Pages

SM-3T: Kerinduan

"Seorang peserta SM-3T Unesa langsung menghambur ke pelukan saya, saat kunjungan monitoring ke lokasi di wilayah Sumba Timur.

SM-3T: Kebersamaan

"Saya (Luthfiyah) bersama Rektor Unesa (Muchlas Samani) foto bareng peserta SM-3T di Sumba Timur, salah satu daerah terluar dan tertinggal.

Keluarga: Prosesi Pemakaman di Tana Toraja

"Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung..

SM-3T: Panorama Alam

"Sekelompok kuda Sumbawa menikmati kehangatan dan kesegaran pantai. Sungguh panorama alam yang sangat elok. (by: rukin firda)"

Bersama Keluarga

"Foto bersama Mas Ayik dan Arga saat berwisata ke Tana Toraja."

Selasa, 09 Juli 2024

Mas Mbarep

Hari Minggu kemarin, saya menemui kakak mbarep saya, Mas Ibroham Azach , di rumah saudara kami, di Cibitung. Kakak saya ini pensiunan PNS guru agama SD di Tuban, mungkin tiga atau empat tahun yang lalu dia pensiun.

Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, dia masih kerja. Kerja apa saja, salah satunya nyupir. Nyupiri siapa saja yang membutuhkannya. Dengan tujuan ke mana pun.

Tapi sungguh saya tidak nyangka, kakak saya ini nyupiri pelanggannya dari Jenu, Tuban, sampai ke Cibitung. Jauhnyaaaa. Saya sempat protes dan mempertanyakan, "kok wadoh mas?" Tapi dia rileks saja menjawab, "nggolek hiburan". "Nggolek hiburan kok wadoh men", saya masih protes. "Lha isone ngono kuwi kok", jawabnya. Saya pun hanya bisa pesan-pesan, "ngunjuk sing akeh, lek ngantuk istirahat." Dia bilang "siap-siap", tapi ternyata hari itu dia puasa. Ya, dia sudah bertahun-tahun puasa ndaud, dan hari itu tidak mokel meski nyupir sejauh itu. Allah benar-benar memberinya kekuatan lahir dan bathin.

Pelanggannya kebetulan saudara kami juga, Dik Wafa sekeluarga, anak cucu saudara sepupu kami. Dari Jenu, mereka sekeluarga, empat orang, diantarkan Mas Ib, naik mobil. Tujuan ke Cibitung adalah silaturahim ke rumah saudara kami juga, Dik Arid dan Dik Naim. Dik Naim, kebetulan sedang diganjar sakit, sehingga silaturahim ini sekaligus dalam rangka menjenguk Dik Naim.

Mas mbarep saya ini memang pejuang sejati. Dia tidak malu kerja apa saja, yang penting halal. Ketika masih jadi guru, dia bawa krupuk ke sekolah. Yang nggoreng dan mbungkusi krupuk isterinya sendiri. Ngernet, ngondektur, ngontrol bus, dan lain-lain, semua sudah dilakoninya.

Mas Ib pantang ngutang dan nyambat dulur. Mungkin karena dia sangat nriman, dia menjalani hidup dengan apa yang ada. Mencukup-cukupkan dengan ikhtiar dan wani tirakat.

Untuk urusan silaturahim, di antara kami bersaudara, kami berenam, dialah juaranya. Militansinya tidak hanya berjuang untuk mencukupi keluarganya, namun juga dalam urusan silaturahim.

Dia juga sangat ramah dan periang. Saking ramah dan periangnya, ketemu siapa pun disapanya. Disalaminya. Dulu ketika masih mengajar, semua orang di sepanjang jalan, kenal dia, karena dia sapa mereka semua. Padahal jarak rumah ke sekolah mungkin sekitar tujuh km atau lebih.

Kemarin, saya sempat menculiknya dari rumah Dik Naim. Bersama Dik Wafa sekeluarga, Mas Ib menginap di apartemen Kalcit yang saya tempati. Siang sampai hampir maghrib, mereka beristirahat. Selepas maghrib, saya mengajak mereka jalan-jalan. Melintasi taman dan kolam renang, makan di mall Kalcit, bahkan mampir di ruang kantor saya. Semua bisa dijangkau hanya dengan jalan kaki.

