Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Kamis, 16 Februari 2012

Laporan dari Thailand

Pada bulan Maret tahun 2011 yang lalu, saya bersama PR 1 Unesa (Prof. Dr. Kisyani), Direktur Program Pascasarjana Unesa (Prof. Dr. I Ketut Budhayasa), Sekprodi S2 PTK (Prof. Dr. Ekohariadi), Koordinator Bidang Kerjasama Unesa (Dr. Suharsono, M. Phill, Drs. Martadi, M.Sn, dan Dra. Niken Purwidiani, M. Pd; serta beberapa teman dosen yang lain, termasuk tiga mahasiswa S2 PTK, berkesempatan mengunjungi Thailand. Salah satu hal yang mendorong kunjungan itu adalah karena kebetulan saya kenal baik dengan atase pendidikan di KBRI Bangkok, Prof. Dr. Didik Sulistiyanto. Beliau adalah teman sekelas suami saya ketika SMP dan SMA, juga teman akrab di kegiatan Pramuka. Beliau mendorong saya untuk berkunjung ke Thailand, karena menurut beliau ada banyak hal yang bisa dipelajari, serta banyak peluang kerjasama yang bisa dijajagi. Tentu saja, juga senyampang beliau masih bertugas di sana. Ketika saya menyampaikan hal tersebut ke pak Rektor, beliau menyambut baik, dan meminta saya berkoordinasi dengan pak Suharsono, serta berkomunikasi dengan pak Didik, serta beberapa perguruan tinggi yang akan menjadi tujuan kunjungan kami.

Senin, 7 Maret 2011
Kami berangkat  dari Juanda Airport pukul 15.30 dengan Air Asia, dan sampai di Bangkok pukul 19.10. Kami dijemput langsung oleh pak Didik, atase pendidikan (atdik) itu. Sendirian, berdiri di ambang pintu keluar area kedatangan, di dalam gedung terminal yang luas itu, sambil melambaikan tangannya ke arah kami. Saya tidak membayangkan kalau beliau akan sendirian seperti itu. Untuk pejabat selevel beliau, bayangan saya, setidaknya ada beberapa stafnya yang mendampingi. Tapi ternyata tidak. Beliau benar-benar sendirian. Satu poin untuk Thailand. Praktis, efisien.
Kami saling berjabat tangan. Saya memperkenalkan rombongan yang bersama saya, yang berjumlah 14 orang itu. Ternyata pintu keluar masih lumayan jauh. Dua van sudah menunggu kami. Dan setelah menunggu agak lama (karena dua teman kami sempat ‘hilang’, sehingga saya dan pak Didik terpaksa masuk lagi ke dalam gedung terminal untuk mencari Prof Eko dan Dr. Aisyah yang ‘ketlisut’); kami langsung diantar ke hotel yang sebelumnya sudah dipesan oleh pak Didik.
Namanya Hotel Ramada D’Ma, letaknya ada di pusat kota Bangkok. Setelah check-in, kami berkumpul lagi di lobi (tanpa mandi dulu, hanya cuci tangan dan ‘pipis’). Kami akan makan malam. Ternyata tidak mudah mencari tempat makan yang halal di sekitar hotel tersebut. Maka pilihan kami jatuh pada restoran India. Wah, makan malam pertama di Bangkok dengan menu India. Meskipun menu utamanya adalah menu India, tetapi restoran ini juga menyediakan sup tom yam. Inilah hidangan yang kami impi-impikan. Sup dengan bahan makanan hewani yang rasanya asam pedas itu betul-betul memuaskan selera kami. Juga nasi biriani yang warnanya kuning dan berbutir-butir panjang itu. Juga hidangan ayamnya. Semuanya deh. Dasar perut lagi lapar.

Selasa, 8 Maret 2011
Kegiatan pertama kami pagi ini (setelah makan pagi), adalah mengunjungi Dusit Thani College (DTC). Kami ditemani oleh Kun Supit dari KBRI (orang Thailand sebagai staf KBRI). Kun Supit usianya sudah lebih dari 60 tahun, dan sebentar lagi dia pensiun.
Kunjungan ke DTC diterima oleh  Atthawet Prougestaporn, Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan dan Pengembangan Kelembagaan (Vice Rector for Student Affairs And Development Office). Selain itu ada juga dua wanita, salah satunya adalah Supreeya Mananawee, dari urusan internasional (Coordinator International Business Development Unit).
DTC merupakan lembaga pendidikan swasta yang sudah diakreditasi oleh Commision on Higher Education Thailand. Di DTC terdapat lima program studi S-1  dan satu program studi S-2 , yakni: Program S-1 Hotel Management; Program S-1 Kitchen and Restaurant Management; Program S-1 Tourism Management; Program S-1 Resort and Spa Management; Program S-1 Convention and Event Management; Program S-2 Hotel and Restaurant Management. Terdapat juga 2 program internasional level S1, yaitu Hotel Management dan Kitchen and Restaurant Management.
Pertemuan dibuka oleh MC (yang cantik tapi berjakun; komunitas waria memang diterima secara luas dan terbuka di Thailand); dan diteruskan dengan sambutan selamat datang dari Mr. Atthawet Prougestaporn dalam bahasa Inggris. Setelah itu disajikan tampilan power point tentang DTC.
Sambutan balasan disampaikan oleh PR1 Unesa dengan menyampaikan salam persahabatan dari Rektor Unesa dan sekilas Unesa dalam tujuh kalimat bahasa Indonesia yang kemudian dialihbahasakan oleh Bapak Suharsono dalam bahasa Inggris. Hal ini merupakan bentuk pelaksanaan UU No. 24 Th 2009 tentang “Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan”, khususnya pasal 28 yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi pejabat yang disampaikan di dalam atau di luar negeri. Bu Kis sebenarnya cukup mahir berbahasa Inggris, tapi karena beliau, sebagai orang bahasa dan tahu ada UU tersebut, maka tidak ada pilihan, beliau harus memberikan sapaannya dalam bahasa Indonesia.
            Setelah itu diskusi dilakukan dalam bahasa Inggris. Dalam diskusi, Mr. Atthawet menyampaikan bahwa  DTC mempunyai banyak program studi yang berkaitan dengan Home Economics dan  telah bekerja sama dengan perguruan tinggi di Singapura. Walaupun demikian diakuinya bahwa mahasiswa dari luar negeri  tidak terlalu banyak. Dari sekitar 2000 mahasiswa dan 80 dosen di DTC, 15 di antaranya merupakan mahasiswa  dari luar Thailand. Oleh sebab itu, DTC tertarik untuk melakukan pertukaran mahasiswa, bisa dalam bentuk  “short courses”.  Sayangnya, untuk pertukaran dosen Mr. Attawet kurang begitu merespon. Tapi, jika ada dosen Unesa yang akan ke DTC, dia akan menerima. Untuk penelitian bersama, DTC dapat menerima, hanya belum tahu bentuk penelitiannya apa dan bagaimana  teknik pelaksanaannya nantinya. Saat sesi diskusi dengan pasca, DTC menyatakan belum mempunyai kelas pasca yang dimaksudkan Unesa sehingga pasca Unesa belum dapat melakukan kerja sama dengan DTC.
            Suguhan yang disajikan oleh DTC berupa kue buatan mahasiswa. Selesai diskusi, acara ditutup dengan penyerahan cendera mata dari Unesa. Dari DTC, utusan Unesa masing-masing menerima profil DTC dalam bentuk indah yang sebelumnya sudah diletakkan di meja kami masing-masing, lengkap dengan papan nama kami. Cantik, indah, rapi.
Saat berkeliling ke beberapa kelas dan ruang kantor, tampak sekali bahwa masalah kebersihan dan kedisiplinan sangat terjaga. Mahasiswanya ramah, sopan, dan senantiasa menangkupkan kedua telapak tangannya, dirapatkan di dadanya atau di keningnya. Sikap menghormat khas Thailand. Sarana dan prasarana tampak lengkap, teratur, dan bersih (mirip dengan punya Unesa, ‘kacek titik’ hehe). Pembelajaran sudah menggunakan media TV di ruang praktik. Semua kelas tampak bersih dan teratur. Perpustakaan juga tampak ramai. Para mahasiswa berseragam sehingga mudah dikenali. Demikian juga dengan dosen-dosennya, juga mengenakan seragam.
            Saat akan pulang, rombongan bersama tim dari DTC berfoto bersama. Unesa mengingatkan draf MOU untuk dicermati dan hal itu akan ditindaklanjuti.

