Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Kamis, 06 Juni 2013

Mbak Marni Mantu

Mbak Marni adalah teman SMP saya. Anaknya tiga. Seperti ibunya, anak pertamanya, perempuan, juga lulusan Unesa. Nah, anak perempuannya itulah yang saat ini sedang dimantu.

Kami bertiga, saya, mas Ayik dan Arga, berangkat dari Surabaya menuju Tuban kemarin sore selepas maghrib. Mas Ayik dan saya mengendarai Espass, mobil yang akan kami hadiahkan untuk ibu Tuban. Mobil keluaran tahun 2006 berwarna hitam itu masih sangat mulus. Kilometernya baru 55 ribu meski mobil sudah beroperasi selama tujuh tahunan. Beberapa bagian bahkan masih belum dilepas plastiknya. Mulus. Mesinnya juga. Meski mungkin ada yang perlu distel-stel, begitu kata Mas Ayik. Mobil yang cukup lumayan untuk membawa Ibu ke tempat-tempat pengajian dan ke tempat saudara-saudara. Ibu hobi silaturahim dan ngaji, dan mobil tua yang selama ini mengantar beliau ke mana-mana itu sudah waktunya dicarikan teman. Meski temannya tidak terlalu muda, tapi lumayanlah...hehe.

Oya, Arga mengendarai mobil kecil kami, sendirian. Meski sendirian, di mobilnya sudah saya siapkan cukup bekal. Minuman dan kletikan. Tapi Arga biasanya cukup puas dengan mendengarkan lagu-lagu kesayangannya. Menemani dia melek sepanjang perjalanan.

Pagi tadi selepas shubuh, seperti biasa, saya dan mas Ayik berburu nasi uduk. Belasan nasi uduk bungkus kami bawa pulang untuk sarapan. Tapi tidak sebanyak biasanya. Banyak yang puasa hari ini, puasa Sya'ban. Hampir semua orang dewasa di tiga rumah dalam kompleks rumah keluarga besar kami sedang berpuasa. Kecuali orang dewasa perempuan yang lagi ada udzur atau lelaki dewasa yang sedang M. 
Maksudnya....mmmmMales... Hehe.

Setelah sarapan, kami dan ibu beserta beberapa keponakan pergi ke saudara yang seminggu lalu baru saja 'kesripahan'. Sekalian 'nganyari' mobil lawas. Ibu sangat 'marem' dengan mobil barunya itu.

Saudara kami itu memiliki empat anak, masih kecil-kecil. Beberapa tahun yang lalu ibunya anak-anak itu meninggal. Seminggu yang lalu, ayah mereka yang meninggal. Empat orang anak yatim piatu itu membuat hati kami trenyuh pagi ini. Wajah-wajah polosnya membuat kami larut dalam kedukaan. Benar-benar yatim piatu. Keempatnya belum ada yang berusia baligh. Betapa luar biasa ganjaran Allah yang musti diterima oleh keluarga ini. Menguji kesabaran dengan ganjaran demi ganjaran. Sekaligus membuka pintu-pintu surga dari segala penjuru bagi siapa pun yang berkenan menyantuni anak-anak itu. Demi meraih ridho-Nya. 

Kembali ke mantunya Mbak Marni. Resepsi dilaksanakan di Gedung KSPKP (saya lupa kepanjangannya, panjang sekali sih). Kami datang sekitar pukul 11.20. Sejak di bagian penerima tamu, sudah ada yang menyapa saya, termasuk perempuan-perempuan cantik yang menunggu buku tamu dan suvenir. Ternyata saya cukup populer di sini....wakak...

Kami langsung menuju panggung pelaminan, menyalami Mbak Marni dan pendampingnya. Pendamping Mbak Marni adalah anak keduanya, si jangkung yang tampan. Suami Mbak Marni sudah berpulang beberapa tahun yang lalu, jadilah si sulung sebagai pengganti bapaknya. 

