Pages

Jumat, 24 Januari 2014

Ngorok Bombardir dan Gagal Mendarat (Lagi)

Pukul 09.25. Masuk pesawat Garuda Indonesia. Menuju Semarang. Tidak seperti penerbangan saya beberapa waktu belakangan ini yang ke mana-mana sendiri, saat ini saya dikawal banyak laki-laki. Pak Edy Sulistyo, Kapuskom Unesa, Prof. Ekohariadi, PD 1 FT, dan Mislahuddin, tenaga IT FT. Juga ada beberapa teman dari UM dan UNM yang kebetulan bertemu di Bandara Juanda. Semua para bapak.

Setiap kali saya pergi keluar kota, ibu saya di Tuban selalu menanyakan, 'kowe lungo karo sopo?" Saya selalu jawab," kalih konco-konco, mik..." Dengan begitu ibu akan tenang. Saya menyampaikan yang sebenarnya. Berangkat bersama konco-konco sak pesawat. Hehe.

Sudah tiga puluh menit duduk manis di dalam pesawat, belum ada tanda-tanda pesawat mau segera terbang. Deru mesinnya masih datar-datar saja. Saya perkirakan, pesawat sedang menunggu giliran untuk lepas landas. Beberapa kali saya lihat pesawat terbang rendah menuju landasan, mendarat. Mungkin karena itulah, pesawat ini harus sabar menunggu. 

Deru mesin Garuda tipe bombardir yang saya tumpangi ini ternyata kalah dengan deru ngorok seorang penumpang, entah di mana dia duduknya. Ngoroknya terdengar keras banget. Seorang ibu dan anaknya yang duduk di belakang saya tertawa cekikikan karenanya. Suara ngorok itu seperti gergaji. Kadang-kadang diselingi suara  seperti letupan-letupan kecil. Bapak-bapak di sebelah saya juga senyum-senyum mendengar irama ngorok itu.
Saya bayangkan, pemilik ngorok itu pasti lelah sekali. Saking lelahnya sampai dia tidak menyadari kalau suara ngoroknya itu telah mempengaruhi stabilitas keamanan di dalam ruang pesawat. Mengganggu penumpang sepesawat. Kasihan betul dia. Tapi tunggu dulu, buat apa dikasihani, orang dia lho cuek saja...hehe. Mungkin dia sudah niat, mumpung naik Garuda tipe Bombardir, maka dia pun akan bikin ngorok bombardir juga...

Hampir lima puluh menit menunggu di dalam pesawat, akhirnya deru mesin pesawat pun meraung. Inilah saatnya. Bombardir pun bergerak. Pelan sebentar, terus kencang, menuju angkasa. Berguncang-guncang menembus mega-mega. Gelap di sekeliling beberapa saat karena mendung gelap dan hitam. Lantas berganti terang saat mega-meganya berwarna putih. Begitu tanda kenakan sabuk pengaman padam, saya menutup jendela di samping saya. Warna putih di luar menyilaukan.

Ajaib. Deru ngorok itu tetap lantang, tak tergoyahkan. Tetap dengan ritmenya yang tadi. Hhrrrr.......ghroookkkkkk.....ghehhhhh.....(susah nulisnya). Orang ini sepertinya luar biasa lelahnya, sampai-sampai deru Bombardir yang begitu kencang pun tak mampu mengusiknya.

Saya jadi ingat diri saya sendiri. Jujur saja, saya juga sering mengalami hal serupa. Begitu masuk pesawat, berdoa, termasuk doa mau tidur, terus pulas. Saat pesawat lepas landas, saya mungkin akan terganggu sebentar, tapi terus kembali dalam mimpi lagi. Pulas lagi. Seringkali tahu-tahu meja saya sudah terbuka dan ada sekotak kue di atasnya. Saya akan mengambil kotak itu, menutup meja, tidur lagi, dan terbangun oleh deru pesawat yang siap mendarat atau bahkan sudah mendarat. Saat ini saya berdoa, mudah-mudahan dalam tidur saya yang pulas itu, saya tidak ngorok. Maluuu sekali kalau sampai terjadi seperti itu. Hhhrrrr.....hhhrrr.....hhhrrrr....
Nanti dirasani orang....ayu-ayu kok ngorok....haha. 

