Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Minggu, 16 Februari 2020

Wulan Kapitu


Prodi S3 Pendidikan Vokasi Pascasarjana Unesa sedang menerima tamu istimewa. Dia adalah Prof. Mingchang Wu, Ph.D, Dekan College of Humanities and Apllied Science, National Yunlin University of Science and Technology (NYUST), Taiwan. Kehadirannya sebagai bagian dari implementasi MoA antara Unesa dan NYUST, dalam progran visiting professor.

Prof Wu, begitu kami memanggilnya, berpengalaman dalam bidang vocational education management dan vocational education assesment and evaluation. Selama di Unesa, dia menjadi tim pengajar dalam kedua matakuliah itu. Selain mengajar, Prof. Wu juga menawarkan berbagai peluang kerjasama. Dia mempresentasikan tentang international cooperation dan sangat memungkinkan bagi kita untuk berkolaborasi dalam bidang riset, international conference, joint publication, student exchange, dan scholar exchange. Tentu saja hal ini sangat baik bagi pengembangan pascasarjana dan Unesa saat ini dan ke depan. Merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan publikasi, kemitraan, dan internasionalisasi.

Sebagai ketua prodi yang berhubungan langsung dengan kehadiran Prof. Wu, maka saya harus mendampinginya di kelas untuk mengajar dan juga pada kegiatan-kegiatan lain. Namun untuk urusan bermain tenis, berkuda, antar jemput, belanja dan city tour, saya meminta bantuan mahasiswa S3 Pendidikan Vokasi, Septian Rahman Hakim dan Bu Yeni. Juga meminta bantuan sahabat saya, Dik Indarti Anfa Pamungkas, dosen tata busana PKK FT yang kebetulan adalah mahasiswa S3 creative design di NYUST. Saat ini dia sedang mengerjakan disertasinya, dan oleh sebab itu dia bisa mondar-mandir Indonesia-Taiwan.

Namun Sabtu ini, saya tidak tega membiarkan Prof. Wu pergi ke Bromo hanya bersama Bu Yeni dan dua orang staf PascasarjanaUnesa. Prof. Wu hanya sembilan hari di sini, Kamis minggu ini dia sudah harus kembali ke Taiwan. Waktu berjalan begitu cepat dan saya merasa tidak pernah punya waktu leluasa untuk diskusi hal-hal penting yang lain dengan Prof. Wu, karena kegiatan di kampus sudah cukup padat.

Saya pun bergabung bersama mereka. Berangkat dari pascasarjana sekitar pukul 13.00, setelah mengajar di kelas kerja sama. Saya bilang ke Prof. Wu, untuk bersiap traveling ke Bromo plus menikmati macet, karena weekend.

Perjalanan dari Surabaya ke Bromo, di luar dugaan saya, tidak lebih dari tiga setengah jam. Tanpa macet. Ya, jalan tol sangat membantu tentu saja. Namun jalan dari exit tol ke arah Bromo, benar-benar lengang. Hanya ada satu dua mobil dan sepeda motor yang sepertinya menuju arah yang sama.

Begitu sampai di Hotel Bromo Permai, saat kami check in, kami sekalian memesan jeep untuk touring dan eksplore Bromo esok harinya. Jawaban resepsionis mengejutkan kami. Jeep tidak bisa mengantar sampai ke bawah kawah, dan tempat-tempat lain seperti Penanjakan, Pasir Berbisik, Bukit Teletubis, dan sebagainya.

Resepsionis menjelaskan, saat ini Bromo sedang melaksanakan ritual Wulan Kapitu. Selama sebulan, Bromo bebas kendaraan bermotor (car free month), mulai 24 Februari-24 Maret 2020. Hanya kuda yang boleh masuk ke area Bromo. Jalan masuk untuk kendaraan bermotor ditutup mulai dari depan hotel. Wow. Akhirnya saya mendapatkan jawaban kenapa Bromo sepi. Ya, pasti karena ritual Wulan Kapitu ini.

