Pages

Rabu, 19 Februari 2014

HIMAPALA UNESA, AJANG PENGEMBANGAN KARAKTER

Oleh Luthfiyah Nurlaela

Sejarah Himapala

Istilah pecinta alam, di luar negeri disebut aktivis lingkungan, merujuk pada sekelompok anak muda yang suka berpetualang, naik gunung, lintas hutan, dan beberapa aktivitas di alam yang lain, termasuk di dalamnya adalah aktivitas yang mencerminkan adanya kepedulian pada kelestarian alam. Penghijauan, pengelolaan sampah, konservasi alam, dan sebagainya, adalah sebagian kecil kegiatan kepecintaalaman.

Konsep pecinta alam dicetuskan oleh Soe Hok Gie pada tahun 1964. Gie sendiri meninggal pada tahun 1969 karena menghirup gas beracun Gunung Semeru. Pada awalnya, gerakan pecinta alam merupakan gerakan murni perlawanan sipil atas invansi militer, dengan doktrin militerisme-patriotik. "Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi (kemunafikan) dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung" (Soe Hok Gie - Catatan Seorang Demonstran). 

Era pecinta alam sesudah meninggalnya Soe Hok Gie ditandai dengan adanya ekspedisi besar-besaran. Pada era 1969 - 1974 merupakan era antara masa kematian Gie dan munculnya Kode Etik Pecinta Alam. Tatanan baru dalam dunia kepecinta-alaman muncul dengan disahkannya Kode Etik Pecinta Alam pada Gladian IV di Ujungpandang, 24 Januari 1974. Pada saat itu di Barat juga sudah dikenal 'Etika Lingkungan Hidup Universal' yang disepakati pada 1972. Era ini menandakan adanya suatu babak monumental dalam aktivitas kepecinta alaman Indonesia dan perhatian pada lingkungan hidup di negara-negara industri. Lima tahun setelah kematian Gie, telah muncul suatu kesadaran untuk menjadikan pecinta alam sebagai aktivitas yang teo-filosofis, beretika, cerdas, manusiawi/humanis, pro-ekologis, patriotisme dan antirasial (Anonim, 2012). 

Dalam 'Etika Lingkungan Hidup Universal' ada tiga hal yang merupakan prinsip dasar dalam kegiatan petualangan yaitu: “Take nothing but picture, leave nothing but footprint, kill noting but time”.  Sejalan dengan hal tersebut, dalam Kode Etik Pecinta Alam Indonesia disebutkan: 1) Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa; dan 2) Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam sebagai makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam (Himapala) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), sebagai salah satu dari puluhan, bahkan ratusan perhimpunan pecinta alam di tanah air, memiliki sejarahnya sendiri, meskipun tidak terlepas dari sejarah pecinta alam di Indonesia. Oleh karena adanya kecintaan terhadap alam yang terwujud dalam berbagai kegiatan di tengah alam, sekelompok mahasiswa IKIP Surabaya (sekarang Unesa), pada tanggal 13 Januari 1978 mendirikan sebuah organisasi yang bernama Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam Keluarga Mahasiswa IKIP Surabaya (disingkat Himapala KM IKIP Surabaya). 

Jauh sebelum Himapala berdiri, embrio Himapala sudah ada saat bendera Dewan Mahasiswa (DEMA) masih tegar berdiri di bumi kampus IKIP Surabaya. Tepatnya pada penghujung 1977, sekelompok Mahasiswa IKIP yang mempunyai kesamaan hobi mendaki gunung, mempunyai ide membentuk suatu wadah organisasi yang dapat menampung segala kegiatan di alam bebas. Ide tersebut diajukan kepada DEMA untuk mendapat perlindungan dan nasehat untuk pembentukan selanjutnya.

Sebagai tindak lanjut dari usulan tersebut, dibentuklah sebuah tim yang terdiri dari 12 orang untuk menyiapkan pembentukan organisasi. Tim tersebut adalah Heru Nooryanto, Fatah Hadi Susanto, Ram Surya Wahono, Bambang, Arethank, Wahyu Choirot, Ahli Budi, M. Tis Amin, Hadi Purnomo, Mulyono serta Sigit Satata. Setelah tim terbentuk, mulailah tim bekerja untuk membuat proposal dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

Setelah melalui proses yang agak panjang dan melelahkan, akhirnya pada tanggal 10 Januari 1978, AD/ART selesai dan ditandatangani oleh tim 12 tersebut. Dalam AD/ART tercantum bahwa nama organisasi adalah Himapala KM IKIP Surabaya. Namun sebelum nama ini ditetapkan, organisasi tersebut diusulkan bernama GMPA (Gerakan Mahasiswa Pencinta Alam). Karena pada saat itu mahasiswa dihadapkan pada problema kelesuan politik, dikhawatirkan nama tersebut berbau borjuis yang nantinya ditafsirkan sebagai organisasi politik. Walaupun AD/ART sudah jadi, Himapala belum bisa dikatakan berdiri karena pada saat itu proposal belum ditandatangani ketua DEMA sebagai pelindung.