Sesuai informasi dari awak kapal, sebenarnya jarak tempuh Surabaya-Semarang hanya memerlukan waktu 34 menit. Dan benar. Sekitar 25 menit mengangkasa, pesawat mulai menurun. Lampu tanda kenakan sabuk pengaman menyala. Awak pesawat menginformasikan, beberapa saat lagi pesawat akan mendarat. Sawah-sawah pun nampak. Penuh dengan air. Jalan-jalan yang berkelok-kelok, berkilau-kilau karena basah. Hijau menghampar di mana-mana. Juga kotak-kotak merah oranye seperti korek api, yang semakin lama  semakin kelihatan jelas.

Sampai tiba-tiba....persis seperti yang saya alami sewaktu mau mendarat di Bandung tempo hari, pesawat tiba-tiba mengarah ke atas. Derunya kencang. Menembus mega-mega yang hitam, putih, kelabu, hitam lagi, panjaaang sekali...... Landasan yang di bawah, yang sudah nampak, dengan barisan pesawat berjejer, ditinggalkan. Terus dan terus mengangkasa...

Ya. Pesawat gagal mendarat. Dalam seminggu ini, saya mengalami dua kali pesawat gagal mendarat karena cuaca buruk. Sama seperti yang saya alami tempo hari, awak pesawat mengumumkan tentang kejadian tersebut, dan mengatakan, kalau pesawat sedang berputar-putar di atas bandara Ahmad Yani dan menunggu beberapa saat untuk mencoba mendarat lagi saat cuaca membaik. Dia juga meminta maaf atas ketidaknyamanan tersebut.

Saya penasaran. Apa sih yang dia maksud dengan berputar-putar di atas bandara itu? Sepertinya kalimat itu sudah seperti kalimat baku untuk menjelaskan kejadian gagal mendarat. Beberapa kali mengalami gagal mendarat, di Denpasar dan di Kupang dulu, kalimat itulah yang selalu saya dengar. Bagaimana mungkin pesawat sebesar ini berputar-putar di atas bandara? 

Saya memperhatikan keluar. Tumpukan awan putih dan kelabu ada di bawah saya. Pesawat sepertinya melaju lurus saja. Lurus terus. Sampai beberapa saat. Kemudian, pesawat membelok ke kiri, ke kiri lagi, kembali ke arah dia datang. Yes. Inilah ternyata yang disebut memutar. Memang tidak persis di atas bandara. Tapi jelas dia tidak akan jauh-jauh dari bandara.

Pesawat itu terus melaju. Sekarang posisinya di atas laut. Terbang rendah. Saya pikir, dia akan langsung mendarat. Ternyata tidak. Dia memutar lagi. Seorang penumpang di sebelah saya nyeletuk, "perlu satu putaran lagi". Ya, benar, kami berada di atas laut lagi. Jelas terasa kalau pesawat ini sedang memutar. Tapi putaran yang sekarang ini lebih kecil daripada yang tadi. Oke, oke. Saya paham sekarang. Inilah yang disebut berputar-putar di atas bandara. 

Alhamdulilah. Akhirnya Bombardir mendarat dengan mulus. Landasan basah. Saat keluar dari pesawat, gerimis kecil menyambut kami. Puluhan payung bertumpuk di dekat tangga pesawat. Sengaja diisediakan bagi para penumpang. 

Kami berempat meninggalkan Bandara Ahmad Yani, menumpang taksi, menuju Hotel Patra Jasa, tempat rapat persiapan Ujian Tulis Nasional PPG SM-3T dilaksanakan. Ada para koordinator PPG dan tim IT yang diundang. Pukul 14.00 nanti rapat akan dimulai.

Biasanya, kami akan rapat sampai larut malam, bahkan sampai menjelang tengah malam. Dengan begitu, besok pagi sudah bisa selesai, dan bisa pulang ke tempat masing-masing, menemui tugas-tugas yang lain....

Hotel Patra Jasa, Semarang, 24 Januari 2014

Wassalam,
LN
(Siap-siap rapat)  

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...