Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Kamis, 06 Februari 2014

Sertifikat Pendidik, Hanya soal Waktu

Setelah Ujian Tulis Nasional (UTN) PPG Prajabatan Pasca SM-3T angkatan I diselenggarakan pada 26 Januari 2014 yang lalu, ujian UTN ulang dilaksanakan pada 2 Februari 2014. UTN Ulang tersebut disediakan bagi para peserta yang belum lulus pada UTN I.

Selanjutnya pada Rabu, 5 Februari 2014, bertempat di Hotel Atlet Century Park Jakarta, diselenggarakan rapat penentuan kelulusan peserta PPG. Rapat dipimpin langsung oleh Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Diktendik) Dikti, Prof. Dr. Supriadi Rustad, dan dihadiri oleh seluruh Pembatu Rektor 1 (PR 1) LPTK penyelenggara PPG, serta Tim MBMI (Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia).

Berdasarkan penilaian hasil UTN ulang, masih ada sebanyak 101 (dari 374 peserta) yang dinyatakan TIDAK LULUS, dan 303 (dari 2046 peserta) yang dinyatakan BELUM LULUS. Peserta yang TIDAK LULUS adalah peserta PPG PGSD-PAUD yang sudah diberikan dua kali kesempatan UTN ulang namun tidak lulus. Bagi mereka, sudah tidak ada lagi kesempatan untuk ujian ulang. Sedangkan peserta yang dinyatakan BELUM LULUS adalah peserta PPG nonPGSD-PAUD yang sudah menempuh satu kali ujian ulang, namun belum lulus. Mereka masih diberi kesempatan satu kali lagi untuk mengikuti UTN ulang, oleh sebab itu mereka dinyatakan BELUM LULUS.

Kenyataan bahwa ada sejumlah peserta PPG PGSD-PAUD yang tidak lulus, dan peserta PPG nonPGSD-PAUD yang belum lulus, tentulah merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Diskusi tentang penentuan kelulusan tersebut memakan waktu yang cukup panjang. Pertimbangan antara menjaga mutu dan aspek lain termasuk beban psikologis peserta yang tidak lulus, sikap dan kedisiplinan mereka selama mengikuti program SM-3T dan PPG, waktu dan tenaga yang sudah mereka dedikasikan selama menempuh kedua program tersebut, menjadi diskusi yang panjang. Apakah akhirnya nasib mereka harus ditentukan oleh hasil UTN 'saja'? Bagaimana dengan proses panjang yang sudah mereka alami sejak mengabdi dalam Program SM-3T dan selama mengikuti PPG? Apakah itu semua tidak perlu menjadi pertimbangan?

Sebagaimana diketahui, komponen penilaian peserta PPG Prajabatan Pasca SM-3T meliputi nilai workshop SSP (Subject Specific Paedagogy) yang di dalamnya termasuk nilai pengembangan perangkat pembelajaran, peer teaching/microteaching, nilai PPL termasuk seminar PTK, ujian kinerja, Ujian Tulis LPTK (UTL) dan Ujian Tulis Nasional (UTN), serta nilai kehidupan berasrama. Saringan pertama penentuan kelulusan adalah nilai UTN. Pada komponen ini, passing grade ditentukan 50. Semua peserta yang tidak mencapai skor 50, dinyatakan belum atau tidak lulus. 

Saringan kedua adalah nilai kelulusan (NK). NK merupakan nilai gabungan semua komponen di atas. NK tidak boleh kurang dari 70. Bila NK kurang dari 70, maka meskipun nilai UTN tinggi, yang bersangkutan tetap belum/tidak lulus.

Ada satu pendapat yang akhirnya menjadi kesepakatan dalam rapat penentuan kelulusan tersebut. Sebagai seorang guru, sikap dan kepribadian adalah penting. Namun kecerdasan atau penguasaan materi juga penting, dan menjadi syarat yang tidak boleh dilonggarkan dan tertutup oleh sikap dan kepribadian yang baik. Pendidikan bermutu memerlukan guru yang tidak hanya berkepribadian baik, namun juga guru yang menguasai materi pelajaran yang diampunya. Kedua hal tersebut adalah satu paket yang tidak bisa ditawar. Nilai UTN merupakan cerminan penguasaan materi, sehingga skor harus mencapai passing grade. Bayangkanlah seorang guru yang santun, disiplin, bertanggung jawab, namun dia tidak menguasai bidang studi yang diajarkannya, dan hanya bisa menampilkan perilaku-perilaku baik saja di depan kelas dan di depan siswa-siswanya. 

Penentuan passing grade 50 itu sendiri juga melalui diskusi yang panjang. Pertimbangan pertama adalah berdasarkan rata-rata hasil UTN peserta. Pertimbangan kedua, karena passing grade PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) adalah 48. Padahal diklat PLPG hanya dilaksanakan selama 10 hari. Sedangkan PPG dilaksanakan selama satu semester untuk PPG PGSD-PAUD atau dua semester untuk PPG nonPGSD-PAUD. Passing grade 50 tidaklah terlalu tinggi untuk sebuah program yang dikemas dalam bentuk PPG berasrama dan berbeasiswa tersebut.

Pada diskusi penentuan kelulusan tersebut, sempat juga terlontar pemikiran untuk menurunkan passing grade di bawah 50. Namun pemikiran itu banyak ditolak oleh peserta rapat, karena bila hal itu dilakukan, sama artinya dengan mengorbankan mutu. Pada akhirnya, keputusan tetap mengerucut pada hasil UTN dengan passing grade 50. 