Saya dan Mbak Marni berpelukan, haru. Kami memang sangat dekat. Bersahabat sejak lama. Setiap kali kami pulang kampung, Mbak Marni selalu menghadiahi kami legen asli. Kadang-kadang pisang dan belimbing hasil kebunnya sendiri. Mbak Marni juga beberapa kali main ke rumah kami di Surabaya, seingat saya waktu kami mau berangkat dan pulang haji, juga pada kesempatan yang lain. Saking dekatnya, anak-anaknya sudah sangat mengenal kami. Maka saya pun memeluk putri tunggalnya yang lagi dimantu itu, menjabat erat tangan lelaki muda di sisinya yang ngganteng dan santun, dengan penuh haru dan bahagia.

Begitu kami turun, seorang ibu yang kelihatannya sudah sangat mengenal saya, menyambut kami dan menyilakan kami di sisi yang nampaknya sudah disiapkan khusus untuk para keluarga dan sahabat. Meja-meja prasmanan dengan meja kursi makan yang sudah diatur melingkar. Cocok untuk menikmati hidangan sambil mengobrol dengan kawan-kawan lama.

Tak pelak. Reuni dadakan pun terjadilah. Ada puluhan teman SMP beserta keluarganya yang akhirnya 'ngumpul' di sudut itu. Senangnya bertemu mereka. Kami pun seperti jadi pusat perhatian kedua setelah pengantin. Berkali-kali tukang foto dan tukang video mengarahkan sorotnya ke kami yang lagi ramai. Rupanya Mbak Marni memang meminta para awak dokumentasi itu untuk merekam kami sesering mungkin (haha, ge er). Arga pun juga mengabadikan hampir setiap momen kebersamaan kami.

Lebih dari satu jam kami ada di tempat itu. Beberapa kali saya nyeletuk, 'eh, nggak buyar tah?'. Teman-teman tertawa saja. Sampai akhirnya salah satu dari mereka bilang, 'lek sampeyan pamit, ngko kabeh lak buyar...' Haha, rupanya saya jadi tamu kehormatan siang ini. Dan benar. Begitu saya berdiri dan bilang, 'ayo buyar, rek, wis awan', mereka berdiri. 

Kami tidak langsung menuju pintu keluar. Tapi menuju pelaminan lagi, bermaksud pamit ke Mbak Marni, dan tentu saja, foto bersama. Ramailah kami di panggung penganten. Pengantennya sampai seolah tersisih. Mbak Marni nampak bahagia sekali. Awak dokumentasi sibuk mengabadikan kami. 

Ada banyak tawaran untuk singgah di rumah kawan-kawan. Selalu begitu. Kalau pulang ke Tuban, kami bisa memperoleh banyak 'properti'. Legen, belimbing Tasikmadu, pepaya, mangga, apa saja sesuai musimnya. Minimal makan gratis lontong tahu yang sedap, garang asem, mangut pe,  atau cumi, rajungan dan konco-konconya.

Tapi kami tidak punya waktu banyak. Siang ini juga kami harus segera meluncur kembali ke Surabaya. Sore dan malam ini saya harus packing. 

Besok pagi berangkat ke Sumba.

Selura, I'm coming.....

Tuban, 6 Juni 2013

Wassalam,
LN

Jumat, 31 Mei 2013

Siti Rodhiyah dan Sanggar Alang-Alang

Gadis itu langsung tersenyum begitu melihat saya. "Ibu, ketemu lagi", katanya. Saya tersenyum dan mengatakan bahwa kebetulan kami sedang belanja, dan sengaja menyempatkan diri mampir di konter Sanggar Alang-Alang ini.

Siti Rodhiyah, anak manis itu, menemani saya dan Mas Ayik melihat-lihat barang-barang kerajinan yang dibeber di stand yang ditunggunya. Masih seperti yang dulu, item-itemnya tidak berubah. Bunga-bunga dari kertas, vas dan ornamen lain dari terakota, kain-kain jumputan, kain-kain sablonan, dan mainan anak-anak dari bambu. Nyaris tidak ada perubahan, tetap seperti saat saya mengunjunginya beberapa waktu yang lalu.