Besoknya, hari Senin, sekalian saya berangkat kerja, saya sempatkan nderekke tamu-tamu saya ini silaturahim ke rumah Dik Gus Yahya di Menteng. Sarapan di sana, kecuali Mas Ib, karena dia waktunya puasa. Obrolan jadi gayeng karena Mas Ib dan Dik Gus Yahya ini pernah mondok bareng di Krapyak, Yogyakarta.

Saat saya menulis ini, Mas Ib dan Dik Wafa sekeluarga sedang menempuh perjalanan kembali ke Jenu, Tuban. Semoga Allah memberikan kelancaran, perlidungan, menyehatkan, mencukupkan, dan memberkahi. Amiin ya Rabb.

Kalcit, 09072024

Rabu, 01 Mei 2024

Menapak Jejak Laskar Pelangi

Salah satu buku yang sangat inspiratif bagi saya adalah Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Tidak hanya alur cerita dan untaian kata-katanya yang begitu apik dan indah, namun juga isinya yang penuh dengan pesan moral tentang keteguhan hati, kesetiakawanan, ketaatan pada guru, orang tua, dan juga agama dan bangsa. Juga tentang perjuangan mengejar cita-cita.

Dua hari ini saya berkesempatan menapak jejak Laskar Pelangi. Ini adalah mimpi yang sudah sejak lama saya simpan  setelah saya membaca buku dan nonton film Laskar Pelangi. Mungkin sejak tahun 2009-an atau 2010-an.

Saya memulai perjalanan dari Hanandjoeddin International Airport, sebuah bandar udara internasional yang terletak di Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. Saya terbang dari Bangka, setelah sehari sebelumnya bersama Menteri Desa dan Dirjen PDP menghadiri Pesta Adat Murok Jerami di Desa Namang. Menteri Desa dan Dirjen PDP kembali ke Jakarta dan saya melanjutkan perjalanan ke Belitung. Bertemu dengan teman-teman TPP dan berdialog di sekretariat mereka. Setelah itu, didampingi dua orang TPP, kami memulai perjalanan napak tilas itu.

Yang pertama kami kunjungi adalah replika SD Muhammadiyah Gantong. Sebuah bangunan kayu beratap seng yang berdiri di atas hamparan bukit pasir di Desa Lenggang, Kecamatan Gantong, Belitung Timur. Replika SD Laskar Pelangi ini sengaja dibangun untuk menggambarkan suasana pendidikan anak-anak tempo dulu di Belitung Timur. Sebuah daerah yang hidup dari penambangan timah dan hasil tangkapan nelayan. 

Pada lokasi sesungguhnya SD Muhammadiyah Gantong (dengan huruf 'o') saat ini sudah berdiri M.Ts Muhammadiyah Gantung (dengan huruf 'u'). Bangunan asli sudah tidak ada. Oleh sebab itu, replika SD Muhammadiyah Gantong dibuat supaya jejaknya tidak hilang. 

Setelah itu kami mengunjungi Ibu Muslimah, gurunya Andrea Hirata, di rumah beliau. Entah mengapa saya merasa sangat terharu saat memeluk dan mencium tangannya. Begitu juga beliau, saya rasakan keharuannya saat memeluk saya, seperti kami sudah saling mengenal sejak lama.

Foto bersama di depan sekolah MTs Muhammadiyah Gantung.

Perempuan yang dalam film Laskar Pelangi diperankan oleh Cut Mini itu, di mata saya begitu memukau. Keramahan dan kehangatannya saat menyambut kami, cerita-ceritanya yang mengalir deras saat mengisahkan kenakalan Andrea Hirata kecil dan kawan-kawannya, juga perjuangannya sebagai guru honorer di sekolah kecil, dan juga harapannya untuk pendidikan hari ini dan ke depan. Salah satu kalimat yang dengan tegas beliau ungkapkan, sekolah jangan menjadi penjara bagi anak-anak, namun sebaliknya, sekolah harus menjadi taman firdaus. Beliau memberikan contoh bagaimana praktik di sekolah banyak yang sudah menyimpang, yang justeru bersumber dari sikap, perilaku dan tindakan guru. Anak belajar dengan penuh tekanan, serta banyak kekerasan fisik dan mental yang dialami anak.

