Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Tampilkan postingan dengan label Anjangsana. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anjangsana. Tampilkan semua postingan

Kamis, 06 Juni 2013

Mbak Marni Mantu

Mbak Marni adalah teman SMP saya. Anaknya tiga. Seperti ibunya, anak pertamanya, perempuan, juga lulusan Unesa. Nah, anak perempuannya itulah yang saat ini sedang dimantu.

Kami bertiga, saya, mas Ayik dan Arga, berangkat dari Surabaya menuju Tuban kemarin sore selepas maghrib. Mas Ayik dan saya mengendarai Espass, mobil yang akan kami hadiahkan untuk ibu Tuban. Mobil keluaran tahun 2006 berwarna hitam itu masih sangat mulus. Kilometernya baru 55 ribu meski mobil sudah beroperasi selama tujuh tahunan. Beberapa bagian bahkan masih belum dilepas plastiknya. Mulus. Mesinnya juga. Meski mungkin ada yang perlu distel-stel, begitu kata Mas Ayik. Mobil yang cukup lumayan untuk membawa Ibu ke tempat-tempat pengajian dan ke tempat saudara-saudara. Ibu hobi silaturahim dan ngaji, dan mobil tua yang selama ini mengantar beliau ke mana-mana itu sudah waktunya dicarikan teman. Meski temannya tidak terlalu muda, tapi lumayanlah...hehe.

Oya, Arga mengendarai mobil kecil kami, sendirian. Meski sendirian, di mobilnya sudah saya siapkan cukup bekal. Minuman dan kletikan. Tapi Arga biasanya cukup puas dengan mendengarkan lagu-lagu kesayangannya. Menemani dia melek sepanjang perjalanan.

Pagi tadi selepas shubuh, seperti biasa, saya dan mas Ayik berburu nasi uduk. Belasan nasi uduk bungkus kami bawa pulang untuk sarapan. Tapi tidak sebanyak biasanya. Banyak yang puasa hari ini, puasa Sya'ban. Hampir semua orang dewasa di tiga rumah dalam kompleks rumah keluarga besar kami sedang berpuasa. Kecuali orang dewasa perempuan yang lagi ada udzur atau lelaki dewasa yang sedang M. 
Maksudnya....mmmmMales... Hehe.

Setelah sarapan, kami dan ibu beserta beberapa keponakan pergi ke saudara yang seminggu lalu baru saja 'kesripahan'. Sekalian 'nganyari' mobil lawas. Ibu sangat 'marem' dengan mobil barunya itu.

Saudara kami itu memiliki empat anak, masih kecil-kecil. Beberapa tahun yang lalu ibunya anak-anak itu meninggal. Seminggu yang lalu, ayah mereka yang meninggal. Empat orang anak yatim piatu itu membuat hati kami trenyuh pagi ini. Wajah-wajah polosnya membuat kami larut dalam kedukaan. Benar-benar yatim piatu. Keempatnya belum ada yang berusia baligh. Betapa luar biasa ganjaran Allah yang musti diterima oleh keluarga ini. Menguji kesabaran dengan ganjaran demi ganjaran. Sekaligus membuka pintu-pintu surga dari segala penjuru bagi siapa pun yang berkenan menyantuni anak-anak itu. Demi meraih ridho-Nya. 

Kembali ke mantunya Mbak Marni. Resepsi dilaksanakan di Gedung KSPKP (saya lupa kepanjangannya, panjang sekali sih). Kami datang sekitar pukul 11.20. Sejak di bagian penerima tamu, sudah ada yang menyapa saya, termasuk perempuan-perempuan cantik yang menunggu buku tamu dan suvenir. Ternyata saya cukup populer di sini....wakak...

Kami langsung menuju panggung pelaminan, menyalami Mbak Marni dan pendampingnya. Pendamping Mbak Marni adalah anak keduanya, si jangkung yang tampan. Suami Mbak Marni sudah berpulang beberapa tahun yang lalu, jadilah si sulung sebagai pengganti bapaknya. 

