Pages

Kamis, 16 Februari 2012

Laporan dari Thailand

Pada bulan Maret tahun 2011 yang lalu, saya bersama PR 1 Unesa (Prof. Dr. Kisyani), Direktur Program Pascasarjana Unesa (Prof. Dr. I Ketut Budhayasa), Sekprodi S2 PTK (Prof. Dr. Ekohariadi), Koordinator Bidang Kerjasama Unesa (Dr. Suharsono, M. Phill, Drs. Martadi, M.Sn, dan Dra. Niken Purwidiani, M. Pd; serta beberapa teman dosen yang lain, termasuk tiga mahasiswa S2 PTK, berkesempatan mengunjungi Thailand. Salah satu hal yang mendorong kunjungan itu adalah karena kebetulan saya kenal baik dengan atase pendidikan di KBRI Bangkok, Prof. Dr. Didik Sulistiyanto. Beliau adalah teman sekelas suami saya ketika SMP dan SMA, juga teman akrab di kegiatan Pramuka. Beliau mendorong saya untuk berkunjung ke Thailand, karena menurut beliau ada banyak hal yang bisa dipelajari, serta banyak peluang kerjasama yang bisa dijajagi. Tentu saja, juga senyampang beliau masih bertugas di sana. Ketika saya menyampaikan hal tersebut ke pak Rektor, beliau menyambut baik, dan meminta saya berkoordinasi dengan pak Suharsono, serta berkomunikasi dengan pak Didik, serta beberapa perguruan tinggi yang akan menjadi tujuan kunjungan kami.

Senin, 7 Maret 2011
Kami berangkat  dari Juanda Airport pukul 15.30 dengan Air Asia, dan sampai di Bangkok pukul 19.10. Kami dijemput langsung oleh pak Didik, atase pendidikan (atdik) itu. Sendirian, berdiri di ambang pintu keluar area kedatangan, di dalam gedung terminal yang luas itu, sambil melambaikan tangannya ke arah kami. Saya tidak membayangkan kalau beliau akan sendirian seperti itu. Untuk pejabat selevel beliau, bayangan saya, setidaknya ada beberapa stafnya yang mendampingi. Tapi ternyata tidak. Beliau benar-benar sendirian. Satu poin untuk Thailand. Praktis, efisien.
Kami saling berjabat tangan. Saya memperkenalkan rombongan yang bersama saya, yang berjumlah 14 orang itu. Ternyata pintu keluar masih lumayan jauh. Dua van sudah menunggu kami. Dan setelah menunggu agak lama (karena dua teman kami sempat ‘hilang’, sehingga saya dan pak Didik terpaksa masuk lagi ke dalam gedung terminal untuk mencari Prof Eko dan Dr. Aisyah yang ‘ketlisut’); kami langsung diantar ke hotel yang sebelumnya sudah dipesan oleh pak Didik.
Namanya Hotel Ramada D’Ma, letaknya ada di pusat kota Bangkok. Setelah check-in, kami berkumpul lagi di lobi (tanpa mandi dulu, hanya cuci tangan dan ‘pipis’). Kami akan makan malam. Ternyata tidak mudah mencari tempat makan yang halal di sekitar hotel tersebut. Maka pilihan kami jatuh pada restoran India. Wah, makan malam pertama di Bangkok dengan menu India. Meskipun menu utamanya adalah menu India, tetapi restoran ini juga menyediakan sup tom yam. Inilah hidangan yang kami impi-impikan. Sup dengan bahan makanan hewani yang rasanya asam pedas itu betul-betul memuaskan selera kami. Juga nasi biriani yang warnanya kuning dan berbutir-butir panjang itu. Juga hidangan ayamnya. Semuanya deh. Dasar perut lagi lapar.

