanakan pada hari ini, 18 September, tidak dihadiri Menteri Desa karena beliau harus menghadiri rapat terbatas dengan presiden terkait dengan revisi UU tentang Desa. Namun Bupati Bojonegoro beserta jajarannya hadir. Ada sebanyak 582 mahasiswa, juga dari lima prodi, yang diwisuda. Saya dan beberapa pejabat tinggi madya dan pratama, hadir mewakili Kemendes PDTT.
Di UNY, wisuda dihelat khusus, tidak dibarengkan dengan mahasiswa reguler. Wisuda khusus mahasiswa program RPL Desa. Sedangkan di Unesa, wisuda mahasiswa program RPL Desa digabungkan dengan wisuda mahasiswa reguler. Jumlah total wisudawan sekitar dua ribuan. Ditambah keluarga, maka perhelatan besar tersebut sempat memacetkan kawasan Unesa Lidah Wetan dan sekitarnya pada pagi dan siang menjelang sore hari tadi.
Menyaksikan mahasiswa program RPL Desa itu diwisuda, membangkitkan keharuan pada banyak orang. Termasuk saya. Haru dan bangga karena para pejuang desa itu akhirnya mampu meraih gelar sarjana. Di perguruan tinggi yang tidak kaleng-kaleng lagi, UNY dan Unesa. Setelah melampaui proses panjang dan melelahkan, sejak rekrutmen sampai hari ini. Sangat melelahkan, tidak hanya bagi para mahasiswa, namun juga bagi para dosen. Mengajar, membimbing dan memotivasi para mahasiswa yang pada umumnya sudah tidak lagi muda itu, yang sudah lama tidak bergulat dalam aktivitas akademik, tentu membutuhkan kesabaran dan energi ekstra. Dan syukurlah, dengan terus-menerus melakukan pendampingan dan pembimbingan, akhirnya hari ini pun tiba. Para mahasiswa itu lulus setelah mereka berjibaku selama dua tahun atau empat semester. Mungkin mereka pun tak pernah menyangka, bahwa suatu saat mereka memiliki kesempatam emas seperti ini. Mengenyam bangku kuliah, dan menjadi sarjana. Betapa semua bagai mimpi.
Foto bersama wisudawan RPL.
Program RPL
Desa merupakan program yang digagas oleh Kementerian Desa, Kabupaten Bojonegoro
sebagai penyandang dana, dan perguruan tinggi sebagai kampus penyelenggara.
Tujuan program ini adalah untuk memberikan apresiasi pada kepala desa,
perangkat desa, para pegiat desa lainnya, dengan cara memberikan pengakuan atau
rekognisi pengalaman-pengalaman mereka dalam pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa. Tentu saja, program ini juga untuk meningkatkan kapasitas SDM
desa, yang diharapkan berkontribusi pada kinerja mereka dalam menyelenggarakan
pemerintahan desa, mendampingi pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat
desa. Peogram RPL Desa juga berkesuaian dengan hampir semua tujuan SDGs Desa,
terutama tujuan ke-4, pendidikan desa berkualitas.
Sebagai sebuah investasi jangka panjang, meningkatnya pendidikan SDM Desa, diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan ekonomi, kemadirian dan kesejahteraan masyarakat desa. Tentu hal ini bukanlah sebuah harapan kosong, karena berbagai bukti empirik telah membuktikan bahwa pendidikan memilki efek multiplayer.
Bupati Bojonegoro memberikan sambutan.
Wisuda Program
RPL Desa tingkat sarjana saat ini merupakan angkatan pertama. Diharapkan,
program mulia ini akan terus berlanjut dan semakin banyak pihak yang terlibat.
Tugas Kementerian Desa adalah mengorkestrasikan pemerintah daerah, dunia usaha,
perguruan tinggi, serta stakeholders yang lain, untuk memastikan program ini
terus berkelanjutan.
Wisudawan RPL mendapat ucapan selamat.
