Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Kamis, 30 November 2023

Seblak

Entah kenapa, sejak makanan ini keluar dan menjadi terkenal, saya belum pernah tergerak hati untuk mencicipinya. Ada semacam penolakan dalam benak saya.

Seblak itu makanan apa sih? Saya pernah beberapa kali menanyakan itu ke beberapa kawan. Jawabannya hampir sama. Krupuk yang dikasih kuah, kadang sampai mblobor krupuknya. Biasanya ditambah makaroni dan sayuran, juga telur. Ada juga yang ditambah sosis dan bakso. Rasanya bergantung selera. Pedas, setengah pedas, atau sedikit pedas.
Krupuk yang dikasih kuah. Satu kalimat ini yang mengganggu saya. Apa lagi ada kata 'mblobor'. Membayangkannya, sungguh mematikan selera saya.
Nah, kemarin, di Lembang, kami cangkrukan malam-malam di sebuah tempat makan yang namanya Kopi Gunung. Tempatnya bagus, sejuk sekali, romantis, di bawah gunung. Tapi karena malam, gunungnya tidak kelihatan, hanya nampak lampu-lampu kecil yang menandai puncaknya. Itu pun muncul tenggelam karena kabut datang dan pergi.
Di situlah salah seorang teman kami memesan seblak. Menu yang lain seperti cireng, pisang bakar, tahu walik, ketan bakar, juga kami pesan. Dengan beberapa minuman hangat, wedang uwuh, bandrek, kopi jahe, dan sebagainya.
Begitu seblak keluar, staf saya minta mbak waiter untuk menyediakan dua mangkuk kosong plus sendok garpunya. Kemudian dia menyilakan saya untuk mencicipi seblak. Saya pun mengambilnya satu-dua sendok. Menurut saya, penampilannya mirip capjai. Tapi lebih padat dan agak kental. Rasanya, gimana ya?
Menurut Anda, kira-kira gimana? Hehe. Penasaran pingin tahu pendapat teman-teman tentang seblak.
Lembang, 23 November 2023

Sandalwood Boutique Hotel

Hotel ini ada di kawasan Lembang, Bandung. Bukan hotel yang besar. Namun begitu saya memasuki ruang lobinya, saya langsung terkesima karena banyak hal unik. Beberapa keunikan itu saya tampilkan di sini.

Selama tiga hari saya membersamai teman-teman Balai Besar Jakarta dalam kegiatan FGD Pembahasan Kurikulum Pelatihan di hotel ini. Ada lima kepala dinas juga yang hadir, serta beberapa narasumber. Ada juga kegiatan outbound.
Udara Lembang yang sejuk dan makanan yang enak sangat mendukung kenyamanan. Meskipun acara demi acara padat, semua dilakukan dengan suka cita. Saya dan Pak Sesbadan serta beberapa teman, malah sempat mencuri sedikit waktu untuk healing di Tangkuban Perahu, yang jaraknya dari hotel hanya sekitar lima belas menit.
Keunikan hotel ternyata tidak hanya di bagian depan saja, namun ada di mana-mana. Di kamar juga ditemukan banyak hiasan dan ornamen unik. Juga di tempat makan. Dipadu dengan kealamiahan pohon-pohon pinus dan aroma wangi bunga yang sangat natural, tempat ini sangat cocok untuk kerja dan gathering. Apa lagi beberapa destinasi wisata ada di sekitar hotel, cocoklah hotel ini sebagai pilihan keluarga dan siapa saja yang ingin hiling-hiling hehe.
Lembang, 22-24 Nobember 2023

Balai Besar dan Balai


BPSDM Kemendesa PDTT mengelola dua balai besar dan tujuh balai. Dua balai besar ada di Jakarta dan Yogyakarta. Sedangkan balai ada di Jayapura, Makassar, Ambon, Denpasar, Pekanbaru, Banjarmasin, dan Bengkulu. Sebutannya adalah Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, disingkat BBPPMDDTT untuk balai besar, dan BPPMDDTT untuk yang lainnya.

Tugas utama balai adalah melaksanakan penyuluhan, pelatihan, dan pemdampingan masyarakat. Beberapa jenis pelatihan yang dilakukan antara lain pengelolaan bumdes, pengembangan desa wisata, perikanan, ekonomi kreatif, dan sebagainya.