Saya dan Mbak Marni berpelukan, haru. Kami memang sangat dekat. Bersahabat sejak lama. Setiap kali kami pulang kampung, Mbak Marni selalu menghadiahi kami legen asli. Kadang-kadang pisang dan belimbing hasil kebunnya sendiri. Mbak Marni juga beberapa kali main ke rumah kami di Surabaya, seingat saya waktu kami mau berangkat dan pulang haji, juga pada kesempatan yang lain. Saking dekatnya, anak-anaknya sudah sangat mengenal kami. Maka saya pun memeluk putri tunggalnya yang lagi dimantu itu, menjabat erat tangan lelaki muda di sisinya yang ngganteng dan santun, dengan penuh haru dan bahagia.

Begitu kami turun, seorang ibu yang kelihatannya sudah sangat mengenal saya, menyambut kami dan menyilakan kami di sisi yang nampaknya sudah disiapkan khusus untuk para keluarga dan sahabat. Meja-meja prasmanan dengan meja kursi makan yang sudah diatur melingkar. Cocok untuk menikmati hidangan sambil mengobrol dengan kawan-kawan lama.

Tak pelak. Reuni dadakan pun terjadilah. Ada puluhan teman SMP beserta keluarganya yang akhirnya 'ngumpul' di sudut itu. Senangnya bertemu mereka. Kami pun seperti jadi pusat perhatian kedua setelah pengantin. Berkali-kali tukang foto dan tukang video mengarahkan sorotnya ke kami yang lagi ramai. Rupanya Mbak Marni memang meminta para awak dokumentasi itu untuk merekam kami sesering mungkin (haha, ge er). Arga pun juga mengabadikan hampir setiap momen kebersamaan kami.

Lebih dari satu jam kami ada di tempat itu. Beberapa kali saya nyeletuk, 'eh, nggak buyar tah?'. Teman-teman tertawa saja. Sampai akhirnya salah satu dari mereka bilang, 'lek sampeyan pamit, ngko kabeh lak buyar...' Haha, rupanya saya jadi tamu kehormatan siang ini. Dan benar. Begitu saya berdiri dan bilang, 'ayo buyar, rek, wis awan', mereka berdiri. 

Kami tidak langsung menuju pintu keluar. Tapi menuju pelaminan lagi, bermaksud pamit ke Mbak Marni, dan tentu saja, foto bersama. Ramailah kami di panggung penganten. Pengantennya sampai seolah tersisih. Mbak Marni nampak bahagia sekali. Awak dokumentasi sibuk mengabadikan kami. 

Ada banyak tawaran untuk singgah di rumah kawan-kawan. Selalu begitu. Kalau pulang ke Tuban, kami bisa memperoleh banyak 'properti'. Legen, belimbing Tasikmadu, pepaya, mangga, apa saja sesuai musimnya. Minimal makan gratis lontong tahu yang sedap, garang asem, mangut pe,  atau cumi, rajungan dan konco-konconya.

Tapi kami tidak punya waktu banyak. Siang ini juga kami harus segera meluncur kembali ke Surabaya. Sore dan malam ini saya harus packing. 

Besok pagi berangkat ke Sumba.

Selura, I'm coming.....

Tuban, 6 Juni 2013

Wassalam,
LN

Senin, 27 Mei 2013

Beliau adalah Dosen Saya

Sosok tinggi besar dan cantik itu mengulurkan tangannya begitu saya muncul di depan pintu Gedung H 113 Pasca Sarjana UM. Beliau adalah Ibu Any Sutiadiningsih. Saya menyalaminya, mencium tangannya, dan seperti biasa, pipi kanan-kiri kami bersentuhan. Hangat.

