Pagi jam 07.00, kami semua berangkat dari PPG, setelah menyantap nasi kotak. Satu bus pariwisata besar dan beberapa mobil pribadi, berjalan beriringan.
Tujuan pertama adalah Selecta. Renang dan menikmati bunga. Juga menikmati keriangan anak-anak. Saat anak-anak berenang, para orang tua berkumpul di resto yang letaknya di atas kolam renang. Mengobrol dan bercanda. Sambil mengawasi dan memotret anak-anak dari atas. Makan pisang rebus, lepet, tempe menjes, tahu isi dan pohung goreng. Juga menikmati musik yang gembreng. Kata pak Yoyok: "sing main musik karo sing nyanyi podho slendrone..."
Pukul 13.00, acara di Selecta selesai. Kami semua berkemas. Masuk bus dan mobil. Melaju ke Hotel Purnama. Check in, makan siang, salat.
Pukul 15.00, semua sudah siap masuk bus dan mobil lagi. Tujuan wisata berikutnya adalah BNS (Batu Night Spectaculer). Sengaja kami mengambil waktu sore hari, karena dipastikan kalau malam, pengunjung pasti sangat ramai. Ini liburan Imlek. Semua tempat hiburan diserbu pengunjung.
Di BNS, kami menyebar. Mencari kehidupan sendiri-sendiri. Saya sekeluarga, pak Yoyok, dan lima teman sekuriti, membeli tiket nonton film 4D. Menikmati film itu serunya luar biasa. Kami dibawa ngebut, masuk memasuki kota-kota dengan gedung-gedung bertingkat, menjelajah terowongan bawah laut, menembus hutan belantara, menyeberang jembatan yang berujung pada lompatan tinggi dan menghempaskan kami pada jalanan yang padat....dan seterusnya. Tubuh kami digoyang ke kanan ke kiri, ke depan ke belakang, dihempaskan berkali-kali. Teriakan-teriakan histeris dan tawa kegirangan berhamburan. Ramai dan gaduh sekali. Asyik betul. Segala beban seperti lepas semua. "Lali utang, lali sembarang....." Kata teman-teman sambil keluar dari ruangan.
Setelah itu, kami naik becak yang berjalan di atas (saya lupa namanya). Menikmati dari atas sawah-sawah, pepohonan, bukit-bukit, lampion-lampion yang mulai menyala,dan juga kerumunan orang. Juga kabut yang mulai turun. Asyik juga.
Saat teman-teman masih meneruskan petualangannya di pusat-pusat hiburan yang lain, kami sekeluarga masuk ke food court. Maunya sekedar cari minuman hangat saja untuk melawan udara dingin karena hujan tiba-tiba turun. Tapi ternyata, di food court banyak makanan yang menggoyahkan iman. Jadinya tidak hanya minuman hangat yang kami nikmati, tapi juga berbagai makanan lezat.
Ada surabi Solo aneka rasa (bener-bener tulisannya surabi dan bukan serabi, apa lagi srebeh) Toppingnya macam-macam. Stawberry, blueberry, coklat kacang, coklat keju, coklat pisang dan durian. Disajikan hangat. Surabi kuah juga ada. Harganya kalau satu rasa Rp.7.000,-, kalau dua rasa Rp.8.000,-, yang spesial Rp.10.000,-
Di sebelah surabi Solo ada pempek Palembang. Ada empat jenisnya, pempek kulit, pempek lenjer, pempek ada'an, dan pempek telor. Kalau dua butir harganya Rp.10.000,-, tiga butir Rp.13.000,-, dan empat butir Rp.15.000,-. Saya membeli yang empat butir, dimakan bareng-bareng. Enak dan segar. Tidak kalah dengan pempek asli yang di Palembang sana.
Ketan bubuk juga ada. Ketan bubuk plus srundeng, ketan bubuk plus kelapa, ketan susu plus keju. Sepiring kecil ketan bubuk, ditemani secangkir kopi atau teh panas, pasti sudah cukup membuat perut kenyang.
Sate bakso, iga bakar dan rawon, ayam goreng, cumi bakar, bebek bakar, nasi goreng. Kalau makanan-makanan ini hanya saya lihat saja, tidak berminat membeli. Terlalu berat. Masih ada makan malam di hotel nanti.