Setiap balai yang dipimpin oleh seorang kepala balai besar/balai memiliki wilayah kerja. Misalnya, Balai Besar Jakarta, wilayah kerjanya adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Kalimantan Barat. Balai Banjarmasin, wilayah kerjanya adalah semua Kalimantan, kecuali Kalbar. Balai Besar Yogyakarta, wilayah kerjanya adalah DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dan seterusnya, yang intinya, semua provinsi di Indonesia menjadi wilayah kerja balai besar/balai.

Setiap balai memiliki demplot, sebagai laboratorium penelitian sekaligus sebagai sumber belajar bagi para peserta pelatihan. Balai Yogya, misalnya, memiliki kebun edamame, jagung, cabe, terong, kangkung, sawi, dan lain-lain. Ada juga sapi, kambing, ayam, kelinci, burung puyuh. Berbagai jenis ikan juga ditemukan di kolam-kolam. Ada juga budidaya jamur, pembuatan kompos, juga pupuk cair. Semuanya ini dikembangkan sendiri oleh para penggerak swadaya masyarakat (PSM), sebuah jabatan fungsional pengampu utama tugas dan fungsi balai, yang homebase-nya ada di balai-balai.

Balai juga memiliki kerja sama dengan berbagai stakeholder, antara lain perguruan tinggi, pemprov, pemda, perbankan, filantropi, dan sebagainya. Bersama para stakeholder tersebut, balai melakukan oendampingan dan pemberdayaan  masyarakat desa. Khusus dengan kampus, balai berkolaborasi dalam kegiatan magang mahasiswa, KKN Tematik, praktisi mengajar, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Tanggal 15-17 November ini, diselenggarakan rapat koordinasi untuk penguatan kelembagaan balai. Kegiatan dilaksanakan di Balai  Besar Yogyakarta. Semua kepala balai, kabag/kasubag, serta perwakilan PSM, hadir.


Tujuan rakor selain sebagai sesi sharing pengalaman dan inspirasi, juga untuk memperkuat kelembagaan balai sebagai ujung tombak Kemendesa PDTT dalam pemberdayaan masyarakat. Beberapa narasumber dari Unesa dihadirkan untuk memantik diskusi tentang SDGs Desa, evaluasi kelembagaan dengan pendekatan akademik dan kebijakan, juga konsep BLU. Selain itu juga penguatan RB Tematik yang dipandu oleh Inspektur II Itjen Kemendesa PDTT.

Selain ada sesi panel yang menghadirkan para narasumber, sesi diskusi kelompok juga dilakukan, untuk mempertajam hasil.diskusi, serta merumuskan tindak lanjut. Rumusan tersebut kemudian dijabarkan untuk menjadi bagian dari program di tahun 2024 dan tahun-tahun berikutnya. Harapannya, kegiatan ini menghasilkan roadmap pengembangan balai besar/balai, agar meningkat jumlahnya serta mutunya. Ke depan, diharapkan balai ada di lebih banyak provinsi untuk bisa memberikan kontribusi secara lebih signifikan pada pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakatt desa.

Minggu, 12 November 2023

Hutan Cempaka


Hari Jumat kemarin, saya terbang dari Denpasar menuju Surabaya. Sengaja ambil flight pagi, kebetulan tugas sudah saya selesaikan semalam, supaya saya bisa segera bertemu keluarga. Rencananya, sorenya kami akan ke Magetan, karena Sabtu malam, saya harus membuka kegiatan pelatihan content creator yang diselenggarakan oleh Puslat SDM kemendesa PDTT. Minggu sore juga ada kegiatan Peningkatan Kapasitas TPP di Graha Unesa, dan Pak Menteri diagendakan membuka acara. Jadi memang saya harus ke Surabaya untuk mengawal beberapa kegiatan tersebut.

Tiba-tiba Jumat sore, setelah mandi dan siap berangkat ke Magetan, si Kakak badannya panas. Saya katakan tiba-tiba karena pulang sekolah dia baik-baik saja, makan siang dengan ceria, dan mandi sambil main air dengan tertawa-tawa. Tapi memang dia agak batuk-batuk, dan saya pikir, mungkin karena itulah dia demam.

Rencana ke Magetan pun saya gagalkan. Segera saya koordinasikan pada staf dan Kapuslat SDM, saya tidak jadi bergabung. Cucu sakit, saya tidak tega untuk tinggalkan dia. Tapi kalau diajak,  tentu riskan. Acara di Magetan bisa dibuka oleh stafsus atau kapuslat SDM.

