Pages

Selasa, 06 Desember 2022

Catatan Mengikuti PKN 1: Seminar IPP, Puncak Segala Tantangan

 


Hari ini adalah puncak dari empat bulan proses yang telah saya lalui. Sebagai peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat 1 di Lembaga Administrasi Negara (LAN), saya harus mengikuti jadwal on-off-on campus, pembelajaran e-learning, benchmarking, penyusunan policy brief,  seminar rancangan proyek perubahan (rancangan proper/RPP), dan hari ini, seminar implementasi proper (IPP).

Kami, 42 peserta PKN 1 Angkatan 55 LAN-RI, berproses sejak 25 Juli 2022, sampai nanti tanggal 9 Desember 2022. Saya mewakili Kemendesa PDTT, dan yang lain dari KemkumHAM, KemenPUPR, Sekretariat Kabinet, BKKBN, BAPETEN, BIN, BNN, BNPT, Bappeda Gorontalo, BPIP, BSSN, LAN RI, Pemprov Jabar, Pemprov Jatim, Pemprov Papua Barat, Pemprov Gorontalo, Sekda Sumedang, dan Kepolisian RI. Yang terakhir ini menyumbang peserta paling banyak, yaitu 20 orang.

Bagi saya sendiri, ini merupakan panggilan keempat untuk mengikuti PKN. Pada panggilan pertama dan kedua, alasan saya adalah karena adanya kekosongan dua jabatan eselon dua di BPSDM, sehingga saya perlu fokus untuk menata. Alasan pada saat pemanggilan ketiga, adalah karena ada tugas dari Pak Menteri yang saya harus laksanakan. Semuanya atas persetujuan Pak Sekjen. Tapi pada pemanggilan yang keempat, Pak Sekjen sudah tidak memberikan izin lagi pada saya untuk mangkir. Akhirnya, dengan tekad bulat, saya pun masuklah ke Asrama LAN. Bertemu teman-teman yang hebat, pengajar yang hebat, coach yang hebat, pengalaman-pengalaman yang hebat, dan saya merasa betapa beruntungnya saya berada di sini.

Mengikuti PKN ini memberi saya banyak insight dan juga keterampilan baru. Mulai dari terlibat dalam tugas-tugas menulis essay pada Agenda 1, 2, dan 3. Belajar tentang bagaimana menjadi pemimpin yang kolaboratif, pemimpin yang digital, melakukan komunikasi dan advokasi, membuat kebijakan publik, dan bagaimana menjadi pemimpin yang holistik. Kami juga dilatih bagaimana mengelola energi kepemimpinan. Kurikulum disusun dengan sangat baik dan pengajarnya juga mumpuni. Ada LMS dan perpustakaan yang setiap saat bisa kami akses. Juga layanan yang prima, mulai dari akomodasi, konsumsi, rekreasi, senam pagi, fitness centre, dan sebagainya.

Selain pembelajaran pada Agenda 1, 2, dan 3, pengalaman yang lain adalah menyusun policy brief dan benchmarking. Tema PKN 1 ini adalah ketahanan energi. Sebuah tema yang agak asing untuk saya dan mungkin sebagian besar teman. Namun karena ini merupakan tema wajib, maka kami semua berjibaku dengan browsing, discussing, debating, dan juga benchmarking. Kelompok saya sempat berkunjung ke Kementerian ESDM, Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marinvest), Pemerintah Kota Surabaya (Dinas Lingkungan Hidup dan PLTSa Benowo), dan Pemerintah Denmark (Kantor Kedutaan Denmark di Jakarta). Semuanya kami lakukan dengan suka cita, penuh kerelaan demi mendulang pemahaman dan pengalaman, sepenuhnya menyadari betapa gelas kosong di benak kami ini butuh diisi.

Gara-gara mengikuti PKN 1 ini, saya baru tahu kalau PLTSa Benowo, Surabaya, merupakan satu-satunya PLTSa yang saat ini sudah beroperasi. PLTSa pada sebelas kota yang lain, sesuai dengan Perpres 35/2018, sampai saat ini belum beroperasi karena berbagai kendala. Namun berdasarkan hasil diskusi dengan pengelola PLTSa serta dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, saya sangat meyakini, kepemimpinan yang kuat (political will) menjadi faktor utama keberhasilan pengembangan PLTSa.

Institusi/organisasi lain yang menjadi lokus Benchmarking Kebijakan adalah Kantor Kedutaan Denmark (Denmark Embassy) di Jakarta. Kunjungan ke Denmark Embassy dilakukan secara online, pada tanggal 28 September 2020, pukul 10.00-12.00. Kami berkumpul di Jatinangor, di sebuah hotel and resort yang menyediakan wahana untuk bermain golf. Tempat yang apik, udara yang sejuk, makanan yang enak, layanan yang ramah, dan hiburan tari serta angklung yang aduhai. Ketua kami, Pak Herman Suryatman, adalah Sekda Sumedang. Seorang yang trengginas, visioner, inovatif, dan selalu tersenyum. Bersama Bu Nanin, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Barat, beliau merancang semuanya dengan sangat keren, hangat dan menyenangkan.