Sepulang dari DTC, rombongan kami menuju ke KBRI Bangkok, dan kami diterima oleh pak Didik dan ibu (saya memanggilnya mbak Ikris). Selesai makan siang di kantin KBRI dengan menu Indonesia (tentu saja gratis), dilakukan diskusi tentang pengembangan kerja sama pendidikan, riset, dan lain-lain, bertempat di Gedung Ahmad Yani.
            Acara dibuka oleh pak Didik, kemudian dilanjutkan dengan ucapan selamat datang dan beberapa penjelasan dari  Bapak Bob Tobing (Counsellor Information and Cultural Affairs). Sambutan juga disampaikan oleh PR1 terkait dengan tujuan kunjungan Unesa ke Bangkok. Pak Didik menyampaikan presentasi  berjudul “Kajian Keunggulan Sistem Pendidikan, Program Double Degree Indonesia-Thailand serta Peran Atdik KBRI Bangkok”. Presentasi itu dengan jelas menggambarkan kedudukan dan peran KBRI dalam penggalangan hubungan kerja sama antara dua negara, khususnya dalam bidang pendidikan. Saat sesi diskusi, ada beberapa pertanyaan terkait dengan kerja sama program PKK dan Pasca. Saat itu ada beberapa universitas yang direkomendasikan di antara 16 universitas yang ada. Saat Unesa menanyakan kemungkinan adanya sister university atau sister study program, dimungkinkan bisa. Bahkan dapat lebih mudah jika Surabaya atau Jawa Timur juga sudah memulainya dengan Thailand.
            Acara ditutup dengan penukaran cendera mata dan foto bersama. Setelah itu kami kembali ke hotel, bersiap-siap untuk dinner sekaligus menyaksikan sendratari spektakuler di Thai di Siam Niramit Show.
            Malamnya, sekitar pukul 18.00, kami sudah meluncur ke tempat pertunjukan Siam Niramit. Karena kami merupakan tamu KBRI, beberapa pelayanan khusus kami dapatkan, termasuk tempat duduk di depan sendiri, dan diskon yang lumayan untuk tiket masuknya. Siam Niramit memang luar biasa. Begitu memukau. Nggak rugi jauh-jauh datang ke Bangkok......
           

Rabu, 9 Maret 2011
Suan Dusit Rajabhat University (SDRU) yang akan kami kunjungi hari ini menjadwalkan acara kunjungan pada siang hari, sehingga pada pagi harinya kami sempatkan mengunjungi Grand Palace. Di tempat ini kami dibuat terpesona oleh bangunan-bangunan indah istana raja yang serba gemerlap, dengan patung-patung dan berbagai ornamen khasnya. Lokasinya luas sekali sampai kaki-kaki terasa pegal semua.
Perjalanan kami lanjutkan ke SDRU. Pak Didik juga menyertai kunjungan kami. Suan Dusit Rajabhat University adalah sekolah Home Economis yang pertama di Thailand. Universitas tersebut didirikan pada tanggal 17 Mei 1934 di istana Krom Luang Choomponketudomsak, dengan tujuan untuk mengajar wanita tentang ilmu kerumahtanggan dan kursus pelatihan untuk guru. SDRU mempunyai kekhususan dalam bidang Childhood Education, Food Industry, Service Science dan Nursing Science. Saat ini SDRU memiliki lima fakultas, yaitu: Faculty of Education, Faculty of Science and Technology, Faculty of Manage Science, Faculty of Humanities and Social Science, dan Faculty of Nursing.

Rombongan Unesa dan pak Didik diterima oleh Ajarn Thainasiri Chara-um selaku Assistant President for  International Affairs. Pertemuan tersebut dihadiri juga oleh beberapa pejabat dan staf pengajar SDRU, yakni  Dr. Kanokkan Weerakul (Dekan Sekolah Tata Boga/Dean of The School of Culinary Arts), Miss Thitima Gaomanee (Deputy Dean of The School of Culinary Arts), Miss Chahaya Raktakanishta (Director of Suan Dusit International Culinary School), dan beberapa dosen, yakni: Asst. Prof. Raweerote Anantathanachai, Asst. Prof. Dr. Sangaroon Yaemwongboon, Miss Chanchana Siripanwattana, Miss Samita Mortero, dan Mr. Songpoi Vithanwatana.            Miss Thainasiri menyapa dan melakukan perkenalan awal dalam bahasa Inggris. Semua peserta kemudian memperkenalkan diri. Setelah itu pak Didik selaku atase pendidikan menyatakan niat baik Indonesia/Unesa untuk melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan. Dia juga menyampaikan gambaran umum tentang hal-hal yang sudah dan akan dilakukannya dalam bidang kerja sama pendidikan, termasuk  beberapa fasilitas yang disediakan oleh KBRI terkait dengan kerja sama pendidikan.
Seperti di DTC, sambutan balasan disampaikan oleh PR1 Unesa  dengan menyampaikan salam persahabatan dari Rektor Unesa dan sekilas Unesa dalam tujuh kalimat bahasa Indonesia yang kemudian dialihbahasakan oleh Bapak Suharsono dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, secara rinci, Bapak Suharsono menyampaikan tayangan Unesa dalam  power point.
            Setelah itu diskusi dilakukan dalam bahasa Inggris. Dalam diskusi, Miss Thainasiri menyampaikan bahwa sat ini di SDRU terdapat sekitar 300 mahasiswa asing yang sebagian besar berasal dari Cina, tetapi universitas tersebut belum mempunyai program international. SDRU, khususnya Dekan Sekolah Tata Boga, menjambut baik tawaran Unesa untuk mengadakan kerjasama dalam bidang penelitian, pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, penelitian bersama, maupun publikasi bersama. Akan tetapi, karena saat itu yang memimpin sidang adalah assistant president for international affairs (asisten pembantu rektor IV, jika di Indonesia), dia belum dapat mengambil putusan. MOU yang diajukan Unesa akan dipelajari lebih lanjut.
            Kemungkinan kerja sama dengan Pasca Unesa masih belum dapat dlakukan karena belum adanya program studi yang dimaksudkan pasca, termasuk  belum punya kelas internasional berbahasa Inggris.   
Acara diakhiri dengan penukaran cendera mata. Unesa dan pak Didik mendapatkan kue khusus yang merupakan kue andalan SDRU buatan mahasiswa. Setelah itu pak Didik meninggalkan tempat dan rombongan Unesa berkeliling dengan didampingi oleh para dosen dan asisten dekan.
Seperti halnya di DTC, beberapa kelas dan ruang kantor sangat bersih dan teratur. Sarana dan prasarana tampak lengkap, teratur, dan bersih. Semua kelas tampak bersih dan teratur. Para mahasiswa tidak berseragam. Pada salah satu ruang, disediakan rangkaian bunga hidup yang cantik untuk  rombongan Unesa. Kami menerimanya satu per satu, dan disematkan di baju kami, indah sekali. Model dan teknik curving buah juga sangat bagus, sayang buku-buku tentang teknik itu disajikan dalam bahasa Thai. Rangkaian bunga imitasi juga sangat menarik. Mereka terbiasa menerima pesanan untuk berbagai acara (salah satu implementasi kewirausahaan).
Di salah satu sudut  universitas, SDRU juga mempunyai toko roti yang menjual berbagai produk buatan mahasiswa dan tampak laris. Bahkan beberapa mobil kue juga siap mengantarkan produk mahasiswa ke beberapa tempat.
            Sepulang dari SDRU, kami  mampir ke MBK Mall untuk belanja oleh-oleh berupa barang-barang home industry dan kerajinan khas Thailand. Kami memborong puluhan bros, tas dan dompet-dompet cantik, lenan-lenan rumah tangga. Saya dan bu Kis mengumpulkan barang-barang apa pun, yang penting ada gambarnya gajah... he he.
Selanjutnya kami makan malam dijamu pak Didik di restoran besar dengan menu seafood yang luar biasa enak. Tentu saja, yang selalu harus ada, sup tom yam. Selesai makan malam, sementara yang lain langsung diantar kembali ke hotel dengan mobil van, saya dan bu Kisyani diajak pak Didik untuk mampir ke apartemen beliau, ketemu istri dan anak-anak beliau. Tentu saja itu merupakan undangan yang saya tunggu-tunggu. Pesan mas Ayik, kalau bisa saya mampir ke apartemen pak Didik, sekalian, sudah jauh-jauh datang...