Selasa, 8 Maret 2011
Kegiatan pertama kami pagi ini (setelah makan pagi), adalah mengunjungi Dusit Thani College (DTC). Kami ditemani oleh Kun Supit dari KBRI (orang Thailand sebagai staf KBRI). Kun Supit usianya sudah lebih dari 60 tahun, dan sebentar lagi dia pensiun.
Kunjungan ke DTC diterima oleh  Atthawet Prougestaporn, Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan dan Pengembangan Kelembagaan (Vice Rector for Student Affairs And Development Office). Selain itu ada juga dua wanita, salah satunya adalah Supreeya Mananawee, dari urusan internasional (Coordinator International Business Development Unit).
DTC merupakan lembaga pendidikan swasta yang sudah diakreditasi oleh Commision on Higher Education Thailand. Di DTC terdapat lima program studi S-1  dan satu program studi S-2 , yakni: Program S-1 Hotel Management; Program S-1 Kitchen and Restaurant Management; Program S-1 Tourism Management; Program S-1 Resort and Spa Management; Program S-1 Convention and Event Management; Program S-2 Hotel and Restaurant Management. Terdapat juga 2 program internasional level S1, yaitu Hotel Management dan Kitchen and Restaurant Management.
Pertemuan dibuka oleh MC (yang cantik tapi berjakun; komunitas waria memang diterima secara luas dan terbuka di Thailand); dan diteruskan dengan sambutan selamat datang dari Mr. Atthawet Prougestaporn dalam bahasa Inggris. Setelah itu disajikan tampilan power point tentang DTC.
Sambutan balasan disampaikan oleh PR1 Unesa dengan menyampaikan salam persahabatan dari Rektor Unesa dan sekilas Unesa dalam tujuh kalimat bahasa Indonesia yang kemudian dialihbahasakan oleh Bapak Suharsono dalam bahasa Inggris. Hal ini merupakan bentuk pelaksanaan UU No. 24 Th 2009 tentang “Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan”, khususnya pasal 28 yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi pejabat yang disampaikan di dalam atau di luar negeri. Bu Kis sebenarnya cukup mahir berbahasa Inggris, tapi karena beliau, sebagai orang bahasa dan tahu ada UU tersebut, maka tidak ada pilihan, beliau harus memberikan sapaannya dalam bahasa Indonesia.
            Setelah itu diskusi dilakukan dalam bahasa Inggris. Dalam diskusi, Mr. Atthawet menyampaikan bahwa  DTC mempunyai banyak program studi yang berkaitan dengan Home Economics dan  telah bekerja sama dengan perguruan tinggi di Singapura. Walaupun demikian diakuinya bahwa mahasiswa dari luar negeri  tidak terlalu banyak. Dari sekitar 2000 mahasiswa dan 80 dosen di DTC, 15 di antaranya merupakan mahasiswa  dari luar Thailand. Oleh sebab itu, DTC tertarik untuk melakukan pertukaran mahasiswa, bisa dalam bentuk  “short courses”.  Sayangnya, untuk pertukaran dosen Mr. Attawet kurang begitu merespon. Tapi, jika ada dosen Unesa yang akan ke DTC, dia akan menerima. Untuk penelitian bersama, DTC dapat menerima, hanya belum tahu bentuk penelitiannya apa dan bagaimana  teknik pelaksanaannya nantinya. Saat sesi diskusi dengan pasca, DTC menyatakan belum mempunyai kelas pasca yang dimaksudkan Unesa sehingga pasca Unesa belum dapat melakukan kerja sama dengan DTC.
            Suguhan yang disajikan oleh DTC berupa kue buatan mahasiswa. Selesai diskusi, acara ditutup dengan penyerahan cendera mata dari Unesa. Dari DTC, utusan Unesa masing-masing menerima profil DTC dalam bentuk indah yang sebelumnya sudah diletakkan di meja kami masing-masing, lengkap dengan papan nama kami. Cantik, indah, rapi.
Saat berkeliling ke beberapa kelas dan ruang kantor, tampak sekali bahwa masalah kebersihan dan kedisiplinan sangat terjaga. Mahasiswanya ramah, sopan, dan senantiasa menangkupkan kedua telapak tangannya, dirapatkan di dadanya atau di keningnya. Sikap menghormat khas Thailand. Sarana dan prasarana tampak lengkap, teratur, dan bersih (mirip dengan punya Unesa, ‘kacek titik’ hehe). Pembelajaran sudah menggunakan media TV di ruang praktik. Semua kelas tampak bersih dan teratur. Perpustakaan juga tampak ramai. Para mahasiswa berseragam sehingga mudah dikenali. Demikian juga dengan dosen-dosennya, juga mengenakan seragam.
            Saat akan pulang, rombongan bersama tim dari DTC berfoto bersama. Unesa mengingatkan draf MOU untuk dicermati dan hal itu akan ditindaklanjuti.