Tapi si Kakak rewel minta tetap pergi. Daripada terus rewel dan batuk dia semakin menjadi-jadi, kami putuskan untuk check in di hotel saja, yang penting keluar dari rumah membawa segala barang yang sudah kami persiapkan sejak siang tadi.

Malam itu kami tidur di Best Mansion. Si Kakak panasnya sudah mendingan setelah minum obat batuk dan obat turun panas. Malam itu dia tidur dengan baik.

Sabtu pagi, melihat Kakak sudah semakin sehat, kami memutuskan untuk pasang tenda di camping ground yang dekat-dekat saja. Sekadar memenuhi janji pada si Kakak, karena sebenarnya kami sudah menyiapkan tenda untuk dibeber di Magetan. Sekalian melatih si Adik untuk mengakrabi alam bebas.

Pilihan kami jatuh pada Hutan Cempaka, di Pasuruan. Rekomendasi adik kami yang dedengkot kemping, Dimas Prono Adjie dan Rika Adjie.

Pilihan pada Hutan Cempaka ternyata sangatlah tepat. Kami sering pasang tenda di banyak camping ground, tapi di Hutan Cempaka ini, sepertinya paling komplit sajian pengalamannya. Selain camping ground dengan fasilitas MCK yang bersih, Hutan Cempaka juga memiliki kedai yang menyediakan berbagai aneka panganan dengan siatem prasmanan, joglo besar dan kecil, dan juga panorama alam hutan pinus yang indah, lengkap dengan view Gunung Arjuno dan Anjasmoro yang begitu anggun. Udara sejuk tentu menjadi bonus tersendiri bagi kita yang setiap hari terpapar panas terik di kota-kota.

Yang juga sangat menarik dan menawan hati, ada pasar rakyat yang buka setiap Minggu Pahing dan Minggu Legi. Jadi sebulan pasar inj buka dua kali. Pasar yang menyajikan berbagai panganan tradisional, makanan dan jajanan.

Di tengah-tengah pasar itu ada panggung yang menampilkan berbagai kesenian tradisional, yang semuanya menonjolkan potensi lokal desa. Mulai anak-anak, remaja, dewasa, semuanya berpartisipasi aktif untuk meramaikan dan menyemarakkan. Sangat menarik dan merupakan meaningful learning bagi para generasi muda, untuk terlibat aktif dalam menjaga kelestarian alam dan budaya.

Dengan sajian alam yang begitu indah dan sajian pengalaman yang begitu bermakna, Hutan Cempaka menjadi referensi bagi setiap orang, terutama bagi keluarga yang ingin memperkenalkan keluarga kecil pada alam semesta. Membangkitkan kecintaan anak pada alam, insyaallah akan membangkitkan kecintaannya pada Sang Pencipta.

Surabaya, 12 November 2023

Senin, 23 Oktober 2023

Benchmarking Study ke Tiongkok

Menindaklanjuti nota diplomatik dari Chinese Embassy Jakarta, Menteri Desa PDTT melakukan kunjungan ke RRT pada tanggal 14-18 Oktober 2023. Selain Menteri Desa PDTT, rombongan diikuti oleh Ibu Menteri Desa PDTT, Kepala BPSDM, Kepala Biro Humas, dan tim protokol.