Kami tentu saja tidak bisa ke mana-mana kecuali kami mau berjalan kaki atau naik kuda. Namun Penanjakan yang sebenarnya menjadi tujuan utama kami selain Puncak Bromo, akan sangat berat bila ditempuh dengan jalan kaki atau bahkan dengan mengendarai kuda. Maka kami pun memutuskan, kami hanya akan ke Puncak Bromo, dan perjalanan dari hotel kami tempuh dengan mengendarai kuda.

Tetapi saya justeru merasa sangat beruntung mengunjungi Bromo pada saat seperti ini. Berkali-kali ke Bromo, yang saya alami adalah macet di perjalanan dan wisatawan memenuhi area serta lautan pasir yang hiruk karena kendaraan bermotor.

Sungguh sangat bertolak-belakang dengan situasi saat ini. Bromo begitu tenang, begitu damai, begitu hening. Alam sedang menanggalkan lelahnya dan berkesempatan bernafas dengan leluasa. Alam sedang kembali pada kemurniannya. Kepala suku dan para sesepuh Suku Tengger sedang berpuasa supaya lebih bisa mengendalikan diri dari urusan kedunawian dan lebih mendekatkan diri pada Tuhannya.

Saya menjelaskan hal ini pada Prof. Wu. Dia terkagum-kagum dengan local wisdom yang dimiliki masyarakat Bromo. Ini adalah kali kedua dia ke Bromo. Enam tahun yang lalu, dia bersama rombongan international conference yang dilaksanakan di Malang, sempat mengunjungi Bromo, tentu saja dengan situasi yang sangat berbeda dengan saat ini. Prof. Wu merasa betapa dia sangat beruntung karena berkesempatan menikmati Bromo dalam situasi yang tidak biasa. Bahkan dia mengatakan, Indonesia akan menjadi negara yang kuat dan stabil di masa depan, karena masyarakatnya adalah penganut agama yang taat dan memiliki kepedulian pada alam.

Semoga.

Oya, sepulang dari Bromo, kami mampir ke Pantai Bentar yang eksotis. Dari Pantai Bentar, kami makan siang di Probolinggo dan menunaikan shalat. Lantas kembali ke Surabaya. Prof. Wu dan kawan-kawan juga berkesempatan mampir ke rumah kami untuk sekadar minum teh. Sesuatu yang dikatannya tentang rumah kami adalah 'a beautiful house of wonderful family'.

Semoga.

15-16 Februari 2020.

Rabu, 23 Oktober 2019

Akhirnya, Terakreditasi!


Ya, itulah ucapan pertama saat informasi tentang hasil visitasi akreditasi diterima oleh Kaprodi S3 Pendidikan Vokasi. Selasa, 22 Oktober 2019, sekitar pukul 10.45, merupakan saat yang sangat bersejarah. Kabar yang dinanti-nantikan itu akhirnya tiba. Kabar yang sangat membahagiakan. Bahwa Prodi S3 Pendidikan Vokasi terakreditasi. Peringkat akreditasinya adalah B, dengan nilai 330.

Setelah berjuang mempersiapkan borang akreditasi sejak 2017 di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Munoto, M.Pd dan Prof. Dr. Titik Winanti, M.S, yang saat itu sebagai Ketua dan Sekretaris Prodi S3 Pendidikan Vokasi, akhirnya prodi ini terakreditasi. Kaprodi baru, yaitu Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd, melanjutkan tonggak kepemimpinan dan memperkuat landasan yang sudah dibangun oleh Prof. Munoto dan tim. Terus berbenah bersama tim taskforce borang akreditasi, UPM prodi, dan dengan dukungan pimpinan pasca, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa.

UPM prodi, Eppy Yundra, S.Pd., MT., Ph.D, bersama tim taskforce (Dr. IGP. Asto Buditjahjanto, Dr. Marniati, Dr. Meda Wahini, Dr. Any Sutiadiningsih, Dr. Theodorus Wiyanto, Mauren Gita Miranti, M. Pd, Irma Russanti, M.Ds., Nur Aini Susanti, M.T, Syarifuddin Zuhri, dan Septian Rahman), menjadi tim yang sangat berperan dalam penyusunan borang dan mempersiapkan visitasi. Tentu saja dukungan dari semua komponen, khususnya para dosen, juga sangat penting dan menentukan.