Namun satu hal lagi yang membuat saya sangat terharu adalah, memeluk Ibu Muslimah, seperti memeluk ibu saya sendiri. Posturnya yang kecil, kehangatannya, ketegasannya saat berbicara, sungguh mengingatkan saya pada sosok almarhumah ibu.

Dari rumah Ibu Muslimah, kami  mengunjungi MTs Muhammadiyah Gantung. Hanya sekadar ingin mellihat lokasi asli SD Muhammadiyah Gantong tempat Ikal dan kawan-kawannya menuntut ilmu. 

Kemudian kami mengunjungi Musium Laskar Pelangi. Sesuai namanya, bangunan sederhana itu dicat aneka warna bak pelangi. Ada ruang kelas, ruang baca puisi, ruang yang dibiarkan terbuka, dan dinding yang penuh lukisan dan tulisan. Harus diakui, setiap coretan seperti begitu berarti. Juga setiap benda, termasuk tumpukan koper tua di salah satu sudut musium.

Kami mengakhiri perjalanan dengan menikmati sebutir kelapa muda di sebuah pantai, saat sore sudah mulai temaram. Sambil berbincang lagi dengan teman-teman TPP.

Kenangan di sekolah Laskar Pelangi.

Pagi ini, kami melanjutkan perjalanan napak tilas kami. Dari BW Suites Hotel tempat kami menginap, kami mengunjungi Pantai Tanjung Tinggi. Pantai ini menjadi salah satu lokasi syuting Laskar Pelangi, dan menjadi destinasi wisata yang paling ikonik di Belitung. Jaraknya yang hanya sekitar 30 menit dari bandara juga sangat memudahkan orang untuk menjangkaunya. 

Sungguh, banyak pantai yang indah yang saya sudah pernah lihat. Namun pantai Tanjung Tinggi ini begitu memukau. Tidak hanya batu-batu besarnya yang menghampar di mana-mana, dan air lautnya yang bening hijau kebiruan. Namun saya seperti melihat Ikal dan teman-temannya berlari-lari di antara batu-batu itu. Membawa saya kembali pada kesadaran yang tinggi, betapa dahsyatnya sebuah tulisan. Kalau Andrea Hirata tidak pernah menulis kisah tentang Laskar Pelangi, mungkin tak akan pernah ada Belitung dalam benak kebanyakan kita. 

Merasakan sendiri suasana sekolah Laskar Pelangi.

Andrea Hirata bisa jadi salah satu orang yang paling berkontribusi pada kemajuan Belitung. Wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk melihat seperti apakah tempat kawanan Laskar Pelangi itu. Hotel-hotel didirikan, UMKM tumbuh dan berkembang. Ekonomi dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Tidak hanya mengandalkan pada menambang timah, tangkapan ikan, perkebunan lada dan sawit, namun juga dari sektor pariwisata. 

Semoga Belitung menjadi inspirasi bagi para generasi setelah Andrea Hirata di seluruh Tanah Air.

Belitung, 1 Mei 2024

Minggu, 14 April 2024

MOMEN LEBARAN

Momen lebaran, saatnya silaturahim, sowan-sowan dan sungkem-sungkem. Berbagi cerita, berbagi kebahagiaan, bahkan berbagi segala rasa. Juga ngalap berkah.

Saya memulai perjalanan dari Jakarta ke Surabaya pada 4 April, cuti 2 hari sebelum masa cuti bersama. Mas Ayik Baskoro Adjie  agak kurang sehat beberapa hari terakhir, anak cucu mau mudik duluan ke Ponorogo, dan saya ketempatan arisan dasa wisma. Jadi cuti saya sangat maksimal manfaatnya.

Tanggal 7 April, kami ke Tuban, untuk menghadiri pernikahan seorang sahabat, namanya Mas Abdul Mundhir. Dia sempat beberapa bulan mendampingi saya di Jakarta, bersama almarhum Mas Mokhamad Sodikin . Untuk Mas Dikin, al fatihah.....