Rodhiyah sedang sendirian. Mama sedang di rumah menunggu cucunya. Bapak, yaitu Bapak Didit Hape, sedang berkunjung di kios sebelah. 

Rodhiyah dengan ramah melayani seorang ibu yang memilih-milih mainan bambu bersama anaknya. Saya memperhatikan bagaimana dia membawakan tas plastik dan menyilakan ibu itu memasukkan barang-barang yang dipilihnya ke dalam tas plastik itu.

Rodhiyah bergabung di Sanggar Alang-Alang sejak kelas empat SD. Dia merupakan anak tunggal dari seorang ayah yang tinggal di Kenjeran, dan ibu yang tinggal di Pulo Wonokromo. Ayahnya sudah menikah lagi, punya dua anak. Ibunya juga sudah menikah lagi, punya lima orang anak. Setahunya, kedua orang tuanya sudah berpisah seperti itu sejak dia masih sangat kecil.

Waktu kecil, Rodhiyah sering ikut pakliknya 'ngamen' di daerah Wonokromo. Oleh karena pakliknya bergabung di Sanggar Alang-Alang, Rodhiyah akhirnya mengenal sanggar itu. Tempat puluhan bahkan ratusan anak jalanan menitipkan hidupnya.

Akhirnya, lama-lama, Rodhiyah terseret bergabung di Sanggar Alang-Alang. Belajar berbagai hal bersama teman-temannya senasib, di bawah bimbingan Bapak dan Ibu Didit Hape. Mungkin karena dia merasa sanggar tersebut cukup menjanjikan baginya, terutama dalam hal memenuhi kebutuhannya akan kasih sayang keluarga dan juga sebagai tempat dia mengembangkan bakatnya. Rodhiyah pun akhirnya resmi menjadi penghuni Sanggar Alang-Alang. Tak terasa, sampai saat ini, dia sudah sembilan tahun menjadi anggota keluarga sanggar itu.
  
Saat ini, Rodhiyah yang suka menari itu sudah duduk di semester dua Prodi Pendidikan Luar Biasa (PLB) FIP Unesa. Syukurlah dia mendapat beasiswa dari Terminal Peti Kemas (TPK). Beasiswa itu sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan kuliah dan kebutuhan hidupnya. Saat saya tanya, apa cita-citanya, dia ingin kelak bisa mengabdikan dirinya untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Saya dan mas Ayik pamit setelah kami membeli sebuah kain jumputan, lagi. Bapak Didit Hape tiba-tiba muncul. Beliau mengucapkan terimakasih untuk kunjungan kami. Pria tinggi besar yang masih nampak gagah dalam usianya yang sudah senja itu berbusana putih dan, tentu saja, bertopi, ciri khasnya. Rambut ikalnya, meski panjang, terurai rapi.
  
Kami menuju food court yang letaknya persis di depan konter Sanggar Alang-Alang. Suara musiknya sudah sedari tadi mengundang kami. Di depan sebuah panggung kecil, kami menikmati live music yang bertema 'Friday Sweet Rock'. Lima cowok memainkan alat musik dan seorang di antaranya menyanyi. Suaranya bagus. Lagunya juga enak-anak. Love of My Life dari The Scorpions, We are The Champion milik Queen, dan beberapa lagunya Slank. 

Kami hanya memesan jus buah untuk menghabiskan sisa waktu menjelang Goci Mall  tutup. Dari kejauhan, saya melihat Siti Rodhiyah mulai mengemasi barang-barang dagangannya. Senyum manisnya membayang di mata saya. Betapa indahnya melihat anak tabah itu menikmati kehidupannya....

Golden City Mall, Surabaya, Akhir Mei 2013.

Wassalam,
LN

Makan Soto Kudus

Pagi ini, pukul 10.00, saya sudah di Kedai Taman, di Taman Gayungsari Timur Nomor 7 Surabaya. Bermaksud nyahur hutang. Beberapa waktu yang lalu, saya janji ke anak-anak, mahasiswa S1 Pendidikan Tata Boga angkatan 2011, kalau kegiatan Gelar Kewirausahaan mereka bagus, saya akan traktir mereka makan soto kudus di dekat Masjid Al Akbar. Nah, karena kegiatan Gelar Kewirausahaan mereka relatif bagus, maka saya harus memenuhi janji saya.