Akreditasi B tentulah bukan tujuan akhir prodi. Status ini justeru menjadi titik awal untuk mengembangkan prodi menjadi lebih baik. LN

Rabu, 16 Oktober 2019

Visitasi Akreditasi Program Studi S3 Pendidikan Vokasi


Senin, 14 Oktober 2019, kegiatan visitasi untuk akreditasi Program studi S3 Pendidikan Vokasi, dimulai. Asesornya adalah Prof. Dr. Soesanto (universitas Negeri Semarang/Unnes) dan Dr. Zainur Rafiq (Universitas Negeri Yogyakarta/UNY).

Visitasi hari pertama itu dimulai dengan sesi dengan pengelola Program Pascasarjana (PPs). Direktur, Wakil Direktur 1 dan Wakil Direktur 2 bersama kedua asesor mencermati borang akreditasi pengelola. Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 12.00-16.00 di Lantai 8.

Kegiatan hari kedua dimulai pukul 08.00. Pertemuan dengan pengelola, kaprodi, dosen, mitra, mahasiswa, dan tenaga kependidikan, mengawali kegiatan, sampai sekitar pukul 08.30. Pada kesempatan itu, tim asesor mengapresiasi kekompakan Prodi S3 Pendidikan Vokasi dan dukungan pengelola serta para dosen senior yang sangat luar biasa. Menurut asesor, baru kali ini melihat dukungan semua komponen yang begitu kompak untuk prodi yang ada di level pasca. Pengelola (3 orang), dosen (20 orang), tim task force (10 orang), mitra (3 orang), tenaga kependidikan (10 orang), mahasiswa (20 orang), memang memenuhi ruang sidang di lantai 2 tersebut. Terasa benar bahwa dukungan untuk keberadaan Prodi S3 Pendidikan Vokasi sangat tinggi.

Acara selanjutnya adalah presentasi borang oleh Ketua Program Studi S3 Pendidikan Vokasi, Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd, didampingi oleh tim task force. Presentasi dilaksanakan di lantai 8. Dalam ruang yang dipenuhi dengan berkas borang akreditasi, mulai dari standar 1-7, portofolio dosen, hasil karya dosen dan mahasiswa berupa buku, artikel hasil penelitian, sertifikat, robot, batik, yang dilengkapi dengan bukti paten dan hak cipta, mewarnai ruang presentasi. Presentasi dilaksanakan sampai pukul 12.30, dan diakhiri dengan makan siang.

Acara selanjutnya adalah diskusi paralel. Peserta diskusi yang meliputi dosen dan tenaga kependidikan berada di ruang tersendiri bersama Prof. Dr. Soesanto. Peserta dari mahasiswa dan mitra juga berada di ruang tersendiri bersama Dr. Zainur Rofiq.  Kegiatan diskusi paralel berlangsung sekitar satu jam.

Seusai kegiatan diskusi paralel, asesor membuat laporan hasil visitasi. Beliau berdua berdiskusi intens dalam waktu sekitar tiga puluh menit. Kemudian menyampaikan hasil diskusinya pada kaprodi dan tim task force untuk memperoleh tanggapan. Beberapa poin ditanggapi oleh kaprodi dan tim task force, dan direspon secara positif oleh tim asesor. Sampai pada akhirnya, tim asesor, kaprodi dan tim task force, bersepakat dengan deskripsi hasil visitasi.
Pada sekitar pukul 17.30, kegiatan break untuk shalat maghrib. Dilanjutkan dengan wrap-up dan penutupan kegiatan visitasi. Dalam penjelasannya, tim asesor mengakui keunggulan Prodi S3 Pendidikan Vokasi dengan mengatakan bahwa, prodi ini memiliki armada yang sangat kuat. 
Sebanyak 20 dosen, 12 di antaranya adalah guru besar yang memberi dukungan penuh pada keberadaan dan kinerja prodi. Dana operasional mahasiswa (DOM) sangat tinggi, bahkan di atas rata-rata kelaziman, karena support dari dana penelitian dan pengabdian masyarakat dosen yang tinggi. Satu hal yang perlu perhatian khusus adalah, visi dan misi prodi supaya lebih memiliki kekhasan. Agar keunggulan prodi S3 Pendidikan Vokasi berbeda dengan prodi sejenis yang lain di perguruan tinggi lain. Satu tantangan yang perlu segera direspon.

