Pages

Minggu, 04 November 2012

Pernikahan Patni

Minggu pagi yang cerah. Pukul 06.15. Kami berempat, mas Ayik, saya, mas Hasan Dani dan istrinya, menyelesaikan sarapan kami. Menunya gudeg Yogya lengkap. Oleh-oleh yang saya bawa dari Yogya ketika kegiatan Konaspi kemarin. 

Mobil kami meluncur. Tujuan kami ke Bojonegoro. Tepatnya di Bangle Banjaran, desa Baureno, Bojonegoro. Ke rumah Patni. Patni adalah salah satu laboran di jurusan PKK. Alumnus Pendidikan Tata Boga.  Awalnya dia mengambil D3. Sekolah dengan penuh perjuangan karena tidak cukup biaya. Pernah sempat memutuskan untuk berhenti kuliah karena tidak bisa bayar SPP. Karena rajin, tekun, dan pekerja keras, selepas D3, Patni kami minta membantu di BBC (Bogasari Baking Center), ketika saya jadi koordinatornya dulu, sekitar tahun 1999-an. Dia juga kami minta produksi roti, untuk dijual sehari-hari dan menerima pesanan. Selain terampil, Patni juga jujur, dapat dipercaya, dan ihklas. Dia tidak pernah mempersoalkan urusan uang setiap kali melakukan suatu pekerjaan. Dia juga siap membantu siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Ketekunan dan keikhlasannya dalam bekerja itulah yang membuat kami semua menyukainya.

Karena ketekunannya juga, Patni berkesempatan melanjutkan kuliahnya ke S1. Sambil kuliah, sambil ngurusi BBC. Selepas S1, dia bahkan tidak hanya ngurusi BBC, yang sejak tahun 2002 berubah menjadi BCC (Baking and Catering Course), tetapi juga diminta membantu administrasi jurusan. Sejak setahun yang lalu, alhamdulilah, setelah mengabdi bertahun-tahun, akhirnya dia direkrut sebagai tenaga tetap di laboratorium PKK. Beberapa bulan yang lalu dia sudah diminta untuk pemberkasan.

Tujuan kami ke rumah Patni adalah untuk menghadiri pernikahannya. Sebenarnya hari h pernikahannya kemarin, Sabtu pukul 10.00. Tetapi karena saya masih harus mengajar di pasca sampai maghrib, dan mas Ayik juga masih ngantor sampai sore, maka saya minta izin ke Patni kalau kami tidak bisa datang pada hari h. Sementara mas Hasan Dani, dosen Pendidikan Teknik Bangunan, juga tidak bisa hadir pada hari h karena tadi malam dia harus 'among tamu' di acara pernikahan tetangganya.

Kisah pertemuan Patni dengan mas Sidik, suaminya, cukup sederhana. Patni yang usianya sudah mendekati 30 tahun itu, membantu mas Hasan Dani mengurus musala fakultas teknik. Ramadhan yang lalu, dia salah satu penanggung jawab takjil. Pembawaanya yang ramah dan supel membuat dia mengenal dan dikenal oleh hampir semua mahasiswa yang rajin datang ke musala. Salah seorang mahasiswa teknik mencoba menjodohkannya dengan kakak sepupunya, seorang konsultan bangunan. Alhamdulilah, mungkin sudah jodoh, ternyata hubungan mereka berlanjut sampai ke pelaminan.
    
Tidak sulit mencapai rumah Patni. Peta sederhana yang dia selipkan di undangan pernikahannya sangat membantu kami. Rumah sederhana di desa Bangle Banjaran itu sepertinya belum lama direnovasi. Berlantai tanah, sebagian berdinding batu dan sebagian berdinding bambu. Janur-janur dan hiasan-hiasan lain bekas acara kemarin masih terpasang. Begitu juga terobnya, masih tegak berdiri, tapi sudah tidak ada kursi-kursi di bawahnya. Sebuah tulisan 'Mohon Doa Restu' dengan kertas mengkilat warna-warni terpasang persis di sisi kiri pintu masuk. Mengingatkan saya pada masa kecil saya, ketika ikut ibu menghadiri pernikahan murid-muridnya di pelosok-pelosok desa. Juga mengingatkan saya pada hiasan-hiasan yang dipasang di panggung sederhana pada saat acara perpisahan sekolah ketika saya masih duduk di SD dan madarasah ibtida'iyah. Sederhana sekali tapi sangat berkesan.  

Patni keluar dengan busana sederhana. Berjubah batik dan berjilbab polos berwarna pink. Suaminya juga hanya mengenakan t-shirt dan bercelana panjang. Begitu juga bapak ibu Patni dan saudara-saudaranya yang semua 'nglumpuk'. Pesta memang sudah selesai. Aktivitas kembali normal. Kakak Patni ada yang sedang mencuci pakaian, ada yang sedang menyuapi anaknya, ada yang sedang menyapu. Anak-anak kecil keponakan Patni sudah bermain-main ramai di depan rumah. Sebagai anak ragil dari enam bersaudara, Patni beruntung menikah dengan disaksikan oleh semua saudara-saudaranya. Kakaknya yang tinggal di Jakarta dan di luar desa kelahirannya, semua datang lengkap dengan keluarganya masing-masing.

Belum lama kami duduk di atas tikar yang dilapisi karpet sederhana, di atas lantai tanah itu, pak Wahono, dosen Pendidikan Sains, datang. Bersama istrinya, bu Yanti, dosen PGSD dan seorang anaknya, Nizar. Nizar, dan juga anak pak Wahono yang lain, dan anak saya serta anak-anak mas Hasan Dani, semua sudah saling mengenal. Kami adalah anggota Kobamin, Komunitas Mbambung Indonesia. Komunitas yang kami dirikan sendiri, beranggotakan siapa pun penyuka kegiatan outdoor (kebanyakan dosen), beserta seluruh keluarganya bahkan tetangga-tetangganya. Tetangga saya sendiri beberapa kali bergabung dengan Kobamin ikut camping dan travelling. 

Kami dijamu kue-kue kecil. Ngobrol gayeng dengan bapaknya Patni dan saudaranya, mas Joko, yang bekerja sebagai tim special event di Coca Cola Jakarta. Penyuka adu otot panco yang bertubuh tinggi besar itu memiliki banyak pengalaman menarik. Posisinya sebagai tim special event memberinya banyak kesempatan berdekatan dengan para petinggi negara, bahkan presiden.

Kami juga disuguh makanan lengkap. Nasi putih, semur daging, mi goreng, telur bumbu bali, dan kerupuk udang. Minumannya selain air mineral juga soft drink, sprite dan fanta. Maka bagi kami, ini adalah sarapan kedua. Mungkin karena suasananya yang ramah dan nyaman, meski dalam kesederhaan, kami sangat menikmati semua suguhan itu sampai perut kami kekenyangan. 

Kami pamit pulang setelah hampir dua jam bertamu di rumah keluarga Patni yang menyenangkan. Saya memeluk Patni dengan keharuan yang saya sembunyikan. Anak baik itu telah menemukan tambatan hati yang telah bertahun-tahun dia rindukan. Dia pantas menerima kebahagiaan ini. Kesabarannya, keikhlasanya, kelembutan hatinya, layak untuk terbayar. Dia akan menjadi mutiara hati bagi keluarganya, bagi suami dan anak-anaknya kelak. Sebagaimana dia telah menjadi mutiara hati bagi kami semua.

Selamat menempuh hidup baru, Patni sayang. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Amin ya Robbal Alamin.

Baureno, 4 November 2012

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...