Diskusi dalam rangka benchmarking diawali dengan presentasi Bupati Sumedang tentang Penerapan Digital Governance. Sumedang adalah kabupaten dengan nilai SPBE tertinggi pada tahun 2022. Sumedang memiliki command center sebagai basis data, analisis, dan dasar dalam membuat kebijakan berbasis digital yang detail dan terperinci. Pantaslah kalau kita perlu belajar ke Sumedang tentang bagaimana mengembangkan pemerintahan berbasis digitalisasi.

Diskusi selanjutnya dengan topik kebijakan Denmark tentang ketahanan energi. Perwakilan dari Denmark adalah Per Brixen (Deputy Head of Mission)  dan Nindya Natasasmita (Sector Advisor). Diskusi dipandu oleh Drs. Hendriyanto (wali Angkatan), pembukaan dan penutupan oleh Dr. Tri Widodo, Deputi  Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara. Presentasi tentang kebijakan energi Denmark disampaikan oleh Team Leader at the Danish Energy Agency, August Zachariae. Selanjutnya kami melakukan tanya jawab untuk lebih memahami, sesuai dengan topik kelompok kami masing-masing.

Kegiatan ini sungguh memberi insight yang luar biasa untuk kami semua. Untuk saya pribadi, ada banyak lesson learnt yang saya peroleh dari proses ini, antara lain adalah pentingnya berpikir holistik, pesan yang jelas, serta kepemimpinan yang kuat. Maka, sejak saat itu,  “The Spirit of Holistic, Clear Messages and Strong Leadership”, menjadi tagline yang saya hambur-hamburkan ke mana-mana.

Untuk tugas menyusun policy brief, kami dibagi dalam empat kelompok. Di bawah bimbingan coach, kami menyusun policy brief dengan begitu detil, berbasis data, dan analisis yang lumayan njelimet untuk bisa merumuskan rekomendasi yang tepat. Di kelompok saya, yaitu kelompok 3, coach kami adalah Pak Suseno. Sosok yang ramah, simpatik, wawasan dan pengalamannya luas, dan selalu menghargai. Beliau adalah motivator ulung di mata saya.

Ternyata policy brief tidak hanya untuk presentasi di kelas. Ternyata kami juga harus meramu policy brief semua kelompok sebagai policy brief kelas. Lantas kami harus mempresentasikannya di hadapan Kemenko Marinvest, Bapak Luhut Binsar Panjaitan. Ada semacam ‘tekanan batin’, tidak hanya pada saya, tapi juga pada hampir semua teman. Pengalaman kami yang pernah mengikuti rapat dengan Pak Luhut, beliau bisa saja memotong presentasi kita sewaktu-waktu kalau beliau tidak berkenan. Pembawaannya yang tas tes tas tes sempat menjadi beban tersendiri. Maka kamipun membentuk tim perumus, dan melakukan simulasi untuk memastikan presentasi kami oke. Pak Herman ketiban sampur untuk presentasi, karena Pak Luhut sudah mengenalnya. Dan alhamdulilah, sore itu, di kantor Kemenko Marinvest, Pak Luhut membiarkan Pak Herman menyelesaikan presentasinya. Bahkan setelahnya, Pak Luhut sempat menayangkan pencerahannya tentang kebijakan ketahanan energi di Indonesia. Wah, maremnya luar biasa.

Tugas terberat bagi kami adalah menyusun proper, dan memang di sinilah bobot penilaian tertinggi. Salah satu tuntutannya, karena ini PKN 1, sebuah program pelatihan kepemimpinan nasional yang paling tinggi, maka proper kami harus berskala nasional dan bahkan internasional bila memungkinkan. Seumur-umur, saya belum pernah dihadapkan pada tugas semacam ini. Tapi pengalaman menyusun skripsi, tesis, disertasi, dan artikel ilmiah, membesarkan hati saya untuk menghadapi dengan tenang tugas menantang ini. Apalagi di bawah bimbingan coach kami yang detil namun global, global namun detil, Bapak Setiabudi Algamar, kami menjalani setiap proses penyusunan proper itu dengan sangat baik.