Kamis, 10 Maret 2011
Pagi ini kami akan berkunjung ke Burapha University (BU). Kami berangkat pukul 8.30. Jarak antara Bangkok dan BU lumayan jauh, kami sampai di sana sekitar pukul 10.30. Kami disambut oleh Ass.Prof. Pichan Sawangwong, Ph.D. (Vice President for International Relations); Dr. Pracha Inang (Assist Dean for International Affairs and Special Activity, Faculty of Education);  Prof. Dr. Larry Nelso; dan Mrs. Angela Nelson.          
Burapha University (BU) adalah universitas negeri yang terletak di Bangsaen, Chonburi, yang berjarak 100 km dari Bangkok. Luas kampus sekitar 256 hektar. BU mempunyai sekitar 40.000 mahasiswa, 500 staf pengajar, dan 300 staf administrasi. dengan 15 fakultas dan  colleges: Faculty of Humanities and Social Sciences, Education, Nursing, Public Health, Science, Engineering, Fine and Applied Arts, Science and Liberal Arts, Marine Technology, Graduate School, gems College, Maritime College, Graduate School of Commerce, Graduate School of Public Administration, and Sport Science College.
BU  menawarkan lebih dari lima puluh program studi  S-1, tiga puluh program studi  S-2, satu program Ed.D, tiga program Ph.D, dan banyak program kursus singkat setiap tahun.  Burapha University memiliki 3 kampus: Bangsaen, Chantaburi, dan Sakaew.
Kami diterima oleh Asst. Prof. Dr. Pichan Sawangwong. Acara diawali dengan perkenalan dan pemutaran video tentang BU dalam bahasa Inggris.
Seperti di DTC dan SDRU, sambutan balasan disampaikan oleh PR1 Unesa dengan menyampaikan salam persahabatan dari Rektor Unesa dan sekilas Unesa dalam tujuh kalimat bahasa Indonesia yang kemudian dialihbahasakan oleh Bapak Suharsono dalam bahasa Inggris (kalimatnya persis yang di atas ya, hasil copy-paste.....).
Diskusi dilakukan dalam bahasa Inggris. Mr. Sawongwong selanjutnya menyatakan bahwa BU mempunyai banyak program studi S-1, S-2, maupun S-3 yang didukung oleh banyak staf pengajar yang berkualitas. BU juga telah mendatangkan dosen-dosen dari beberapa universitas luar negeri seperti Curtin University, University of Iowa, University of Colorado, dan University of Nebraska.
Dalam sesi diskusi, disampaikan minat Pascasarjana Unesa yang berkeinginan melaksanakan program double degree dengan 3 semester berkuliah di Unesa dan 1 semester kuliah di luar negeri (di BU), khususnya dalam bidang kurikulum, asesment, dan multi media. Mr. Sawangwong menyambut baik hal itu dan meminta Dr. Pracha Inang untuk menindaklanjutinya. Secara lebih detail hal itu kemudian didiskusikan dengan Dr. Pracha Inang (saat ini, program ini sudah berjalan).
Saat  Mr. Sawangwong menyampaikan beberapa program pembelajaran bahasa di BU, didiskusikan juga kemungkinan adanya mata kuliah Bahasa Indonesia. Dia bercerita bahwa dulu memang hal itu pernah ada akan tetapi tidak berlanjut. Selanjutnya dibicarakan juga tindak lanjut kerja sama antara Unesa dan BU dalam bidang pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, penelitian bersama, dan lain-lain. Mr. Sawangwong lebih menyukai kerja sama dalam program yang kecil, tetapi dapat dilaksanakan daripada hanya membuat MOU yang tidak pernah dilaksanakan. Dia  sangat menyambut baik kedatangan rombongan dari Unesa. Biarpun demikian, MOU dari Unesa tetap akan dipelajarinya.
Pada pembicaraan informal, dilakukan diskusi dengan Prof. Larry Nelson tentang kemungkinan kerja sama penelitian antara Unesa dan BU dalam bidang educational measurement. Program academic recharging (PAR) yang membiayai dosen di Indonesia untuk melakukan penelitian bersama dengan peneliti lain di universitas luar negeri disambut baik. Acara diakhiri dengan penukaran cendera mata dan foto bersama.
BU mempunyai hotel yang bagus di dalam kampus yang digunakan sebagai tempat  praktik mahasiswa. Jamuan makan siang dilakukan di hotel tersebut. Secara informal, Mr. Sawongwong menyatakan adanya kemungkinan kerja sama BU dengan Universitas Airlangga dan tentunya dengan Unesa juga.
Pulang dari BU dilanjutkan ke Pattaya (Gem Jewerly,  floating market, cabaret show (yang kita bisa sepuasnya melihat atraksi para ‘Mrs He” dan ‘Mr She’; sebutan untuk para waria itu, menurut teman saya yang orang Thailand), makan malam di moslem seafood restaurant). Hari keempat yang padat, sepadat hari-hari kemarin.....


Jumat, 11 Maret 2011
Hari ini acara bebas, kami pergi shopping dan jalan-jalan sepuas-puasnya, kemudian pulang ke Surabaya pukul 19.15 dari Bangkok. Alhamdulillah kami pulang dengan selamat. Semoga perjalanan kami membawa berkah kemajuan untuk Unesa...amin.

Senin, 13 Februari 2012

Honeymoon, Silaturahim, Wisata Kuliner

Minggu, 15 Januari 2012

Jumat, 13 Januari 2012, pukul 16.00-an, saya dan mas Ayik meluncur ke Batu. Ada rapat senat di hotel Purnama. Sampai di hotel Purnama sudah pukul 19.30-an, langsung bergabung dengan pak rektor, dan anggota senat yang lain, makan malam. Hanya sedikit waktu yang tersisa untuk family gathering, sebelum akhirnya kami yang anggota senat masuk ke ruang rapat untuk membahas statuta, dan para keluarga meneruskan gatheringnya, atau beristirahat di kamar masing-masing. Mas Ayik lebih memilih masuk kamar, beristirahat dan bersantai menikmati acara-acara di TV.

Rapat senat berakhir sekitar pukul 23.00-an. Banyak masukan untuk menyempurnakan statuta Unesa, dan finalisasi statuta  dipercayakan pada tim statuta. Di luar ruang rapat sudah menunggu puluhan durian dan jagung manis yang siap bakar. Saya langsung ingat mas Ayik, maka saya meneleponnya agar dia keluar kamar dan bergabung dengan pak Rektor dan yang lain, pesta durian dan jagung bakar. Karena mas Ayik kenal akrab dengan hampir semua anggota senat, maka dia pun langsung tenggelam di kerumunan orang-orang yang mengitari setumpuk durian, termasuk bu Kisyani, pak Nurhasan, pak Ismet, bu Titik, dan lain-lain.

Sabtu, 14 Januari 2012

Pagi sekitar pukul 06.30-an, kami semua sudah berkumpul lagi di ruang makan. Rapat senat sudah ditutup semalam. Hari ini acara bebas bersama keluarga. Beberapa orang sudah dari pagi berada di lapangan tenis, sebagian lagi jalan-jalan di sekitar hotel, sebagian lagi jogging, namun ketika waktunya makan pagi, sebagian besar sudah berkumpul di ruang makan.

Saya dan mas Ayik berpamitan setelah menyelesaikan sarapan kami dan beramah-tamah sejenak dengan yang lain. Kami berniat meneruskan perjalanan menuju Blitar. Ada banyak teman kami di sana, yang sudah lama tidak bertemu, dan sudah sejak lama sekali ingin kami kunjungi. Seorang teman SMP, tiga orang teman kuliah, tiga orang teman Himapala. Ada juga mantan mahasiswa saya yang kebetulan mau menikah. Tempat mereka tersebar, ada yang di Talun, Lodoyo, Jatinom, selebihnya di kota. Maka sejak masuk kabupaten Blitar, sampai di Kanigoro, kami langsung mengambil arah menuju Lodoyo, ke  rumah Naning, mantan mahasiswa saya yang saat ini sudah menjadi guru PNS di SMK 3 Blitar, yang akan menikah tanggal 19 Januari nanti. Sepanjang perjalanan ke rumah Naning, kami dipandu oleh Naning dan kakaknya untuk bisa mencapai rumahnya yang lumayan jauh dari kota. Bertemu Naning, bapak-ibunya, saudara-saudaranya, membuat kami merasa sangat bersyukur, karena mereka menyambut kami dengan sangat baik, bahagia, dan mungkin agak terharu (didatangi jauh-jauh oleh mantan dosennya mungkin merupakan satu penghormatan tersendiri bagi Naning sekeluarga). Kami disuguh soto ayam dan oseng-oseng kikil, enak dan sedap (Naning termasuk mahasiswa yang terampil memasak dan menjadi salah satu andalan kami di dapur Baking and Catering Course, pusat pelatihan di bawah prodi Tata Boga). Lantas kami pamit pulang, dilepas Naning sekeluarga, lengkap dengan dua kresek makanan yang sudah disiapkan untuk kami bawa. Puas rasanya bisa mengunjungi Naning dan bertemu dengan keluarganya yang ramah serta menyenangkan.