Peristiwa yang menandai berdirinya Himapala adalah Pataka, yaitu berjalan dari ketinggian 0 meter di atas laut (mdpl) sampai ketinggian 3129 mdpl di puncak Gunung Welirang. Pelarungan bendera Pataka dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 1978. Setelah melalui upacara dengan khidmat sekitar pukul 24.00 WIB, tim mulai berjalan dari Pantai Kenjeran menuju puncak gunung Welirang. Tepat pukul 13.00 WIB tanggal 13 Januari 1978, berkibarlah bendera pataka di puncak Gunung Welirang diiringi lagu syukur yang menandai lahir dan berdirinya Himapala. Pada akhir pelaksanaan Pataka tersebut proposal ditandatangani oleh ketua DEMA Heru Noorjanto, dan lengkaplah kelahiran bayi Himapala di bumi kampus IKIP Surabaya.


Aktivitas Himapala

Saat terbentuk, Himapala masih berupa badan semi otonom di bawah naungan DEMA IKIP Surabaya. Setelah periode DEMA dihapus dari peredaran kampus karena permasalahan politik yang bergejolak, yang diwarnai dengan maraknya aksi mahasiswa turun ke jalan menjelang Sidang Umum MPR pada Maret 1978, maka kehidupan diperbaharui dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tanggal 19 April 1978 Nomor 0156/U/91778 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK), serta tanggal 24 Februari 1978 No. 037/U/1979 tentang bentuk susunan organisasi kemahasiswaan di lingkungan perguruan tinggi. Berdasar SK Mendikbud tanggal 24 September 1980 Nomor 0230/U/1980 tentang pedoman umum organisasi dan keanggotaan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) universitas dan institut negeri yang disebut periode NKK/BKK, maka Himapala merupakan badan otonom yang bertanggung jawab langsung kepada Rektor. Lingkup kegiatan adalah menampung seluruh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas kepencinta alaman.

Aktivitas Himapala tertuang dalam program kerja tahunan, yang terbagi menjadi program kerja rutin dan insidental. Program kerja rutin antara lain adalah: 1) Latihan Keterampilan dan Kepemimpinan Himapala (LKKH) dalam rangka perekrutan anggota baru dan pengembangan keterampilan dan kepemimpinan anggota baru, 2) Musyawarah Anggota dalam rangka melakukan reformasi Badan Pengurus Harian (BPH) Himapala, 3) Program Unggulan, misalnya Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), 4) Ekspedisi, dan 5) Silaturahim Himapala dalam bentuk reuni atau halal bi halal. Sedangkan program insidentil, misalnya berupa: 1) Peringatan Hari Bumi dan Hari Lingkungan, 2) Pengelolaan sampah, dan 3) Penggalangan bantuan untuk bencana.

Tidak hanya berkecimpung di dunia outdoor sport, himapala unesa juga mengambil bagian di bidang sosial salah satunya dengan kegiatan Pekan Pengabdian Masyarakat (PPM). PPM adalah program unggulan Himapala Unesa yang dilangsungkan hampir setiap tahun. Kegiatan tersebut bertujuan agar para anggota Himapala mempunyai rasa tanggung jawab dan jiwa pengabdian, serta dapat berperan aktif di masyarakat. Tanggal 24 Juni 2010 yang lalu, misalnya, dalam rangka PPM, Himapala bekerja sama dengan BSMI Surabaya dan YDSF (Yayasan Dana Sosial Al Falah) memberikan pelayanan medis dan penyerahan paket susu bagi warga Desa Douro Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Beberapa kegiatan yang lain dalam rangka PPM ini adalah:  membantu mengajar di TPQ; membimbing kelompok belajar untuk siswa SD; pelatihan seni tari, baca pusi dan tartil; outbond dan flying fox, electric fun, puzzle, spider wrap; dan berbagai lomba untuk siswa SD dan pemuda. Untuk ibu-ibu PKK diberikan pelatihan daur ulang sampah plastik yang pematerinya langsung dari dosen biologi Unesa, tentu saja dibantu oleh para anggota Himapala sendiri; papanisasi, pembibitan lele, pelatihan servis dan servis gratis dari UPM Unesa.