Kunjungan tersebut dalam rangka menghadiri pembukaan kegiatan Benchmarking Study for Indonesian Villages Heads. Kegiatan ini diikuti oleh dua puluh kepala desa sebagai peserta benchmarking yang berlangsung selama dua belas hari, yaitu 14-25 Oktober 2023.
Selain itu, Menteri Desa PDTT juga diagendakan melakukan dialog ilmiah dengan mahasiswa Universitas Peking pada tanggal 16 Oktober 2023.
Rombongan kepala desa bersama empat orang pendamping bertolak dari Jakarta menuju Beijing pada tanggal 14 Oktober dini hari, transit Shenzen, dan tiba pada sekitar 16.45 waktu Beijing. Malamnya, disusul dengan keberangkatan rombongan Menteri Desa PDTT yang tiba di Beijing pada pukul 07.05 waktu Beijing.
Upacara pembukaan kegiatan Benchmarking dilaksanakan pada 15 Oktober 2023, pukul 14.00-15.00, bertempat di China's People Palace Hotel, Beijing. Di sini jugalah para kades dan pendamping melakukan sebagian kegiatannya bersama para pelatih dan narasumber.
Kegiatan para kades meliputi perkuliahan dan kunjungan lapangan. Materi kuliah di antaranya: strategi mendorong revitalisasi pedesaan, reformasi sistem pertanahan dan pengelolaan skala besar, dan mengembangkan pertanian jenis baru.
Kegiatan kunjungan antara lain dilakukan di Koperasi Petani Taman Utara Beijing. Selain itu, tentu saja, juga kunjungan ke destinasi wisata seperti Tembok Besar China dan ke beberapa desa wisata. Misalnya, kunjungan ke Desa Zhen, untuk mempelajari pengembangan pertanian ekologis berbasis industri pangan dan budidaya perikanan. Kunjungan ke Kota Huaqio dalam rangka mempelajari pengembangan wisata pedesaan dengan fokus pada buadaya sejarah dan konstruksi lingkungan hidup.
Menteri Desa PDTT juga melakukan kunjungan ke Masjid Niujie di Xicheng. Masjid ini merupakan masjid terbesar di Beijing, konon dibangun pada tahun 996 pada masa Dinasti Liao.
Kunjungan ke Universitas Peking diawali dengan audiensi bersama pejabat rektorat dan dekanat serta pejabat yang lain. Setelah itu dilanjutkan dengan dialog bersama para mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia Universitas Peking. Audiensi dan dialog berlangsung dengan sangat menyenangkan, bernas, dan bermanfaat. Jamuan makan malam yang lezat di salah satu restoran berkelas di Peking, menambah kehangatan pertemuan di sore dan malam hari yang dinginnya lumayan menusuk itu.

Peserta benchmarking juga berkesempatan mengunjungi Hangzhou dengan menumpang kereta cepat G33. Selain itu, peserta juga menumpang kereta dari Wuhu ke Stasiun Shanghai Hongqiao. Dan beberapa kegiatan lain, yang pada intinya bertujuan untuk memperluasa pengalaman dan wawasan para kepala desa, memperoleh lesson learnt, supaya menjadi inspirasi untuk lebih mengembangkan desa-desa mereka dan desa-desa di seluruh Indonesia.
Bagi saya pribadi, kunjungan ke China ini adalah yang pertama. Banyak hal menakjubkan dan membuat saya merasa sangat layak untuk belajar dan menambah wawasan.di negeri ini. Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China, konon hadist yang sangat populer ini termasuk hadist yang dhaif. Namun kita tentu sangat menyakini, menuntut ilmu, di mana pun tempatnya. sangatlah dianjurkan. "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu. Dan barangsiapa menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu.
Surabaya, 22 Oktober 2023

Selasa, 19 September 2023

Wisuda RPL Desa


Dua hari ini, saya menghadiri acara wisuda sarjana mahasiswa program RPL Desa. Tanggal 17 September kemarin, wisuda dihelat di UNY. Menteri Desa PDTT dan Bupati Bojonegoro hadir dan menyaksikan sebanyak 319 lulusan Program RPL Desa dari lima prodi itu bertoga. Mereka adalah kepala desa, perangkat desa, pengelola bumdes, dan pegiat desa yang lain, termasuk tenaga pendamping profesional.

Wisuda di Unesa, yang dilaksanakan pada hari ini, 18 September, tidak dihadiri Menteri Desa karena beliau harus menghadiri rapat terbatas dengan presiden terkait dengan revisi UU tentang Desa. Namun Bupati Bojonegoro beserta jajarannya hadir. Ada sebanyak 582 mahasiswa, juga dari lima prodi, yang diwisuda. Saya dan beberapa pejabat tinggi madya dan pratama, hadir mewakili Kemendes PDTT.

Di UNY, wisuda dihelat khusus, tidak dibarengkan dengan mahasiswa reguler. Wisuda khusus mahasiswa program RPL Desa. Sedangkan di Unesa, wisuda mahasiswa program RPL Desa digabungkan dengan wisuda mahasiswa reguler. Jumlah total wisudawan sekitar dua ribuan. Ditambah keluarga, maka perhelatan besar tersebut sempat memacetkan kawasan Unesa Lidah Wetan dan sekitarnya pada pagi dan siang menjelang sore hari tadi.