Jadilah Kedai Taman ini mirip pasar tiban. Ramai sekali dengan celoteh ceria mahasiswa yang mayoritas cewek ini. Sekitar lima puluh mahasiswa. Sebenarnya saya memesan enam puluh lima porsi, sesuai jumlah mahasiswa yang sekitar enam puluh. Namun beberapa mahasiswa tidak turut serta karena ada kegiatan lain. Ada yang masih harus ikut kuliah terakhir, ada yang lagi praktek, ada juga yang lagi membantu panitia Seminar Nasional Bosaris IV. Mereka sms ke salah satu temannya untuk memintakan izin ke saya, dan minta dibungkuskan. Hehe. Dasar anak-anak. Untuk urusan makan gratis, mereka tidak akan melewatkan. Meski tidak datang pun mereka tetap minta dibungkuskan.

Berbagai minuman, sesuai pesanan, keluar dan tersaji di atas meja. Es teler, es jeruk, es cao, es susu soda, es teh, es jus, dan berbagai minuman panas. Minuman itu langsung 'disruput' sama anak-anak muda yang lagi semangat-semangatnya itu. Saya sendiri memilih jeruk panas. Cocok untuk hidung saya yang lagi mampet.

Yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Tersaji indah menggoda di depan setiap wajah. Semangkuk kecil soto kudus yang asapnya mengepul karena panas. Kepulannya menyebarkan aroma wangi ayam dan rempah. Kecap manis, jeruk nipis dan sambal pun berpindah ke mangkuk-mangkuk kecil itu. 

Ajaib. Suasana yang tadi ramai tiba-tiba hening. Begitulah. Kalau lagi makan, mereka diam. Kalau tidak ada makanan, mereka ramai. Haha. Menyenangkan betul bersama anak-anak lucu itu.

Dua toples krupuk uyel nyaris habis. Padahal per toplesnya berisi lima puluh biji. Saya minta ke pelayan untuk mengeluarkan satu toples lagi. Tidak pakai lama, mangkuk-mangkuk mungil itu pun kosong. 

Saya menawari mereka supaya 'nambah'. Tidak ada yang mau, hanya ada satu-dua, itu pun dengan malu-malu. Saya meminta pelayan untuk menyorongkan saja tiga mangkuk soto di setiap meja. Eh, ternyata anak-anak itu memang malu-malu kucing. Begitu mangkuk-mangkuk itu diletakkan di atas meja, mereka pun menikmatinya dengan tertib dan lancar. 

Setelah semua kenyang, saya meminta pelayan untuk membungkuskan sepuluh porsi. Untuk anak-anak yang tidak bisa hadir dan mereka sedang ada di kampus. 

Setelah' itung-itungan' sama kasir, saya bersorak. 'Horee....masih susuk'. Tangan saya melambai-lambaikan dua lembar ratusan, kembalian dari uang muka yang saya titipkan ke kasir. Anak-anak itu ikut-ikutan teriak 'horeeee...'. Ya, mereka ramai lagi, mungkin karena makanan mereka sudah habis. Haha.

Kami pun berpisah setelah berfoto bersama di depan kedai. Saya bersiap langsung meluncur menuju kampus Lidah Wetan, ke Gedung PPG. Ditunggu untuk tiga rapat hari ini. Rapat dengan kaprodi penyelenggaran S1 KKT untuk penentuan kelulusan, rapat persiapan monev dengan internal tim pengelola PPG dan pengelola asrama, sore nanti rapat dengan perwakilan mahasiswa untuk persiapan monev juga. 

Saya melajukan mobil membelah siang yang panas dengan penuh semangat. Hari ini tunai sudah satu hutang saya.....