Ternyata di ruang itu ada banyak teman baik saya yang lain. Pak Setiadi, teman S2 di IKIP Yogyakarta dulu; bu Wiwied, alumnus PTM IKIP Surabaya angkatan kuliah 84, sekarang dosen PTM UM, teman baik sejak kuliah S1 dan kebetulan kakaknya bu Upik (Dr. Aisyah Indah Palupi, staf ahli PR1 Unesa); pak Dewanto dan pak Joko Suwito (dosen PTM Unesa); bu Marniati (Dosen Tata Busana Unesa), dan banyak nama lain yang saya sudah sangat akrab. 

Mereka semua sedang menempuh S3 Prodi Pendidikan Kejuruan di UM (Universitas Negeri Malang). Hari ini mereka ada di ruangan ini untuk menghadiri dan memberi dukungan atas ujian proposal disertasi bu Any.

Tentu saja, yang juga sudah sangat saya kenal, adalah Prof. Sonhaji, Prof. Haris Syafrudi, dan Dr. Eddy Sutaji, yang pagi ini bersama-sama saya menjadi penguji. Dr. Eddy Sutaji kebetulan adalah alumnus IKIP Surabaya/Unesa jurusan PTM angkatan kuliah tahun 81. Beliau, kebetulan juga, adalah koordinator PPG-SM3T UM, dan lagi-lagi kebetulan, juga bersama saya menjadi promotor bu Any. Jadilah kami 'terpaksa' sering berkomunikasi dan 'runtang-runtung'. 

Mas Eddy, begitu saya memanggilnya, menurut Pak Muchlas, adalah termasuk mahasiswa terbaik dari PTM. Namun sayang dia 'tidak diambil sendiri' oleh IKIP Surabaya pada saat itu. Beruntunglam UM memiliki dia. 

Pagi ini, Ibu Any akan maju untuk ujian proposal disertasinya. Judulnya adalah 'Analisis Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Berorientasi Entrepreneurship Ditinjau dari Aspek Kurikulum dan Pembelajaran'. Merupakan penelitian multi situs yang dilakukan di SMK 1 Buduran Sidoarjo, SMK 1 Batu, dan SMK 2 Jombang.

Saya pribadi menilai masalah yang diteliti cukup menarik. Tentang kebijakan, kurikulum,  dan  entrepreneurship itu sendiri. Terkait dengan kebijakan pendidikan kejuruan, proposal ini mengulas mulai dari berbagai produk kebijakan selevel UU sisdiknas, PP dan peraturan menteri tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sampai produk kebijakan yang menjadi payung pengembangan entrepreneurship di SMK. 

Tentang kurikulum SMK, pembahasan bermula sejak Kurikulum 1990 yang masih berorientasi subject matter, kurikulum 1994 yang terkenal dengan Pendidikan Sistem Ganda, sampai ke kurikulum 2004 atau KBK yang tersohor dengan competency based-nya, dan kurikulum 2006 atau KTSP yang selain tetap berbasis kompetensi juga menekankan ke arah entrepreneur dan self employee. Kurikulum 2013 tidak disinggung sama sekali karena sampai saat ini, kurikulum tersebut masih belum diterapkan (masih pada tahap sosialisasi dan persiapan uji coba). 

Bu Any sendiri mengambil keputusan yang cukup berani saat mengambil penelitian kebijakan ini. Beliau benar-benar belajar tentang penelitian kebijakan dari nol. Keputusan yang karena dipepet keadaan. Kami tim promotor tidak menghendaki beliau untuk mengambil tema dan model pendekatan yang sudah sangat umum. Semacam penelitian korelasional atau sebab akibat. Dengan menyusun barisan variabel yang kemudian akan dilihat apakah ada hubungan, perbedaan, pengaruh, dan sejenisnya, dengan rancangan penelitian eksperimen tertentu. Untuk level S3, rasanya penelitian-penelitian semacam itu harus sudah mulai ditinggalkan. Lebih direkomendasikan pada penelitian untuk pengembangan ilmu, sesuai dengan tuntutan studi di S3. Juga sesuai dengan KKNI, yaitu pada level 9, yang antara lain: mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter, multi dan transdisipliner. Analisis kebijakan yang akan diangkat bu Any dimaksudkan untuk keperluan memecahkan persoalan pengembangan entrepreneurship di SMK. 