Selain untuk menghadiri acara pernikahan, kami juga perlu bersih-bersih rumah.

Kami sempat juga bertandang ke rumah orang tua almarhum Mas Dikin di Montong, Tuban. Bertemu Fifi K. Fitriyah, isteri almarhum,  dan anak semata wayangnya, Selena. Ini adalah pertemuan pertama kami sejak Mas Dikin berpulang. Kami berpelukan, sama-sama menangis, dan saya hanya bisa berbisik, 'ikhlaskan, Fi..."

Dari Montong, kami lanjut ke Ponorogo. Di sepanjang perjalanan menuju Ponorogo, kami menyempatkan sowan-sowan ke tiga kerabat, Bulik Khusniyah, Mbak Chayati, dan Mas Hendro. 

Lanjut nyekar di pesarean para leluhur dan kerabat yang sudah mendahului. Semoga Allah SWT memberikan kemuliaan pada mereka semua. Amiin.

Sorenya, kami buka puasa bersama, sekaligus  menyambut hari raya idul fitri, bersama Dimas Prono Adjie sekeluarga, di rumah Iwuk, adik Mas Ayik Baskoro Adjie , kakak Dimas. Juga dengan anak cucu, Barrock Argashabri Adji  dan Yoan Lita , tentu saja dengan Kakak Kai dan Adik Lumi. Menunya, menu wajib. Sate gule kambing. Juga kembang api yang heboh.

Besoknya, hari H, tanggal 10 April, kami melaksanakan shalat idul fitri di masjid alun-alun Ponorogo. Lanjut sowan Bu Heni, bulik kami satu-satunya, di Parikesit. Bertemu dengan saudara sepupu dan keluarganya. Menikmati nasi kuning dan kawan-kawannya. Berbagi angpao juga, momen yang sangat ditunggu oleh siapa pun yang masih berstatus anak-anak dan remaja bahkan dewasa. Lazimnya, selama masih menjomblo atau belum menikah, mereka masih berhak menerima angpao.

Lanjut menghadiri acara halbil Trah Ahmad Drangi di rumah seorang kerabat di Muneng, sowan besan di Balong, dan sowan kakak sepupu di Bangunsari.

Besoknya, kami kembali ke Tuban lagi, sambil membawa Mbak Yuli sekeluarga. Kami menjemput mereka di rumahnya di Jabon, Sumoroto, dan mengantar mereka ke Rengel, Tuban, sebelum kami menuju ke rumah kami sendiri di Jenu. Mbak Yuli adalah asisten RT Lita.

Besoknya,  berangkat pukul 07.30-an, kami konvoi ke Rembang dan Pamotan dengan keluarga besar Bani Zawawi. Mas Zainal Makarim Azach sekeluarga, Mas Saiful Bahri dan Mbak Ma'shumah sekeluarga, Dik Antok Yulianto dan Dik Mariyah Zawawi  sekeluarga, dan Dik Hisyam Zawawi Chusain dan Dik Masrukah sekeluarga. Hanya minus Mas Ibroham Azach sekeluarga, karena mas mbarep kami ini sedang mudik ke Sragen. 

Alhamdulilah, di Rembang, kami berkesempatan sowan dan sungkem Bulik Muhsinah, Bulik Lies, dan banyak kerabat. Dik Bisri Cholil Laqouf  sekeluarga, Dik Ahmad Zaky Makin dan Iefa Nadhifah Zaky sekeluarga, Dik Hanies Cholil dan Dik Diyah Hanies . Juga bertemu dengan Bulik Hany Mahanik sekeluarga, Dik Siroj sekeluarga, Dik Misbach sekeluarga, Dik Aang Masykur Rukhani , Dik Mujib, dan lain-lain.

Kami semua sampai di rumah Tuban, selepas Isya. Menjelang bobok, saya bilang ke Kai, cucu kami, silaturahim itu capek, tapi menyenangkan. Bahagia bisa sungkem dan salim-salim. Insyaallah berpahala, dan pahalanya besaaaarr sekali. Begitulah saya membahasakan pada laki-laki lima tahun itu. Meskipun saya sadar sekali, semuanya demi menggapai ridha Allah SWT. Amiin.