Tapi tidak demikian dengan Arga. Dia pesan bebek bakar dan cumi bakar. Ya, dua-duanya itu dia pesan untuk dia seorang. Pantaslah kalau badannya semakin lebar begitu.
"Nanti ada makan malam lho, dik, di hotel." Kata saya. "Kenapa emangnya?"
"Kamu nggak kekenyangan tah ntar?"
"Santai ajalah, bu...kayak nggak tahu aku aja..."
Macam-macam minuman juga tersedia, jus buah, ronde, angsle, juga teh jahe. Jenang gerendul pun ada. Saya pesan ronde, mas Ayik pesan teh jahe, dan Arga minum air mineral.
Puas makan dan puas main, pukul 18.00, kami kembali ke hotel. Makan malam sudah menunggu. Selesai acara makan malam, dilanjut dengan acara dialog. Saya berbicara untuk menyambut para keluarga ini. Memanggil nama mereka satu per satu dan meminta mereka sekeluarga berdiri setiap saya sebut namanya. Dengan begitu kami semakin saling mengenal. Mana anak istri pak Sulaiman, mana anak istri para staf, mana anak istri para sekuriti, dan seterusnya. Di antara acara perkenalan itu, seringkali diselingi dengan komentar-komentar lucu dan mengundang gelak tawa.
Koordinator kegiatan family gathering ini adalah pak Yoyok. Ternyata, tidak hanya pak Yoyok yang repot. Istrinya, bu Yayuk, juga ikut repot menyiapkan segala sesuatunya. Termasuk menyiapkan suvenir untuk kami semua yang digunakan pada saat acara santai. Ada electone dan penyanyi, ada anak-anak muda seusia Arga, termasuk Danang dan Nizar, anak-anaknya bu Yanti, yang berjoget-joget kocak. Mengundang kegembiraan sampai membuat perut sakit. Bergantian menyanyi meski tidak hafal lagunya, yang penting ramai. Ditemani api unggun, jagung bakar, angsle dan ronde.
Itu belum cukup ternyata. Andra yang asli Malang, telah menyiapkan ikan segar dan ayam yang sudah dibumbui, siap dibakar. Sampai hampir tengah malam kami menikmati musik, api unggun, dan berbagai hidangan bakar-bakaran itu.
Yang menyenangkan, Nizar, anak kedua bu Yanti dan pak Wahono, yang tahun lalu dinyatakan kena tumor otak, bergabung dalam acara. Dia juga ikut joget-joget meski tak seheboh Arga dan Danang. Anak itu di kepalanya masih terpasang selang, yang mungkin akan terus terpasang selama hidupnya. Namun dia sudah mulai bisa menjalani hidup normal, sekolah, bersepeda ringan, dan bersosialisasi. Semua masih harus dijaga dan dibatasi, termasuk waktu istirahatnya. Malam ini pun, pukul 09.00 dia sudah pamit masuk kamar untuk beristirahat.
Besok pagi, masih ada senam yoga bersama pak Rahman, dan juga fun game untuk anak-anak dan dewasa, yang sudah disiapkan oleh pihak hotel. Pasti akan sangat seru dan menyenangkan. Puluhan suvenir yang lain masih menunggu. Ketika pulang menuju Surabaya besok siang, kami juga masih mampir ke Jatim Park 2.
Luar biasa menyenangkan kebersamaan ini. Semua seperti cair dan menyatu sebagaimana layaknya sebuah keluarga. Tidak ada direktur, tidak ada staf, tidak ada sekuriti. Semuanya adalah keluarga. Bebas, lepas.
BTW, mas Inung, bagian marketing Hotel Purnama ini, adalah suami Nindita, alumni D3 Tata Boga, mahasiswa saya dulu. Sebelumnya saya tidak tahu kalau Inung adalah suami Nindita. Entah karena hal itu, atau entah karena memang Hotel Purnama ini oke, layanan hotel mulai dari makanan, game, suvenir, kamar, parkir, dan sebagainya, semuanya menyenangkan. Bikin ketagihan. Mungkin kapan-kapan kami akan kembali lagi ke sini.
Gong Xi Fa Chai...
Batu, 31 Januari 2013
Wassalam,
LN
0 komentar
Posting Komentar
Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...