Dari Lodoyo, kami meluncur menuju kota. Ada Hendra Riyanti, teman sekelas saya di prodi D3 Tata Boga, yang telah menunggu di rumahnya, di jalan Anjasmoro. Selama hampir 24 tahun, saya hanya sekali bertemu Hendra, ketika dia mau mengambil S1 Tata Boga (mungkin sekitar 6 tahun yang lalu, waktu itu dia sempat menginap di rumah. Tapi akhirnya pilihannya jatuh pada UNIPA, yang lebih bisa mengakomodasi 'kebutuhannya').

Bertemu Hendra, 'gemparnya' seperti yang saya bayangkan. Hendra adalah pribadi yang kocak luar biasa, nyerempet-nyerempet ke jorok, dan suara serta tawanya keras menggelegar seperti pekikan kuda (ibu saya selalu menegur saya kalau saya tertawa keras: 'lek ngguyu ojo banter-banter koyo jaran...wakakkak....). Dia guru honorer di SMK PGRI Blitar. Menikah ketika usianya sudah 38 tahun dan suaminya berusia 48 tahun. Dia bercerita, ketika dia di'rapak' oleh naib, dia tidak banyak ditanya karena naibnya keburu 'ngguyu kepingkel-pingkel'. Pasalnya, ketika dia ditanya, apa benar dia masih perawan dan calon suaminya juga masih perjaka, dia jawab, 'inggih, pak naib. Kulo taksih perawan ting-ting lan calon bojo kulo nggih taksih joko ting-ting. Menika perawan mejen kepanggih joko mejen'.

Hendra menghubungi teman-teman kami yang lain. Tina, yang alamatnya di jalan Kelud, akan datang bergabung segera setelah dia menghentikan kegiatannya menyeterika (Tina seorang ibu rumah tangga, mengisi kesibukannya dengan membuka katering kecil-kecilan). Seorang lagi teman kami, Ratna, rumahnya ada di Talun, tapi dia tidak bisa bergabung. Selain karena jaraknya bagi dia lumayan jauh, hujan deras lagi, dia juga sedang ada kegiatan PKK. Teman kami ini belum menikah. Dia sempat mengidap kanker rahim selepas kuliah. Menurut Hendra, Ratna yang dulu manis dengan matanya yang bulat 'blalak-blalak', sekarang kurus kering. Cerita Hendra itu membuatku sangat kepingin ketemu Ratna. Maka kami memutuskan untuk meluncur ke Talun, ke rumah Ratna, setelah sebelumnya Hendra memberi tahu Ratna melalui telepon, kalau kami akan mengunjunginya.

Hujan deras sore itu tidak menghalangi mas Ayik membawa kami bertiga menuju Talun. Pukul 16.30-an kami keluar dari rumah Hendra, setelah menunaikan solat ashar. Hanya sekitar 15 menit kami sudah mencapai Talun, langsung menuju balai desa karena Ratna ada di sana. Seorang perempuan bertubuh kecil berpayung menerobos hujan, keluar dari balai desa. Itulah Ratna. Hatiku serasa kelu melihat sosoknya. Tubuhnya yang dulu padat berisi kini kecil berbalut kulit yang agak kusam. Kanker rahim telah menggerogotinya sedemikian rupa sehingga sisa-sisa kecantikan yang tertinggal hanyalah mata bulatnya yang berbinar-binar menjumpai kami. Kami berpelukan lama, di bawah payung yang tidak mampu menepiskan air hujan karena saking derasnya, dan aku berusaha menyembunyikan mataku yang basah. Tanpa pikir panjang, Ratna kami minta untuk masuk mobil, dan dia pun tidak menolak sama-sekali, serta meminta kami semua untuk mampir ke rumahnya.

Di rumah Ratna, sudah ada sekantung plastik besar rambutan binjai (tapi asli Blitar), yang disiapkan bapak-ibu Ratna. Dan kelakar Hendra pun meluncur. "Yaaa....alhamdulilah. Suwun, Rat, wis mbok cepaki. Aku ra sah nggolekno Lutfi....." Dan tawa kami berderai-derai.

Sore itu kami habiskan waktu bercengkerama di rumah Ratna, mengenang semua masa indah selama kuliah. Ya, masa-masa indah. Bahkan cerita sedih pun saat ini menjelma menjadi cerita menyenangkan. Ratna pernah berpura-pura kecopetan di terminal Blitar, lantas lapor petugas, supaya dia bisa naik bus ke Surabaya gratis. Pasalnya, hari itu kami harus membayar biaya job training, dan uang Ratna hanya cukup untuk melunasi biaya itu. Banyak cerita-cerita yang sebenarnya menyedihkan saat itu, namun sekarang menjadi cerita yang begitu menggelikan.

Lepas dari rumah Ratna, sore sekitar pukul I7.30. Setelah pamit dan kami berpelukan lama, dengan sekantung plastik penuh rambutan binjai, kami berempat meluncur ke rumah teman-teman yang lain; dua temanku Himapala, dan seorang temanku SMP. Juga mampir ke rumah Tina, bertemu dengan suami dan anak-anaknya. Kami juga makan malam bersama di warung depan rumah Tina, dengan menu mi godog dan nasi goreng jawa. Enak sekali. Memasaknya pakai anglo, pakai dikipas-kipas arangnya,  jadi ada citarasa khas yang berbeda, di samping memang pembumbuannya yang mungkin lain dari yang lain. Mi godog dan nasi goreng bumbu jawa (dengan rasa kecapnya), tapi sedikit bercita rasa chinese food. Mas Ayik sampai tambah seporsi lagi, dan anak laki-laki Tina 'ngrusuhi' ibunya minta disuapin, padahal dia sudah habis seporsi. Saya minta dia untuk nambah lagi, dia tidak mau, malu mungkin. He he.

Sampai akhirnya pukul 21.00 lebih, saya dan mas ayik check in di hotel Patria. Hotel tersebut jaraknya hanya sekitar 200 meter dari rumah Hendra. Dan berpisahlah kami malam itu dengan Tina dan Hendra, setelah berjanji besok pagi akan bertemu lagi untuk sarapan nasi pecel kembangan.

Minggu, 15 Januari 2012

Pagi, sekitar pukul 5.30, saya dan mas ayik sudah keluar dari kamar hotel. Jalan-jalan di sekitar hotel. Ada banyak bangunan kuno, juga pohon beringin yang mungkin usianya sudah ratusan tahun, ada juga pasar buah yang menjual buah matoa. Sayang buahnya sudah banyak yang kisut, coba masih segar, saya berniat membelinya. Oya, di dekat pasar itu ada Kampus UM juga. Saya dan mas Ayik memasuki halaman kampus itu, cukup luas, bersih, terawat, dan layak disebut kampus. UM memang memiliki kampus di beberapa daerah, setidaknya setahuku ada di Madiun, Blitar dan Jombang.

Pukul 6.30, kami kembali ke hotel. Duduk-duduk bersantai di joglo kecil, melihat serombongan tamu hotel yang keluar masuk. Di antara mereka ada yang masuk dengan membawa sekantung penuh belanjaan, rupanya mereka habis belanja di pasar buah. Beberapa waiter membersihkan meja-meja di sekitar kami, meja-meja yang basah karena embun semalam. Di joglo besar, tidak jauh dari tempat kami bersantai, makan pagi sudah disiapkan, dan beberapa tamu sedang menikmatinya. Saya dan mas Ayik bermaksud menengok saja menu sarapan pagi ini, tapi ternyata tidak 'kuat iman', akhirnya ikut-ikutan ambil piring dan sendok. Menu nasi pecel dengan tahu goreng dan rempeyek kacangnya yang lebar-lebar, meruntuhkan niat kami yang awalnya hanya sekedar ingin menengok saja. Nasi pecel kembangan urusan nanti.

