Pages

Minggu, 06 Oktober 2013

Kelebihan Iman

Pagi, pukul 07.00. Saya memencet bel rumah di jalan Kutisari 5A itu. Seketika saya njomblak. Gonggongan anjing membalas dering bel yang saya pencet tadi. bersahut-sahutan. Saya membayangkan ada lebih dari seekor anjing yang sedang meraung-raung di dalam. Meski pintu rumah yang mirip toko itu tertutup rapat-rapat dan anjing nggak bakalan mencolot keluar, saya beringsut menarik kaki menjauh, sambil tetap menatap pintu. Berharap seseorang menenangkan gonggongan anjing dan membuka pintu bercat biru itu.

Karena tidak kunjung ada tanda-tanda penyambutan, saya mengangkat telepon. Seseorang meresponnya. 'Halo...' Suara tua itu terdengar ramah. 'Ya, bapak. Saya ada di depan rumah bapak.' Kata saya. 'O...ya ya....saya buka'i....". Sejurus kemudian gonggongan anjing itu hilang lenyap, berganti suara klotek-klotek di pintu. 

Dan laki-laki tua itu, pak Wahyudi, keluar dengan T-shirt merah tua bertuliskan 'Saigon'. Di belakangnya, seorang perempuan, cantikkk sekali, adalah istrinya. Tentu saja namanya bu Wahyudi. Hehe.

Saya betul-betul tidak menyangka, mereka berdua China. Waktu bertelepon dengan bu Wahyudi tadi, logat beliau sama sekali gak mambu Cino blas. Malah cenderung seperti bahasa orang kulonan. Dengan selingan kromo inggil di sana-sini.

Ceritanya, beberapa hari yang lalu, bulik saya, bulik Muchsinah, minta tolong saya dan mas Ayik untuk mencarikan alamat rumah pak Wahyudi. Bulik saya itu, pak Wahyudi menyebutnya Ibu Nyai Cholil Bisri, adalah pasien pak Wahyudi. Nanti siang bulik akan rawuh dari Rembang ke rumah saya, dan besok pagi akan ke tempat pak Wahyudi. Bisa di rumahnya di jalan Kutisari, atau di Klinik Bethany Care di Nginden Intan. Maka, supaya kami besok tidak pakai golek-golek sewaktu nderekke bulik, pagi ini kami survei tempatnya dulu, sambil bikin janji untuk besok.

Saya sebenarnya agak heran juga, kok bulik berobat ke Bethany Care, klinik yang sekompleks dengan gereja Bethany itu. Gak salah tah? Sempat terpikir juga, opo wis gak onok tabib liyane tah? 

Saya dan mas Ayik disilakan duduk di ruang kerja pak Wahyudi. Sebuah ruang yang penuh dengan barang-barang untuk terapi. Termasuk kursi listrik, bed untuk periksa, dan juga buku-buku. Di antara buku-buku itu, ada banyak buku untuk pelayanan umat Kristen, Al-Kitab, dan juga....Al-Qur'an.

Akhirnya saya jadi paham kenapa bulik saya itu, yang notabene adalah istrinya pak kyai, berobat pada pak Wahyudi, yang seratus persen nonmuslim. Orang itu, pak Wahyudi, mengisi hidupnya dengan pelayanan dan pelayanan. Kebahagiaannya adalah melayani. Kepuasannya adalah ketika orang lain sehat dan bahagia karena bantuannya. Dia membagi-bagikan obat-obatan asli Cina untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit. Dia membawa kursi listrik ke mana pun untuk membantu orang-orang sakit. 

