Pages

Kamis, 02 April 2015

Kabar Duka Dari MBD (3): Isnaeni Ditemukan

Sejak pagi saya terus memantau perkembangan upaya pencarian. Wahyu dan Bapak Gayus juga memberikan laporannya dari waktu ke waktu. Sementara itu, Bapak Agus Susilohadi, Kasubdit Program dan Evaluasi Direktorat Diktendik, meminta update informasi juga.

Maka siang hari, berdasarkan hasil koordinasi saya dengan Pak Heru dan Pemda MBD semalam, juga dengan Wahyu, saya menulis laporan ke Dikti. 

"Yang saya hormati, Bapak Direktur Dit. Diktendik. Berdasarkan informasi dari Wahyu Puspita Ningtyas, peserta SM-3T Unesa yang bertugas di Tiakur, kronologis peristiwa musibah tersebut adalah sebagai berikut: 
Senin, 23 Maret 2015, kapal perintis Sabuk Nusantara 43 dari Pulau Sermata dijadwalkan tiba di Pulau Luang sekitar pukul 23.00 WIT. Karena musim barat, kapal Sabuk 43 berlabuh di Pulau Kelapa yg berjarak sekitar 13 mil dari desa Luang Barat. Karena jarak yang lumayan jauh, perahu motor berukuran GT 6 yang dikemudikan oleh Fendi Hayer membawa 13 penumpang, termasuk Kepala Desa Luang Barat, 2 orang guru SM-3T yang bertugas di SMP Illimarna Luang Barat--mereka akan menuju ke ibukota kabupaten untuk sosialisasi UN--berangkat dari kampung pukul 21.00 WIT. Setelah sampai di Pulau Liakra sekitar pukul 22.00 WIT, perahu motor tersebut berencana menuju ke daratan karena jarak antara Pulau Liakra dan tempat kapal berlabuh masih cukup jauh dan ombak cukup besar. Belum sampai di daratan, ombak setinggi 3 meter menerjang perahu motor dari arah samping dan mengakibatkan perahu terbalik. Kejadian itu diketahui mengakibatkan 11 orang selamat, termasuk bapak Kades dan 1 guru SM-3T bernama Renzy Dea Anggraeni--sarjana Pendidikan Olah Raga. Sedangkan 3 orang hilang, termasuk 1 guru SM-3T bernama Mohammad Isnaeni, sarjana pendidikan Matematika, alumni Universitas Muhammadiyah Jember. Pada pagi hari pencarian dilakukan terhadap 3 korban yg hilang. Sekitar pukul 07.00 WIT,  1 korban perempuan ditemukan tersangkut di tali agar-agar dan diketahui bernama Elvi Selviana warga Jawa Barat yang bekerja di Luang Barat sebagai sales alat-alat therapi. Dan pada pukul 10.00 WIT ditemukan 1 korban lagi, laki-laki, warga Luang barat bernama Bapak Poly Palpialy, seorang pensiunan Dinas Penerangan di Tual. Sampai tanggal 24 Maret pencarian terus dilakukan terhadap Mohamad Isnaeni. Dan pada pukul 17.00 WIT ditemukan celana pendek yang dipakai korban saat kejadian, yang berjarak 200 meter dari tempat kejadian. Hingga sampai tanggal 25 Maret pagi ini, korban belum juga ditemukan dan pencarian terus dilakukan.

Tim dari Unesa, atas nama Drs. Heru Siswanto, M.Pd dan Febry Irsyiato W.U, S.Pd., M.Pd, pada hari Selasa, 24 Maret 2015, pukul 21.00 WIB, bertolak ke Ambon. Selanjutnya, Rabu, 25 Maret 2015, satu tim dari Unesa juga, Drs. Abdur Rahman Syam Tuasikal, M.Pd., bertolak ke Ambon, bersama keluarga Mohamad Isnaeni, yaitu Bapak Ali Mashar (ayah) dan Mohamad Nadir (kakak).  Selanjutnya pada hari itu juga, pukul 20.00 WIB, tim dan keluarga Isnaeni bertolak ke MBD dengan menumpang Kapal Feri Marsela. Kapal dijadwalkan tiba di Tiakur pada hari Sabtu, 28 Maret 2015. Dari Tiakur, perjalanan menuju Luang, lokasi kejadian musibah, masih memerlukan waktu sekitar 5 jam dengan menumpang speedboat, atau sekitar 9 jam dengan menumpang kapal.