Saat ini, PPG adalah benteng pertahanan terakhir LPTK untuk mengejar mutu, untuk menghasilkan guru yang profesional. Semua upaya yang sudah dilakukan termasuk sertifikasi dengan portofolio dan PLPG dinilai belum membuahkan hasil yang signifikan, kecuali hanya pada peningkatan kesejahteraan guru. Namun anggaran negara yang begitu besar yang telah diluncurkan untuk membayar tunjagan profesi pendidik (TPP) belum menunjukkan kemanfaatannya dalam meningkatkan mutu guru dan mutu pendidikan pada umumnya. Banyak pihak, termasuk kelompok elit, yang melontarkan ada 'something wrong' di LPTK. Hal tersebut harus menjadi kesadaran LPTK untuk lebih berorientasi pada mutu, karena pada dasarnya LPTK yang mustinya paling bertanggungjawab pada mutu pendidikan di Indonesia. 

Pada saat ini, di seluruh Indonesia terdapat 415 LPTK. Sebanyak 12 LPTK eks IKIP negeri, 26 FKIP negeri, 1 FKIP Universitas Terbuka (UT), dan selebihnya (376) adalah LPTK swasta. Tentu tidak mudah mengendalikan mutu LPTK sebanyak itu, dengan disparitas mutu SDM, sarpras, proses pembelajaran dan penilaian. Inilah salah satu tantangan terberat bagi penjaminan mutu LPTK saat ini.

Oleh karena begitu banyaknya LPTK, maka bisa dibayangkan betapa membludaknya lulusan yang dihasilkan setiap tahunnya. Sementara kebutuhan guru praktis hanya untuk mengganti guru yang pensiun serta untuk memenuhi kebutuhan guru pada unit sekolah baru (USB). Maka harus dipikirkan sebuah sistem untuk mengendalikan mutu lulusan LPTK. PPG menjadi pilihan yang terbaik saat ini. 

Ratusan peserta PPG Prajabatan Pasca SM-3T yang tidak lulus dan belum lulus saat ini pasti sedih, kecewa, dan mungkin marah. Itulah harga yang harus dibayar demi sebuah perjuangan. Namun apa yang sudah mereka alami selama sekitar dua tahun ini bukanlah sesuatu yang sia-sia. Mereka telah memberi warna pada pembangunan pendidikan di berbagai pelosok negeri. Mereka telah menyumbangkan ketulusan dan kecintaan pada anak-anak didik demi membangun ke-Indonesiaan mereka, membuka cakrawala dan membangkitkan mimpi-mimpi. Bila saat ini mereka belum berhasil memperoleh selembar sertifikat sebagai guru profesional, selama profesi guru tetap menjadi pilihan karir dan panggilan hati, perolehan sertifikat pendidik profesional hanyalah soal waktu. 

Surabaya, 6 Februari 2014

Wasalam,
LN

Jumat, 31 Januari 2014

Saatnya Refreshing

Saatnya refreshing. Family gathering. Bersama semua keluarga besar PPG Unesa. Mulai pimpinan PPG, pengelola dan pengasuh asrama, staf, dan sekuriti, bersama keluarga masing-masing. Seluruhnya ada 51 orang. Lumayan ramai.

Pagi jam 07.00, kami semua berangkat dari PPG, setelah menyantap nasi kotak. Satu bus pariwisata besar dan beberapa mobil pribadi, berjalan beriringan. 

Tujuan pertama adalah Selecta. Renang dan menikmati bunga. Juga menikmati keriangan anak-anak. Saat anak-anak berenang, para orang tua berkumpul di resto yang letaknya di atas kolam renang. Mengobrol dan bercanda. Sambil mengawasi dan memotret anak-anak dari atas. Makan pisang rebus, lepet, tempe menjes, tahu isi dan pohung goreng. Juga menikmati musik yang gembreng. Kata pak Yoyok: "sing main musik karo sing nyanyi podho slendrone..."

Pukul 13.00, acara di Selecta selesai. Kami semua berkemas. Masuk bus dan mobil. Melaju ke Hotel Purnama. Check in, makan siang, salat. 

Pukul 15.00, semua sudah siap masuk bus dan mobil lagi. Tujuan wisata berikutnya adalah BNS (Batu Night Spectaculer). Sengaja kami mengambil waktu sore hari, karena dipastikan kalau malam, pengunjung pasti sangat ramai. Ini liburan Imlek. Semua tempat hiburan diserbu pengunjung.

Di BNS, kami menyebar. Mencari kehidupan sendiri-sendiri. Saya sekeluarga, pak Yoyok, dan lima teman sekuriti, membeli tiket nonton film 4D. Menikmati film itu serunya luar biasa. Kami dibawa ngebut, masuk memasuki kota-kota dengan gedung-gedung bertingkat, menjelajah terowongan bawah laut, menembus hutan belantara, menyeberang jembatan yang berujung pada lompatan tinggi dan menghempaskan kami pada jalanan yang padat....dan seterusnya. Tubuh kami digoyang ke kanan ke kiri, ke depan ke belakang, dihempaskan berkali-kali. Teriakan-teriakan histeris dan tawa kegirangan berhamburan. Ramai dan gaduh sekali. Asyik betul. Segala beban seperti lepas semua. "Lali utang, lali sembarang....." Kata teman-teman sambil keluar dari ruangan. 