Malam ini, kami sudah menerima tamu di rumah kami di Surabaya. Ada teman dari Kemendes, Kemenaker, Unesa, alumni, dan adik-adik.

Sebenarnya saya sedang flu, batuk dan pilek, dan badan sempat nggreges. Tapi pintu rumah harus terbuka untuk para tamu, karena besok saya harus sudah kembali ke Jakarta.

Malam ini maunya segera istirahat. Namun mata tak juga terpejam. Mungkin memang harus menulis supaya momen lebaran tak hilang.

Surabaya, 14 April 2024

Sabtu, 06 April 2024

MUDIK GRATIS

Pagi ini saya dan Mas Ayik Baskoro Adjie mengantar Dheyah sekeluarga dan Mbak Yuli sekeluarga ke Kantor Dishub Jatim di Frontage Road Jl. Ahmad Yani Surabaya. Mbak Yuli adalah asisten Yoan Lita yang membantu mengurus rumah dan mengawasi anak-anak. Kalau Dheyah, insyaallah sudah banyak yang tahu, karena dia sekeluarga sudah puluhan tahun menjadi bagian keluarga kami. 

Mereka akan mengikuti mudik gratis. Dheyah ke jurusan Magetan, ke rumah mertuanya. Mbak Yuli ke jurusan Ponorogo.

Senangnya melihat wajah-wajah ceria mereka dan para pemudik yang lain. Bahagia, bangga, dan terharu melihat betapa pemerintah dan banyak pihak  memberikan fasilitasi bagi para pemudik.

Hari ini, Pemprov Jatim melalui Dishub Jatim menyediakan 90 armada bus untuk 3600 kursi untuk warga Jatim. Mereka diberangkatkan dari Surabaya menuju berbagai kabupaten, termasuk yang terjauh ke Banyuwangi dan ke Pacitan.

Pemprov Jatim bahkan juga memberikan fasilitasi pada para pekerja di Ibukota yang mudik ke berbagai tujuan kampung halaman. Sekaligus juga memberikan fasilitasi para pemudik tersebut untuk kembali ke Jakarta. Hm, so sweet-nya....

Luar biasa memang momen Idul Fitri dengan tradisi mudik ini. Mudik adalah budaya yang penuh dengan nilai luhur. Wujud dari penghormatan dan kerinduan setiap orang pada keluarganya, khususnya pada orang tua. Penghormatan dan kerinduan pada para sesepuh dan kerabat serta sahabat.

Mudik adalah wujud kesadaran tinggi setiap manusia tentang dari mana dia berasal dan wujud penghargaan pada alam yang telah menempa dan mengukir jiwa raganya.

Pada konteks tertentu, mudik bahkan menjadi bukti bakti kita pada orang tua, dan ketaatan kita pada Allah dan Rasul-Nya.

Mudik adalah perjuangan, pengorbanan, bahkan militansi.

Mudik adalah manifestasi kesalehan pribadi sekaligus sosial.

Selamat mudik, Saudara-saudaraku. Insyaallah perjalanan lancar dan menyenangkan.

Surabaya, 7 April 2024

Jumat, 05 April 2024

UANG BARU

Penukaran uang menjelang lebaran menjadi agenda tahunan di Kemendesa PDTT.  Pada Selasa, 2 April yang lalu, acara penukaran uang itu digelar di halaman kantor. Pejabat Bank Indonesia beserta jajaran hadir. Lengkap dengan mobil khusus untuk pelayanan penukaran uang. Menteri, Wakil Menteri, dan pejabat eselon 1 hadir untuk melakukan penukaran uang secara simbolis. Selanjutnya disusul oleh para pejabat eselon 2 serta semua keluarga kementerian.

 

Uang lama ditukar uang baru. Baru, kinyis-kinyis. Mulai dari pecahan seribu, dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu, sampai seratus ribu. Karena melayani semua pegawai di kementerian, total nilai uang yang ditukar bisa mencapai milyaran rupiah.