Surabaya, 29 Mei 2013

Wassalam,
LN

Rabu, 29 Mei 2013

BULAN DI ATAS GEDUNG

Bulan di atas gedung
Membisu dan murung
Pagi tak mungkin terus beku
Detik demi detik berlalu
Matahari kian memburu
Dan semuanya hanya menunggu waktu
Bulan dengan cepat akan jatuh layu

Bulan di atas gedung
Senyumnya cemas
Gedung-gedung itu akan menggilas
Memipihkan bentuk bulatnya
Meremuknya menjadi serpihan-serpihan
Tak bermakna
Bulan hanya tinggal puing

Bulan di atas gedung
Dialah saksi
Saat ribuan orang menjerit-jerit
Terjerembab dan terbirit
Menyelamatkan sanak keluarga
Menggapai apa saja
Melolong-lolong menyaksikan rumah-rumah mereka hancur
Sekolah dan tempat ibadah terhempas
Tenggelam dalam gulungan lumpur

Pada saat itu
Di bagian bumi yang lain
Mesin-mesin berputar pagi siang malam sampai pagi lagi
Ratusan orang bermandi peluh Memasang tiang-tiang pancang
Besi cor, beton-beton bertulang
Menata bata demi bata hingga tinggi menjulang
Memastikan bangunan akan tegak menantang

Bangunan-bangunan itu
Adalah gedung-gedung pencakar langit
Fondasinya dari tulang-belulang rakyat jelata
Dindingnya terbuat dari lelehan peluh dan air mata
Atapnya adalah kumpulan rintih dan tangis mereka

Meski kokoh
Gedung-gedung itu berdiri di atas kubangan lumpur
Lumpur lapindo

Hai para konglomerat, wakil rakyat, dan para penjilat
Cukuplah sudah
Kau buat gedung-gedung bertingkat
Tidakkah kau dengar
Jutaan orang menjerit
Menanti Tuhan membuka hatimu sedikit
Biar tidak terus kau buat orang sakit semakin sakit
Karena janjimu terus berbeli-belit

Hai para konglomerat
Sampai kapan hatimu akan terus bebal?
Masihkah kantong-kantongmu kurang tebal
Ke manakah sebenarnya kau akan menuju
Tidakkah kau tahu
Bahkan sekeping bata pun tak kan mampu kau buru
Saat sang sakaratul maut menjemputmu.....
  
Kawasan Epicentrum, Jakarta, 25 Mei 2013. 05.00 WIB.

(Catatan kecil untuk tujuh tahun Peringatan Lumpur Lapindo, 29 Mei 2013)

Wassalam,
LN

Senin, 27 Mei 2013

Beliau adalah Dosen Saya

Sosok tinggi besar dan cantik itu mengulurkan tangannya begitu saya muncul di depan pintu Gedung H 113 Pasca Sarjana UM. Beliau adalah Ibu Any Sutiadiningsih. Saya menyalaminya, mencium tangannya, dan seperti biasa, pipi kanan-kiri kami bersentuhan. Hangat.

Ternyata di ruang itu ada banyak teman baik saya yang lain. Pak Setiadi, teman S2 di IKIP Yogyakarta dulu; bu Wiwied, alumnus PTM IKIP Surabaya angkatan kuliah 84, sekarang dosen PTM UM, teman baik sejak kuliah S1 dan kebetulan kakaknya bu Upik (Dr. Aisyah Indah Palupi, staf ahli PR1 Unesa); pak Dewanto dan pak Joko Suwito (dosen PTM Unesa); bu Marniati (Dosen Tata Busana Unesa), dan banyak nama lain yang saya sudah sangat akrab. 

Mereka semua sedang menempuh S3 Prodi Pendidikan Kejuruan di UM (Universitas Negeri Malang). Hari ini mereka ada di ruangan ini untuk menghadiri dan memberi dukungan atas ujian proposal disertasi bu Any.