Perkenalan bulik dengan pak Wahyudi itu, adalah juga saat pak Wahyudi melakukan pelayanan di Rembang. Ternyata ada banyak kyai yang jadi langganan pak Wahyudi. Di ruang kerjanya, saya melihat foto pak Wahyudi dan bu Wahyudi, semeja dengan Gus Mus (Musthofa Bisri) dan istrinya. Kata pak Wahyudi, itu foto dari Gus Mus, beliau memberikannya saat pak Wahyudi berulang tahun. Pak Wahyudi juga langganannya bu Nyai Masyhuri Rembang, serta beberapa kyai dan bu nyai yang lain. Kata pak Wahyudi, melayani kyai baginya seperti kewajiban. Karena kyai adalah milik ummat. Kalau pak kyai sakit, kasihan ummatnya. Maka kyai harus sehat, supaya bisa menyehatkan ummatnya. 

Kami jadi terlibat dalam obrolan yang lumayan gayeng pagi itu. Pak Wahyudi bertanya, "apa sebenarnya tujuan orang beragama? Saya jawab, "ya.....intinya, untuk kebagahagiaan di dunia dan akhirat". Beliau mengejar lagi, "di mana sih kebahagiaan itu? Di mana tempatnya?" Saya berfikir, diam sebentar, terus dengan pasti saya menjawab. "Di hati". Beliau langsung mengacungkan jempolnya. "Bagus. Di sinilah...." Beliau menjelaskan panjang lebar, kenapa kebahagiaan itu tempatnya ada di hati. 

Terus beliau bicara tentang surga. "Surga itu ada di langit ke tujuh menurut Islam, dan ada di langit ke tiga menurut Kristen. Menurut ibu, surga di dunia ini, ada di mana?" Saya spontan menjawab, "di rumah." Sekali lagi beliau menyodorkan jempolnya. "Ya. Baiti jannati." Katanya, hampir bersamaan dengan istrinya.

Selain bersahabat dengan banyak kyai, pak Wahyudi ternyata juga memiliki pengalaman-pengalaman buruk dengan para kyai yang menurut istilahnya adalah kyai yang kelebihan iman. "Orang itu harus beriman. Tapi iman jangan membuatnya sombong, egois, dan merasa paling benar. Apa lagi sampai menganggap orang yang tidak seagama itu najis." Beliau bercerita kalau beliau pernah diusir-usir bahkan diancam akan dibunuh oleh kyai tertentu. "Itulah kalau kelebihan iman. Padahal surat Al Hujurat ayat 10 sudah jelas. Tentang kerukunan ummat. Rahmat Allah tidak akan datang pada kaum yang tidak rukun". Tambahnya. "Saya datang menawarkan kebaikan. Saya tidak sedang mengajak orang untuk masuk ke agama saya, meskipun kalau mau, saya bisa lakukan itu. Tidak baik berprasangka. Islam sudah menjelaskan, lakum diinukum waliyadiin." 

Pak Wahyudi mengistilahkan apa yang sedang dilakukannya adalah jihad. "Saya berjihad dengan harta saya, dengan tenaga saya". Beliau mendedikasikan hidupnya untuk melayani, terutama melayani orang miskin. Lantas dia bertanya, "apa jihad yang paling berat? Adalah jihad memerangi hawa nafsu..." Dijawabnya sendiri pertanyaannya. 

Saya jadi ingat sahabat-sahabat nonmuslim saya. Orang-orang baik yang bertebaran di sekitar saya. Juga para pemuka gereja dan pendeta di Maluku dan Papua yang sering mengundang kami untuk makan malam di rumahnya. Di mana-mana, saat semangat saling menghargai dan menghormati itu dikibarkan, kedamaian senantiasa ada di sekitar kita.


Kami berpamit untuk mengakhiri diskusi yang bernas pagi ini. Tiba-tiba saya ingat harus pergi ke pasar, karena siang nanti tamu saya dari Rembang rawuh. Bulik Muchsinah, dua putra-putrinya, dua santrinya, dan ibu saya tercinta. Sayur asam, dadar jagung, pepes, sambal trasi, dan es garbis, kayaknya cocok.

Surabaya, 6 Oktober 2013

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...