Saya selalu merasa takjub setiap kali menghadiri agenda penukaran uang. Tradisi berbagi uang di Hari Lebaran yang sudah begitu mengakar pada masyarakat kita,  menunjukkan betapa tinggi  semangat untuk berbagi. Kalau dulu, setahu saya, uang tidak harus baru. Namun pada beberapa tahun belakangan ini, ada kecenderungan uangnya adalah uang baru, karena anak-anak dan kerabat tentu lebih senang bila uang yang mereka terima adalah uang baru. Sampai-sampai di banyak tempat di sepanjang jalan, ada orang-orang yang melayani penukaran uang baru.

Hari itu saya menukar puluhan juta rupiah uang lama dengan uang baru. Tapi jangan salah ya, uang saya hanya sebagian kecil saja. Saya melayani penitipan penukaran uang dari teman-teman staf. Mumpung ada kesempatan melayani teman-teman. Jastip, jastip.

Oya, hari itu selain agenda penukaran uang, kami juga mendampingi Menteri Desa rapat dengan Menpan RB di kantor Kemenpan RB. Agenda rapat adalah pembahasan kenaikan tukin.

Sorenya, kami juga melaksanakan buka puasa bersama Menteri dan Wakil Menteri. Acara dilaksanakan di Restoran Wiro Sableng Garden.

Jadi praktis hari itu, kami semua bersama-sama berkegiatan dari pagi hingga malam. Dari satu agenda ke agenda lain, dari satu tempat ke tempat lain.

Semoga semuanya menjadi berkah Ramadhan.




Jakarta, 2 April 2024

Selasa, 26 Maret 2024

RAKERNIS

Kapan hari, 19-21 Maret 2024, BPSDM menyelenggarakan Rapat Kerja Teknis (Rakernis). Kegiatan yang dihelat di Pajajaran Suite Bogor, ini diikuti oleh ses BPSDM, para kapus, kabalai besar dan kabalai, kabag, kasubag, PPK, dan hampir semua ASN di lingkungan BPSDM. Juga ada perwakilan dari semua unit kerja eselon 1. Ada juga perwakilan dari tenaga pendamping profesional (TPP).

Tema  Rakernis adalah "Optimalisasi Peran BPSDM dalam Meningkatkan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Desa, Aparatur Sipil Negara dan Pemberdayaan Masyarakat." Relevan dengan tema tersebut, beberapa narasumber dari kementerian lain diundang. Salah satunya adalah dari Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), Kementerian Keuangan dengan materi Kebijakan Penganggaran BPSDM Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Kemudian juga dari KemenPAN dan RB dengan materi Penyelarasan Sasaran Strategi, Indikator Kinerja, dan Target Kinerja Organisasi. BKN juga hadir dan menjelaskan materi Penilaian Kinerja Aparatur Sipil Negara.

Selain narasumber eksternal, hadir juga narasumber  internal, yaitu dari Inspektorat I, Direktorat Jenderal PDP, PEI, PPKTrans dan PPDT. Narasumber dari Biro Perencanaan dan Kerja Sama sebenarnya juga diundang, tapi kabiro tidak bisa hadir.

Materi Rakernis disusun sesuai dengan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Periode 2025-2029 dan Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) Periode 2025-2045. Tiga agenda utama terkait dengan hal tersebut, yang juga sudah dirumuskan oleh Bappenas, dalam rangka menuju Indonesia Emas, meliputi agenda transformasi sosial, transformasi ekonomi, dan transformasi tata kelola. Selain dirancang dalam sidang pleno yang diisi oleh paparan narasumber, juga diisi dengan presentasi para kapus, kabalai besar, dan kabalai. Setiap paparan dilengkapi dengan diskusi yang cukup intens. Selain sidang pleno, juga ada diskusi kelompok yang dibagi menjadi tiga desk, dengan mengusung isu tiga agenda di atas.

Yang membanggakan, Menteri Desa PDTT berkenan hadir pada saat pembukaan. Menteri memberi banyak arahan dan sekaligus membuka acara secara resmi.



Pada acara pembukaan juga dilakukan pembacaan deklarasi oleh KaBPSDM yang diikuti oleh semua peserta Rakernis. Juga  penandatanganan komitmen pembangunan zona integritas oleh KaBPSDM, SesBPSDM, para kapus, para kabalai besar, dan para kabalai. 