Tentu saja, yang juga sudah sangat saya kenal, adalah Prof. Sonhaji, Prof. Haris Syafrudi, dan Dr. Eddy Sutaji, yang pagi ini bersama-sama saya menjadi penguji. Dr. Eddy Sutaji kebetulan adalah alumnus IKIP Surabaya/Unesa jurusan PTM angkatan kuliah tahun 81. Beliau, kebetulan juga, adalah koordinator PPG-SM3T UM, dan lagi-lagi kebetulan, juga bersama saya menjadi promotor bu Any. Jadilah kami 'terpaksa' sering berkomunikasi dan 'runtang-runtung'. 

Mas Eddy, begitu saya memanggilnya, menurut Pak Muchlas, adalah termasuk mahasiswa terbaik dari PTM. Namun sayang dia 'tidak diambil sendiri' oleh IKIP Surabaya pada saat itu. Beruntunglam UM memiliki dia. 

Pagi ini, Ibu Any akan maju untuk ujian proposal disertasinya. Judulnya adalah 'Analisis Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Berorientasi Entrepreneurship Ditinjau dari Aspek Kurikulum dan Pembelajaran'. Merupakan penelitian multi situs yang dilakukan di SMK 1 Buduran Sidoarjo, SMK 1 Batu, dan SMK 2 Jombang.

Saya pribadi menilai masalah yang diteliti cukup menarik. Tentang kebijakan, kurikulum,  dan  entrepreneurship itu sendiri. Terkait dengan kebijakan pendidikan kejuruan, proposal ini mengulas mulai dari berbagai produk kebijakan selevel UU sisdiknas, PP dan peraturan menteri tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sampai produk kebijakan yang menjadi payung pengembangan entrepreneurship di SMK. 

Tentang kurikulum SMK, pembahasan bermula sejak Kurikulum 1990 yang masih berorientasi subject matter, kurikulum 1994 yang terkenal dengan Pendidikan Sistem Ganda, sampai ke kurikulum 2004 atau KBK yang tersohor dengan competency based-nya, dan kurikulum 2006 atau KTSP yang selain tetap berbasis kompetensi juga menekankan ke arah entrepreneur dan self employee. Kurikulum 2013 tidak disinggung sama sekali karena sampai saat ini, kurikulum tersebut masih belum diterapkan (masih pada tahap sosialisasi dan persiapan uji coba). 

Bu Any sendiri mengambil keputusan yang cukup berani saat mengambil penelitian kebijakan ini. Beliau benar-benar belajar tentang penelitian kebijakan dari nol. Keputusan yang karena dipepet keadaan. Kami tim promotor tidak menghendaki beliau untuk mengambil tema dan model pendekatan yang sudah sangat umum. Semacam penelitian korelasional atau sebab akibat. Dengan menyusun barisan variabel yang kemudian akan dilihat apakah ada hubungan, perbedaan, pengaruh, dan sejenisnya, dengan rancangan penelitian eksperimen tertentu. Untuk level S3, rasanya penelitian-penelitian semacam itu harus sudah mulai ditinggalkan. Lebih direkomendasikan pada penelitian untuk pengembangan ilmu, sesuai dengan tuntutan studi di S3. Juga sesuai dengan KKNI, yaitu pada level 9, yang antara lain: mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter, multi dan transdisipliner. Analisis kebijakan yang akan diangkat bu Any dimaksudkan untuk keperluan memecahkan persoalan pengembangan entrepreneurship di SMK. 

Meski entrepreneurship sudah mewarnai kurikulun SMK sejak 2004, saat itu bahkan bersinergi dengan pengembangan life skill, namun sampai saat ini, implementasi kurikulum itu belum seperti yang diharapkan. Hasilnya pun juga masih dipertanyakan. Problem masih cukup besarnya jumlah lulusan SMK yang tidak terserap di dunia kerja, atau kompetensi mereka yang ternyata tidak memenuhi tuntutan dunia kerja, masih terus menjadi masalah klasik yang tidak pernah terurai dari tahun ke tahun. Lebih-lebih dengan begitu kecilnya persentase lulusan yang berwirausaha, maka kurikulum entrepreneurship itu perlu dikaji ulang: apakah ada masalah dalam kurikulum itu sendiri, ataukah dalam implementasinya?