Berdasarkan hasil koordinasi pengelola SM-3T Unesa dengan Pemda Kabupaten MBD, bila kemungkinan terburuk yang terjadi, yaitu Mohamad Isnaeni ditemukan dalam keadaan meninggal, Pemda MBD akan menunggu kedatangan tim Unesa dan keluarga korban di lokasi penemuan, dan selanjutnya akan memfasilitasi pengangkutan jenazah sampai kepada keluarga korban di Jember. 

Sampai tadi malam, dan siang ini, berdasarkan hasil komunikasi pengelola SM-3T Unesa dengan Kepala Dinas Kabupaten MBD dan Wahyu Puspita Ningtyas, upaya pencarian masih nihil. 

Demikian hal-hal yang bisa kami laporkan, bila ada perkembangan baru, akan segera kami laporkan secepatnya. 

Terima kasih atas perhatian dan dukungannya."

***

Sore pukul 16.30. Sebuah dering mengejutkan saya. Bukan dering teleponnya, tapi kabar yang saya terima. Wahyu di seberang sana kembali menangis hebat.
"Ibu, Mas Isnaeni sudah ditemukan. Ibu....Mas Isnaeni sudah meninggal......"

Saya kembali terduduk lemas di kursi di ruang rapat. Tangan saya kembali gemetaran memegang ponsel. Mata saya mendadak kabur karena air mata saya tumpah meski saya berusaha menahan kuat-kuat kesedihan saya.

"Wahyu, kamu tenang...." Saya menguatkan Wahyu sekaligus diri saya sendiri. "Kamu tenang dulu, baru kamu bercerita lagi."

"Ibu, Mas Isnaeni sudah ditemukan. Meninggal. Jasadnya sudah tidak memungkinkan untuk dibawa ke Jawa." Wahyu menjelaskan lagi setelah dia tenang.

"Baik, Wahyu."

Pikiran saya melayang pada rombongan yang sedang di atas kapal. Perkiraan normal, kapal akan tiba di Pulau Sermata pada hari Sabtu, artinya dua hari lagi. Dari Sermata, masih perlu waktu sekitar dua jam untuk menyeberang ke Pulau Luang dengan menumpang kapal kecil. 

Sementara jenazah tidak mungkin untuk menunggu. Bukan hanya karena kondisinya, namun juga memang seharusnya jenazah itu segera dikuburkan. Namun bagaimana kami bisa memutuskan, sementara keluarga Isnaeni masih di tengah samudra, dan tidak ada sinyal?

Seperti menjawab kegundahan saya, Wahyu menyampaikan, kalau staf dinas sudah berhasil berkomunikasi dengan Pak Heru via Ratelda dan alat komunikasi kapal. Wahyu mengabarkan kalau orang tua Isnaeni sudah diberi tahu tentang kabar Isnaeni meninggal, dan beliau sudah ikhlas kalau jasad Isnaeni tidak bisa dibawa ke Jawa.

Bapak Ali Mashar, ayahanda Isnaeni, adalah seorang guru agama. Saya belum pernah bertemu beliau, hanya mendengar suaranya dari percakapan via telepon. Namun saya membayangkan, beliau adalah seorang ayah yang ikhlas dan tegar, dan bisa menerima musibah ini sebagai bagian dari skenario Allah yang telah digariskan untuk putra bungsu tercintanya, Mohamad Isnaeni.

Saya sedikit lega. Lega karena keluarga Isnaeni sudah tahu kabar tersebut. Lega juga karena beliau mengikhlaskan Isnaeni dikuburkan di MBD. Sebuah tempat yang jauh di sana. Di tempat di mana dia mengabdikan diri sampai akhir hayatnya. Dekat dengan anak-anak sekolah dan masyarakat yang mencintainya. 


Jakarta, 26 Maret 2015.

Salam,
LN

1 komentar

Anonim

Walau telat mengikuti kabar Dukkha di MBD. Kami ikut BERDUKKHA CITTA, smg mendiang bahagia di alam sana. Smg beliau2 yg terkait dengan musibah tsb mendapat kekuatan. (SAMAR-AE)

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...