Yang mengasyikkan, di sela-sela acara yang serius itu, ada selingan acara outbound. Acara ini dilaksanakan setelah isya. Ada yang sempat shalat tarawih lebih dulu, ada yang menunda salat tarawihnya setelah acara outbound.

Yang juga membanggakan lagi, ada cukup banyak rumusan yang diperoleh dari hasil kegiatan. Tentu saja hal ini harus ditindaklanjuti, tidak hanya oleh BPSDM sendiri, namun bersinergi dengan unit kerja eselon 1 yang lain serta kementerian dan lembaga.

Pak Sekjen hadir di acara penutupan kegiatan. Selain memberikan banyak arahan, beliau juga sempat menyampaikan kultum, kuliah tujuh menit, tausiyah menjelang buka puasa.

Selamat berpuasa, semoga Allah SWT meridhai puasa kita. Amiin.

Sabtu, 02 Maret 2024

MUNGGAHAN DAN MEGENGAN

Tiga hari berturut-turut ini saya menghadiri acara munggahan. Pertama di Balai Besar Jakarta, kedua di Puslat ASN, dan yang ketiga di Balai Besar Yogyakarta.

Munggahan di Puslat ASN merupakan acara BPSDM, tetapi diselenggarakan di Puslat ASN. Di sini, ada Masjid Iskandariyah, sehingga sangat sesuai untuk acara munggahan. Masjid berlantai dua itu cukup leluasa untuk menampung kami semua yang sekitar dua ratus orang.
Munggahan di Balai Besar Yogyakarta, diawali dengan pemberian arahan dan pembinaan oleh Menteri Desa PDTT. Acara dilaksanakan siang hari, setelah Pak Menteri melakukan kunjungan ke Kalasan Valley.
Saya sendiri mengenal istilah munggahan sejak bertugas di Jakarta. Saat itu menjelang puasa, dan Mbak Mala, Kabag Umum dan Kerumahtanggaan menyampaikan kalau akan dilaksanakan acara munggahan. Besoknya, setelah dhuhur, acara munggahan digelar di selasar lantai tiga. Kami berkumpul, berdoa bersama, dan makan bersama.
Munggahan menjadi tradisi menjelang Ramadhan. Di Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya, dikenal istilah megengan. Ada juga yang menyebutnya nyadran atau ruwahan.
Sebuah sumber menjelaskan, tradisi munggahan berasal dari kata 'munggah'. Asal kata munggah dari kata 'unggah' yang berarti naik atau meningkat. Munggah berarti tentang perubahan ke arah yang lebih baik. Meningkatnya keimanan kita untuk memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh rahmah dan maghfirah.
Tradisi munggahan juga menjadi ajang silaturahmi. Berkumpulnya keluarga, kerabat, sahabat, rekan kerja, untuk berdoa dan bershalawat. Doa juga dipanjatkan untuk para leluhur yang sudah mendahului menghadap Illahi Rabbi, dengan harapan semua dosa para leluhur diampuni dan diberikan tempat terbaik di alam kuburnya.
Selanjutnya dari sebuah sumber dijelaskan, megengan berasal dari Bahasa Jawa yang berarti menahan. Dalam menjalankan puasa, umat Islam diingatkan supaya menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa.
Tidak hanya sebagai peringatan, makna lain megengan adalah permohonan maaf bagi sesama. Permohonan maaf disimbolkan dengan kue apem, sebuah kudapan khas Jawa yang biasa disajikan pada berbagai acara. Apem dalam acara megengan ternyata memiliki makna tersendiri. Istilah apem konon diambil dari kata “’afwan” atau ‘’afwun’ yang berarti permohonan maaf.

Megengan juga merupakan wujud rasa syukur kita karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Rasa syukur tersebut disimbolkan dengan nasi berkat atau makanan yang dibagikan kepada keluarga, kerabat, dan para tetangga. Berbagi kepada sesama merupakan sebuah bentuk rasa syukur terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.
Selamat menyambut Ramadhan. Mohon maafkan lahir dan batin.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allahumma baariklana fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighna ramadhana.
“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan.
Amiin yaa Rabb.
Yogyakarta, 2 Maret 2024