Meski entrepreneurship sudah mewarnai kurikulun SMK sejak 2004, saat itu bahkan bersinergi dengan pengembangan life skill, namun sampai saat ini, implementasi kurikulum itu belum seperti yang diharapkan. Hasilnya pun juga masih dipertanyakan. Problem masih cukup besarnya jumlah lulusan SMK yang tidak terserap di dunia kerja, atau kompetensi mereka yang ternyata tidak memenuhi tuntutan dunia kerja, masih terus menjadi masalah klasik yang tidak pernah terurai dari tahun ke tahun. Lebih-lebih dengan begitu kecilnya persentase lulusan yang berwirausaha, maka kurikulum entrepreneurship itu perlu dikaji ulang: apakah ada masalah dalam kurikulum itu sendiri, ataukah dalam implementasinya?

Penelitian kebijakan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teori tentang analisis kebijakan lebih banyak mengacu pada William Dunn, tentang public policy analysis. Begitu juga dengan metodologi yang digunakan. Sedangkan analisis kualitatifnya lebih menyandarkan pada analisis interaktif dari Miles and Huberman. 

Penelitian ini diharapkan lebih terjamin dalam hal 'novelty'-nya serta terjaga dari replikasi dan duplikasi. Selain itu, tentu saja, juga dari kegunaan hasil penelitiannya diharapkan lebih bermakna.

Ujian selesai menjelang dhuhur, dan alhamdulilah berjalan cukup lancar. Ada lumayan banyak revisi yang harus dibuat Bu Any. Saya sendiri meminta beliau untuk menjabarkan 'state of the art' penelitian, mempertajam fokus penelitian, dan juga membenahi kajian pustakanya. Penguji yang lain juga memberikan banyak masukan untuk proposal tersebut. Namun, Prof. Haris, selaku Kaprodi yang memimpin ujian tersebut, menyatakan bahwa proposal bisa diterima dan calon promovendus (begitu istilah Prof. Sonhaji) tidak perlu mengulang ujian proposalnya.

Saya memeluk Bu Any setelah pengumuman itu. Turut merasakan kelegaanya. Turut bangga dan senang karena satu tahap penting telah dilaluinya. Beliau meneteskan air mata karena terharu saking leganya.

Bagi saya, Bu Any sendiri begitu istimewa. Puluhan atau mungkin ratusan mahasiswa yang sudah saya bimbing, tapi rasanya tidak seperti membimbing Bu Any. Saya ingin membantu beliau sepenuhnya, ingin menjadi bagian penting dalam sejarah hidupnya, dalam catatan perjalanan kesuksesannya. Sebagaimana beliau yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya. Mengantarkan saya pada tahap seperti sekarang ini.

Ya, bertahun-tahun saya dibimbingnya dengan penuh kesabaran dan kedisiplinan.  Diajari arti bertanggung jawab dan bekerja keras. Setidaknya selama empat-lima tahun beliau menempa saya terus-menerus, tanpa lelah.  

Beliau, Bu Any Sutiadiningsih, adalah dosen saya ketika saya masih kuliah di S1 Pendidikan Tata Boga. Sampai saat ini pun, meski kami adalah kolega, dan bahkan saat ini saya adalah promotor beliau, beliau tetap dosen saya.... 

Malang, 27 Mei 2013

Wassalam,
LN

Senin, 10 Desember 2012

Nggowes Bersama Pakde Karwo dan Gus Ipul

Pagi ini ramah sekali. Sedikit mendung, tetapi justru itulah yang membuat pagi ini begitu menyenangkan. Matahari yang malas menampakkan sinarnya membuat kami malah bersemangat.