Setelah itu, kami naik becak yang berjalan di atas (saya lupa namanya). Menikmati dari atas sawah-sawah, pepohonan, bukit-bukit, lampion-lampion yang mulai menyala,dan juga kerumunan orang. Juga kabut yang mulai turun. Asyik juga.

Saat teman-teman masih meneruskan petualangannya di pusat-pusat hiburan yang lain, kami sekeluarga masuk ke food court. Maunya sekedar cari minuman hangat saja untuk melawan udara dingin karena hujan tiba-tiba turun. Tapi ternyata, di food court banyak makanan yang menggoyahkan iman. Jadinya tidak hanya minuman hangat yang kami nikmati, tapi juga berbagai makanan lezat. 

Ada surabi Solo aneka rasa (bener-bener tulisannya surabi dan bukan serabi, apa lagi srebeh) Toppingnya macam-macam. Stawberry, blueberry, coklat kacang, coklat keju, coklat pisang dan durian. Disajikan hangat. Surabi kuah juga ada. Harganya kalau satu rasa Rp.7.000,-, kalau dua rasa Rp.8.000,-, yang spesial Rp.10.000,-

Di sebelah surabi Solo ada pempek Palembang. Ada empat jenisnya, pempek kulit, pempek lenjer, pempek ada'an, dan pempek telor. Kalau dua butir harganya Rp.10.000,-, tiga butir Rp.13.000,-, dan empat butir Rp.15.000,-. Saya membeli yang empat butir, dimakan bareng-bareng. Enak dan segar. Tidak kalah dengan pempek asli yang di Palembang sana. 

Ketan bubuk juga ada. Ketan bubuk plus srundeng, ketan bubuk plus kelapa, ketan susu plus keju. Sepiring kecil ketan bubuk, ditemani secangkir kopi atau teh panas, pasti sudah cukup membuat perut kenyang. 

Sate bakso, iga bakar dan rawon, ayam goreng, cumi bakar, bebek bakar, nasi goreng. Kalau makanan-makanan ini hanya saya lihat saja, tidak berminat membeli. Terlalu berat. Masih ada makan malam di hotel nanti. 

Tapi tidak demikian dengan Arga. Dia pesan bebek bakar dan cumi bakar. Ya, dua-duanya itu dia pesan untuk dia seorang. Pantaslah kalau badannya semakin lebar begitu. 
"Nanti ada makan malam lho, dik, di hotel." Kata saya. "Kenapa emangnya?"
"Kamu nggak kekenyangan tah ntar?"
"Santai ajalah, bu...kayak nggak tahu aku aja..."

Macam-macam minuman juga tersedia, jus buah, ronde, angsle, juga teh jahe. Jenang gerendul pun ada. Saya pesan ronde, mas Ayik pesan teh jahe, dan Arga minum air mineral.  

Puas makan dan puas main, pukul 18.00, kami kembali ke hotel. Makan malam sudah menunggu. Selesai acara makan malam, dilanjut dengan acara dialog. Saya berbicara untuk menyambut para keluarga ini. Memanggil nama mereka satu per satu dan meminta mereka sekeluarga berdiri setiap saya sebut namanya. Dengan begitu kami semakin saling mengenal. Mana anak istri pak Sulaiman, mana anak istri para staf, mana anak istri para sekuriti, dan seterusnya. Di antara acara perkenalan itu, seringkali diselingi dengan komentar-komentar lucu dan mengundang gelak tawa. 

Koordinator kegiatan family gathering ini adalah pak Yoyok. Ternyata, tidak hanya pak Yoyok yang repot. Istrinya, bu Yayuk, juga ikut repot menyiapkan segala sesuatunya. Termasuk menyiapkan suvenir untuk kami semua yang digunakan pada saat acara santai. Ada electone dan penyanyi, ada anak-anak muda seusia Arga, termasuk Danang dan Nizar, anak-anaknya bu Yanti, yang berjoget-joget kocak. Mengundang kegembiraan sampai membuat perut sakit. Bergantian menyanyi meski tidak hafal lagunya, yang penting ramai. Ditemani api unggun, jagung bakar, angsle dan ronde. 

Itu belum cukup ternyata. Andra yang asli Malang, telah menyiapkan ikan segar dan ayam yang sudah dibumbui, siap dibakar. Sampai hampir tengah malam kami menikmati musik, api unggun, dan berbagai hidangan bakar-bakaran itu. 

Yang menyenangkan, Nizar, anak kedua bu Yanti dan pak Wahono, yang tahun lalu dinyatakan kena tumor otak, bergabung dalam acara. Dia juga ikut joget-joget meski tak seheboh Arga dan Danang. Anak itu di kepalanya masih terpasang selang, yang mungkin akan terus terpasang selama hidupnya. Namun dia sudah mulai bisa menjalani hidup normal, sekolah, bersepeda ringan, dan bersosialisasi. Semua masih harus dijaga dan dibatasi, termasuk waktu istirahatnya. Malam ini pun, pukul 09.00 dia sudah pamit masuk kamar untuk beristirahat.

Besok pagi, masih ada senam yoga bersama pak Rahman, dan juga fun game untuk anak-anak dan dewasa, yang sudah disiapkan oleh pihak hotel. Pasti akan sangat seru dan menyenangkan. Puluhan suvenir yang lain masih menunggu. Ketika pulang menuju Surabaya besok siang, kami juga masih mampir ke  Jatim Park 2.