Di tengah keasyikan kami menikmati nasi pecel, Hendra telepon kalau dia dan Tina sedang menuju ke hotel. Kami pun cepat menyelesaikan sarapan pertama kami. Ya, sarapan pertama, karena setelah ini kami akan 'ngandok' di sego pecel Kembangan.

Warung nasi pecel Kembangan tempatnya di desa Bendo, dusun Kembangan. Minggu pagi itu banyak orang yang 'ngandok' sego pecel. Ada beberapa mobil yang parkir di pinggir jalan, beberapa sepeda motor, dan sepeda angin. Puluhan orang sudah duduk mengitari meja-meja di teras dan di halaman rumah.  Kuhitung ada sekitar 30-an orang. Belum terhitung yang ada di dalam rumah, yang tidak kelihatan dari luar. Kami mengambil tempat duduk dengan meja panjang, bergabung dengan orang-orang yang sudah lebih dulu datang.

Warung itu sebenarnya sebuah rumah. Di teras-terasnya dipasang meja kursi untuk makan. Juga di sebagian sudut halamannya. Rumah sederhana, dengan model jualan yang juga sederhana. Makanan diletakkan di atas meja. Nasi putih, sayur-sayuran, sambel pecel, dan tahu-tempe goreng. Ada dua penjualnya. Yang satu khusus melayani pelanggan yang membeli untuk dibawa pulang (dibungkus), jadi kerjaannya 'mbungkuuusss' saja. Tapi tidak semua pembeli yang datang untuk 'mbungkus' bisa dilayani. Dia, tukang bungkus yang sudah sepuh itu, membungkus untuk mereka yang mungkin sudah pesan dari hari kemarin, atau pada pagi-pagi buta tadi. Pesanannya bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan. Kalau Anda nekad pingin 'mbungkus', maka rasakan akibatnya: Anda bisa berjam-jam menunggu dilayani, meskipun hanya memesan satu-dua bungkus. Seorang ibu muda yang sejak kami datang sudah berdiri mematung di depan penjualnya, sampai kami pulang pun dia masih pada posisi semula, tetap mematung di depan penjual itu; padahal dia hanya perlu dua bungkus saja. Luar biasa ujian kesabarannya......

Sesuai urutan. Itulah aturan yang tidak boleh dilanggar. Tanpa kartu antre, tapi penjual hafal betul siapa yang lebih dulu datang dari yang lain. Tina mencoba mengantre setelah orang-orang yang semeja dengan kami dilayani. Tina mengaku kalau kami satu rombongan dengan orang-orang itu, di meja yang sama, namun penjual itu bilang: 'njenengan dereng wancinipun. Ngriku rumiyin, terus ngriko niko, terus sing wonten lebet, nembe njenengan'. Tanpa ekspresi. Tanpa senyum. Dan Tina pun melengos pergi sambil nggrundel: 'ngenteni sampek jamuren'. Kami tertawa 'ngakak'. Jangankan kami, anak kecil yang teriak-teriak 'ma, aku sudah lapar, maaa', tidak digubrisnya. Perasaannya tidak tersentuh sama sekali. Dia tetap 'ngedoli' sesuai urutan, dan anehnya, tidak kelihatan 'gupuh' sama sekali. 'Teplak-teplek', 'ngambil' nasi, kulupan, sambal kacang, tahu-tempe, rempeyek kacang, satu per satu; yang membawa ke meja-meja ya yang beli. Dibawa sendiri.

Luar biasa. Nasi pecel itu memang luar biasa. Porsinya besar, sambal kacangnya pedes, manis, sedaaap sekali. Lauknya tahu dan tempe goreng yang potongannya besar-besar. Dilengkapi dengan rempeyek kacang yang lebar-lebar. 'Sumbut' dengan nunggunya. Mas Ayik 'nambah' seporsi lagi untuk lebih 'nyumbutne' dengan nunggunya tadi. Enak, kenyang. Tapi kalau saya suruh balik ke situ lagi, ampuuunnnn.....

Nggak deh! Makan bayar kok ngantrenya lama buwanget. 'Bakul'nya 'mecucu' lagi. Ilmu pemasaran tidak berlaku di sini. Pelayanan prima di tempat ini adalah melayani pelanggan tanpa senyum, dengan kecepatan sesuai kemampuan penjual, sesuai urutan, dan ambil sendiri makanan Anda. Sangat cocok untuk latihan kesabaran, terutama bagi mereka yang kelaparan. Herannya, begitu kok ya 'buanyak' sekali pelanggannya.

Selepas dari nasi pecel kembangan, kami mengantar Hendra dan Tina pulang ke rumah masing-masing. Kami sekalian pamit pulang ke Surabaya. Senang sekali bisa bertemu kawan-kawan lama, dan kami berharap suatu ketika akan berjumpa lagi...

LN

Minggu, 12 Februari 2012

Kembali Ke Alam dengan Food Combining

Luthfiyah Nurlaela
Pendidikan Tata Boga, Universitas Negeri Surabaya
luthfiyahn@yahoo.com

Abstrak: Food Combining (FC) adalah metode pengaturan asupan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh, khususnya yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Efek pola makan ini meminimalkan jumlah penumpukan sisa makanan dan metabolisme sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan zat makanan menjadi lancar, dan pemakaian energi tubuh juga lebih efisien. Dengan FC, perilaku makan seseorang dituntut agar secara sadar: (1)  mengoptimalkan masukan dan penyerapan zat gizi dengan cara mengkonsumsi makanan yang serasi saja setiap kali makan; (2) mendayagunakan fungsi sistem pencernaan dengan cara menyesuaikan apa yang dimakan dengan kebutuhan asam-basa dan siklus alamiah tubuh agar metabolisme seimbang.

Key words: Food Combining, kembali ke alam

Pendahuluan
Kemajuan teknologi yang begitu pesat telah menempatkan manusia dalam kondisi yang serba instan dan serba cepat. Proses produksi yang rumit dapat dipermudah dengan peralatan canggih yang serba otomatis dan tidak banyak membutuhkan tenaga manusia. Pertanian yang semula tradisional mulai menggunakan pupuk kimia dan pestisida untuk meningkatkan produksi. Cara bertani tersebut ternyata banyak merugikan konsumen. Ditambah lagi dengan rekayasa biologi yang harus dilakukan agar memungkinkan produksi pertanian dan peternakan tidak memerlukan waktu lama. Semakin banyak produk makanan instan yang dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja (Chang, 1997).

Manusia harus membayar mahal dengan kesehatannya. Pola kehidupan semakin tidak kondusif terhadap kesehatan. Pola kehidupan meliputi pola makanan, pola istirahat, kurangnya olah raga secara teratur, stres pikiran, banyaknya zat-zat kimia yang merusak sel-sel tubuh yang berasal dari bahan pengawet dan pewarna makanan, petisida yang berasal dari sayur-sayuran, minuman peningkat stamina dan vitalitas, rokok, minuman keras, polusi udara, dan juga seringnya terjadi kontak tubuh terhadap radiasi-radiasi yang berasal dari komputer, alat-alat komunikasi, peralatan elektronik, listrik dan sebagainya.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa saat ini kondisi kesehatan sudah mencapai titik kritis yang perlu diperhatikan. Hal ini terbukti dengan hasil risetnya yang menyatakan bahwa orang yang dikategorikan benar-benar sehat hanyalah 15% dari penduduk dunia, 15% berikutnya adalah orang-orang yang benar-benar dalam keadaan sakit dan dalam perawatan medis, sedangkan sisanya yang 70% adalah kategori orang yang rentan terhadap penyakit diakibatkan karena menurunnya fungsi-fungsi organ dalam tubuh yang disertai menurunnya fungsi kekebalan tubuh (Anonim, 2007).

Teknologi yang semakin berkembang dalam hal penanganan penyakit semakin mendukung manusia untuk mengabaikan pentingnya menjaga pola kehidupan dengan baik. Tersedianya berbagai obat di pasaran bebas dan para tenaga medis memungkinkan setiap orang untuk berobat sewaktu-waktu ketika jatuh sakit. Ibaratnya makanan instan, obat-obatan pun tersedia di setiap rumah bahkan di kantong tas yang siap dibawa kemana-mana. Sehingga bukan pola kehidupan yang ditingkatkan untuk menjadi lebih sehat, melainkan persediaan obat-obatan yang dipersiapkan sebagai amunisi untuk melawan penyakit.