Saat ini,
sedang berlangsung juga perkuliahan jalur RPL Desa tingkat sarjana di Unnes,
dengan penyandang dananya adalah Kabupaten Blora. Juga RPL Desa tingkat
magister di UNS dan UB, dengan Kabupaten Bojonegoro sebagai penyandang dana.
Pada akhirnya nanti, akan semakin banyak SDM desa yang berpendidikan tinggi, dan mereka akan mendedikasikan diri untuk kemajuan desa. Desa-desa akan semakin bersinar, dan cahayanya menerangi seluruh persada Bumi Pertiwi.
Surabaya, 18 September 2023
Jumat, 23 Juni 2023
Kesalehan Sosial di Tanah Haram
Pada 2009, saya berhaji bersama suami, mas Baskoro Adjie ,dan bapak ibu mertua. Pada saat itu, saya berusia 42 tahun, dan suami 46 tahun. Ibu berusia 67 tahun, dan bapak berusia 74 tahun.
Berhaji bersama orang tua, tentulah sebuah berkah dan
kebahagiaan yang luar biasa. Tantangan dan ujiannya juga mungkin luar biasa.
Haji adalah ibadah fisik. Untuk bisa melaksanakan semua wajib dan rukun haji,
kita sendiri harus memastikan diri sendiri dalam kondisi kesehatan yang prima.
Apa lagi dengan membawa orang tua, kita harus ekstra sehat lahir dan batin,
fisik dan mental. Harus mampu mengendalikan diri supaya bisa menyesuaikan
dengan ritme kondisi fisik dan psikis orang tua.
Ibadah haji bagi sebagian kecil orang, bukanlah sesuatu yang
istimewa. Bagi para pembimbing haji, misalnya, Madinah dan Makkah ibarat rumah
kedua. Bagi para pemilik biro travel dan umroh beserta para tour leader-nya,
haji adalah aktivitas ibadah yang ritualnya sudah di luar kepala. Bagi para
panitia dan petugas haji yang tergabung dalam Kementerian Agama, bertandang ke
Tanah Suci seperti layaknya melakukan tugas-tugas perjalanan dinas saja, meski
dengan mengemban tanggung jawab yang super berat untuk memastikan segala
sesuatu berjalan lancar dan aman.
Namun bagi kebanyakan orang lainnya, termasuk kami, haji
adalah sebuah proyek besar. Harus dipersiapkan segala sesuatunya, jauh-jauh
hari. Menguatkan niat, mengikhtiarkan untuk mewujudkan niat, dan melaksanakan
niat itu dengan sesempurna mungkin. Karena bisa jadi, ini adalah kesempaan
satu-satunya selama hidup. Belum tentu akan datang lagi, apa lagi dengan
kondisi yang harus mengantri puluhan tahun seperti saat ini.
Tahun 2011, saya dan suami kembali ke Baitullah bersama anak
semata wayang kami, Barrock Argashabri Adji , untuk menunaikan umrah. Saat itu
adalah bulan suci Ramadhan. Suhunya sama atau bahkan lebih tinggi seperti saat
ini, berkisar 46-48 derajat Celcius. Tantangannya tentu tidak ringan, bukan
hanya karena cuaca panas. Namun juga karena waktu berpuasa di Tanah Suci lebih
panjang. Sekitar pukul 04.00 masuk waktu shubuh, dan maghrib pada sekitar pukul
19.00. Isya sekitar pukul 21.00, kemudian tarawih sampai sekitar pukul 23.00.
Sebagaimana kita tahu, tarawih di Tanah Suci adalah ritual yang panjang. Kita
hanya punya waktu istirahat sekitar tiga jam untuk kemudian melakukan sahur,
dan bergegas menuju masjid untuk melakukan shalat shubuh berjamaah. Namun
semuanya itu, bila kita menghayatinya, betapa nikmatnya.
Pada musim haji 2023 ini, dengan caranya, tiba-tiba Allah
SWT memanggil saya lagi untuk menjadi tamunya. Dan yang lebih istimewa lagi,
saya diberi kesempatan untuk melihat banyak hal terkait dengan penyelenggaraan
ibadah haji. Saya bisa melihat akomodasi, konsumsi, transportasi, layanan
lansia, dan sebagainya. Saya bisa ngobrol apa saja dengan para jamaah, ketua
regu, ketua rombongan, ketua kloter, dan seterusnya. Saya bahkan bisa melihat
kamar-kamar para jamaah, menu makanan mereka, dan bagaimana para petugas
melayani mereka.