Ya, karena pagi ini kami akan nggowes. Bersepeda. Bersama pakde Karwo dan Gus Ipul. Meskipun tepat jam 06.00 saya, mas Ayik, dan tujuh teman dari Surabaya sudah tiba di lokasi start, tetapi ternyata kami tetap saja telat. Teman saya, mas Esa, yang menjadi salah satu panitia kegiatan ini, menanyakan di mana posisi saya. Dia katakan acara akan segera dimulai. Sejak beberapa hari yang lalu saya memang sudah diwanti-wanti sama mas Agus Maimun, ketua IKASMADA, kalau saya diharapkan bisa turut mendampingi para pejabat. Tapi posisi saya dan mas Ayik masih di belakang, dan saya perkirakan tidak mungkin bisa menjangkau tempat pemberangkatan tepat pada waktunya. Maka saya katakan saja pada mas Esa, "monggo dimulai sajalah". Toh Pakde Karwo dan Gus Ipul tidak mungkin mau menunggu saya, tambah saya dalam hati. Wakakak......

Luar biasa. Saya hampir tidak percaya ketika panitia mengumumkan bahwa peserta bersepeda ini sebanyak delapan ribuan. Saya sempat berpikir bahwa jumlah itu karangan panitia saja. Biar kegiatan ini dinilai hebat. Tapi tidak. Saat saya dan mas Ayik berusaha menerobos barisan para pesepeda itu, supaya kami bisa menjangkau barisan terdepan di mana rombongan Pakde Karwo berada, untuk sekedar 'setor muka' ke mas Agus Maimun bahwa saya sudah hadir, kami tidak kunjung sampai pada tujuan. Barisannya terlalu panjang untuk bisa kami tembus dalam waktu cepat. Sampai akhirnya, setelah menempuh jarak sekitar satu-dua kilometer, dan menyelinap di sela-sela sepeda yang rapat, ketika rombongan Pakde Karwo mengakhiri bersepedanya dan masuk ke bus mini yang sudah dipersiapkan, saya baru tiba. Tanggung. Saya mengurungkan niat untuk bergabung. Lagi pula, semangat bersepeda sudah terlanjur menggelora. Keringat yang mulai membasahi punggung saya yang hangat menuntut kaki-kaki ini terus mengayuh. Ya sudah. Saya mengangkat telepon, menghubungi mas Agus Maimun, menyapanya hangat, dan mengatakan kepadanya kalau saya sedang menikmati bersepeda. Dia meminta supaya saya bisa bergabung, tapi dengan halus saya tolak. Saya ucapkan selamat untuk acara yang luar biasa sukses ini, dan titip salam saja untuk Pakde Karwo dan Gus Ipul (saya sambil 'mbatin', pakde Karwo dan Gus Ipul 'cek' bingung, Luthfiyah iku sopo kok titip-titip salam....hehe). 

Keren. Benar-benar keren rute nggowes ini. Meskipun saya, mas Ayik dan teman-teman dari Surabaya mengambil rute on road, rute ini lumayan menarik. Bukan karena tantangannya. Ya, karena sebagian besar rombongan kami adalah para penggila sepeda, dan rute yang sangat ekstrim pun mungkin sudah pernah dilalui. Namun hamparan hutan, kebun, bukit-bukit berbatu, jalan-jalan kecil yang berkelok-kelok dan naik turun, begitu cantiknya. Ya, Tuban memang eksotis. Beberapa pesepeda saya lihat sengaja memarkir sepedanya di hamparan bebatuan dan berfoto-foto di sana dengan memanfaatkan latar belakang perbukitan yang indah.