Prodi S3 Pendidikan Vokasi berdiri pada 2016. Jumlah mahasiswa sampai saat ini adalah 37 orang. Terdiri dari angkatan 2016: 6 mahasiswa; angkatan 2017: 4 mahasiswa; angkatan 2018: 5 mahasiswa; dan angkatan 2019: 22 mahasiswa. Kerja sama yang saat ini sudah secara riil sudah dilakukan oleh Prodi S3 Pendidikan Vokasi adalah dengan Politeknik Penerbangan Surabaya, MGMP Otomotif Provinsi Jawa Timur, dan dengan National Yunlin University of Science and Technology (Yuntech), Taiwan. Untuk kerjasama dengan Yuntech, Taiwan, adalah dalam bentuk academic mobility, meliputi visiting lecturer, joint publication, dan collaborative reasearch, yang akan segera dilaksanakan pada awal 2020. LN

Rabu, 09 Oktober 2019

S3 Pendidikan Vokasi, Buka Tiga Kelas


Program Studi S3 Pendidikan Vokasi pada Tahun Akademik 2019/2020 ini buka tiga kelas. Satu kelas reguler, dan dua kelas kerja sama. Mahasiswa kelas kerja sama terdiri dari para dosen Politeknik Penerbangan dan Dosen UPN (Kelas B), serta para kepala sekolah SMK (Kelas C).

Kelas kerja sama dipayungi dengan adanya MoU antara pihak Poltekbang dan Provinsi Jawa Timur dengan Rektor Unesa. Dengan adanya kelas kerja sama, jadwal perkuliahan bisa diatur dengan lebih fleksibel, yaitu Jumat-Sabtu. Hal ini menyesuaikan dengan kondisi para mahasiswa yang notabene tidak bisa meninggalkan tugas sebagai dosen atau sebagai kepala sekolah.

Pembukaan kelas kerja sama sepertinya sudah menjadi kebutuhan yang cukup mendesak. Mahasiswa S3 adalah mereka yang sudah bekerja, baik di universitas maupun di sekolah. Mereka harus tetap melaksanakan tugas sehari-hari, dan oleh sebab itu, perkuliahan dengan jadwal yang tidak mengganggu waktu kerja mereka menjadi kebutuhan.

Salah satu tantangan bagi Program Studi S3, termasuk S3 Pendidikan Vokasi, adalah memperoleh mahasiswa yang bermutu. Oleh sebab itu, sosialisasi dan promosi perlu dilakukan kepada berbagai pihak yang potensial. Sasaran sosialisasi dan promosi yang dilakukan Prodi S3 Pendidikan Vokasi beberapa waktu ini meliputi: 1) IKIP PGRI Mataram dan Politeknik Mataram, 2) Guru-guru SMK pada saat kegiatan Lomba LKS di SMK 3 Sidoarjo, 3) Politeknik Negeri Banjarmasin, 4) Politeknik Penerbangan Surabaya, 5) Politeknik Malang, 6) Politeknik Pelayaran Surabaya, dan 7) Kepala sekolah dan guru SMK se-Provinsi Kalimantan Selatan di Samarinda. Dari berbagai sosialisasi dan promosi tersebut, berhasil dilakukan kerja sama dengan Politeknik Penerbangan Surabaya dan Kepala Sekolah dalam payun MGMP Otomotif Provinsi Jawa Timur.