Luar biasa menyenangkan kebersamaan ini. Semua seperti cair dan menyatu sebagaimana layaknya sebuah keluarga. Tidak ada direktur, tidak ada staf, tidak ada sekuriti. Semuanya adalah keluarga. Bebas, lepas. 

BTW, mas Inung, bagian marketing Hotel Purnama ini, adalah suami Nindita, alumni D3 Tata Boga, mahasiswa saya dulu. Sebelumnya saya tidak tahu kalau Inung adalah suami Nindita. Entah karena hal itu, atau entah karena memang Hotel Purnama ini oke, layanan hotel mulai dari makanan, game, suvenir, kamar, parkir, dan sebagainya, semuanya menyenangkan. Bikin ketagihan. Mungkin kapan-kapan kami akan kembali lagi ke sini.

Gong Xi Fa Chai...  


Batu, 31 Januari 2013

Wassalam,
LN

Senin, 27 Januari 2014

Workshop Pengembangan Kurikulum PPG Prajabatan

PPG SM-3T angkatan kedua akan segera dilaksanakan di  LPTK penyelenggara yang ditunjuk oleh Dikti. Dalam rangka penyelenggaraan tersebut, berbagai persiapan telah dan sedang dilakukan oleh Dikti dan Tim MBMI (Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia) bentukan Dikti 

Sesuai agenda yang sudah ditetapkan, calon peserta PPG angkatan kedua dijadwalkan melakukan registrasi secara online mulai tanggal 15 Desember 2013 sampai dengan 15 Januari 2014. Tahap selanjutnya yaitu lapor diri ke LPTK. Kegiatan ini dijadwalkan pada 24-26 Februari 2014. Diteruskan dengan Program Orientasi Akademik, pada 26 Februari sampai dengan 2 Maret 2014. Program PPG sendiri dilaksanakan mulai 3 Maret 2014.

Sebagaimana Peserta PPG SM-3T angkatan pertama, peserta PPG SM-3T angkatan kedua ini adalah para sarjana pendidikan yang telah melaksanakan pengabdian sebagai guru di daerah 3T selama setahun. Sebagai penghargaan atas pengabdian mereka, para peserta tersebut  dapat mengikuti program PPG berasrama berbeasiswa.

Dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan PPG angkatan kedua inilah, pada saat ini (27-30 Januari 2013), di Hotel Acacia Jakarta, sedang dilaksanakan workshop pengembangan kurikulum prajabatan. Workshop yang diselenggarakan oleh Direktorat Diktendik Dikti ini mengundang Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penjaminan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan (Badan PSDM dan PMPTK), Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd, sebagai narasumber utama. Narasumber yang lain adalah Dr. Ridwan Abdul Sani, M. Si dan Prof. Dr. Bornok Sinaga. Keduanya dari Unimed. Selain itu, workshop juga akan difasilitasi oleh para instruktur nasional, yang akan memandu para peserta untuk mengembangkan Kurikulum PPG sampai kepada penyusunan perangkat pembelajarannya.

Peserta workshop adalah perwakilan dosen dari 15 program studi penyelenggara PPG SM-3T di semua LPTK. Selain itu, Pembantu Dekan I/ketua penyelenggara PPG SMK Kolaboratif juga diundang.  Jumlah peserta workshop seluruhnya 45 orang.

Dalam sambutannya, Direktur Diktendik Dikti, Prof. Dr. Supriadi Rustad, menyampaikan bahwa revisi kurikulum PPG harus dilakukan, mengingat kurikulum sekolah yang digunakan pada saat ini adalah Kurikulum 2013. Roh Kurikulum 2013 tersebut harus mewarnai Kurikulum PPG.

Prof. Supriadi Rustad juga mengemukakan, peserta PPG SM-3T merupakan agen yang sangat penting dan strategis dalam mempercepat implementasi Kurikulum 2013. Oleh sebab itu, dosen pengajar program PPG harus paham lebih dulu bagaimana mengintegrasikannya dalam Kurikulum PPG, termasuk bagaimana pengembangan perangkat pembelajarannya. 

Beberapa hal yang disampaikan oleh Prof. Syawal Gultom adalah berbagai fakta yang mendasari pentingnya implementasi Kurikulum 2013, kecenderungan perubahan di masa depan yang harus diantisipasi, proses pembelajaran dan evaluasi, strategi implementasi, serta format pelaporan proses dan hasil belajar siswa. Selain itu, Prof. Syawal juga menekankan bahwa sebaik apa pun kurikulum, bila gurunya tidak kompeten, maka kurikulum itu tidak ada gunanya. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sesungguhnya adalah guru itu sendiri. Fakta menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan di negara-negara maju seperti Finlandia dan Singapura bukanlah pada kurikulum sekolah, tapi justeru pada kompetensi guru. Guru yang inspiratif, bisa membawakan pembelajaran melebihi dari kurikulum yang tertulis.

Informasi penting lain yang disampaikan oleh Prof. Syawal adalah bahwa sertifikasi melalui PLPG akan berakhir pada tahun 2014. Setelah itu, sertifikasi akan dilaksanakan melalui PPG Dalam Jabatan. 

Sebuah kata kunci yang juga perlu dicatat adalah: tugas guru bukanlah mengejar-ngejar pikiran anak, tapi menyentuh hatinya. Pengetahuan amat mudah dibentuk, tapi membentuk sikap memerlukan waktu yang sangat lama. Bila sikap telah dimiliki, maka pengetahuan dan keterampilan dapat dibentuk oleh sikap tersebut. Apa pun yang menjadi tindakan orang, tindakan itu akan senantiasa dibungkus dengan sikap.