Di tengah perjalanan, mas Esa menelepon. Menanyakan di mana posisi saya. Dengan setengah berteriak, saya menjawabnya dengan riang-gembira. "Saya sedang ada di tengah hutan, dan di hutan itu ada mushola. Kerreeeeennnn....!"
"Ya yaaa, saya tahu di mana itu. Tempo hari ketika survey, kita sholat maghrib di mushola itu". Jawab mas Esa. Wow, betapa syahdunya. Bersujud di musholla di tengah hutan, dalam keremangan senja, dan suara alam, serta aroma wangi pepohonan. "Jangan lupa segera merapat ke panggung kalau sudah sampai finish", pesan mas Esa.

Sekitar pukul 09.00 kami sudah sampai di kompleks Kompi, tempat panggung dipasang. Pak Karwo sudah langsung kembali ke Surabaya tadi pagi, tinggal Gus Ipul, Wabup Tuban, dan tentu saja, mas Agus Maimun, beserta para panitia. Panggung itu cukup megah, lengkap dengan seperangat alat musik untuk nge-band. Gus Ipul pegang mix, menjadi 'pembawa acara'. Memanggil para pemenang offroad. Begitu melihat sosok saya di antara kerumunan para penonton di depan panggung, mas Agus Maimun dan mbak Arina langsung melambai. Meminta saya segera naik panggung. Saya tertawa-tawa saja sambil memotret-motret mereka. Sepertinya lebih asyik memandangi mereka bersama Gus Ipul dan pak Wabub dari depan panggung daripada bergabung di sana. Tapi dasar mas Agus. Saya lihat dia berbisik-bisik pada Gus Ipul. Tak ayal, nama saya pun langsung disebut oleh Gus Ipul, dan diundang naik ke panggung. Katanya, inilah salah satu alumni pertama SMADA. Dosen Unesa, dan sudah profesor. Protolan femuda ansor. He he..... Selalu itu yang dikatakan Gus Ipul setiap kali menyebut profesor. Protolan femuda ansor. Sama seperti beliau.

Kegiatan ini begitu sukses. Tak terbayangkan akan sesukses ini. Hadiah utama memang hanya tujuh buah sepeda motor dan belasan sepeda angin, dengan puluhan hadiah hiburan. Tapi peserta begitu membludak. Belakangan saya tahu dari seorang panitia, sepuluh ribu tiket habis terjual. Dan panggung begitu meriah. Dengan penampilan para siswa SMADA yang unjuk kebolehan 'nge-band', pantomim, menyanyi, dan dipandu dua pembawa acara yang ramai. Diselang-seling dengan pengundian doorpize dan hadiah utama. Dalam sambutannya yang sempat saya dengar dari kejauhan tadi pagi, pakde Karwo mengungkapkan kebanggaannya. Bagaimana mungkin bisa mengumpulkan orang begini banyak. Saat ini, saya mendengar lagi ungkapan kebanggaan dan takjub itu dari Gus Ipul dan bapak Wabup. Ikatan alumni memang seharusnya tidak hanya mengurusi reuni, tapi melakukan banyak hal yang bisa lebih memberi manfaat bagi almamater dan masyarakat luas.      

Hari ini, ada ribuan alumni SMADA beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya berkumpul di sini. Lebur jadi satu dengan masyarakat Tuban dan sekitarnya. Memberikan keceriaan dan kesehatan bagi jiwa dan raga. Memberi warna indah pada persaudaraan dan persahabatan. Saya mungkin bukanlah siapa-siapa di antara ribuan orang ini. Saya mungkin juga tidak menyumbang apa pun pada keberhasilan kegiatan ini. Tapi saya ingin mengucapkan rasa terimakasih saya pada kawan-kawan saya yang telah bekerja sangat keras demi terselenggaranya acara ini, dan juga banyak acara yang lain. Mas Agus, mas Esa, mas Sur, mas Agung, mbak Arina, pak Yasin, dan semuanya yang tidak mungkin saya sebut, juga kepala sekolah SMADA, juga guru-guru kami, terimakasih.