Penelitian kebijakan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teori tentang analisis kebijakan lebih banyak mengacu pada William Dunn, tentang public policy analysis. Begitu juga dengan metodologi yang digunakan. Sedangkan analisis kualitatifnya lebih menyandarkan pada analisis interaktif dari Miles and Huberman. 

Penelitian ini diharapkan lebih terjamin dalam hal 'novelty'-nya serta terjaga dari replikasi dan duplikasi. Selain itu, tentu saja, juga dari kegunaan hasil penelitiannya diharapkan lebih bermakna.

Ujian selesai menjelang dhuhur, dan alhamdulilah berjalan cukup lancar. Ada lumayan banyak revisi yang harus dibuat Bu Any. Saya sendiri meminta beliau untuk menjabarkan 'state of the art' penelitian, mempertajam fokus penelitian, dan juga membenahi kajian pustakanya. Penguji yang lain juga memberikan banyak masukan untuk proposal tersebut. Namun, Prof. Haris, selaku Kaprodi yang memimpin ujian tersebut, menyatakan bahwa proposal bisa diterima dan calon promovendus (begitu istilah Prof. Sonhaji) tidak perlu mengulang ujian proposalnya.

Saya memeluk Bu Any setelah pengumuman itu. Turut merasakan kelegaanya. Turut bangga dan senang karena satu tahap penting telah dilaluinya. Beliau meneteskan air mata karena terharu saking leganya.

Bagi saya, Bu Any sendiri begitu istimewa. Puluhan atau mungkin ratusan mahasiswa yang sudah saya bimbing, tapi rasanya tidak seperti membimbing Bu Any. Saya ingin membantu beliau sepenuhnya, ingin menjadi bagian penting dalam sejarah hidupnya, dalam catatan perjalanan kesuksesannya. Sebagaimana beliau yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya. Mengantarkan saya pada tahap seperti sekarang ini.

Ya, bertahun-tahun saya dibimbingnya dengan penuh kesabaran dan kedisiplinan.  Diajari arti bertanggung jawab dan bekerja keras. Setidaknya selama empat-lima tahun beliau menempa saya terus-menerus, tanpa lelah.  

Beliau, Bu Any Sutiadiningsih, adalah dosen saya ketika saya masih kuliah di S1 Pendidikan Tata Boga. Sampai saat ini pun, meski kami adalah kolega, dan bahkan saat ini saya adalah promotor beliau, beliau tetap dosen saya.... 

Malang, 27 Mei 2013

Wassalam,
LN

Minggu, 26 Mei 2013

Di Santika Baru Seafood

Di Santika Baru Seafood
Di bilangan Bendungan Hilir
Ramainya minta ampun
Full orang makan
Full musik
Full lampu-lampu
Full orang masak
Full sumuk

Mau kepiting jumbo telur ada
Kepiting jumbo jantan juga ada
Pake saus lada hitam, saus singapur, saus macho
Saus padang boleh juga

Mari kita coba cicipi ikan asam pedas, ikan bakar manis dan rica
Bisa pakai baronang, kakap dan bawal
Oh, ternyata ada juga ikan kue lilin dan kue manggali
Entah ikan apa pula ini....

Nasi goreng, nasi capjai, mie goreng, bihun kuah, kwetiau....
Ini adalah pilihan untuk sumber karbohidrat
Mau menu sayuran?
Silahkan pilih: ca kangkung, kailan ca udang, brokoli ca cumi, jagung muda ca sapi, jamur ca telur puyuh....
Sedap
Penuh vitamin dan mineral lho....
Tapi hati-hati bagi yang punya asam urat dan kolesterol...

Menikmati makanan sambil mendengarkan musik
Lampu terangnya membuat muka panas
Kompor dan wajan serasa menyengat  

Sumuk
Gobyos
Gaduh
Hiruk pikuk

Haduhhh....
Belum puas makan sudah kenyang duluan....

