Pages

Sabtu, 24 November 2012

Catatan yang tercecer dari Konaspi VII

Siang ini adalah sesi yang diisi oleh Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah. Beliau memulai presentasinya dengan menggambarkan proses perjalanan waktu yang sangat cepat. Betapa cepatnya hidup kita. Mulai dari lahir sampai mati. Dan waktu adalah modal utama. Bila kita tidak bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, maka kita akan menjadi orang-orang yang merugi.

Di sekitar kita, banyak orang yang berlomba-lomba menanamkan investasi bertahun-tahun untuk sebuah jabatan, namun ternyata itu semua hanya untuk mempertinggi tingkat kejatuhannya. Jatuh karena tidak 'kuat martabat dan derajat'. Jatuh karena tidak amanah mengemban suatu jabatan. Jatuh karena salah memanfaatkan peluang. 

Menurut Komaruddin, sumberdaya alam (SDA) Indonesia tidak tereksplorasi dengan baik dan benar, karena Indonesia tidak mampu mengembangkan ilmu dasar dan engineering. Yang banyak adalah ilmu-ilmu sosial, sehingga yang tumbuh pesat adalah LSM dan partai. Pendapat ini tentu saja mengundang senyum geli para audience. Sepintas 'nyleneh', tapi kalau dipikir-pikir, benar juga.

Komaruddin menayangkan sebuah slide berupa gambar ilustrasi khas China. Dikatakannya, sebuah perjalanan atau journey, akan selalu menghadapi tantangan (digambarkan dengan sebuah gambar 'dragon'). Problem generasi sekarang, mereka lembek menghadapi tantangan. Mereka tidak berani menghadapi 'dragon of life' dalam hidupnya.  'On the journey, we reinvent ourselver, to be more authentic and realign with the surrounding environment.' Apakah anak-anak kita mengalami situasi seperti ini? Apakah pendidikan memberikan kesempatan yang cukup bagi mereka untuk siap menghadapi tantangan dalam hidupnya?

Hal penting lain yang disampaikan oleh Komaruddin adalah tentang values. Values (living values, business values, corporate values) merupakan produk dari kebijaksanaan (the product of wisdom of life). Wisdom lebih tinggi tingkatannya daripada hukum. Kalau orang hidup dengan wisdom, hukum itu tidak diperlukan. 

Setiap orang akan mengalami siklus hidup yang disebut 'The Archetypes'. Pertama, setiap orang akan memasuki tahap 'orphan'. Artinya, kita sesungguhnya memiliki sifat tidak berdaya, selalu membutuhkan orang lain.  Seperti anak yatim piatu, kita merasa selalu memerlukan bantuan,  selalu membutuhkan perhatian, selalu ingin merasa terlindungi (feeling of helplessness; always needy and weary; longing for attention; caring and protection). Tetapi juga terbuka pada persahabatan dan pertemanan.  

Yang kedua,' wanderer', atau pengelana. Setiap orang akan masuk tahap 'suka keluyuran'. Titik positifnya adalah selalu melakukan eksplorasi, memperluas wawasan. Dalam pendidikan dikenal dengan research. 'The building of knowledge society'. Tetapi sayangnya, dalam bidang penelitian, terutama dalam bidang teknologi, kita lebih banyak sebagai user. Dalam menggali informasi pun, kalau dulu yang kita lakukan adalah hunting informasi, sekarang lebih banyak melakukan seleksi informasi. Informasi apa pun sudah tersedia begitu berlimpah, tinggal bagaimana kita memilih dan memanfaatkannya sesuai kebutuhan kita. 

Yang ketiga adalah warrior, yaitu harga diri. Komaruddin mempertanyakan, di mana harga diri kita ketika TKI diiklankan besar-besaran di Malaysia? Di mana harga diri kita ketika kekayaan SDA di Papua dijarah habis-habisan oleh negara Asing? Dan lain-lain. Seharusnya kita menjaga harga diri dan martabat kita. Kita harus berani membela nasib sendiri, nasib guru, nasib bangsa.
Petinju yang sejati tidak akan pernah bertarung di luar panggung. 

Selanjutnya adalah 'altruist' artinya 'find the more meaningful life'. Saatnya berjuang untuk orang lain, untuk bangsa. Bukan hanya memikirkan diri sendiri (selfish,  seff center). Ketika seseorang mencapai tahap altruist, dia akan merasa bahagia ketika membahagiakan orang lain. Berbahagialah Anda menjadi guru, menjadi dosen, dokter, menjadi apa saja, yang hidupnya untuk memberikan manfaat dan kebahagiaan bagi orang lain. Untuk bekerja dan melayani. Gaji bukan hanya dari kas negara, tapi juga dalam bentuk moral reward. Kepribadian yang sehat adalah ketika sudah sampai pada tahap altruist. Altruist itu dari hati ke hati. Ukurannya bukan uang, tapi mentalitas. Secara pedas, Komaruddin mengemukakan, dulu bangsa ini didirikan oleh orang-mana yang kaya, terutama kaya hati. Sekarang dipimpin oleh orang-orang yang kaya tapi kere mentalnya, maka korupsi terjadi di mana-mana.

Kelima adalah innocent, yaitu 'the feeling of relief, carefree, having self happiness'. Orang yang tidak merasa punya dosa karena dia selalu berusaha berbuat baik selama hidupnya. Orang yang bebas dari rasa takut karena dia melakukan hal-hal yang benar. Maka tinggalkanlah legacy yang baik. 
Selanjutnya keenam adalah 'magician'. Tahap di mana kita dapat mengubah hidup kita (capable to transforming our lives). Kata Komaruddin, every man was born as a khalifah/leader. Every man has unlimited power to create big legacy. Every man has capacity to change.  Dengan cara apa? Dengan memaksimalkan 'the power of the head, the heart, the hand'. Dan dalam hal ini, pendidikanlah pemegang peran utamanya.

Terakhir adalah 'anxiety'. Di ujung journey kita dihadang anxiety. Rasa cemas, khawatir. Kegelisahan pada apa yang bisa kita wariskan. Maka bersiaplah agar kita bisa meninggalkan warisan yang berguna bagi anak cucu generasi penerus kita. Bersiaplah agar kita tidak terkungkung dalam kecemasan dan kegelisahan di ujung perjalanan kita.

Tujuah tahapan tersebut bukanlah tahapan yang linear. Ada kalanya kita bisa berpindah-pindah dari satu tahap ke tahap yang lain.  Yang terbaik adalah pada level altruist. Bahagia ketika memberi, bukan diberi. Oleh sebab itu mari kita berjuang sebagai bangsa yang kuat,  bukan bangsa peminta-minta, bukan bangsa yang terus-menerus dirundung hutang. Mari kita berjuang sehingga kita menjadi bangsa yang bermartabat. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mendorong pendidikan memiliki dan mengembangkan sifat-sifat tersebut?

Yogyakarta, 2 November 2012

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...