Rabu, 21 Juni yang lalu, saya berkesempatan menengok sebuah
hotel di sektor 11. Mengunjungi sebuah kamar yang isinya empat orang lansia.
Salah satu di antaranya, saya lupa namanya, adalah "pelayan" untuk
ketiga lansia yang lain. Ya, meskipun dia sendiri sudah termasuk lansia,
terlihat dari garis wajah dan rambut serta kumisnya yang sudah memutih, dia
harus bertugas melayani teman-teman sekamarnya itu. Dia, sebuat saja pak
Yadi, kondisi fisiknya memang terlihat
paling sehat dan paling kuat di antara ketiganya.
Dua orang mengidap dimensia, saya perkirakan usianya sudah
di atas 70 atau bahkan 80 tahun. Satu lagi, sepertinya tidak terlalu banyak
memerlukan pelayanan ekstra seperti yang dua lansia ini, karena masih bisa
melayani diri sendiri meskipun perlu sesekali dibantu.
Dua lansia pengidap dimensia itu sedang tidur saat saya
datang. Tubuh kurusnya tergolek di kasur. Tidak ada keluarga yang
mendampinginya. Keduanya kadangkala lupa di mana tempat tidurnya. Ke kamar
mandi harus dipapah. Tidak jarang, sebelum sampai ke kamar mandi, kotoran sudah
keluar duluan atau sudah kencing duluan. Pak Yadilah yang kemudian membersihkan
semuanya. Memandikannya, dan memasangkan popok.
Pak Yadi juga menyuapi mereka. Memastikan mereka meminum
obatnya. Memandikan mereka setiap hari, memasang dan melepas popoknya. Tidak
jarang, dia harus beberapa kali
terbangun di tengah malam, karena harus melayani para lansia tersebut.
Pak Yadi menceritakan itu semua sambil menangis. Bukan
karena dia merasa berat hati. Tapi karena justeru dia merasa trenyuh, merasa
terpanggil untuk mengurus mereka, dengan sekuat tenaga. Dia bilang, ‘sak
kuat-kuate, Bu, kulo urus, mesakne sanget, Bu. Mboten wonten keluarga babar
blas.”
Kesalehan sosial yang begitu kental, itulah yang saya lihat
pada sosoknya. Mata saya ikut mbrebes mili mendengar kisahnya dan melihat
ketiga ‘momongan’nya itu.
Saya ingat orang tua saya. Saat berhaji dulu, saya dan suami
berusaha sepenuhya melayani semua kebutuhannya. Tapi itu adalah orang tua kami.
Melayani beliau berdua adalah sesuatu yang ‘given’. Kewajiban setiap anak pada
orang tuanya. Namun sesuatu yang sangat menyentuh adalah kesalehan sosial
orang-orang di sekitar kami. Setiap kali kami menunaikan umroh, ketika thawaf
dan sai, secara bergantian teman-teman serombongan kami dengan suka hati
bergantian menuntun Bapak dan Ibu kami. Juga pada saat puncak haji di Arafah,
Muzdalifah, dan Mina.
Lain halnya dengan Pak Yadi ini, ketiga orang sepuh itu sama
sekali ‘dudu sanak dudu kadang’nya. Namun dengan kesalehan sosial yang
dimilikinya, dia melakukan semuanya sebagai sebuah kewajiban. Sungguh
mengharukan. Semoga Allah memberinya kekuatan dan kesehatan lahir dan batin,
sehingga dia bisa terus melayani dan menunaikan ibadahnya sendiri dengan
sempurna. Itulah doa yang dia panjatkan setiap saat.