Menyaksikan mahasiswa program RPL Desa itu diwisuda, membangkitkan keharuan pada banyak orang. Termasuk saya. Haru dan bangga karena para pejuang desa itu akhirnya mampu meraih gelar sarjana. Di perguruan tinggi yang tidak kaleng-kaleng lagi, UNY dan Unesa. Setelah melampaui proses panjang dan melelahkan, sejak rekrutmen sampai hari ini. Sangat melelahkan, tidak hanya bagi para mahasiswa, namun juga bagi para dosen. Mengajar, membimbing dan memotivasi para mahasiswa yang pada umumnya sudah tidak lagi muda itu, yang sudah lama tidak bergulat dalam aktivitas akademik, tentu membutuhkan kesabaran dan energi ekstra. Dan syukurlah, dengan terus-menerus melakukan pendampingan dan pembimbingan, akhirnya hari ini pun tiba. Para mahasiswa itu lulus setelah mereka berjibaku selama dua tahun atau empat semester. Mungkin mereka pun tak pernah menyangka, bahwa suatu saat mereka memiliki kesempatam emas seperti ini. Mengenyam bangku kuliah, dan menjadi sarjana. Betapa semua bagai mimpi.

Foto bersama wisudawan RPL.

Program RPL Desa merupakan program yang digagas oleh Kementerian Desa, Kabupaten Bojonegoro sebagai penyandang dana, dan perguruan tinggi sebagai kampus penyelenggara. Tujuan program ini adalah untuk memberikan apresiasi pada kepala desa, perangkat desa, para pegiat desa lainnya, dengan cara memberikan pengakuan atau rekognisi pengalaman-pengalaman mereka dalam pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Tentu saja, program ini juga untuk meningkatkan kapasitas SDM desa, yang diharapkan berkontribusi pada kinerja mereka dalam menyelenggarakan pemerintahan desa, mendampingi pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Peogram RPL Desa juga berkesuaian dengan hampir semua tujuan SDGs Desa, terutama tujuan ke-4, pendidikan desa berkualitas.

Sebagai sebuah investasi jangka panjang, meningkatnya pendidikan SDM Desa,  diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan ekonomi, kemadirian dan kesejahteraan masyarakat desa. Tentu hal ini bukanlah sebuah harapan kosong, karena berbagai bukti empirik telah membuktikan bahwa pendidikan memilki efek multiplayer.

Bupati Bojonegoro saat menyampaikan sambutan.
Bupati Bojonegoro memberikan sambutan.

Wisuda Program RPL Desa tingkat sarjana saat ini merupakan angkatan pertama. Diharapkan, program mulia ini akan terus berlanjut dan semakin banyak pihak yang terlibat. Tugas Kementerian Desa adalah mengorkestrasikan pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, serta stakeholders yang lain, untuk memastikan program ini terus berkelanjutan.

Wisudawan RPL mendapat ucapan selamat.

Saat ini, sedang berlangsung juga perkuliahan jalur RPL Desa tingkat sarjana di Unnes, dengan penyandang dananya adalah Kabupaten Blora. Juga RPL Desa tingkat magister di UNS dan UB, dengan Kabupaten Bojonegoro sebagai penyandang dana.

Pada akhirnya nanti, akan semakin banyak SDM desa yang berpendidikan tinggi, dan mereka akan mendedikasikan diri untuk kemajuan desa. Desa-desa akan semakin bersinar, dan cahayanya  menerangi seluruh persada Bumi Pertiwi.

Surabaya, 18 September 2023

Jumat, 23 Juni 2023

Kesalehan Sosial di Tanah Haram


Pada 2009, saya berhaji bersama suami, mas Baskoro Adjie ,dan bapak ibu mertua. Pada saat itu, saya berusia 42 tahun, dan suami 46 tahun. Ibu berusia 67 tahun, dan bapak berusia 74 tahun.

Berhaji bersama orang tua, tentulah sebuah berkah dan kebahagiaan yang luar biasa. Tantangan dan ujiannya juga mungkin luar biasa. Haji adalah ibadah fisik. Untuk bisa melaksanakan semua wajib dan rukun haji, kita sendiri harus memastikan diri sendiri dalam kondisi kesehatan yang prima. Apa lagi dengan membawa orang tua, kita harus ekstra sehat lahir dan batin, fisik dan mental. Harus mampu mengendalikan diri supaya bisa menyesuaikan dengan ritme kondisi fisik dan psikis orang tua.

