Pages

Kamis, 12 Desember 2013

Senandung Anak Sulung

Saya terperangah membaca sebuah surel yang masuk di inboks akun email saya. pagi setengah siang hari ini, Kamis, 12 Desember 2013. Di tengah mengikuti acara Seminar dan FGD Penyelenggaraan Pendidikan Guru: Dari Rintisan Menuju Pembakuan", di Hotel Atlit Century, Jakarta.

Elina, pengirim surel itu, meminta saya membuat pengantar untuk buku antologi puisi 'Senandung Anak Sulung'. Dia adalah salah satu mahasiswa Program Profesi Guru Pasca Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (PPG Pasca SM-3T). 

"Ibu Luthfi, yang telah menjadi sosok bunda kedua bagi kami, saya Elina (dari Prodi Bahasa Indonesia). Bu, kami mahasiswa PPG Prodi Bahasa Indonesia telah
mengumpulkan puisi yang mestinya harus sudah kami masukkan ke percetakan pada beberapa bulan lalu. Akan tetapi karena beberapa hal, rencana tersebut mundur dan tidak sesuai dengan rencana. Kami insyaallah akan mencetaknya pada bulan Januari sehubungan dengan waktu perkuliahan yang semakin singkat. Dengan waktu yang singkat ini dan dengan mohon maaf atas email ini, berkenankah Ibu memberikan tanggapan atau kesan terhadap hasil karya kami? Sungguh menjadi suka cita bagi kami jika Ibu berkenan meskipun hasil karya kami sangat sederhana".

Elina dan kawan-kawannya benar-benar telah memberi saya kejutan yang luar biasa. Betapa tidak, selama ini, sebagai Direktur Program PPG Unesa, saya tak bosan-bosannya memberi dorongan pada para semua mahasiswa untuk menulis, termasuk menulis pengalaman berkesan mereka selama mengikuti PPG. Sebagian besar sudah menulis, termasuk Elina dan kawan-kawannya. Meski tulisan mereka tidak semua bagus, namun setidaknya telah terhimpun beberapa tulisan yang layak dibukukan, tentu saja setelah dilakukan penyuntingan. Pada saat kami sedang melakukan pemilihan dan penyuntingan tulisan-tulisan tersebut, tiba-tiba kabar rencana penerbitan antologi cerpen ini saya terima. 

Luar biasa anak-anak ini. Ternyata diam-diam mereka telah melakukan gerilya, melakukan gerakan di belakang saya, kasak-kusuk merencanakan sebuah konspirasi, yang bernama 'gerakan literasi'. Kalau ada istilah 'rapat gelap', maka inilah 'gerakan literasi gelap' itu.  

Saya lebih terperangah setelah membaca puisi-puisi mereka. Sampai 'mbrebes mili' saya membacanya. Terharu, bangga, gemas. Anak-anak 'nakal' ini telah mengaduk-aduk hati saya tanpa perasaan. Puisi-puisi mereka begitu bagus, menyentuh, mengharu-biru dan....membanggakan. 

Begitu saja terbayang sosok-sosok muda yang saya sayangi itu. Wajah-wajah manis mereka yang lucu, ceria, menyimpan mimpi, penuh optimisme. Mereka adalah anak-anak pertama kami, angkatan pertama PPG Pasca SM-3T Unesa. Oleh sebab itu, mereka memberi judul antologi puisi mereka sebagai 'Senandung Anak Sulung'.

Bagaimana pun, apa yang sudah mereka lakukan adalah bukti sebuah komitmen. Mereka telah berbuat tanpa banyak bicara. Mereka telah menyumbangkan satu tonggak sejarah dalam pengembangan budaya literasi. Mungkin hanya sebuah tonggak kecil, namun bagaimana pun, akan meninggalkan jejak di sana. Bersama jejak-jejak lain...menuju pembangunan generasi yang lebih gemilang. Generasi yang lebih sadar baca-tulis. Generasi yang lebih literat.

Terima kasih, anak-anakku. Kalian telah membuat kami semua bangga. Teruslah berkarya, dan jadilah guru yang tidak hanya mampu mengajar dan mendidik, namun guru-guru yang mampu menginspirasi. 


Jakarta, 12 Desember 2013

Wassalam,
Luthfiyah Nurlaela

1 komentar

Anonim

Generasi masa kini memang luar biasa.....
Generasi tua hanya punya masa lalu..
Generasi masa kini pemilik masa depan..

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...