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana Prodi S3 Pendidikan Vokasi dapat memberikan layanan akademik maupun nonakademik pada semua stakeholder, khususnya mahasiswa. Kerja sama antara prodi dengan semua tim dosen pengajar serta dukungan dari pimpinan Program Pascasarjana mutlak diperlukan.  Apa lagi saat ini, Prodi S3 Pendidikan Vokasi sedang menyiapkan diri untuk akreditasi. Berbagai persiapan dan pembenahan terus dilakukan, tidak hanya demi kepentingan akreditasi, namun dalam rangka melakukan peningkatan dan perbaikan yang terus-menerus, agar mampu memberikan layanan yang optimal. LN

Sabtu, 05 Oktober 2019

Mengepakkan Sayap ke Taiwan


Rabu, 2 Oktober 2019, Tim PPs Unesa berkunjung ke National Yunlin University of Science and Technology (Yuntech), Taiwan. Tim terdiri dari: Wakil Direktur 2, Prof. Dr. Suparji, M.Pd; Kaprodi S3 Pendidikan Vokasi, Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd; dan Tsuroya, SS., MA, staf International Office of Unesa. Dua lagi anggota tim adalah: Dr. Mutimmatul Faidah, M.Ag dan Drs. Bhiwara Pracihara Sakti, M.Sn. Yang pertama adalah dosen jurusan PKK-FT Unesa dan Ketua Pusat Kajian Gender Unesa, sedangkan yang kedua adalah mahasiswa S3 Pendidikan Vokasi angkatan 2018. 
Keduanya mengikuti konferensi internasional IEEE-ECICE 2019 yang diselenggarakan di National Formosa University, Yunlin, Taiwan, pada 3-6 Oktober 2019. Satu lagi dalam rombongan tim adalah Indarti, S.Pd., M.Sn, dosen Jurusan PKK, yang saat ini sebagai mahasiswa doktoral pada Program Creative Art di Yuntech, Taiwan. Dia sekaligus sebagai mediator antara Unesa dengan Yuntech dalam menjajagi dan merealisasikan kerja sama tersebut.

Pagi itu, tim Unesa diterima dan disambut hangat oleh staf International Office of Yuntech, yaitu Prof. Huang, Ya-Ling. Dilanjutkan dengan pertemuan di meeting room bersama Dekan dari College of Humanities and Applied Science; Ketua program Graduate School of Vocational and Technical; Direktur dari The Center of General Education; Dekan dari College of Design; dan beberapa pejabat yang lain.

Pembicaraan tentang rencana kerja sama berjalan sangat lancar dan menyenangkan. Pihak Yuntech menyambut sangat antusias kerja sama tersebut. Kebetulan antara Unesa dan Yuntech sudah memiliki MoU. Hal ini menjadi faktor pendukung penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA). Naskah MoA yang sudah dikirimkan oleh staf International Office of Unesa beberapa hari sebelumnya, bahkan sudah mereka persiapkan dalam keadaan siap ditandatangani. Jadilah hari itu, penandatanganan naskah dilakukan antara pihak Unesa (Direktur Program Pascasarjana Unesa dan Kaprodi S3 Pendidikan Vokasi serta Dekan College of Humanities and Applied Science (Prof. WU, Ming-Chang).

Realisasi MoA tersebut direncanakan pada awal tahun 2020. Kerja sama meliputi kegiatan visiting lecturer, joint publication, dan collaboratrive research. Kegiatan ini akan melibatkan pengelola dan dosen-dosen dari Program Studi S3 Pendidikan Vokasi serta pengelola dan dosen-dosen dari Graduate School of Vocational and Technical, Yuntech, Taiwan.

Satu langkah nyata telah ditempuh untuk membangun jejaring. Segera akan disusul langkah-langkah berikutnya untuk mengembangkan sayap Program Studi S3 Pendidikan Vokasi. LN

Rabu, 24 Juli 2019

Menikmati Gojek (2)

Hari ini kami sudah bersiap di lobi Hotel Ibis Trans Studio pukul 09.30. Saya, Prof. Budi Unnes, Prof. Joko UM, Dr. Khafid Unnes, dan teman-teman yang lain seperti mas Alfath Yanuarto dan mas Agoes Primono Sardjono dkk. Kami memiliki agenda yang sama, menghadiri undangan resepsi pernikahan puteri tunggal Direktur Belmawa Ibu Paristiyanti Nurwardani. Karena acara digelar di Hotel Grand Pasundan, kami semua menumpang grab. Golongan tua seperti saya, Prof Budi, Prof Joko, dan Pak Khafid, satu mobil tersendiri. Mas Alfath dkk, satu mobil tersendiri.