Sepulang dari DTC, rombongan kami menuju ke KBRI Bangkok, dan kami diterima oleh pak Didik dan ibu (saya memanggilnya mbak Ikris). Selesai makan siang di kantin KBRI dengan menu Indonesia (tentu saja gratis), dilakukan diskusi tentang pengembangan kerja sama pendidikan, riset, dan lain-lain, bertempat di Gedung Ahmad Yani.
            Acara dibuka oleh pak Didik, kemudian dilanjutkan dengan ucapan selamat datang dan beberapa penjelasan dari  Bapak Bob Tobing (Counsellor Information and Cultural Affairs). Sambutan juga disampaikan oleh PR1 terkait dengan tujuan kunjungan Unesa ke Bangkok. Pak Didik menyampaikan presentasi  berjudul “Kajian Keunggulan Sistem Pendidikan, Program Double Degree Indonesia-Thailand serta Peran Atdik KBRI Bangkok”. Presentasi itu dengan jelas menggambarkan kedudukan dan peran KBRI dalam penggalangan hubungan kerja sama antara dua negara, khususnya dalam bidang pendidikan. Saat sesi diskusi, ada beberapa pertanyaan terkait dengan kerja sama program PKK dan Pasca. Saat itu ada beberapa universitas yang direkomendasikan di antara 16 universitas yang ada. Saat Unesa menanyakan kemungkinan adanya sister university atau sister study program, dimungkinkan bisa. Bahkan dapat lebih mudah jika Surabaya atau Jawa Timur juga sudah memulainya dengan Thailand.
            Acara ditutup dengan penukaran cendera mata dan foto bersama. Setelah itu kami kembali ke hotel, bersiap-siap untuk dinner sekaligus menyaksikan sendratari spektakuler di Thai di Siam Niramit Show.
            Malamnya, sekitar pukul 18.00, kami sudah meluncur ke tempat pertunjukan Siam Niramit. Karena kami merupakan tamu KBRI, beberapa pelayanan khusus kami dapatkan, termasuk tempat duduk di depan sendiri, dan diskon yang lumayan untuk tiket masuknya. Siam Niramit memang luar biasa. Begitu memukau. Nggak rugi jauh-jauh datang ke Bangkok......
           

Rabu, 9 Maret 2011
Suan Dusit Rajabhat University (SDRU) yang akan kami kunjungi hari ini menjadwalkan acara kunjungan pada siang hari, sehingga pada pagi harinya kami sempatkan mengunjungi Grand Palace. Di tempat ini kami dibuat terpesona oleh bangunan-bangunan indah istana raja yang serba gemerlap, dengan patung-patung dan berbagai ornamen khasnya. Lokasinya luas sekali sampai kaki-kaki terasa pegal semua.
Perjalanan kami lanjutkan ke SDRU. Pak Didik juga menyertai kunjungan kami. Suan Dusit Rajabhat University adalah sekolah Home Economis yang pertama di Thailand. Universitas tersebut didirikan pada tanggal 17 Mei 1934 di istana Krom Luang Choomponketudomsak, dengan tujuan untuk mengajar wanita tentang ilmu kerumahtanggan dan kursus pelatihan untuk guru. SDRU mempunyai kekhususan dalam bidang Childhood Education, Food Industry, Service Science dan Nursing Science. Saat ini SDRU memiliki lima fakultas, yaitu: Faculty of Education, Faculty of Science and Technology, Faculty of Manage Science, Faculty of Humanities and Social Science, dan Faculty of Nursing.