Ibadah haji bagi sebagian kecil orang, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bagi para pembimbing haji, misalnya, Madinah dan Makkah ibarat rumah kedua. Bagi para pemilik biro travel dan umroh beserta para tour leader-nya, haji adalah aktivitas ibadah yang ritualnya sudah di luar kepala. Bagi para panitia dan petugas haji yang tergabung dalam Kementerian Agama, bertandang ke Tanah Suci seperti layaknya melakukan tugas-tugas perjalanan dinas saja, meski dengan mengemban tanggung jawab yang super berat untuk memastikan segala sesuatu berjalan lancar dan aman.

Namun bagi kebanyakan orang lainnya, termasuk kami, haji adalah sebuah proyek besar. Harus dipersiapkan segala sesuatunya, jauh-jauh hari. Menguatkan niat, mengikhtiarkan untuk mewujudkan niat, dan melaksanakan niat itu dengan sesempurna mungkin. Karena bisa jadi, ini adalah kesempaan satu-satunya selama hidup. Belum tentu akan datang lagi, apa lagi dengan kondisi yang harus mengantri puluhan tahun seperti saat ini.

Tahun 2011, saya dan suami kembali ke Baitullah bersama anak semata wayang kami, Barrock Argashabri Adji , untuk menunaikan umrah. Saat itu adalah bulan suci Ramadhan. Suhunya sama atau bahkan lebih tinggi seperti saat ini, berkisar 46-48 derajat Celcius. Tantangannya tentu tidak ringan, bukan hanya karena cuaca panas. Namun juga karena waktu berpuasa di Tanah Suci lebih panjang. Sekitar pukul 04.00 masuk waktu shubuh, dan maghrib pada sekitar pukul 19.00. Isya sekitar pukul 21.00, kemudian tarawih sampai sekitar pukul 23.00. Sebagaimana kita tahu, tarawih di Tanah Suci adalah ritual yang panjang. Kita hanya punya waktu istirahat sekitar tiga jam untuk kemudian melakukan sahur, dan bergegas menuju masjid untuk melakukan shalat shubuh berjamaah. Namun semuanya itu, bila kita menghayatinya, betapa nikmatnya.

Pada musim haji 2023 ini, dengan caranya, tiba-tiba Allah SWT memanggil saya lagi untuk menjadi tamunya. Dan yang lebih istimewa lagi, saya diberi kesempatan untuk melihat banyak hal terkait dengan penyelenggaraan ibadah haji. Saya bisa melihat akomodasi, konsumsi, transportasi, layanan lansia, dan sebagainya. Saya bisa ngobrol apa saja dengan para jamaah, ketua regu, ketua rombongan, ketua kloter, dan seterusnya. Saya bahkan bisa melihat kamar-kamar para jamaah, menu makanan mereka, dan bagaimana para petugas melayani mereka.

Rabu, 21 Juni yang lalu, saya berkesempatan menengok sebuah hotel di sektor 11. Mengunjungi sebuah kamar yang isinya empat orang lansia. Salah satu di antaranya, saya lupa namanya, adalah "pelayan" untuk ketiga lansia yang lain. Ya, meskipun dia sendiri sudah termasuk lansia, terlihat dari garis wajah dan rambut serta kumisnya yang sudah memutih, dia harus bertugas melayani teman-teman sekamarnya itu. Dia, sebuat saja pak Yadi,  kondisi fisiknya memang terlihat paling sehat dan paling kuat di antara ketiganya.

Dua orang mengidap dimensia, saya perkirakan usianya sudah di atas 70 atau bahkan 80 tahun. Satu lagi, sepertinya tidak terlalu banyak memerlukan pelayanan ekstra seperti yang dua lansia ini, karena masih bisa melayani diri sendiri meskipun perlu sesekali dibantu.

Dua lansia pengidap dimensia itu sedang tidur saat saya datang. Tubuh kurusnya tergolek di kasur. Tidak ada keluarga yang mendampinginya. Keduanya kadangkala lupa di mana tempat tidurnya. Ke kamar mandi harus dipapah. Tidak jarang, sebelum sampai ke kamar mandi, kotoran sudah keluar duluan atau sudah kencing duluan. Pak Yadilah yang kemudian membersihkan semuanya. Memandikannya, dan memasangkan popok.

Pak Yadi juga menyuapi mereka. Memastikan mereka meminum obatnya. Memandikan mereka setiap hari, memasang dan melepas popoknya. Tidak jarang, dia harus beberapa  kali terbangun di tengah malam, karena harus melayani para lansia tersebut.