Oleh sebab itu, sekali lagi, guru harus menginspirasi. Guru yang menginspirasi akan membawa anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu kebermanfaatan. Bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat luas. Bermanfaat bagi lingkungan, baik lingkungan alam maupun sosial. Inilah hakekat tujuan pendidikan yang sebenarnya. 


Hotel Acacia Jakarta, 27 Januari 2014

Wassalam,
LN

Pagi Ini...

Tadi malam mbak SS posting tulisan "Malam Ini", saat ini saya posting tulisan dengan judul "Pagi Ini....".

Pukul 10.40-an. Garuda mendarat di Soekarno Hatta. Jakarta mendung dan basah. Suwejukkkk.

Pagi ini, saya terbang bersama lima teman Unesa. Prof. Ekohariadi (PD 1 FT), Bu Suryanti (PD2 PPPG), Bu Nanik, Bu Titin, dan Pak Totok (ketiganya ketua jurusan). Seorang teman lagi, pak Sumarno (Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah), sudah berangkat dengan pesawat yang lebih pagi. Bertujuh kami memenuhi undangan Dikti dalam kegiatan Workshop Kurikulum PPG. Kegiatan ini direncanakan dimulai siang hari ini sampai Kamis nanti.

Di Garuda tadi, kami satu pesawat dengan dua selebriti, Rossa dan Kiwill. Rossa berbusana pink, berkerudung, berkaca mata hitam, duduk di kelas eksekutif. Kiwil, berjaket, berkaca mata bening dan lebar, duduk di kelas ekonomi, di belakang kami. 

Saat Kiwil melintas di samping kami, bu Nanik menyenggol lengan saya. 
"Say hello, mbak."
"Ke siapa?"
"Itu...Kiwil."
"Hehe, nggak ah. Nggak kenal."

Saya sok tinggi hati kalau ketemu selebriti. Saya ingat waktu remaja dulu. Saat ada Iis Sugianto dan Betharia Sonata berkunjung ke Tuban dan menginap di Hotel Erwan, teman-teman SMP berduyun-duyun ngluruk ke hotel itu sepulang sekolah. Demi apa kalau tidak demi memperoleh tanda tangan para penyanyi itu. Setelah berhasil mendapatkan tanda tangan, mereka dengan bangganya menunjukkan tanda tangan artis-artis kebanggan mereka itu ke siapa saja. Lantas menyimpannya, seperti menyimpan jimat. Hehe.

Saat itu, saya hanya mengamati saja tingkah polah teman-teman. Nggak berselera untuk bergabung berburu tanda tangan artis. Nggak amper.

Beberapa tahun yang lalu, saya bersama seorang teman dosen, mengikuti kompetisi Indonesia Daya Masyarakat yang diselenggarakan oleh World Bank. Selama seminggu kami dikarantina di Hotel Atlit Century. Setiap hari harus presentasi di lantai 1 Plaza Senayan. Setiap hari itu juga, kami yang pesertanya dari seluruh Indonesia itu hampir selalu bertemu artis. Plaza Senayan ternyata menjadi salah satu jujugan tempat shopping favorit bagi banyak artis. 

Kalau sudah ada artis datang, teman-teman berebut untuk berfoto. Termasuk teman dosen saya itu, nggegeri minta difoto. Dan saya, seperti biasa, tak terusik. Tidak berselera untuk berfoto bersama. Ada Marissa Haque, Tora Sudiro, Shahnaz Haque dan Gilang Ramadhan, dan lain-lain, hanya saya lihat saja dari kejauhan.

Kami berenam saat ini sudah ada di mobil Innova, menuju Hotel Acacia. Acara akan dimulai pukul 14.00 nanti. Semoga lancar perjalanan, tidak kena macet yang berlarut-larut, dan semoga lancar kegiatan....  
  
Jakarta, 27 Januari 2014

Wassalam,
LN

Minggu, 26 Januari 2014

Kencan Sore Ini

Selepas mengecek dan menunggui kegiatan Ujian Tulis Nasional (UTN) PPG SM-3T sore ini, saya ditelepon seorang teman. Tri Widyaningrum, teman saya itu, bilang kalau beberapa menit lagi dia akan tiba di Kampus Ketintang, dan akan menjemput saya untuk bertemu dengan teman-teman yang lain. 

Ida, nama panggilan teman saya itu, memang sejak beberapa hari yang lalu sudah menghubungi saya dan minta bertemu.
"Prof, apa kabar?" Tanyanya di BB waktu itu.
"Hallloooo, Ida membleee...." Teriak saya di BB. Kaget campur senang. Kawan saya itu memang julukannya Ida Memble. Itu karena dia punya bibir memble (baca: sensual). 

Dia langsung tertawa ngakak. Terlihat dari emoticon tertawa lebar di BB saya. "Maluuuu akyuuu...." Katanya. "Kangen rekkkk.... Ketemuan yuk, diluuutt aja. Tak jemput"
"Ayo, kapan?"
"Kapan prof ada waktu, aku nyesuaikan saja. Ntar kuhubungi Yanti, Ridha, dan yang lain.

Yanti, Ridha, Ida dan saya, adalah teman seangkatan waktu kuliah. Meski berbeda jurusan, ketiganya jurusan Administrasi Perkantoran,  kami cukup akrab. Ya, karena kami sama-sama anggota Himapala.