Rombongan Unesa dan pak Didik diterima oleh Ajarn Thainasiri Chara-um selaku Assistant President for  International Affairs. Pertemuan tersebut dihadiri juga oleh beberapa pejabat dan staf pengajar SDRU, yakni  Dr. Kanokkan Weerakul (Dekan Sekolah Tata Boga/Dean of The School of Culinary Arts), Miss Thitima Gaomanee (Deputy Dean of The School of Culinary Arts), Miss Chahaya Raktakanishta (Director of Suan Dusit International Culinary School), dan beberapa dosen, yakni: Asst. Prof. Raweerote Anantathanachai, Asst. Prof. Dr. Sangaroon Yaemwongboon, Miss Chanchana Siripanwattana, Miss Samita Mortero, dan Mr. Songpoi Vithanwatana.            Miss Thainasiri menyapa dan melakukan perkenalan awal dalam bahasa Inggris. Semua peserta kemudian memperkenalkan diri. Setelah itu pak Didik selaku atase pendidikan menyatakan niat baik Indonesia/Unesa untuk melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan. Dia juga menyampaikan gambaran umum tentang hal-hal yang sudah dan akan dilakukannya dalam bidang kerja sama pendidikan, termasuk  beberapa fasilitas yang disediakan oleh KBRI terkait dengan kerja sama pendidikan.
Seperti di DTC, sambutan balasan disampaikan oleh PR1 Unesa  dengan menyampaikan salam persahabatan dari Rektor Unesa dan sekilas Unesa dalam tujuh kalimat bahasa Indonesia yang kemudian dialihbahasakan oleh Bapak Suharsono dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, secara rinci, Bapak Suharsono menyampaikan tayangan Unesa dalam  power point.
            Setelah itu diskusi dilakukan dalam bahasa Inggris. Dalam diskusi, Miss Thainasiri menyampaikan bahwa sat ini di SDRU terdapat sekitar 300 mahasiswa asing yang sebagian besar berasal dari Cina, tetapi universitas tersebut belum mempunyai program international. SDRU, khususnya Dekan Sekolah Tata Boga, menjambut baik tawaran Unesa untuk mengadakan kerjasama dalam bidang penelitian, pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, penelitian bersama, maupun publikasi bersama. Akan tetapi, karena saat itu yang memimpin sidang adalah assistant president for international affairs (asisten pembantu rektor IV, jika di Indonesia), dia belum dapat mengambil putusan. MOU yang diajukan Unesa akan dipelajari lebih lanjut.
            Kemungkinan kerja sama dengan Pasca Unesa masih belum dapat dlakukan karena belum adanya program studi yang dimaksudkan pasca, termasuk  belum punya kelas internasional berbahasa Inggris.   
Acara diakhiri dengan penukaran cendera mata. Unesa dan pak Didik mendapatkan kue khusus yang merupakan kue andalan SDRU buatan mahasiswa. Setelah itu pak Didik meninggalkan tempat dan rombongan Unesa berkeliling dengan didampingi oleh para dosen dan asisten dekan.
Seperti halnya di DTC, beberapa kelas dan ruang kantor sangat bersih dan teratur. Sarana dan prasarana tampak lengkap, teratur, dan bersih. Semua kelas tampak bersih dan teratur. Para mahasiswa tidak berseragam. Pada salah satu ruang, disediakan rangkaian bunga hidup yang cantik untuk  rombongan Unesa. Kami menerimanya satu per satu, dan disematkan di baju kami, indah sekali. Model dan teknik curving buah juga sangat bagus, sayang buku-buku tentang teknik itu disajikan dalam bahasa Thai. Rangkaian bunga imitasi juga sangat menarik. Mereka terbiasa menerima pesanan untuk berbagai acara (salah satu implementasi kewirausahaan).
Di salah satu sudut  universitas, SDRU juga mempunyai toko roti yang menjual berbagai produk buatan mahasiswa dan tampak laris. Bahkan beberapa mobil kue juga siap mengantarkan produk mahasiswa ke beberapa tempat.
            Sepulang dari SDRU, kami  mampir ke MBK Mall untuk belanja oleh-oleh berupa barang-barang home industry dan kerajinan khas Thailand. Kami memborong puluhan bros, tas dan dompet-dompet cantik, lenan-lenan rumah tangga. Saya dan bu Kis mengumpulkan barang-barang apa pun, yang penting ada gambarnya gajah... he he.
Selanjutnya kami makan malam dijamu pak Didik di restoran besar dengan menu seafood yang luar biasa enak. Tentu saja, yang selalu harus ada, sup tom yam. Selesai makan malam, sementara yang lain langsung diantar kembali ke hotel dengan mobil van, saya dan bu Kisyani diajak pak Didik untuk mampir ke apartemen beliau, ketemu istri dan anak-anak beliau. Tentu saja itu merupakan undangan yang saya tunggu-tunggu. Pesan mas Ayik, kalau bisa saya mampir ke apartemen pak Didik, sekalian, sudah jauh-jauh datang...