Tentu kesalehan sosial semacam itu tidak hanya pada kasus
Pak Yadi satu-satunya. Di banyak tempat kita bisa merasakan, betapa
hablumminannas itu begitu kental. Pada
satu kloter tertentu, misalnya, setiap jamaah lansia yang berkursi roda sudah
memiliki tiga orang pendamping, yang notabene adalah para jamaah di kloter
tersebut. Mereka dengan suka cita menjadi relawan untuk para sepuh.
Kesalehan sosial tentu saja juga diperlihatkan oleh para
petugas haji. Sejak jamaah bersiap berangkat, selama di perjalanan, ketika
sampai di tempat tujuan, dan seterusnya, sampai pada pendampingan ibadah
mereka, ada petugas yang selalu siap membantu, selain para pendamping yang
mungkin mereka miliki. Ada juga mahasiswa yang menjadi tim pendukung yang
mendedikasikan diri mereka untuk melayani para jamaah. Para petugas dan tim
pendukung itu ada di mana-mana. Di terminal kedatangan, di jalan-jalan, di
hotel-hotel, di Masjid Nabawi, di tempat-tempat miqat, di Masjidil Haram, di
dekat toilet-toilet, di pintu masuk dan pintu keluar masjid, dan sebagainya.
Lengkap dengan seragam mereka yang khas, yang menandakan mereka adalah petugas
ibadah haji Indonesia 2023. Melihat seorang petugas menyeberangkan jamaah di
jalan-jalan, dan bahkan membantu membawakan bawaan mereka, adalah pemandangan
yang sangat lazim.
Sebagaimana kita tahu, pada musim haji 2023 ini, jumlah
lansia mencapai sekitar sepertiga jumlah jamaah. Lansia dengan berbagai
kondisinya. Pengidap stroke, dimensia, lumpuh, tunanetra, komplikasi, dan
sebagainya.
Negara hadir untuk melayani mereka sebaik-baiknya. Komitmen
‘Haji Ramah Lansia” betapa tidak mudah untuk diwujudkan. Namun ikhtiar untuk
menyediakan kondisi yang aman, nyaman, menyenangkan, dan tentu saja syar’i,
terus-menerus dilakukan. Tentu tidak sesempurna sebagaimana diharapkan oleh
setiap orang. Namun bagi orang yang sudah pernah mengalami berhaji sebelumnya,
tidak bisa dipungkiri, betapa peningkatan layanan di semua hal begitu terasa
sangat signifikan.
Semoga Allah memuliakan para tamunya di Tanah Suci,
memuliakaan para pemimpin dan setiap orang yang telah dan terus berkomitmen
untuk menunaikan kebajikan bagi umat. Amiin Allahumma amiin.
Makkah Almukarramah, 23 Juni 2023
Minggu, 28 Mei 2023
Perjalanan Lima Hari
Tanggal 9-14 Mei 2023, selama lima hari saya melakukan perjalanan. Dimulai dari Jakarta menuju Jayapura, berangkat 9 Mei menumpang Garuda, take of pukul 23.30. Tiba di Sentani pukul 06.30, sekitar lima jam waktu tempuh. Seharian berkegiatan, dari pagi sampai malam.
Besoknya, selepas shubuh, kami bergerak kembali ke Sentani Airport, dan kembali menumpang GA, berangkat pukul 07.30, menuju Jakarta.
Tiba di Soetta
pukul 11.06, lanjut terbang ke Semarang, masih dengan Garuda, berangkat pukul
14.30. Penerbangan lancar, dan mendarat di Ahmad Yani Airport pukul 15.30.
Lanjut perjalanan darat menuju Rembang. Sempat macet hampir dua jam sebelum masuk tol Demak. Sekitar lima jam perjalanan, sampai di Rembang, termasuk istirahat makan di Pati dengan menu nasi gandul. Nasinya sedikit saja, tapi gandulannya yang banyak.
Paginya, dari Hotel Fave tempat saya menginap, saya berjalan menuju Pondok Raudlotut Thalibin, Leteh. Sempat bertemu Bu Khofifah dan rombongannya di lobi.