Sayangnya sebagian besar obat-obatan yang tersedia juga merupakan hasil budaya instan, sehingga diambil dari bahan-bahan instan buatan bukan dari alam. Akibatnya muncul masalah-masalah baru yang berasal dari efek samping obat-obatan. Riset baru-baru ini di Amerika menyatakan bahwa reaksi buruk obat-obatan bertanggung jawab atas kematian 100.000 pasien di berbagai rumah sakit setiap tahun, dan membuat efek samping menjadi salah satu sebab kematian yang utama (Anonim, 2007).

Saat ini orang mulai sadar akan pentingnya kembali pada pola hidup sehat, kembali pada alam. Orang mulai sadar untuk berolah raga, istirahat teratur, dan mencukupi nutrisi yang diperlukan tubuh dengan mengkonsumsi makanan-makanan kesehatan alami. Food Combining menjadi salah satu alternatif pilihan pola makan sehat.

Apakah Food Combining?
                Pada beberapa tahun terakhir ini, Food Combining (FC) telah populer dan mulai dijadikan sebagai pilihan pola konsumsi oleh sebagian orang. Beberapa buku dan artikel tentang FC  dapat dengan mudah ditemukan baik dalam bentuk cetak (buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya) maupun melalui media elektronik, terutama internet. Namun begitu, banyak orang masih meragukan manfaat FC, dan bahkan sebagian beranggapan, FC adalah cara diet yang membahayakan kesehatan. Bahkan sebagian ahli gizi tidak merekomendasikan untuk mengadopsi cara diet ini, karena dinilai lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Dikatakan bahwa FC adalah suatu hobi berbahaya, yang hanya bisa diterapkan oleh orang yang kelebihan gizi. FC dianggap bertentangan dengan kaidah ilmu kedokteran dan gizi yang normal, dan di di dunia ilmiah FC digolongkan kelompok food quacks (takhayul makanan moderen) (Gsianturi, 2002).

                FC pertama kali diperkenalkan secara ilmiah pada tahun 1920 oleh William Howard Hay (1866-1940), seorang dokter bedah dari Amerika Serikat. Hay mempraktekkan FC selama 3 bulan dan sejak itu dia sembuh dari berbagai penyakit kronis yang telah dideritanya selama bertahun-tahun. Hay tidak hanya terbebas dari penyakit ginjal kronis, tekanan darah tinggi, dan pembengkakan jantung; namun seperempat berat tubuhnya juga ikut menyusut. Sejak itu, pola makan FC dikenal sebagai Hay System Diet, atau Pola Makan (Sehat) Menurut Hay (Anonim, 2002).

Hay menyebut konsep FC ini sebagai cara makan yang fundamental (Gsianturi, 2002). Gagasan ini sebenarnya bukan seratus persen baru. Pada abad ke-100 SM  sudah dikenal cara makan serupa yang dilakukan para pengikut Ayurveda di India, yang merupakan ajaran yang dianut pertapa dan pendeta India kuno. Ajaran ini mecakup cara hidup sederhana, termasuk cara makan yang dianggap sehat.

Di Indonesia, Andang Gunawan dianggap sebagai salah satu orang yang mempelopori pola makan FC. Bukunya yang berjudul “Food Combining, Kombinasi Makanan Serasi, Pola Makan untuk Langsing & Sehat”, diterbitkan pertama kali pada tahun 1999 dan telah mengalami cetak ulang sebanyak 11 kali atau terjual lebih dari 100.000 eksemplar. Menurutnya, FC adalah metode pengaturan asupan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh, khususnya yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Efek pola makan ini meminimalkan jumlah penumpukan sisa makanan dan metabolisme sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan zat makanan menjadi lancar, dan pemakaian energi tubuh juga lebih efisien. Dengan FC, perilaku makan seseorang dituntut agar secara sadar: (1)  mengoptimalkan masukan dan penyerapan zat gizi dengan cara mengkonsumsi makanan yang serasi saja setiap kali makan; (2) mendayagunakan fungsi sistem pencernaan dengan cara menyesuaikan apa yang dimakan dengan kebutuhan asam-basa dan siklus alamiah tubuh agar metabolisme seimbang (Gunawan, 2005).

FC pada dasarnya merupakan pola makan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah fungsi tubuh manusia. Dengan penyelarasan tersebut, pekerjaan pencernaan akan lebih mudah dan pemakaian energi lebih efisien.  Prinsip Food Combining sebenarnya tak beda dengan pola makan 4 sehat 5 sempurna, hanya disesuaikan dengan siklus pencernaan manusia. Karena setiap fungsi tubuh mempunyai irama biologis yang jam kerjanya tetap dan sistematis dalam siklus 24 jam setiap hari (anonim, 2006). Pendapat lain menyatakan bahwa FC adalah suatu metode pola makan yang pada prinsipnya adalah menghindari karbohidrat, protein dan lemak yang dikonsumsi secara bersamaan. Pada dasarnya FC tetap mempertahankan pola makan 4 Sehat 5 Sempurna, hanya saja FC memperhitungkan siklus pencernaan tubuh manusia, yakni; pencernaan-penyerapan-pembuangan, yang ternyata berlainan intensitasnya antara pagi, siang, dan malam. Selain itu, dalam FC diperhitungkan sifat asam-basa makanan, sehingga ada kombinasi makanan tertentu yang tidak dianjurkan karena menghambat kelancaran kerja pencernaan tubuh (Rere, 2008).

Prinsip Food Combining
FC sepenuhnya mengikuti standar pola makan 4 Sehat. Perbedaannya, FC mempertimbangkan juga efektivitas penyerapan zat gizi dan zat fitokimiawi nirgizi dalam makanan. Karena itu, asupan makanan diatur mengikuti siklus alami tubuh. Hal yang paling menonjol dalam FC adalah, orang sangat tidak disarankan menyantap nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah sekaligus dalam satu waktu makan.

Inti dari FC pada dasarnya mencakup empat hal. Pertama, orang disarankan mengkonsumsi makanan segar dan alami, serta menjauhi makanan yang telah diproses. Sayuran dan buah segar menjadi bagian utama menu sehari-hari. Sekalipun demikian, orang tidak perlu takut kelaparan, karena orang dibebaskan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, yang bisa membuat kenyang. Lauk-pauk sumber protein juga tidak boleh diabaikan.

Yang tidak disarankan adalah makanan olahan, karena tidak lagi alami. Seperti makanan kalengan, makanan awetan (sawi asin, manisan buah, abon), dan makanan mengandung food additives (Monosodium Glutamat/MSG, pewarna sintetis, pengempal, pemutih, pengawet, dan sebagainya). Kecuali tempe dan yogurt, karena kandungan senyawa fitokimiawinya justru menjadi makin kaya setelah mengalami proses pengolahan. Beras putih yang mengalami proses pemucatan, penambahan esence (biasanya esence pandan), dan pengasapan pengawetan tidak disarankan. Paling baik mengkonsumsi beras merah atau beras putih tumbuk.

Kedua, FC menegaskan pentingnya menyantap kombinasi makanan mengikuti siklus alami metabolisme tubuh. Berbeda dari kebiaasan selama ini yang hanya mementingkan mendapatkan energi dari asupan makanan, dengan makan semuanya sekaligus secara campur aduk.

Pengaturan kombinasi makanan membuat tubuh lebih hemat menggunakan energi untuk memproses makanan. Dampaknya, tubuh menjadi lebih bugar dan bertenaga. Penghematan penggunaan energi ini juga bermanfaat menghambat kerusakan sel akibat eksploitasi sel dan organ tubuh secara berlebihan. Inilah salah satu alasan mengapa orang-orang yang menerapkan pola makan FC umumnya tampak bugar dan awet muda. Faktor lain, karena mereka banyak mengkonsumsi serat alami dari sayuran dan buah-buahan segar yang juga kaya antioksidan (Anonim, 2007).

Pengaturan kombinasi makanan penting untuk meningkatkan efektivitas proses pencernaan makanan. Setiap jenis makanan, baik sumber karbohidrat, sumber protein, sayuran, maupun buah, memerlukan enzim pencernaan berbeda. Jika makanan disantap bersamaan atau hampir bersamaan, maka proses pencernaan tidak berjalan efektif, sehingga banyak zat gizi dan zat fitokimiawi nirgizi yang terbuang (Marsden, 2005; Anonim, 2007).