Anggota Himapala di angkatan kami saat itu, seingat saya, jumlahnya hampir seratus orang, kalau tidak malah lebih. Ceweknya lebih banyak dari cowoknya. Seingat saya juga, ceweknya cantik-cantik (maksudnya bukan termasuk saya lho....saya sih manis, hehe). Ida, terhitung yang cantik. Yang lain, banyak sih... Tapi pada umumnya memang cewek-cewek Himapala cantik-cantik kok....(narsis.com).

Ida adalah pramugari Garuda. Tahun ini dia cuti terbang. Dua anaknya, nomor satu kelas 3 SMA, yang satu lagi kelas 3 SMP, keduanya sedang bersiap menempuh UNAS. Itulah alasan Ida untuk mengambil cuti. Selain itu, Ida berencana tahun iki akan menunaikan ibadah haji bersama suami dan ibunya, jadi dia sudah niat cuti terbang untuk mempersiapkan kedua urusan penting itu. 

Ida bercerita, saat menyampaikan maksudnya untuk cuti, suaminya yang PNS di Dinas Perhubungan, menyambut dengan suka cita. "Alhamdulilah lek mama insyaf..." Kata suaminya.
"Lho, lha opo selama ini mama tersesat?" Seloroh Ida.

Kami berkendara menuju Royal Plaza. Ida sudah memesan tempat untuk lima orang di Quali. Lima orang itu, yang satu adalah mbak Lies, dia teman sejurusan Ida dan kawan-kawan, yang sekarang mengajar di SMK 4. Mbak Lies sendiri tetangga saya di Bibis Karah. Kami juga sudah lama sekali tidak saling bertemu. Klop sudah. Kencan sore ini pasti menyenangkan.

Ida masih seperti yang dulu, ceria, spontan dan tulus. Bicaranya ceplas-ceplos, nyetirnya srodak-srodok, rodo kosro. Sepertinya dia raja jalanan juga. Tidak hanya jam terbangnya saja yang sudah teruji, tapi jam berkendaranya juga. Saya berkali-kali cekakakan melihat cara dia nyetir, termasuk berebut tempat parkir di Royal Plaza yang padat. 

Di Quali, telah menunggu Ridha dan Mbak Lies. Begitu bertemu, tak ayal, kami seperti lupa daratan, saling peluk, saling berkabar dengan gaduh, seperti tidak peduli kami sedang berada di tempat umum. Sebentar kemudian, Yanti menyusul. Dia sudah sempat mau balik kucing tadi, pulang, putus asa karena tidak dapat tempat parkir. Tapi lewat telepon, Ida memintanya untuk tidak menyerah, sampai akhirnya dia berhasil menghentikan mobilnya di tempat parkir paling atas.

Teman kami yang satu ini, penampilannya seperti Yuni Sara. Posturnya juga kecil mengil seperti Yuni Sara, tapi lebih bohay (pinjam istilahnya Must Prast) Yuni Sara. Dandanannya tidak kalah dengan selebriti sekelas Yuni Sara juga. Cara berpakaiannya, cara berjalannya, pede abissss. Sepertinya dia juga punya gaya hidup yang agak berbeda dengan kami-kami ini. Makanya ketika dia menunjukkan foto-fotonya yang membuat kami semua terkagum-kagum dan terperangah, saya sempat nyeletuk..."Beda dunia...", yang kemudian dibenarkan oleh Ida dengan cara mengangguk-anggukkan kepalanya. Tawa kami pecah berantakan dengan istilah beda dunia itu.

Sore ini kami menghabiskan waktu sampai senja menjelang. Sambil makan dan minum. Ngobrol ngalor-ngidul. Cekakakan dan merencanakan bertemu lagi. Berfoto-foto dengan gaya yang narsis pollll. Saling bertukar foto. Lantas berpisah setelah saling peluk dan titip salam hangat untuk keluarga kami masing-masing. 

Saya berjalan ke tempat parkir bersama Ida. Dia harus mengembalikan saya ke tempat di mana dia tadi menculik saya, yaitu di sekretariat Himapala. Mobil saya ada di sana. Sengaja saya tidak mau bawa mobil sendiri karena malas cari tempat parkirnya. Apa lagi Ida menawarkan diri untuk menjemput saya di kampus.

Senang sekali bisa bertemu kawan-kawan lama dalam keadaan yang sehat dan ceria seperti ini. Seperti habis minum suplemen, energi saya menjadi berlipat-lipat. Saya menyibak keremangan senja yang mendung dengan hati berbunga-bunga, merasakan indahnya kencan di sore ini....  
Surabaya, 26 Januari 2014

Wassalam,
LN
(27 Januari 2014, 02.50. Waktunya bermunajat)

PPG, Boleh Tidak Lulus

Hari ini, Minggu, 26 Januari 2013, secara serentak, dilaksanakan Ujian Tulis Nasional (UTN) PPG SM-3T angkatan I. UTN secara online ini dilaksanakan di 12 LPTK penyelenggara PPG SM-3T, yaitu di UNG, UNM, Unimed, UNP, UNJ, UPI, UNY, Unnes, Unesa, UM, dan Undiksha.

Peserta UTN adalah mahasiswa PPG SM-3T program studi nonPGSD-PAUD. Mereka adalah para sarjana pendidikan yang telah melaksanakan pengabdian setahun di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T), yang kemudian  memperoleh penghargaan untuk mengikuti PPG.