Hari-hari ini, hotel-hotel di Rembang full-booked. Besok ada gelaran ngunduh mantu putera bungsu Ibu Nyai Muhsinah Cholil. Dik Zaim Cholil Mumtaz, mempelai pria, yang bekerja di BIN, adalah adik Gus Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU, dan juga adik Gus Menag Yaqut Cholil Qoumas . Bisa dibayangkan betapa banyak tamu dari berbagai kalangan yang akan khurmat manten. Ditambah lagi dengan para santri dan alumni ponpes yang akan hadir dari seluruh penjuru tanah air.
Saya niat insun jalan kaki pagi ini, melemaskan kaku-kaku di kaki-kaki setelah menempuh perjalanan panjang. Saya lihat di google map, jarak tempuh dari hotel ke ponpes Leteh hanya 14 menit berjalan kaki. Supaya jalan kaki lebih bernilai, saya niatkan juga untuk silaturahim ke ndalemnya Kyai Makin, paklik saya satu-satunya, adik Bulik Muhsinah. Di sepanjang jalan KH Bisri Mustofa, beberapa ratus meter dari kediaman Paklik Makin, yang lokasinya tidak jauh dari kediaman Bulik Muhsinah, terop di sepanjang jalan sudah nampak terpasang. Barisan mobil parkir di sepanjang jalan. Ada juga mobil patwal. Menandakan kalau Dik Ketum PBNU dan Dik Menag sudah tiba. Protokol dan ajudan nampak memenuhi halaman dan mondar-mandir atau duduk-duduk.
Di rumah Paklik Makin, saya menikmati sarapan dengan menu sambel terong dan tempe goreng. Ini adalah menu yang sangat melegenda di kalangan kami. Menu klangenan para keponakan Paklik Makin dan Bulik Lis. Menu yang sudah saya idam-idamkan dan membuat saya sengaja melupakan jatah breakfast di hotel pagi ini.
Setelah kenyang makan dan ngobrol, saya diantar adik saya yang manis, Dik Dealova Chua sowan Bulik Muhsinah. Berjalan kaki saja, karena jaraknya hanya sekitar seratus meter Sungkem dan mohon tambahan pangestu pada Bulik Sin, panggilan akrab Bulik Muhsinah, yang tetap cantik di usia beliau yang tentu tidak lagi muda. Bertemu dengan saudara-saudara, putra-putri dan menantu Bulik Sin. Gus Menag dan isterinya yang super segalanya, dik Eny Retno . Dik Ummi Kaltsum Cholil Zalidj , dik Zaenab Cholil Qotsumah , dik Faizah Cholil Tsuqoibak, Dik Diyah Hanies dan sebagainya. Tidak berhasil ketemu Gus Yahya karena tamunya sedang bejibun. Gus Bisri Cholil Laqouf dan dik Hanies Cholil juga entah kemana, pagi itu saya tidak berhasil menemukan sosok nggantengnya.
Dari kediaman Bulik Sin, saya diantar Dik Subhan kembali ke Hotel Fave. Lantas bersama staf dan driver menuju Kantor Dinas PMD Kabupaten Rembang. Bertemu Kadinas dan seratus lebih para Tenaga Pendamping Profesional.
Siang itu juga,
saya menyempatkan diri bersilaturahim ke Pamotan. Bertemu dengan adik-adik
sepupu dan para keponakan yang manis-manis. Dik Farizzah Nur Chayati , dik
Nimas Diah Ayu , dan sebagainya. Disuguhi lontong tuyuhan dan sate kambing yang
lezatnya pakai banget. Pulangnya masih dibawain keripik singkong dan emping
jagung yang gurihnya sampai ke hati.
Sabtu, 13 Mei, gelaran ngunduh mantu itu dihelat. Sebenarnya undangannya pukul 10.00. Namun sejak pagi, tamu sudah mulai berdatangan. Beberapa sisi jalan ditutup karena akan ada banyak pejabat yang menghadiri acara tersebut. Setidaknya pejabat eselon dari Kemenag, jajaran pimpinan dan pengurus PBNU, para kepala daerah, serta para tokoh masyarakat, politikus, dan sebagainya.