Jakarta, 24 Mei 2013

Wassalam,
LN

Ke Jakarta

Alhamdulilah. Akhirnya, setelah menunggu hampir sejam, ya, hampir sejam, bapak muncul di pintu keluar. Duduk di atas kursi roda yang didorong oleh seorang petugas. Ibu dan mas Ayik membuntuti di belakangnya. Lega.

Kami bersembilan. Saya sekeluarga, bapak, ibu, dan dik Riris (adik misan) sekeluarga. Terbang dari Juanda dengan Lion Air pada sekitar pukul 18.30 tadi. On time. Ya, tumben, tanpa delay. 
Kami akan menghadiri acara mantu putranya budhe. Acaranya sendiri masih hari Minggu lusa. Namun kami berangkat sore tadi karena bapak dan ibu, sebagai sesepuh, sangat diharapkan kehadirannya untuk 'nungguin' rangkaian acara pernikahan. Besok pagi siraman, lusanya resepsi di Gedung Ki Ageng Serang. Maka kami yang muda-muda pun (uh, sok muda....hehe), musti menyesuaikan dengan jadwal itu. 

Sejak kemarin saya sudah memberi tahu Mas Nardi kalau saya perlu satu kursi roda untuk bapak. Begitu kami tiba di Juanda sore tadi, Mas Nardi mengurus semuanya, mulai dari tiket, check in, bagasi-bagasi kami, boarding pass, kursi roda dan petugasnya. Lancar. Termasuk surat dokter yang kami tidak persiapkan sebelumnya. Ternyata, untuk bisa dilayani oleh pramugari, kita harus menunjukkan surat keterangan sakit dari dokter. Sekejap saja Bapak memperoleh surat dokter itu setelah dibantu petugas bandara.

Ini memang pengalaman pertama kali kami terbang dengan membawa 'pasien'. Sejak bapak terkena stroke pada Ramadhan tahun lalu, beliau hampir selalu memerlukan bantuan. Tangan dan kaki kanannya lemah. Jalannya sangat-sangat pelan, dengan bantuan tongkat. Itu pun tidak bisa jauh-jauh. Lebih dari dua puluhan meter sudah harus istirahat, jeda dulu, baru melanjutkan langkah lagi. Tentu saja, dengan kondisi seperti itu, kursi roda mutlak diperlukan saat menempuh penerbangan seperti ini.

Mbak Wiwik, kakak misan yang' kagungan kerso mantu' itu, menjemput kami. Ditemani Mas Aris, suaminya, dan Arik serta Icha. Arik inilah yang besok mau dimantu. Icha adalah adik perempuannya. Dasar 'manten' zaman sekarang, besok mau siraman, malam ini malah keluyuran. Sak 'pak-mbok-e' pisan. He he. 
Bandara Soetta padat luar biasa. Maklum, long week-end. Layanan kursi roda juga sampai harus antri lama. Petugas yang saya tanya berkali-kali minta maaf karena terlambat menjemput bapak dari pesawat karena semua kursi roda dan petugas terpakai. Tapi entahlah. Saya pikir, ini tidak bagus. Mestinya pada saat-saat 'peak season' seperti ini, hal seperti itu sudah diantisipasi. Masak saya harus 'marah-marah' sama front staff dulu untuk bisa dilayani dengan lebih cepat. Gitu kok katanya profesional. 

Tapi alhamdulilah. Saat ini kami sudah meluncur keluar dari Bandara Soetta. Duduk manis bersama bapak, ibu, Arga dan Mbak Wiwik, di mobil yang dikemudikan Arik. Mas Ayik dan Dik Riris sekeluarga bersama mas Aris di mobil yang lain. 

Alhamdulilah, lega. Karena bisa mengisi liburan dua hari ini dengan mendampingi bapak ibu, menghadiri acara mantu, dan bertemu dengan 'poro dulur'. Meski harus mengorbankan banyak momen penting di kampus: pentas seni mahasiswa PPG dan festival batik di busem Kampus Ketintang. Tidak apa-apa. Saatnya waktu bersama keluarga. Semoga barokah.

Jakarta, 24 Mei 2013