Kamis, 10 Maret 2011
Pagi ini kami akan berkunjung ke Burapha University (BU). Kami berangkat pukul 8.30. Jarak antara Bangkok dan BU lumayan jauh, kami sampai di sana sekitar pukul 10.30. Kami disambut oleh Ass.Prof. Pichan Sawangwong, Ph.D. (Vice President for International Relations); Dr. Pracha Inang (Assist Dean for International Affairs and Special Activity, Faculty of Education);  Prof. Dr. Larry Nelso; dan Mrs. Angela Nelson.          
Burapha University (BU) adalah universitas negeri yang terletak di Bangsaen, Chonburi, yang berjarak 100 km dari Bangkok. Luas kampus sekitar 256 hektar. BU mempunyai sekitar 40.000 mahasiswa, 500 staf pengajar, dan 300 staf administrasi. dengan 15 fakultas dan  colleges: Faculty of Humanities and Social Sciences, Education, Nursing, Public Health, Science, Engineering, Fine and Applied Arts, Science and Liberal Arts, Marine Technology, Graduate School, gems College, Maritime College, Graduate School of Commerce, Graduate School of Public Administration, and Sport Science College.
BU  menawarkan lebih dari lima puluh program studi  S-1, tiga puluh program studi  S-2, satu program Ed.D, tiga program Ph.D, dan banyak program kursus singkat setiap tahun.  Burapha University memiliki 3 kampus: Bangsaen, Chantaburi, dan Sakaew.
Kami diterima oleh Asst. Prof. Dr. Pichan Sawangwong. Acara diawali dengan perkenalan dan pemutaran video tentang BU dalam bahasa Inggris.
Seperti di DTC dan SDRU, sambutan balasan disampaikan oleh PR1 Unesa dengan menyampaikan salam persahabatan dari Rektor Unesa dan sekilas Unesa dalam tujuh kalimat bahasa Indonesia yang kemudian dialihbahasakan oleh Bapak Suharsono dalam bahasa Inggris (kalimatnya persis yang di atas ya, hasil copy-paste.....).
Diskusi dilakukan dalam bahasa Inggris. Mr. Sawongwong selanjutnya menyatakan bahwa BU mempunyai banyak program studi S-1, S-2, maupun S-3 yang didukung oleh banyak staf pengajar yang berkualitas. BU juga telah mendatangkan dosen-dosen dari beberapa universitas luar negeri seperti Curtin University, University of Iowa, University of Colorado, dan University of Nebraska.
Dalam sesi diskusi, disampaikan minat Pascasarjana Unesa yang berkeinginan melaksanakan program double degree dengan 3 semester berkuliah di Unesa dan 1 semester kuliah di luar negeri (di BU), khususnya dalam bidang kurikulum, asesment, dan multi media. Mr. Sawangwong menyambut baik hal itu dan meminta Dr. Pracha Inang untuk menindaklanjutinya. Secara lebih detail hal itu kemudian didiskusikan dengan Dr. Pracha Inang (saat ini, program ini sudah berjalan).
Saat  Mr. Sawangwong menyampaikan beberapa program pembelajaran bahasa di BU, didiskusikan juga kemungkinan adanya mata kuliah Bahasa Indonesia. Dia bercerita bahwa dulu memang hal itu pernah ada akan tetapi tidak berlanjut. Selanjutnya dibicarakan juga tindak lanjut kerja sama antara Unesa dan BU dalam bidang pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, penelitian bersama, dan lain-lain. Mr. Sawangwong lebih menyukai kerja sama dalam program yang kecil, tetapi dapat dilaksanakan daripada hanya membuat MOU yang tidak pernah dilaksanakan. Dia  sangat menyambut baik kedatangan rombongan dari Unesa. Biarpun demikian, MOU dari Unesa tetap akan dipelajarinya.
Pada pembicaraan informal, dilakukan diskusi dengan Prof. Larry Nelson tentang kemungkinan kerja sama penelitian antara Unesa dan BU dalam bidang educational measurement. Program academic recharging (PAR) yang membiayai dosen di Indonesia untuk melakukan penelitian bersama dengan peneliti lain di universitas luar negeri disambut baik. Acara diakhiri dengan penukaran cendera mata dan foto bersama.
BU mempunyai hotel yang bagus di dalam kampus yang digunakan sebagai tempat  praktik mahasiswa. Jamuan makan siang dilakukan di hotel tersebut. Secara informal, Mr. Sawongwong menyatakan adanya kemungkinan kerja sama BU dengan Universitas Airlangga dan tentunya dengan Unesa juga.
Pulang dari BU dilanjutkan ke Pattaya (Gem Jewerly,  floating market, cabaret show (yang kita bisa sepuasnya melihat atraksi para ‘Mrs He” dan ‘Mr She’; sebutan untuk para waria itu, menurut teman saya yang orang Thailand), makan malam di moslem seafood restaurant). Hari keempat yang padat, sepadat hari-hari kemarin.....


Jumat, 11 Maret 2011
Hari ini acara bebas, kami pergi shopping dan jalan-jalan sepuas-puasnya, kemudian pulang ke Surabaya pukul 19.15 dari Bangkok. Alhamdulillah kami pulang dengan selamat. Semoga perjalanan kami membawa berkah kemajuan untuk Unesa...amin.

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...