Saya dan Mas Ayik Baskoro Adjie , Arga Barrock Argashabri Adji , Yoan Lita dan dua bocil Kakak Kai dan Adik Lumi, hadir lengkap di acara tersebut. Bagi kami, juga seluruh anggota keluarga besar Bani Siroj, momentum semacam ini tidak sekadar khurmat manten. Namun juga ajang silaturahim dan ngalap berkah. Maka berkumpullah kami Bani Tamam, Bani Basjiroh-Zawawi (saya dan saudara-saudara saya beserta anak cucu), Bani Karimah, Bani Mujab, Bani Wahab, Bani Sabiq, Bani Makin, tumplek blek. Sempat juga bertemu Mbak Ienas Tsuroiya , puteri Kyai Mustofa Bisri, yang hari itu cantiknya manglingi, namun kami tidak sempat berfoto bersama. Tentu saja bahagianya dan hebohnya masyaallah.
Dalam situasi penuh lautan manusia seperti itu, alhamdulilah dua bocil kami tidak rewel, meski kami sekeluarga tidak sempat berfoto bersama dengan mempelai. Selesai acara, setelah kembali ke hotel, saya cium dua bocil kami itu dengan penuh rasa sayang dan terima kasih, karena sudah bersabar membersamai kami dalam ajang silaturahim yang heboh tersebut. Semoga kelak mereka berdua dan anak turun kami semua menjadi ahli silaturahim seperti para leluhur kami. Amiin.
Siang ini saya sudah kembali di Jakarta. Sebelum shubuh tadi, saya bersama staf berkendara dari Rembang menuju Semarang, untuk terbang dengan Garuda flight pukul 09.55. Sempat sarapan soto Pak Man yang porsinya kecil, cukuplah untuk mengawali perjalanan di hari ini. Semangkok kecil soto, dan beberapa tambahan pendamping, bakwan jagung, tempe goreng, keripik tempe, sate pentol, dan kerupuk. Hm....
Insyaallah
besok saya akan mulai diet untuk menebus kealpaan saya beberapa hari ini.
Jakarta, 14 Mei
2023
Sabtu, 25 Maret 2023
Hari Desa Asri Nusantara
Tanggal 19-20 Maret yang baru lalu, kami memperingati Hari Desa Asri Nusantara di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Menteri Desa PDTT Abdul Halim Iskandar dan Wakil Presiden Kyai Ma'ruf Amin berkenan hadir. Kami semua pejabat eselon satu dan beberapa pejabat eselon dua di lingkungan Kemendesa PDTT juga hadir untuk ikut memeriahkan. PIC kegiatan ini adalah Ditjen Pembangunan Desa dan Perdesaan, sehingga Pak Dirjen Sugito Jaya Sentika adalah orang yang paling sibuk untuk mempersiapkan dan melaksanakan agenda besar tersebut.
Hari Desa Asri
Nusantara ditetapkan oleh Kementerian Desa PDTT melalui Kepmendesa PDTT Nomor
110 Tahun 2022 tentang Hari Desa, untuk mengingatkan kita akan pentingnya desa
yang Asri (Aman, Sehat, Rindang, dan Indah). Tujuan peringatan Hari Desa Asri
Nusantara adalah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perubahan
iklim. Selain itu juga untuk mewujudkan desa asri yang bersih, hijau, dan jauh
dari pencemaran lingkungan. Juga untuk mengurangi risiko bencana di desa.
Acara seremonial
Hari Desa Asri Nusantara dilaksanakan di Desa Makmur, Kecamatan Pangkalan
Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Wapres, Menteri Desa PDTT, Gunernur Riau, Bupati
Pelalawan, dan Forkopimda, secara simbolis melakukan penanaman pohon. Penanaman
pohon juga dilakukan secara serentak yang diikuti oleh seluruh desa di
Indonesia. Pohon yang ditanam sebanyak 8.508.327 pohon di seluruh Indonesia.
Hal tersebut sesuai dengan tema Peringatan Hari Desa Asri Nusantara, yaitu
"Desa Menghijaukan Dunia".