Ketiga, FC mementingkan keseimbangan asam-basa tubuh. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menemukan bahwa proses pencernaan makanan berjalan paling efektif jika jaringan tubuh dan darah (bukan lambung) dalam kondisi netral cenderung basa, dengan pH 7,35 - 7,45. Jika tubuh dalam kondisi asam, seseorang akan menjadi mudah kembung dan diare.

Keempat, FC tidak memerlukan takaran konsumsi makanan. Orang bisa makan dalam jumlah lebih bebas, sejauh kombinasinya serasi. Sebagai sarana berdiet, baik untuk mencapai berat badan ideal, diet penyakit, maupun untuk mencapai kesehatan prima, FC sangat mudah dipraktekkan oleh awam sekalipun. Bekal utama yang paling diperlukan hanyalah kiat makan dengan kombinasi makanan yang serasi.

Siklus Alami Tubuh
Tubuh melakukan tiga aktivitas pengelolaan asupan makanan secara simultan selama 24 jam, yang meliputi mencerna makanan, menyerap sari makanan, dan membuang sampah makanan. Namun aktivitas tersebut tidak giat dalam periode waktu bersamaan. Masing-masing memiliki masa aktif berbeda, sehingga membentuk rantai kerja dalam siklus alami yang sambung-menyambung.

1. Siklus Pencernaan
Pukul 12.00- 20.00 merupakan rentang waktu bagi tubuh untuk menjalankan fungsi mencerna makanan. Inilah saat paling tepat untuk mengisi perut dengan makanan yang proses cernanya berat dan lama, yakni sumber karbohidrat, sumber protein (hewani maupun nabati), dan sayuran. Waktu cerna karbohidrat 3 jam, protein 4 jam, dan sayuran 2 jam. Sementara waktu cerna lemak 6 - 8 jam. Karena itu, lemak sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah terbatas, agar tidak mengganggu proses pencernaan makanan lain yang waktu cernanya lebih singkat.

Namun mengingat proses pencernaan makanan paling efektif akan berakhir pukul 20.00, makan malam hendaknya sudah selesai satu jam sebelumnya. Agar pada pukul 20.00 malam hingga 04.00 dini hari, tubuh dapat menjalankan fungsi penyerapan sari makanan dengan baik. Jika kita telat makan, penggunaan energi tubuh yang sedianya terpusat pada proses penyerapan sari makanan akan terbagi untuk mencerna makanan. Akibatnya, tubuh akan memboroskan energi dan menyia-nyiakan sari makanan. Makan tengah malam dengan menu komplet (sumber karbohidrat, sumber protein, dan/atau sayuran) akan mengacaukan siklus alami tubuh. Proses penyerapan sari makanan akan tertunda, karena tubuh harus berbagi energi untuk mencerna makanan yang datang tidak pada waktunya. Kekacauan siklus alami ini dapat mengakibatkan ketidaknyamanan di pagi hari, seperti buang air besar tidak lancar, perasaan gelisah, kurang bersemangat.

Jika merasa lapar pada malam hari, usahakan menyantap makanan yang tidak membebani proses alami tubuh. Buah-buahan segar bisa menjadi pilihan. Untuk mendapatkan rasa kenyang yang mantap, kita bisa makan pisang segar (bukan pisang rebus/goreng). Boleh ditambah yogurt dengan tambahan madu. Bisa juga buah, yogurt, dan madu diblender hingga menjadi lassie atau smoothie, jus dengan tekstur kental dan pekat (Anonim, 2002).

2. Siklus Penyerapan
Sejak pukul 20.00 - pukul 04.00 tubuh mulai melakukan penyerapan. Sebagian besar zat makanan yang telah dicerna dibagikan ke seluruh tubuh. Pada saat ini tubuh harus cukup tidur dan tidak makan lagi supaya energi yang ada pada tubuh betul-betul digunakan untuk membagi makanan bukan untuk melakukan aktivitas tertentu atau mencerna makanan. Jangan pula dilupakan, pada saat ini tubuh juga mengganti sel-sel yang rusak dengan yang baru. Bila energi terlalu banyak dikeluarkan untuk mencerna makanan atau melakukan kegiatan lain, maka proses pembentukan sel baru tidak lagi efisien. Akibatnya, tubuh menjadi lelah, kulit kusam, dan penuaan dini pun terjadi.

3. Siklus Pembuangan
Sejak pukul 04.00 dini hari hingga 12.00 tengah hari, tubuh giat membuang sampah makanan. Sebagian besar energi tubuh terpakai untuk melakukan proses tersebut. Agar energi tubuh sepenuhnya tercurah untuk proses pembuangan, sepanjang waktu tersebut disarankan tidak mengisi perut dengan makanan berat. Sarapan berupa sumber karbohidrat (nasi, roti), sayuran, dan lauk-pauk hanya akan menyita energi tubuh, sehingga proses pembersihan sampah makanan terhambat. Santap buah-buahan segar atau minum jus buah segar tanpa tambahan apapun sebagai menu sarapan maupun kudapan sepanjang rentang waktu tersebut. Selain tidak butuh proses pencernaan lama (10 - 45 menit), buah segar menyediakan sumber energi siap pakai. Boleh buah apa pun, kecuali durian, nangka, cempedak. Hanya saja, melon, semangka, blewah, hamigua, dan buah jenis Cucurbitaceae sebaiknya tidak dimakan bersama buah lain, karena proses pencernaannya sangat singkat (Anonim, 2007).

Selain pada periode pembuangan (pukul 04.00 - 12.00), buah-buahan segar atau jus buah segar tetap boleh dinikmati di luar waktu tersebut. Namun hendaknya disantap 45 -60 menit sebelum tiba saat makan berat, agar proses pencernaan buah sudah akan selesai begitu tubuh harus mulai mencerna makanan berat. FC tidak mendukung konsumsi buah setelah makan berat seperti yang selama ini kita lakukan.

Keseimbangan Asam-Basa
Kesehatan tubuh bisa tetap terjaga jika pH jaringan dan pH darah bersifat netral cenderung basa. Untuk mempertahankan kondisi tersebut, pengaturan asupan makanan mengikuti pola makan FC memegang peranan utama. Yakni dengan mengkombinasikan antara makanan pembentuk asam dengan makanan pembentuk basa, sehingga masing-masing dapat saling menetralkan.

Sifat sebagai pembentuk asam-basa ini tidak berhubungan dengan rasa bahan makanan. Sebagai contoh, sekalipun rasanya asam, air jeruk lemon/nipis merupakan cairan pembentuk basa, bukan pembentuk asam.

Demikian pula dengan buah-buahan matang yang rasanya asam, seperti jeruk bali, nanas, stroberi, kiwi. Secara umum, sayuran merupakan makanan pembentuk basa. Sementara sumber karbohidrat dan sumber protein merupakan makanan pembentuk asam. Untuk mendapatkan kombinasi makanan serasi, sehingga tercipta pH tubuh netral, secara gampang kita bisa berpegang pada pola kombinasi asam-basa berupa makanan sumber karbohidrat dan sayuran atau sumber protein dan sayuran.

Dengan berpedoman pada pola demikian, akan mudah bagi kita untuk menyusun menu makanan sehari-hari atau memilih makanan yang tersedia di hadapan kita tanpa harus berpantang. Kombinasi makanan serasi tersebut bisa ditukargantikan untuk dinikmati baik pada saat makan siang maupun makan malam. Namun hendaknya dalam sehari bisa terisi dengan kedua kombinasi tersebut, agar tubuh cukup mendapatkan kalori, protein, dan mineral. Hanya jika terpaksa kita bisa menggandakan salah satu kombinasi dalam sehari. Misalnya, menyantap kombinasi karbohidrat dan sayuran pada saat makan siang maupun makan malam. Hal ini masih lebih baik daripada makan hidangan dengan kombinasi tidak serasi (Anonim, 2005).

Ada pengecualian untuk sumber protein berupa tempe dan tahu. Fermentasi tempe dan proses pengolahan kedelai menjadi tahu telah memecah ikatan proteinnya, sehingga protein tempe-tahu mudah dicerna. Karena itu, tempe dan tahu bisa disantap bersama dengan sumber karbohidrat. Demikian pula dengan kedelai, karena merupakan makanan pembentuk basa.