Pak Yadi menceritakan itu semua sambil menangis. Bukan karena dia merasa berat hati. Tapi karena justeru dia merasa trenyuh, merasa terpanggil untuk mengurus mereka, dengan sekuat tenaga. Dia bilang, ‘sak kuat-kuate, Bu, kulo urus, mesakne sanget, Bu. Mboten wonten keluarga babar blas.”

Kesalehan sosial yang begitu kental, itulah yang saya lihat pada sosoknya. Mata saya ikut mbrebes mili mendengar kisahnya dan melihat ketiga ‘momongan’nya itu.

Saya ingat orang tua saya. Saat berhaji dulu, saya dan suami berusaha sepenuhya melayani semua kebutuhannya. Tapi itu adalah orang tua kami. Melayani beliau berdua adalah sesuatu yang ‘given’. Kewajiban setiap anak pada orang tuanya. Namun sesuatu yang sangat menyentuh adalah kesalehan sosial orang-orang di sekitar kami. Setiap kali kami menunaikan umroh, ketika thawaf dan sai, secara bergantian teman-teman serombongan kami dengan suka hati bergantian menuntun Bapak dan Ibu kami. Juga pada saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

Lain halnya dengan Pak Yadi ini, ketiga orang sepuh itu sama sekali ‘dudu sanak dudu kadang’nya. Namun dengan kesalehan sosial yang dimilikinya, dia melakukan semuanya sebagai sebuah kewajiban. Sungguh mengharukan. Semoga Allah memberinya kekuatan dan kesehatan lahir dan batin, sehingga dia bisa terus melayani dan menunaikan ibadahnya sendiri dengan sempurna. Itulah doa yang dia panjatkan setiap saat.

Tentu kesalehan sosial semacam itu tidak hanya pada kasus Pak Yadi satu-satunya. Di banyak tempat kita bisa merasakan, betapa hablumminannas  itu begitu kental. Pada satu kloter tertentu, misalnya, setiap jamaah lansia yang berkursi roda sudah memiliki tiga orang pendamping, yang notabene adalah para jamaah di kloter tersebut. Mereka dengan suka cita menjadi relawan untuk para sepuh.

Kesalehan sosial tentu saja juga diperlihatkan oleh para petugas haji. Sejak jamaah bersiap berangkat, selama di perjalanan, ketika sampai di tempat tujuan, dan seterusnya, sampai pada pendampingan ibadah mereka, ada petugas yang selalu siap membantu, selain para pendamping yang mungkin mereka miliki. Ada juga mahasiswa yang menjadi tim pendukung yang mendedikasikan diri mereka untuk melayani para jamaah. Para petugas dan tim pendukung itu ada di mana-mana. Di terminal kedatangan, di jalan-jalan, di hotel-hotel, di Masjid Nabawi, di tempat-tempat miqat, di Masjidil Haram, di dekat toilet-toilet, di pintu masuk dan pintu keluar masjid, dan sebagainya. Lengkap dengan seragam mereka yang khas, yang menandakan mereka adalah petugas ibadah haji Indonesia 2023. Melihat seorang petugas menyeberangkan jamaah di jalan-jalan, dan bahkan membantu membawakan bawaan mereka, adalah pemandangan yang sangat lazim.

Sebagaimana kita tahu, pada musim haji 2023 ini, jumlah lansia mencapai sekitar sepertiga jumlah jamaah. Lansia dengan berbagai kondisinya. Pengidap stroke, dimensia, lumpuh, tunanetra, komplikasi, dan sebagainya.

Negara hadir untuk melayani mereka sebaik-baiknya. Komitmen ‘Haji Ramah Lansia” betapa tidak mudah untuk diwujudkan. Namun ikhtiar untuk menyediakan kondisi yang aman, nyaman, menyenangkan, dan tentu saja syar’i, terus-menerus dilakukan. Tentu tidak sesempurna sebagaimana diharapkan oleh setiap orang. Namun bagi orang yang sudah pernah mengalami berhaji sebelumnya, tidak bisa dipungkiri, betapa peningkatan layanan di semua hal begitu terasa sangat signifikan.

Semoga Allah memuliakan para tamunya di Tanah Suci, memuliakaan para pemimpin dan setiap orang yang telah dan terus berkomitmen untuk menunaikan kebajikan bagi umat. Amiin Allahumma amiin.

Makkah Almukarramah, 23 Juni 2023