Mempersiapkan seminar implementasi proper yang kami laksanakan hari ini, sempat membuat kami beberapa hari terakhir ini ogah tersenyum, ogah makan, ogah jogging, ogah makan bubur ayam, ogah ngapa-ngapain. Atau sebaliknya, justeru makan jadi lebih lahap (indikator stress, itu saya), dan ketawa jadi tambah lebar (mengalihkan stress, saya juga). Alhamdulilah, saya punya tim efektif yang sangat efektif. Meskipun yang efektif ya itu-itu saja, loe lagi loe lagi. Biasalah, di mana-mana juga begitu. Tapi tim lengkap saya berbagi tugas dengan begitu ciamik, tentu saja komando tetap sepenuhnya di tangan saya. Semua pejabat eselon 2 di BPSDM terlibat. Plt sekretaris BPSDM (Dr. Fujiartanto) dan Plt Kapus PJF (Agus Wicaksono) yang mengawal kebijakan, Kapuslat Pegawai ASN (Dr. Mulyadin Malik) yang mengawal SIM, Kapus P2MD (Dr, Yusra) yang mengawal sosialisasi dan anggaran. Pejabat eselon 3 (kepala balai besar/balai dan kabag umum dan RT) juga terlibat. Begitu juga  pejabat fungsional terutama para penggerak swadaya masyarakat (PSM) dan analis kebijakan, serta para tenaga pendamping profesional (TPP), dan bahkan teman-teman PPNPN.

Wow, begitu bersemangatnya. Saya serasa sedang di-charge pakai batere super-energizer. Saya sudah lama sekali tidak mengalami situasi seperti ini. Setahun setengah bergabung di Kemendesa PDTT, membuat saya agak terlena dengan “pasukan bodrex” yang selalu ada di sekitar saya. Setiap saat siap sedia melakukan apa pun untuk saya, bahkan untuk hal-hal yang remeh-temeh. Dan di LAN ini, saya dikondisikan pada situsasi yang saya harus membangkitkan kembali kemandirian saya, daya juang saya, sekaligus kemampuan untuk membangun kebersamaan, merangkul semuanya, meyakinkan bahwa proper ini bukan tanggung jawab saya sebagai Luthfiyah Nurlaela, namun tanggung jawab kita semua sebagai BPSDM Kemendesa PDTT.

Dan hari ini adalah puncak dari segala tantangan itu. Saya sudah mempresentasikan laporan implementasi proyek perubahan yang kami gagas bersama, di depan Narasumber Dr. Agus Sudrajat (Deputi Bidang Kajian dan Inovasi Manajemen Aparatur Sipil Negara, LAN RI), Mentor Bapak Taufik Majid, S.Sos., M.Si (Sekjen Kememdesa PDTT) dan Coach Bapak Ir. Setiabudi Algamar, MURP (Widyaiswara Utama LAN-RI).  Output pertama adalah Peraturan Menteri Desa PDTT (Permendesa PDTT), yang sudah terbit setelah berjuang mulai dari penyusunan draf, uji publik, harmonisasi, persetujuan presiden, sampai pada pengundangan. Masyaallah. Sebuah proses yang bikin hati kebat-kebit. Awalnya saya menargetkan Permendesa pada capaian jangka menengah, namun saat seminar rancangan proper, penguji dan mentor menyarankan supaya target itu ditarik di jangka pendek. Subhanallah, Allah yang Maha Rahman memberikan kemudahan-kemudahan, semua proses lancar nyaris tak ada hambatan berarti. Tim permendesa bekerja day to day, tak kenal lelah. Tentu saja dengan pengawalan ketat dari Biro Hukum (Mas Rully dkk) dan teman-teman PSM (Mbak Kartika dkk). Rekan-rekan PKN 1 yang dari KemenkumHAM (Bu Cahyani) dan Sekkab (Pak Teguh), ikut membantu terus mengawal. Sampai pada saat kami sudah hampir menyerah menunggu tahap akhir yaitu penetapan, tanggal 04 Desember 2022, sore hari, Bu Cahyani memberi kabar bahwa NBRI untuk permendesa kami sudah turun, karena Menteri KumHAM sudah menyetujuinya. Ya Allah, serasa mau teriak sambil putar-putar alun-alun saya. Untunglah saya tidak tahu di mana alun-alun di Pejompongan ini, sehingga saya tidak jadi teriak-teriak dan putar-putar. Sebagai gantinya adalah sujud syukur di atas sajadah dan membiarkannya basah karena air mata rasa syukur saya.

Output kedua adalah, SIM Penggerakan Kesawadayaan Masyarakat, yang kami namakan Sipenggerak. Nyaris tidak ada masalah dalam pengembangannya. Tahap perancangan, ujicoba, bimtek dan evaluasi, berjalan mulus-mulus saja. Tim efektif yang menangani SIM ini, di bawah komando Kapuslat Pegawai dan ASN, Dr. Mulyadin Malik, sungguh tim yang andal. Apalagi kami juga berkolaborasi dengan teman-teman Unesa yang sudah sangat mahir dalam urusan per-SIM-an ini.

