Pages

Rabu, 01 Januari 2014

Menyambut Tahun Baru 2014

Tahun baru ini, kami memutuskan tidak ke mana-mana. Tentu saja setelah menimbang-nimbang dari beberapa alternatif agenda. Antara lain: ke Tuban, bawa tenda, nge-camp di pantai, di hutan mangrove. Di hutan mangrove itu, tentu saja, penuh dengan tanaman mangrove. Menghampar sekitar tiga kilometer, mulai dari sisi terminal baru ke arah barat. Di hutan mangrove itu ada camping ground-nya, ada juga penginapan dan tentu saja para penjual makanan dan pernak-pernik khas wisata pantai. Rumah kami, di Desa Jenu, tidak terlalu jauh dari hutan mangrove itu, hanya sekitar tiga kilometer. Kami membayangkan nge-camp di hutan itu, bersama para keponakan, sambil bakar-bakar jagung, ketela, sosis, bakso, dan makan mie instan. Menikmati malam tahun baru. Tentu mengasyikkan, namun untuk saat ini, rasanya belum memungkinkan.  

Agenda kedua, ke Ponorogo, Menemani bapak dan ibu. Namun karena ada adik-adik yang juga berkeinginan ke Ponorogo, akhirnya adik-adiklah yang menemani bapak dan ibu. Kami cukup meminjamkan mobil dan menyiapkan bensinnya saja. 

Agenda ketiga, di rumah saja. Kebetulan saya kemarin baru saja dari dokter. Saya kena radang tenggorokan, tiga hari menahan sakit di tenggorokan dan rasa njarem di leher, akhirnya harus menyerah pada suntik dan obat dokter.  Sebelumnya saya coba mengobati sendiri dengan obat herbal yang biasanya cukup manjur. Namun mungkin selama sakit itu aktivitas saya cukup tinggi, maka sakitnya nggak hilang-hilang. Dengan obat dan antibiotik dari dokter, sakitnya berangsur berkurang, meski setelah minum obat, rasa kantuk selalu menyerang nyaris tanpa bisa ditahan. Artinya, saya dipaksa istirahat. Ya sudah, sejak kemarin, saya menikmati tidur sore, maksudnya tidur malam tapi sebelum pukul 21.00. Biasanya saya tidur menjelang tengah malam atau bahkan lewat tengah malam.

Kami memilih alternatif ketiga. Di rumah saja. Pagi tadi adik yang tinggal di Gedangan, SMS dan mau bergabung di Karah. Suaminya kerja di Laos. Melewati malam tahun baru hanya berdua dengan anak semata wayangnya, di lingkungan perumahan yang sepi karena para penghuninya banyak yang keluar kota, membuat dia merasa kurang nyaman. Maka sejak sore tadi, dia sudah boyongan ke rumah kami, di Karah.

Hari ini saya memasak seperti biasa, hanya jumlahnya saja yang lebih banyak. Belanja juga di tukang sayur langganan saja. Seadanya yang dibawa tukang sayur. Ayam kampung dan kepiting. Ayam kampung saya masak opor, kepiting saya masak kare, sudah ada kering tempe bikinan ibu, dan sambal terasi. Juga krupuk udang. Selebihnya buah-buahan: salak, buah naga, pepaya, apel, pear. Buah-buahan itu sebagian besar datang sendiri, tidak beli. Juga pisang rebus. Oya, juga rengginang lorjuk, kacang bawang dan emping goreng. Full asam urat. Hehe.

Selepas maghrib, mas Ayik pasang tenda di depan rumah. Lengkap dengan kursi-kursi santai. Begitu tenda siap, kasur dan bantal dimasukkan, keponakan kami, Ichiro, langsung menyerbu masuk tenda bersama mamanya, tidur. Jam 20.00 sudah sepi. Arga sendiri sudah berangkat keluar rumah sejak lepas maghrib tadi, ada 'tanggapan' nge-band. 