Kombinasi sumber karbohidrat dan sumber protein, misalnya nasi dan rendang, merupakan kombinasi makanan yang tidak serasi. Soalnya, keduanya merupakan makanan pembentuk asam, sehingga dapat makin meningkatkan keasaman tubuh. Dalam pengertian awam dengan bahasa yang lebih sederhana, FC tidak membenarkan karbohidrat ketemu protein. Pasangan ideal bagi karbohidrat maupun protein adalah sayuran.

Panduan Pola Makan Food Combining
                Berikut ini adalah kombinasi makanan serasi (Marsden, 2005; Rere, 2008):

1. Protein dan Lemak
Unsur lemak berguna untuk memperlambat laju pencernaan sehingga protein punya cukup waktu untuk berinteraksi dengan asam lambung. Protein sendiri sebetulnya sudah mengandung lemak, sehingga penambahan lemak lagi malah berbahaya sebab akan membuat protein lebih lama lagi berada dalam lambung. Jadi sebaiknya menyantap ayam disarankan yang diolah dengan cara dipanggang, dibakar, direbus atau dikukus. Begitu juga kacang-kacangan.

2. Pati dan Lemak
Hidrat arang pati juga mengandung protein dan lemak sekalipun kecil saja. Jadi kombinasi pati dan lemak baik saja selama tidak ditambahkan lemak lagi. Contohnya ubi yang dikolak merupakan makanan yang tidak serasi karena menggunakan  ekstra lemak yaitu santan. Tetapi jika penggunaan lemak dalam jumlah yang kecil sebagai penambah citarasa, justru diperbolehkan. Misalnya roti yang dibubuhi sedikit mentega.

3. Lemak dan Asam
Keduanya bisa disantap beriringan, namun dengan catatan kadar lemaknya harus rendah. Asam berguna untuk melarutkan lemak. Sedang enzim pengurai lemak membutuhkan pH asam. Misalnya, sedikit air jeruk dapat mengencerkan lemak sehingga lebih mudah dicerna. Sebaliknya menambahkan asam pada makanan berkadar lemak terlalu tinggi  justru menyebabkan pH pencernaan semakin asam hingga menghambat proses pencernaan. Sebagai contoh, setelah makan kacang-kacangan usahakan untuk menyantap buah yang memiliki rasa asam.

4. Gula dan Asam
Contoh makanan dengan kombinasi ini adalah yogurt murni dan madu alam murni, yogurt murni dan buah manis, buah asam dan buah manis atau saus asam manis.

5. Pati dan Pati
Sekalipun makan nasi dan bakmi menurut metode FC cukup  serasi namun disarankan agar tidak menyantapnya dalam jumlah banyak. Karena kemampuan tubuh menyimpan pati terbatas. Kelebihannya akan disimpan tubuh dalam bentuk lemak.

6. Protein Nabati dengan Protein Nabati
Kombinasi yang sangt serasi karena satu jenis saja protein nabati. Namun kombinasi ini kurang lengkap, hingga harus dilengkapi lagi dengan protein lainnya. Misalnya, nasi merah dengan tempe, nasi dengan perkedel kacang merah, sup dengan aneka biji-bijian.

Sebenarnya seseorang tidak harus menghafal kimiawi makanan mana yang dapat membentuk sifat asam dan mana yang dapat membentuk sifat basa. Kombinasi makanan serasi bisa fleksibel selama seseorang dapat mengatur total asupan makanan dalam satu minggu, paling tidak terdiri dari 7 menu protein + sayuran, 7 menu karbohidrat + sayuran, dan 7 menu buah-buahan (Gunawan, 2005).  

Pedoman berikut memudahkan kita, terutama para pemula, untuk menerapkan pola makan FC tanpa harus bingung menghafal kombinasi asam-basa.

Menu sehari yang ideal:

1 menu buah-buahan
1 menu karbohidrat + sayuran
1 menu protein + sayuran

Jika menu ideal tak mungkin dilaksanakan, variasi menu dalam sehari dapat terdiri dari:

Variasi 1:
1 menu buah-buahan
2 menu karbohidrat + sayuran

Variasi 2:
2 menu buah-buahan
1 menu karbohidrat

Variasi 3:
2 menu buah-buahan
1 menu protein + sayuran

Variasi 4:
(Jika sulit memperoleh buah segar):
2 menu karbohidrat + sayuran
1 menu protein + sayuran 


Simpulan dan Saran
Food combining adalah metode pengaturan asupan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh, khususnya yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Efek pola makan ini meminimalkan jumlah penumpukan sisa makanan dan metabolisme sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan zat makanan menjadi lancar, dan pemakaian energi tubuh juga lebih efisien. Dengan FC, perilaku makan seseorang dituntut agar secara sadar: (1)  mengoptimalkan masukan dan penyerapan zat gizi dengan cara mengkonsumsi makanan yang serasi saja setiap kali makan; (2) mendayagunakan fungsi sistem pencernaan dengan cara menyesuaikan apa yang dimakan dengan kebutuhan asam-basa dan siklus alamiah tubuh agar metabolisme seimbang.

Saran atau tips menjalankan pola makan FC, sebagai berikut ini: (1) Makanlah buah atau minum jus buah sedikit-sedikit agar tidak mengakibatkan lonjakan kadar gula darah secara mendadak, (2) Ganti camilan Anda dengan buah. Namun bila anda mengkonsumsi buah sepanjang hari, berikan waktu setengah jam sebelum anda mengkonsumsi makanan lain, (3) Makanan tinggi protein dan tinggi karbohidrat sebaiknya tidak dimakan bersama-sama, melainkan dikombinasikan dengan sayuran. Misalnya daging plus sayur atau nasi plus sayur. Hindari daging plus nasi, apalagi dengan porsi sama banyak, (4) jika pada siang hari anda telah mengkonsumsi makanan menu tinggi protein (misalnya kombinasi daging-sayur), maka malam harinya  ganti dengan menu karbohidrat-sayur atau sebaliknya, (5) Sebaiknya tidak mengkonsumsi lebih dari satu macam protein hewani pada saat yang sama, karena satu jenis protein hewani sudah mencukupi kebutuhan asam amino untuk sehari. Sedangkan  protein nabati boleh dikonsumsi lebih dari satu macam karena kandungan asam amino makanan nabati umumnya kurang lengkap. Berbagai jenis makanan yang mengandung karbohidrat boleh dimakan bersama-sama, misalnya nasi plus perkedel jagung, (6) Masaklah makanan secukupnya dengan menggunakan bahan makanan yang sesegar dan seutuh mungkin, bukan bahan olahan, instan atau diawetkan. Ingat, makanan yang dipanaskan berulangkali akan musnah khasiat gizinya, (7) Gunakan lemak dan minyak seperlunya saja, (8) Konsumsilah makanan beragam, baik jenis maupun cara pengolahannya. Selain menghindari bosan, hal ini juga menjaga agar tubuh tidak kelebihan dosis suatu zat gizi tertentu, dan (9) Ikuti FC secara bertahap, agar tubuh dapat menyesuaikan diri dengan nyaman. Seandainya anda “lalai” (makan asal-asalan) di siang hari, bisa diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan yang benar sesuai FC malam harinya. Yang penting, kebiasaan menyantap berbagai makanan secara bersamaan tidak menjadi rutinitas.

Daftar Rujukan
Anonim. 2005. Diet Food Combining. http://www.conectique.com /trend_tips_solution/_health/diet/article.php?article_id=2470.

Anonim. 2007. Food Combining, untuk Tubuh Langsing dan Sehat. http://www.sedap-sekejap.com/artikel/2002/edisi1/files/sehat.htm
Chang, Henry. 2000. Makanan Organik, Hidup Sehat dengan Kembali ke Alam. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gsianturi. 2002. Food Combining, Betulkah Berbahaya? http://www.kompas.com /kesehatan /news/0205/24/034222.htm.
Gunawan, A. 2005. Food Combining, Kombinasi Makanan Serasi Pola Makan untuk Langsing dan Sehat. Jakarta: PT Gramedia.
Marsden, Kathryn. Penerjemah: Lala Herawati Dharma. 2005. The Complete Book of Food Combining. London: Piatkus.
Rere, 2008. Tips Menjalankan Pola Makan Food Combining (FC). http://www.obi.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=135&Itemid=2.