Untuk program studi PGSD dan PAUD, UTN sudah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 yang lalu. Mereka menempuh UTN lebih dulu karena pelaksanaan PPG mereka hanya satu semester. Saat ini, bagi mereka yang sudah lulus, sudah mengantongi sertifikat sebagai guru profesional. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 87 Tahun 2013, para lulusan ini berhak menyandang sebutan Gr, sebutan bagi guru profesional yang telah lulus PPG.  

UTN saat ini diikuti oleh 2184 mahasiswa PPG seluruh Indonesia. Jumlah tersebut sudah termasuk 125 peserta dari prodi PGSD dan PAUD yang akan mengikuti UTN ulangan, karena mereka belum lulus pada UTN yang lalu. Khusus di Unesa, jumlah peserta UTN sebanyak 232 mahasiswa, termasuk 6 peserta dari prodi PGSD-PAUD yang mengulang.

UTN di Unesa dilaksanakan di Laboratorium Komputer Jurusan Elektro FT dan di Unit Layanan Komputer (Ulakom) FMIPA. Ujian dilaksanakan dalam tiga gelombang, yaitu pukul 08.00-09.30, 10.00-11.30, dan pukul 13.00-14.30. Selain pengelola PPG beserta staf dan tim ahli, kapuskom dan staf beserta pengelola Ulakom FMIPA juga terlibat sepenuhnya dalam pelaksanaan UTN. 

Saat ini, PPG dinilai sebagai benteng pertahanan terakhir LPTK sebagai lembaga penghasil guru. Setelah berbagai upaya, termasuk sertifikasi dengan portofolio dan PLPG, masih belum menunjukkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan kompetensi guru, PPG diharapkan mampu menjadi tumpuan harapan. 

Dengan komitmen seperti itu, maka input, proses dan output PPG diupayakan sebaik mungkin, terjaga mutunya. Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Diktendik Dikti), Prof. Dr. Supriadi Rustad, dan Tim MBMI (Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia) Dikti, beserta pengelola PPG di seluruh LPTK penyelenggara PPG SM-3T bersepakat, bahkan mahasiswa PPG 'boleh tidak lulus'. Artinya, meski tetap diberikan kesempatan mengulang UTN bagi para mahasiswa yang belum lulus, namun bila hasilnya tetap tidak memenuhi standar (dengan passing grade 50), maka yang bersangkutan tetap tidak bisa lulus, dan dengan sendirinya tidak berhak memperoleh sertifikat sebagai guru profesional.

Semoga PPG benar-benar bisa melahirkan para guru profesional, guru yang mampu mengantarkan pendidikan di Tanah Air ini menuju kejayaannya. Semoga.

Surabaya, 26 Januari 2013

Wassalam,
LN

Jumat, 24 Januari 2014

Ngorok Bombardir dan Gagal Mendarat (Lagi)

Pukul 09.25. Masuk pesawat Garuda Indonesia. Menuju Semarang. Tidak seperti penerbangan saya beberapa waktu belakangan ini yang ke mana-mana sendiri, saat ini saya dikawal banyak laki-laki. Pak Edy Sulistyo, Kapuskom Unesa, Prof. Ekohariadi, PD 1 FT, dan Mislahuddin, tenaga IT FT. Juga ada beberapa teman dari UM dan UNM yang kebetulan bertemu di Bandara Juanda. Semua para bapak.

Setiap kali saya pergi keluar kota, ibu saya di Tuban selalu menanyakan, 'kowe lungo karo sopo?" Saya selalu jawab," kalih konco-konco, mik..." Dengan begitu ibu akan tenang. Saya menyampaikan yang sebenarnya. Berangkat bersama konco-konco sak pesawat. Hehe.

Sudah tiga puluh menit duduk manis di dalam pesawat, belum ada tanda-tanda pesawat mau segera terbang. Deru mesinnya masih datar-datar saja. Saya perkirakan, pesawat sedang menunggu giliran untuk lepas landas. Beberapa kali saya lihat pesawat terbang rendah menuju landasan, mendarat. Mungkin karena itulah, pesawat ini harus sabar menunggu. 

Deru mesin Garuda tipe bombardir yang saya tumpangi ini ternyata kalah dengan deru ngorok seorang penumpang, entah di mana dia duduknya. Ngoroknya terdengar keras banget. Seorang ibu dan anaknya yang duduk di belakang saya tertawa cekikikan karenanya. Suara ngorok itu seperti gergaji. Kadang-kadang diselingi suara  seperti letupan-letupan kecil. Bapak-bapak di sebelah saya juga senyum-senyum mendengar irama ngorok itu.
Saya bayangkan, pemilik ngorok itu pasti lelah sekali. Saking lelahnya sampai dia tidak menyadari kalau suara ngoroknya itu telah mempengaruhi stabilitas keamanan di dalam ruang pesawat. Mengganggu penumpang sepesawat. Kasihan betul dia. Tapi tunggu dulu, buat apa dikasihani, orang dia lho cuek saja...hehe. Mungkin dia sudah niat, mumpung naik Garuda tipe Bombardir, maka dia pun akan bikin ngorok bombardir juga...

Hampir lima puluh menit menunggu di dalam pesawat, akhirnya deru mesin pesawat pun meraung. Inilah saatnya. Bombardir pun bergerak. Pelan sebentar, terus kencang, menuju angkasa. Berguncang-guncang menembus mega-mega. Gelap di sekeliling beberapa saat karena mendung gelap dan hitam. Lantas berganti terang saat mega-meganya berwarna putih. Begitu tanda kenakan sabuk pengaman padam, saya menutup jendela di samping saya. Warna putih di luar menyilaukan.