Saya bangga menjadi bagian dari IKASMADA.

Tuban, 9 Desember 2012
LN 

Minggu, 04 November 2012

Pernikahan Patni

Minggu pagi yang cerah. Pukul 06.15. Kami berempat, mas Ayik, saya, mas Hasan Dani dan istrinya, menyelesaikan sarapan kami. Menunya gudeg Yogya lengkap. Oleh-oleh yang saya bawa dari Yogya ketika kegiatan Konaspi kemarin. 

Mobil kami meluncur. Tujuan kami ke Bojonegoro. Tepatnya di Bangle Banjaran, desa Baureno, Bojonegoro. Ke rumah Patni. Patni adalah salah satu laboran di jurusan PKK. Alumnus Pendidikan Tata Boga.  Awalnya dia mengambil D3. Sekolah dengan penuh perjuangan karena tidak cukup biaya. Pernah sempat memutuskan untuk berhenti kuliah karena tidak bisa bayar SPP. Karena rajin, tekun, dan pekerja keras, selepas D3, Patni kami minta membantu di BBC (Bogasari Baking Center), ketika saya jadi koordinatornya dulu, sekitar tahun 1999-an. Dia juga kami minta produksi roti, untuk dijual sehari-hari dan menerima pesanan. Selain terampil, Patni juga jujur, dapat dipercaya, dan ihklas. Dia tidak pernah mempersoalkan urusan uang setiap kali melakukan suatu pekerjaan. Dia juga siap membantu siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Ketekunan dan keikhlasannya dalam bekerja itulah yang membuat kami semua menyukainya.

Karena ketekunannya juga, Patni berkesempatan melanjutkan kuliahnya ke S1. Sambil kuliah, sambil ngurusi BBC. Selepas S1, dia bahkan tidak hanya ngurusi BBC, yang sejak tahun 2002 berubah menjadi BCC (Baking and Catering Course), tetapi juga diminta membantu administrasi jurusan. Sejak setahun yang lalu, alhamdulilah, setelah mengabdi bertahun-tahun, akhirnya dia direkrut sebagai tenaga tetap di laboratorium PKK. Beberapa bulan yang lalu dia sudah diminta untuk pemberkasan.

Tujuan kami ke rumah Patni adalah untuk menghadiri pernikahannya. Sebenarnya hari h pernikahannya kemarin, Sabtu pukul 10.00. Tetapi karena saya masih harus mengajar di pasca sampai maghrib, dan mas Ayik juga masih ngantor sampai sore, maka saya minta izin ke Patni kalau kami tidak bisa datang pada hari h. Sementara mas Hasan Dani, dosen Pendidikan Teknik Bangunan, juga tidak bisa hadir pada hari h karena tadi malam dia harus 'among tamu' di acara pernikahan tetangganya.

Kisah pertemuan Patni dengan mas Sidik, suaminya, cukup sederhana. Patni yang usianya sudah mendekati 30 tahun itu, membantu mas Hasan Dani mengurus musala fakultas teknik. Ramadhan yang lalu, dia salah satu penanggung jawab takjil. Pembawaanya yang ramah dan supel membuat dia mengenal dan dikenal oleh hampir semua mahasiswa yang rajin datang ke musala. Salah seorang mahasiswa teknik mencoba menjodohkannya dengan kakak sepupunya, seorang konsultan bangunan. Alhamdulilah, mungkin sudah jodoh, ternyata hubungan mereka berlanjut sampai ke pelaminan.
    