Output ketiga, adalah publikasi artikel ilmiah. Mungkin karena budaya kampus masih terus melekat pada diri saya, maka publikasi dalam bentuk artikel ilmiah seperti menjadi tagihan wajib untuk saya pribadi. Namun alasannya sesungguhnya sangat masuk akal. Salah satu kegiatan utama PSM dalam unsur pengembangan keprofesian, adalah menulis karya ilmiah. So, kloplah. Dan yang luar biasa, untuk kami yang nekad ini, publikasi artikel ilmiah yang awalnya akan kami ikutkan pada forum ilmiah pihak lain, ternyata justeru forum ilmiah itu bisa kami selenggarakan sendiri. Ya, kami menggelar agenda 1st International Conference on Empowerment of Rural Community. Saat penyelenggaraan, tanggal 30 November 2022, Menteri Desa dan Sekjen bergabung dan memberi opening speech dan keynote speech. Lima invited speaker, dari LAN-RI (Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo), UB (Prof. Luchman Hakin, Ph.D), UiTM MARA Malaysia (Dr, Anderson Ngelambong), Rajabhat University Thailand, (Dr. Thandthong Brammanee), dan dari IDN Global (Bapak Sulistyawan Wibisono), bergabung di sesi pleno. Ada 64 artikel yang diseminarkan di sesi paralel, yang ditulis oleh PSM, TPP, akademisi, mahasiswa, bahkan Pejabat eselon 1 dan eselon 2. Ada 14 reviewer yang kami himpun untuk me-review artikel, mereka adalah akademisi dari dalam maupun luar negeri. Wow!

Output lainnya adalah Lokakarya Penggerakan Keswadayaan Masyarakat, Media Partnership, dan Book Talk. Output tambahan yang sungguh signifikan dalam mendukung pencapaian output kunci. Semuanya dimaksudkan untuk lebih mendekatkan sinergi antara PSM dan TPP serta stakeholder yang lain, memberikan ruang untuk aktualisasi potensi dengan karya-karya yang sudah mereka hasilkan, dan membuka peluang untuk terbangunnya jejaring akademis dan insight sharing.

Senangnya, semua yang terlibat merasa telah memperoleh mamfaat yang luar biasa dan siap untuk terus terlibat pada program-program selanjutnya. Nah, ini yang penting. Membangun engangement, ini yang sungguh sangat penting, karena semua yang kami lakukan tidak semata-mata demi proper, namun harus terus terjamin keberlanjutannya.

Hari ini adalah puncak dari segala tantangan itu. Mentor, narasumber, coach, semua memberikan apresiasi dan dukungannya pada capaian kami. Tapi saya tidak boleh jumawa. Saya tidak boleh takabur. Saya tidak boleh terlena dalam euphoria keberhasilan. Saya harus tetap tawadhu’, harus tetap berjuang untuk mewujudkan bagian yang belum selesai dan harus kami selesaikan.

Hari ini, puncak dari segala tantangan itu. Lusa masih ada festival inovasi yang juga menjadi bagian dari penilaian, yang juga harus kami siapkan. Masih ada Malam Keakraban yang juga harus kami laksanakan. Masih ada agenda pelepasan, yang akan menandai kami sudah lulus mengikuti pelatihan di ASN Corporate University LAN RI, kampus yang menjadi kawah candradimuka kami.

Namun, hari inilah, puncak dari segala tantangan itu. Saatnya memberi waktu bagi tubuh untuk jeda sejenak, sejenak saja, karena besok, tugas-tugas sudah menunggu kita.

Saya tidak bisa menyebut satu per satu pada semua sosok yang sudah mendukung proyek perubahan ini. Tapi saya ingin menyebut Menteri Desa (Dr (HC) Drs. Abdul Halim Iskandar, M.Pd), Sekjen, semua pejabat tinggi madya dan pratama di Kemendesa, Kepala LAN-RI dan seluruh jajarannya, semua stakeholders, para PSM, TPP, tenaga ahli, staf, teman-teman PPNPN, semuanya yang mungkin kelewatan tidak saya sebut. Terima kasih yang tak terhingga. Semoga Allah SWT mencatat semua yang sudah kalian kontribusikan, sebagai amal baik yang berlimpah pahalanya. Amin.

Untuk para peserta PKN 1 Angkatan 55, selamat berjuang, Saudara-saudaraku. Tugas berat di pundak kita adalaa amanah yang harus kita pertanggungjawabkan. Mari terus  bergandeng tangan, saling menguatkan, saling mengilhami. Demi agama, nusa dan bangsa. Demi generasi yang kita cintai. Semoga Allah SWT meridhai. Amin. 


Jakarta, 5 Desember 2022

Luthfiyah Nurlalea

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...