Pages

Rabu, 01 April 2015

Kabar Duka Dari MBD (2): Tim Menuju MBD

Pagi ini saya terbang ke Jakarta untuk memenuhi undangan P2TK Dikdas, mengikuti rapat persiapan perekrutan guru ke Sabah dan Mindanau. Meski pikiran saya terus diliputi kekhawatiran, tapi saya tidak mungkin meninggalkan rapat penting tersebut. Rapat yang menyangkut peluang keterlibatan para lulusan PPG SM-3T untuk menjadi pengajar bagi anak-anak Indonesia di wilayah perkebunan dan pedalaman di dua negara tetangga itu. Mereka adalah anak para TKI yang memerlukan perhatian serius menyangkut layanan pendidikan mereka.

Sementara itu, kabar tentang tenggelamnya Isnaeni sudah menyebar ke seantero dunia, khususnya dunia SM-3T. Direktur Dit. Pendidik dan Tenaga Pendidikan, Dirjen Dikti, Prof. Dr. Supriadi Rustad,  sudah menelepon saya beberapa kali dan meminta kami terus meng-update informasi. Saya sendiri sudah membuat laporan secara tertulis kemarin, dan siang ini saya akan membuat laporan lagi, karena Direktur memerlukannya untuk bahan konferensi pers. Beberapa wartawan sudah menghubungi saya dan saya melayaninya dengan setengah hati. Bukan hanya karena kesedihan yang melingkupi saya. Kalau ada seseorang yang menelepon dan mengaku wartawan dari sebuah harian, siapa yang menjamin kalau dia benar-benar wartawan? 

"Assalamualaikum teman-teman, kami yg di MBD mohon doanya agar teman kita M. Isnaeni segera ditemukan. Amin. Tadi malam perahu motor yg ditumpangi teman kita, Renzy Dea dan M. Isnaeni, bersama 12 warga yg lain,  terkena ombak setinggi 3 meter, dan mengakibatkan perahu motor terbalik. Renzy dan Mas Isnaeni akan mengikuti sosialisasi UN di kabupaten. Mereka berangkat jam 21.00, tapi sekitar jam 22.00, perahu terbalik.
Ke-11 orang termasuk Renzy bisa selamat karena mereka bisa berenang, sedangkan 2 orang, 1 orang perempuan dari Jawa (sales kosmetik) dan 1 warga lagi ditemukan sudah meninggal. Sekarang tinggal mas Isnaeni yg belum ditemukan. Saya dan pemerintah di sini sudah berkoordinasi, bupati, Tim SAR dan saya masih terus standby mencari informasi dari Radio Telekomunikasi Daerah (satu-satunya alat telekomunikasi kita di sini). Kami minta doanya dari teman-teman semua, semoga mas Isnaeni cepat ditemukan, amin."

Begitulah bunyi status Wahyu di dinding akun FB-nya. Ratusan komentar bertebaran, yang semuanya bernada harapan dan doa untuk keselamatan Isnaeni. Puluhan SMS saya terima dari para koordinator SM-3T LPTK lain dan juga dari para peserta SM-3T mulai angkatan pertama sampai keempat. 

Malam ini, pukul 20.00, sementara saya rapat di Lantai 2 Hotel Golden Boutique, Pak Heru dan Pak Febry mendampingi keluarga Isnaeni menuju MBD, mengarungi Laut Banda, menumpang Kapal Feri Marsela. Pak Rahman standby di Ambon, menjaga kemungkinan Isnaeni segera ditemukan dan dibawa dengan kapal cepat ke Ambon esok harinya oleh Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan. Ya, siapa tahu? Berbagai kemungkinan memang bisa saja terjadi, dan kami harus bersiap mengantisipasinya.

Sementara simpati dari Pemerintah MBD terus mengalir di ponsel saya. Bapak John (Kepala Dinas Pendidikan), Ibu Maria (staf Dinas Pendidikan), Bapak Gayus (mantan Camat Mdona Hyera, pulau yang ditempati Isnaeni), dan dari beberapa kepala sekolah, guru, dan juga bapak pendeta, terus mengabarkan progres upaya pencarian. Tentu saja mereka sendiri sebenarnya tidak sedang berada di lokasi musibah, karena di sana tidak ada sinyal. Mereka memantau berita dari Ratelda, dan meneruskan berita itu kepada saya.

Sejak kemarin, Bupati sudah mengirimkan Tim SAR untuk menuju Luang. Puluhan kapal kecil milik masyarakat berpartisipasi melakukan pencarian. Mereka tidak hanya melihat dari permukaan, tapi juga menyelam. Meski tidak mudah melakukan upaya tersebut karena terhalang cuaca dan gelombang yang buruk, namun kesungguhan mereka bentul-betul menyentuh keharuan saya. Saya tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan, tapi saya bisa membayangkan dari laporan yang dikirimkan dari Wahyu, Pak John, Bu Maria, dan Pak Gayus. Mereka semua mencintai Isnaeni, mencintai guru yang telah mengabdikan diri di Negeri Kalwedo selama sekitar enam bulan itu. Mereka mencintai sosok rendah hati dan gigih itu sebagai pahlawan pendidikan mereka, dan terus berharap masih ada kesempatan untuk menemukannya dalam keadaan hidup.

Ya, sebuah harapan yang kecil kemungkinan akan terjadi. Namun Allah Maha Memberi Keajaiban. Dan tidak menutup kemungkinan, keajaiban itu akan mewujud.

Jakarta, 25 Maret 2015

Salam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...