Tidak sulit mencapai rumah Patni. Peta sederhana yang dia selipkan di undangan pernikahannya sangat membantu kami. Rumah sederhana di desa Bangle Banjaran itu sepertinya belum lama direnovasi. Berlantai tanah, sebagian berdinding batu dan sebagian berdinding bambu. Janur-janur dan hiasan-hiasan lain bekas acara kemarin masih terpasang. Begitu juga terobnya, masih tegak berdiri, tapi sudah tidak ada kursi-kursi di bawahnya. Sebuah tulisan 'Mohon Doa Restu' dengan kertas mengkilat warna-warni terpasang persis di sisi kiri pintu masuk. Mengingatkan saya pada masa kecil saya, ketika ikut ibu menghadiri pernikahan murid-muridnya di pelosok-pelosok desa. Juga mengingatkan saya pada hiasan-hiasan yang dipasang di panggung sederhana pada saat acara perpisahan sekolah ketika saya masih duduk di SD dan madarasah ibtida'iyah. Sederhana sekali tapi sangat berkesan.  

Patni keluar dengan busana sederhana. Berjubah batik dan berjilbab polos berwarna pink. Suaminya juga hanya mengenakan t-shirt dan bercelana panjang. Begitu juga bapak ibu Patni dan saudara-saudaranya yang semua 'nglumpuk'. Pesta memang sudah selesai. Aktivitas kembali normal. Kakak Patni ada yang sedang mencuci pakaian, ada yang sedang menyuapi anaknya, ada yang sedang menyapu. Anak-anak kecil keponakan Patni sudah bermain-main ramai di depan rumah. Sebagai anak ragil dari enam bersaudara, Patni beruntung menikah dengan disaksikan oleh semua saudara-saudaranya. Kakaknya yang tinggal di Jakarta dan di luar desa kelahirannya, semua datang lengkap dengan keluarganya masing-masing.

Belum lama kami duduk di atas tikar yang dilapisi karpet sederhana, di atas lantai tanah itu, pak Wahono, dosen Pendidikan Sains, datang. Bersama istrinya, bu Yanti, dosen PGSD dan seorang anaknya, Nizar. Nizar, dan juga anak pak Wahono yang lain, dan anak saya serta anak-anak mas Hasan Dani, semua sudah saling mengenal. Kami adalah anggota Kobamin, Komunitas Mbambung Indonesia. Komunitas yang kami dirikan sendiri, beranggotakan siapa pun penyuka kegiatan outdoor (kebanyakan dosen), beserta seluruh keluarganya bahkan tetangga-tetangganya. Tetangga saya sendiri beberapa kali bergabung dengan Kobamin ikut camping dan travelling. 

Kami dijamu kue-kue kecil. Ngobrol gayeng dengan bapaknya Patni dan saudaranya, mas Joko, yang bekerja sebagai tim special event di Coca Cola Jakarta. Penyuka adu otot panco yang bertubuh tinggi besar itu memiliki banyak pengalaman menarik. Posisinya sebagai tim special event memberinya banyak kesempatan berdekatan dengan para petinggi negara, bahkan presiden.

Kami juga disuguh makanan lengkap. Nasi putih, semur daging, mi goreng, telur bumbu bali, dan kerupuk udang. Minumannya selain air mineral juga soft drink, sprite dan fanta. Maka bagi kami, ini adalah sarapan kedua. Mungkin karena suasananya yang ramah dan nyaman, meski dalam kesederhaan, kami sangat menikmati semua suguhan itu sampai perut kami kekenyangan. 

Kami pamit pulang setelah hampir dua jam bertamu di rumah keluarga Patni yang menyenangkan. Saya memeluk Patni dengan keharuan yang saya sembunyikan. Anak baik itu telah menemukan tambatan hati yang telah bertahun-tahun dia rindukan. Dia pantas menerima kebahagiaan ini. Kesabarannya, keikhlasanya, kelembutan hatinya, layak untuk terbayar. Dia akan menjadi mutiara hati bagi keluarganya, bagi suami dan anak-anaknya kelak. Sebagaimana dia telah menjadi mutiara hati bagi kami semua.

Selamat menempuh hidup baru, Patni sayang. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Amin ya Robbal Alamin.

Baureno, 4 November 2012

Wassalam,
LN