Saya dan mas Ayik bersiap-siap. Mengeluarkan sepeda, helm, senter dan lampu sepeda, dan perbekalan.  Tepat pukul 21.00, kami keluar rumah, tentu saja setelah pamit pada adik dan berpesan padanya untuk pindah masuk ke dalam rumah kalau sudah bosan di tenda. 

Bersepeda menuju Bungkul. Apa lagi kalau tidak demi car free night. Sejak keluar ke jalan besar, kami langsung terjebak kemacetan. Sebenarnya saya sendiri agak enggan ke Bungkul, tidak nyaman, karena pasti macet. Tapi mas Ayik mengajak ke sana, ya sudah, mengikuti ritme suami saja.

Di Taman Bungkul, manusia tumplek bleg, tua muda laki perempuan bahkan bayi-bayi pun mememuhi jalanan. Pesepeda tidak banyak, yang banyak manusianya. Ada banyak panggung, ada banyak pertunjukkan, terompet bersahut-sahutan, ingar bingar. Sama sekali tidak nyaman. Ini hiburan yang justeru bikin stres. Sebenarnya seperti itulah memang yang sudah saya bayangkan kondisi Bungkul pada malam ini. Tapi apa boleh buat, setidaknya sudah tahu suasananya seperti apa.

Rencana menikmati Taman Bungkul barang sebentar, kami urungkan. Kami langsung ambil jalan pulang, menuju arah kampus, lewat jalan Kutai, tembus Gunungsari, lanjut Ketintang, masuk kampus. Sejak sebelum masuk pintu gerbang, beberapa anggota Menwa sudah menyapa, begitu juga sampai di pos satpam. Ternyata banyak juga yang mengenal saya, sehingga tidak perlu bernego dengan satpam untuk dibukakan palang pintu. Ya, malam ini keamanan kampus dikendalikan super ketat. Hanya orang-orang yang jelas-jelas saja yang boleh masuk kampus. Yang kurang jelas, meski bilang mau ke himapala atau ke humas, tidak diperbolehkan. Alasannya, tidak ada surat pemberitahuan kalau malam ini di kedua sekretariat itu ada acara. Ya, memang. Namanya juga acara spontanitas saja, jadi nggak pakai surat pemberitahuan.

Di Humas, teman-teman sedang 'cethik geni', belum ada bakar-bakar. Padahal tadi mas Rohman, sahabat kami yang juga tim Humas Unesa, SMS kalau sedang siap-siap untuk bakar jagung. Saya kira jagungnya sudah dibakar dan saya tinggal melahapnya...hehe, maunya...

Karena di Humas masih siap-siap, kami bergeser ke sekretariat Himapala. Lumayan ramai. Mereka menggelar tikar dan karpet. Memasang TV besar di depannya. Masak penyetan. Ada acara game-game yang bikin ger-geran. Seru. 

Sekitar sepuluh menit menjelang tengah malam, kami pamit. Geser ke Humas lagi, karena mas Rohman beberapa kali SMS minta kami mampir ke sana. Teman-teman Humas sedang berkumpul di busem, siap-siap menyalakan kembang api. Ada sekitar dua puluh-an mereka, laki-perempuan, sebagian besar adalah para reporter. 

Detik-detik pergantian tahun pun tiba. Suara menggelegar ada di mana-mana, warna terang benderang memercik-mercik dan bersemburat di atas. Di mana-mana suara berdebum bersahut-sahutan. Saya seperti sedang dalam medan perang dan dikepung dari segala penjuru. Pada dasarnya saya tidak suka suara petasan dan sejenisnya. Tapi kilatan-kilatan kembang api di angkasa itu begitu indahnya, dan memaksa saya untuk terus menikmatinya.

Selamat datang 2014.
Semoga semakin berkah untuk kita semua, untuk negara dan bangsa. Amin YRA.


Surabaya, 1 Januari 2014. 01.10 WIB.

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...