Agenda lain dalam Peringatan Hari Desa Asri Nusantara adalah kunjungan ke PT APRIL (Asia Pacific Resources International Limited). Perusahaan ini merupakan salah satu penghasil pulp dan kertas yang terbesar, dengan teknologi terkini, dan konon terefisien di dunia. Produk yang dihasilkam antara lain kertas untuk mencetak dan menulis, tisu, tas belanja, kemasan makanan, majalah dan buku. Salah satu produk kertas yaitu PaperOne, dipasarkan dan dijual di lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Bisnis dibangun berdasarkan kebijakan pengelolaan hutan berkelanjutan. Sebanyak sekitar 5.000 orang yang dipekerjakan secara langsung dan lebih dari 90.000 orang yang dipekerjakan secara tidak langsung, misalnya sebagai pemasok.
Sungguh
beruntung kami bisa mengunjungi kawasan PT APRIL yang sangat mengagumkan. Kami
bisa melihat lokasi dan bahkan kegiatan riset, pengembangan bibit secara massal
di area pembibitan (nursery) hingga menghasilkan produk pulp dan kertas yang
berkualitas dan berkelanjutan. Sebuah pengalaman yang sangat berharga dan berkesan.
Tidak kalah
berkesannya adalah saat kami mengunjungi Desa Wisata Kuala Terusan dan kami
menkmati makan siang di atas perahu (kucay) yang dikenal dengan tradisi
"makan beranyut". Menu makan siangnya selain hidangan ikan, ayam, dan
sebagainya, yang paling menonjol adalah udang galah yang besar-besar dan manis
serta gurih, lezat sekali.
Selamat
Memperingati Hari Desa Asri Nusantara Tahun 2023. Mari kita jaga kelestarian
alam.
Selasa, 14 Maret 2023
Ke Bogor
Kalau kemarin saya silaturahim ke rumah Mbak Nani Sujarwo
untuk mengisi akhir pekan saya, hari ini saya menjadwalkan diri mlipir ke
Bogor.
Berangkat pukul 08.00 dari apartemen, langsung Bogor. Kali
ini bersama Mbak Tika dan Mas Ardi, tentu saja dengan Mang Atek, driver
andalan.
Kunjungan pertama di rumah kakak di Kompleks IPB
Sindangbarang, Mbak Prof Dindien dan Bang Palla. Lantas kami bareng-bareng ke
perumahan Budi Agung, sowan Mbak Tatik dan Mas Prof Bowo. Kami sudah puluhan
tahun tidak ketemu. Begitu ketemu, tahu-tahu sudah sama-sama tua. He he. Mbak
Tatik sudah purna sejak 2020 yang lalu, dan Mas Bowo purna tahun ini. Keduanya
dosen IPB, sama halnya Mbak Dindien dan Bang Palla.
Dari rumah Mbak Tatik, masih dengan Mbak Dindien dan Bang Palla,
kami menuju RS Mulia, bezuk Mas Bambang yang sedang dirawat di ICU, semoga
Allah SWT memberikan yang terbaik. Amiin. Di sini bertemu dengan Mbak Dien,
isteri Mas Bambang. Bertemu juga dengan Mbak Jeane dan Mbak Wiwik. Mereka semua
adalah kakak sepupu Mas Ayik Baskoro Adjie .
Dari RS, kami mampir makan siang di Rahayu, restoran yang tidak terlalu jauh dari RS. Dari sana, balik lagi ke rumah Mbak Dindien dan Bang Palla, numpang shalat, ngobrol-ngobrol sambil menikmati sukun kukus, pisang goreng, dan es kopyor.
Lantas kami pamit, dan menuju rumah Dik Farijah Nur Chayati
, adikku yang manis dan imut. Rumahnya di Jalan Sholeh Iskandar. Ngobrol ngalor
ngidul ngetan ngulon. Sekitar pukul 16.00, kami pamit.
Meluncur balik Jakarta. Semakin malam, kalau hari Minggu
begini, macet yang semakin parah ada di mana-mana. Jadi sebelum terjebak macet
berkepanjangan, kami ngibritlah.....
Alhamdulilah, menjelang maghrib sudah sampai apartemen lagi.