Ajaib. Deru ngorok itu tetap lantang, tak tergoyahkan. Tetap dengan ritmenya yang tadi. Hhrrrr.......ghroookkkkkk.....ghehhhhh.....(susah nulisnya). Orang ini sepertinya luar biasa lelahnya, sampai-sampai deru Bombardir yang begitu kencang pun tak mampu mengusiknya.

Saya jadi ingat diri saya sendiri. Jujur saja, saya juga sering mengalami hal serupa. Begitu masuk pesawat, berdoa, termasuk doa mau tidur, terus pulas. Saat pesawat lepas landas, saya mungkin akan terganggu sebentar, tapi terus kembali dalam mimpi lagi. Pulas lagi. Seringkali tahu-tahu meja saya sudah terbuka dan ada sekotak kue di atasnya. Saya akan mengambil kotak itu, menutup meja, tidur lagi, dan terbangun oleh deru pesawat yang siap mendarat atau bahkan sudah mendarat. Saat ini saya berdoa, mudah-mudahan dalam tidur saya yang pulas itu, saya tidak ngorok. Maluuu sekali kalau sampai terjadi seperti itu. Hhhrrrr.....hhhrrr.....hhhrrrr....
Nanti dirasani orang....ayu-ayu kok ngorok....haha. 

Sesuai informasi dari awak kapal, sebenarnya jarak tempuh Surabaya-Semarang hanya memerlukan waktu 34 menit. Dan benar. Sekitar 25 menit mengangkasa, pesawat mulai menurun. Lampu tanda kenakan sabuk pengaman menyala. Awak pesawat menginformasikan, beberapa saat lagi pesawat akan mendarat. Sawah-sawah pun nampak. Penuh dengan air. Jalan-jalan yang berkelok-kelok, berkilau-kilau karena basah. Hijau menghampar di mana-mana. Juga kotak-kotak merah oranye seperti korek api, yang semakin lama  semakin kelihatan jelas.

Sampai tiba-tiba....persis seperti yang saya alami sewaktu mau mendarat di Bandung tempo hari, pesawat tiba-tiba mengarah ke atas. Derunya kencang. Menembus mega-mega yang hitam, putih, kelabu, hitam lagi, panjaaang sekali...... Landasan yang di bawah, yang sudah nampak, dengan barisan pesawat berjejer, ditinggalkan. Terus dan terus mengangkasa...

Ya. Pesawat gagal mendarat. Dalam seminggu ini, saya mengalami dua kali pesawat gagal mendarat karena cuaca buruk. Sama seperti yang saya alami tempo hari, awak pesawat mengumumkan tentang kejadian tersebut, dan mengatakan, kalau pesawat sedang berputar-putar di atas bandara Ahmad Yani dan menunggu beberapa saat untuk mencoba mendarat lagi saat cuaca membaik. Dia juga meminta maaf atas ketidaknyamanan tersebut.

Saya penasaran. Apa sih yang dia maksud dengan berputar-putar di atas bandara itu? Sepertinya kalimat itu sudah seperti kalimat baku untuk menjelaskan kejadian gagal mendarat. Beberapa kali mengalami gagal mendarat, di Denpasar dan di Kupang dulu, kalimat itulah yang selalu saya dengar. Bagaimana mungkin pesawat sebesar ini berputar-putar di atas bandara? 

Saya memperhatikan keluar. Tumpukan awan putih dan kelabu ada di bawah saya. Pesawat sepertinya melaju lurus saja. Lurus terus. Sampai beberapa saat. Kemudian, pesawat membelok ke kiri, ke kiri lagi, kembali ke arah dia datang. Yes. Inilah ternyata yang disebut memutar. Memang tidak persis di atas bandara. Tapi jelas dia tidak akan jauh-jauh dari bandara.

Pesawat itu terus melaju. Sekarang posisinya di atas laut. Terbang rendah. Saya pikir, dia akan langsung mendarat. Ternyata tidak. Dia memutar lagi. Seorang penumpang di sebelah saya nyeletuk, "perlu satu putaran lagi". Ya, benar, kami berada di atas laut lagi. Jelas terasa kalau pesawat ini sedang memutar. Tapi putaran yang sekarang ini lebih kecil daripada yang tadi. Oke, oke. Saya paham sekarang. Inilah yang disebut berputar-putar di atas bandara. 

Alhamdulilah. Akhirnya Bombardir mendarat dengan mulus. Landasan basah. Saat keluar dari pesawat, gerimis kecil menyambut kami. Puluhan payung bertumpuk di dekat tangga pesawat. Sengaja diisediakan bagi para penumpang. 

Kami berempat meninggalkan Bandara Ahmad Yani, menumpang taksi, menuju Hotel Patra Jasa, tempat rapat persiapan Ujian Tulis Nasional PPG SM-3T dilaksanakan. Ada para koordinator PPG dan tim IT yang diundang. Pukul 14.00 nanti rapat akan dimulai.

Biasanya, kami akan rapat sampai larut malam, bahkan sampai menjelang tengah malam. Dengan begitu, besok pagi sudah bisa selesai, dan bisa pulang ke tempat masing-masing, menemui tugas-tugas yang lain....

Hotel Patra Jasa, Semarang, 24 Januari 2014

Wassalam,
LN
(Siap-siap rapat)