Namanya juga pejabat yang punya gawe, ramainya sudah terasa bahkan sebelum pintu gerbang hotel tempat acara. Termasuk ramai dengan karangan bunga ucapan selamat. Dari para pejabat kementerian, rektor PTN dan PTS, direktur poltek, dll. Keramaian tentu saja semakin terasa di dalam gedung.

Singkat cerita, acara demi acara berjalan dengan lancar. Mempelainya cakep-cakep. Bu Paris dan suami serta besannya, anggun dan ngganteng. Saya pribadi melihat 'sisi keibuan' Bu Paris yang sangat kental. Sempat saya abadikan saat beliau membetulkan hiasan melati di baju putrinya. Bu Paris di mata saya adalah gabungan antara ketegasan dan kelembutan. Seorang pimpinan yang kuat dan tegas sekaligus lembut keibuan.

Setelah bersalaman dengan bu Paris sekalian dan mempelai, kami menikmati hidangan. Sedapatnya. Karena tamu sangat banyak dan di setiap tempat makan antrian berjubel, di mana kami bisa menjangkau hidangan, di situlah kami menikmatinya. 

Kami keluar dari gedung sekitar pukul 12.15. Prof. Edy Unnes, yang kamarnya kami penuhi dengan bagasi-bagasi kami, harus check out dari Grand Pasundan. Maka kami pun juga harus mengemasi barang-barang kami.

Di lobi, teman-teman langsung mengambil grab atau go car tujuan bandara. Pulang ke kota masing-masing. Tetapi saya harus kembali ke Hotel Hemangini, bergabung dengan teman-teman asosiasi profesi boga yang masih berkegiatan di sana. Saya memesan go car. Ditemani pak Fatkurrohman Kafrawi dan Mas Agoes serta Mas Alim Sumarno yang tidak tega membiarkan saya menunggu sendiri. Namun driver go car nge-chat, dia pada posisi terjebak kemacetan dan menyarankan saya untuk cancel. 

Seketika saya terpikir kenapa tidak nggojek motor saja seperti kemarin. Di tas saya ada celana panjang, dan saya bisa mengganti rok saya dengan celana panjang. 

Dan nggojek lagilah saya siang ini. Dengan sandal high heels saya. Ternyata padatnya jalan melebihi hari kemarin. Puluhan titik kemacetan yang harus kami lalui membuat kaki saya kesemutan. Asap kendaraan bercampur debu tercium cukup menusuk. Driver yang bernama Adang itu tersendat-sendat menjalankan motornya. Sesekali dia mengerem mendadak hampir menyenggol motor di depannya. Tas saya pun sempat tersenggol motor di belakang saya. Beberapa motor menerobos naik ke trotoar. Mas driver selalu berusaha mencuri space sedikit demi sedikit di setiap titik kemacetan, berebut dengan pengendara lain. Sejam lebih saya dalam kondisi seperti itu, dan turun dari motor dengan kondisi kaki kesemutan dan punggung sakit. Tapi saya menikmati semuanya dan menyadari betapa hidup ini begitu keras. Hehe.

Tak terbayang berapa jam yang harus saya tempuh jika saya naik go car atau grab. Bersyukur ada gojek yang memberikan pengalaman dan pelajaran tentang berjuang. 

Beberapa teman asosiasi melontarkan keheranannya karena saya mau naik gojek. Saya bilang, macet boleh tapi hidup harus terus berlanjut....hehe.

Senin, 22 Juli 2019

Menikmati Gojek (1)

Pagi ini, saya mendarat di Husein Sastranegara, Bandung, sekitar pukul 09.45. Teman-teman kolega, Bu Any Sutiadiningsih, dik Nugrahani Astuti, dan dik Sri Handajani, sudah menunggu di dekat pengambilan bagasi. Mereka tiba lebih dulu karena naik Nam Air. Saya sendiri naik Wings Air karena lagi malas bangun pagi. Hehe. Tapi mereka berkenan menunggu saya supaya bisa bersama-sama menuju tempat kegiatan.