Saatnya anak kost ini untuk umbah-umbah dan setriko. Hehe.
Nana dan Nani
Akhir pekan ini, saya tidak pulang ke Surabaya. Stay di Jakarta saja. Setelah beberapa minggu mondar-mandir menyesuaikan dengan agenda dinas keluar kota yang berkejaran susul-menyusul, saya ingin minggu ini ada waktu untuk agak rileks. Ya, tentu saja sambil ngempet rasa kangen pada keluarga, terutama para cucu. Kalau kangen sama mbah-e cucu sih, sudah terlatih sejak dulu. Jadi tidak terlalu menyiksa. Hehe
Saya memanfaatkan waktu untuk
bersilaturahim. Begitulah bila pada akhir pekan saya berada di Jakarta. Sowan-sowan saja. Banyak
saudara dan teman di Jakarta dan sekitarnya yang saya ingin kunjungi.
Hari ini saya berkunjung ke rumah
Mbak Nani Sujarwo , ditemani Mbak Tika, staf Kemendes PDTT, dan Mang Atek,
driver. Mbak Nani adalah teman sekolah
saya di SMP Filial Tuban dulu.
Mbak Nani mempunyai saudara
kembar, namanya Mbak Nana Sundjojo . Sebetulnya nama mereka berdua adalah
Susriratna (Nana) dan Susriratni (Nani). Nama di belakang nama mereka, untuk
Mbak Nani adalah nama suami, sedangkan untuk Mbak Nana, adalah nama ayah.
Mbak Nani dan Mbak Nana, keduanya
adalah teman SMP saya. Saya sendiri tidak pernah sekelas dengan mereka. Tapi
hampir semua siswa di sekolah kami saat itu, mengenal mereka berdua.
Anak kembar memang selalu menarik
perhatian dimana pun. Apa lagi mereka berdua, yang selain cantik, anggun,
ramah, juga baik hati. Tidak sombong. Malah terkesan sangat rendah hati. Kesan
itulah yang ada di benak saya tentang mereka berdua dulu. Dan kesan itu tidak
berubah, sampai sekarang.
Dulu, saya tidak pernah bisa membedakan, yang mana Mbak Nani dan mana Mbak Nana, kalau mereka sedang sendiri-sendiri. Postur dan tinggi badan sama, model rambut sama, sama-sama berlesung pipit. Tetapi kalau mereka sedang berdua, saya bisa menyebut namanya dengan benar. Saya lupa, apa ciri khas keduanya, tapi itulah, saya hanya bisa mengidentifikasi dengan benar kalau mereka sedang berdua.
Nah, ternyata hal itu berlanjut
sampai sekarang. Saya masih saja melihat mereka berdua sama persis. Bahkan
karena saat ini kami jarang bertemu, saya semakin tidak bisa membedakannya.
Tetapi karena Mbak Nana tinggal di Tuban, dan Mbak Nani tinggal di Jakarta,
saya yakin, yang saya kunjungi pagi ini adalah Mbak Nani. Heheh.
Uniknya, Mbak Nani dan Mbak Nana
sama-sama mempunyai hobi memasak, khususnya bikin kue. Saya pernah berkunjung
ke rumah Mbak Nana di Tuban, saya disuguhi kue bikinannya sendiri. Sering juga
kalau ada acara pertemuan dengan teman-teman, Mbak Nana membawa kue bikinannya.
Kue yang enak-enak dan cantik-cantik kayak yang bikin.
Hari ini, di rumah Mbak Nani, saya disuguhi crepe mille dan pizza bikinan Mbak Nani sendiri. Lezatnya mantap. Sambil ngobrol, kami menikmati gurihnya pizza dan legitnya crepe mille. Ditemani segelas teh manis.
Pulangnya, kami masih dibawain
sekotak pizza dan sepotong besar crepe mille. Wow. Benar-benar program
penggendutan ini. Hehe. Cocok untuk anak kost kayak saya.
Alhamdulilah. Terima kasih ya,
Mbak Nani. Berkah, berkah.
Jakarta, 11 Maret 2023