Kami nge-grab dari bandara ke Hotel Hemangini. Menghadiri kegiatan asosiasi profesi. Diskusi tentang kurikulum prodi pendidikan tata boga Indonesia. Bersama perwakilan teman-teman dosen tata boga seluruh Indonesia. Mencoba bersepakat untuk merumuskan kurikulum nasional prodi.

Pukul 17.30, saya pamit geser ke Hotel Ibis Trans Studio. Tapi dengan janji, saya akan balik lagi besok selesai kegiatan di Ibis. Bu Ai Nurhayati, sekretaris asosiasi, menyarankan saya naik grab, tapi pasti akan terjebak macet, katanya.

Karena tidak ingin terjebak macet, saya memilih naik gojek motor. Sore begini jalanan pasti padat. Dan saya tidak ingin lebih lama terlambat. Sekitar dua jam yang lalu rapat di Ibis mestinya sudah dimulai. Sekarang mungkin lagi break. Saat rapat dimulai lagi setelah makan malam nanti, saya harus sudah berada di sana. Kalau saya naik grab, bisa-bisa saya masih bergelut dengan macet sampai selepas isya.

Naik gojek itu asyik. Apa lagi senja mulai jatuh dan lampu-lampu kota mulai menyala. Romantis. Si Abang Gojek yang kecil langsing itu, namanya Basir, ramah, baik, tapi motornya butut. Meski butut, larinya kenceng. Juga lihai meliuk-liuk, benar-benar meliuk-liuk, di antara mobil-mobil yang jalannya tersendat-sendat karena macet. Udara dingin sekali, namun masih cukup bersahabat bagi saya karena saya sudah mengantisipasi  dengan jasket.

Menikmati gojek termasuk langka bagi saya. Tubuh yang mulai menua ini tidak terlalu tahan dengan terpaan angin dan debu. Namun kadang saya ingin menikmati gojek. Tidak sekadar untuk menghemat waktu. Tapi untuk menikmati sensasinya. Berkendara di bawah terik matahari, meliuk-liuk di antara mobil-mobil, ngebut di jalan yang agak lengang, asyik juga. 

Suatu ketika saya pernah nggojek di Semarang. Naik dari depan Hotel Patra Jasa menuju Museum 3-D. Karena saya sendirian, seorang petugas museum menemani saya dan membantu saya motret-motret. Dari situ, saya nggojek lagi ke Lawang Sewu. Karena saya juga sendirian, seorang guide mendampingi saya dan menjelaskan setiap sudut Lawang Sewu. Setelah puas, saya baru balik ke hotel. Lagi-lagi, nggojek.

Grab, Uber, gojek dengan segala layanannya mulai dari antar jemput, pesan antar makanan sampai pijat dan bersih-bersih rumah, sungguh luar biasa memudahkan. Membuat hidup jadi lebih praktis dan lebih banyak pilihan. Kita tidak harus naik taksi bandara yang, mohon maaf, drivernya kadang-kadang tidak jujur dan penuh dengan modus. Ada grab di beberapa bandara. Resmi. Dengan harga yang mungkin tidak terlalu jauh selisihnya dibanding taksi konvensional, namun kita tak perlu khawatir akan diputer-puter sama Abang Driver. 

Saat berkegiatan di luar kota, beberapa kali saya terpaksa pindah hotel dalam satu hari. Dengan hitungan waktu yang tidak terlalu leluasa untuk dibagi. Nah, pada saat itulah saya akan memilih apakah saya naik grab, go car, atau gojek. Beberapa kali saya mengalami dikecewakan oleh taksi konvensional. Meskipun saya sudah pernah mengadukan kekecewaan saya pada customer service dan pengaduan saya direspon dengan sangat simpatik, tapi yang namanya sudah terlanjur kecewa, apa lagi ada pilhan lain, maka jadilah saya sering berpaling, berpindah ke lain hati. Hehe.