Pada kesempatan lain, Himapala mengajak seluruh sivitas akademika dan masyarakat umum untuk peduli pada lingkungan. Dalam rangka mengurangi efek pemanasan global, maka bertepatan dengan Hari Bumi, Senin 25 April 2011 yang lalu, Himapala mencanangkan agenda yang bertema “Satu Hari Tanpa Asap.” Kegiatan semacam itu terus menjadi kegiatan setiap tahunnya.

Tentu saja banyak aktivitas lain yang telah mewarnai Himapala sejak awal berdirinya. Beberapa aktivitas sekaligus prestasi tersebut antara lain adalah: 1) Ekspedisi pulau tidak berpenduduk di Nusa Barung, Long March Rute Anyer- Panarukan (1982); 2) Penelitian Gua II (Juara II dalam lomba karya tulis ilmiah Nasional) (1986); 3) Tour de East java Mountain (Welirang, Arjuno, Semeru, Bromo, Ijen dan Raung) (1987); 4) Pemandu pemanjat dunia Prancis (Patrick Berhault) di Tebing Lingga (1988); 5) Penelitian Goa Pongangan Gresik (1988); 6) Pendakian Gunung bersalju Cartenz Pyramide Irian Jaya (1989); 7) Penelitian Pengangkatan Air Gua Suling Pacitan (1992);  8) Lomba peranserta masyarakat dalam KSDA dan lingkungan Hidup Tingkat Nasional (Juara I) (1993); 9) Lomba perahu karet (HUT KODIKAL) (Juara) (1995); 10) lomba Arung Brantas Kediri s/d Surabaya HARDIKAL (Juara I) (1997); 11) Panitia Gladian nasional XII Pencinta Alam Indonesia (2001); 12) Penghijauan kaki gunung Penaggungan (2003); 13) Pusat informasi Daerah (PID) Mapala Jatim periode 2005-2006; 14) Triangle Expedition (ekspedisi 3 divisi; caving, KSDAH, rock climbing); dan 15) Ekspedisi Malang selatan (Panjat Tebing dan Susur Gua).

Pada tahun 2013 yang lalu, Himapala juga mengukir prestasi nasional maupun internasional, khususnya dalam bidang arung jeram. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan, yaitu Ekpedisi Lawe Alas di Aceh, merupakan salah satu kegiatan unggulan, yang sekaligus sebagai persiapan untuk kegiatan ekspedisi Rafting di New Zealand menjelang akhir tahun 2014 ini. Rencananya, ekspedisi ini akan menjadi kado ulang tahun Unesa yang ke-50.  


Sarat dengan karakter

Sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Unesa, Himapala merupakan ajang untuk mengembangkan karakter mahasiswa. Melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, anggota Himapala tidak hanya dituntut kuat secara fisik, namun yang lebih penting adalah kuat mentalnya. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara mandiri sekaligus bekerja sama, kemampuan untuk bisa memimpin diri sendiri sekaligus memimpin orang lain, sikap peduli dan setia kawan, serta keberanian untuk berkompetisi sekaligus berkolaborasi, merupakan nilai-nilai karakter yang senantiasa terus dikembangkan. 

Nilai-nilai karakter tersebut sebenarnya telah tertuang dalam lambang Himapala. Nilai-nilai karakter yang diharapkan akan mewarnai setiap anggotanya. 
Makna dari lambang tesebut adalah: (1) Unsur kepencintaalaman digambarkan dengan mata angin berwarna merah putih yang berkesan tajam dan kaku, menunjukkan arah dan tujuan Himapala yang dijiwai oleh keberanian dan kebenaran; 2) Unsur Unesa digambarkan dengan sayap berkembang yang merupakan unsur dominan dari lambang Unesa, berwarna kuning emas dan berkesan luwes karena lekukan-lekukan sayapnya, berjumlah sembilan dari tiap sisinya yang terdiri empat sayap besar dan lima sayap kecil, yang mengandung makna berkembang dengan semangat proklamasi tahun 1945 dan berdasarkan keluhuran budi, yang merupakan arti dari warna kuning; 3) Perpaduan antara kedua unsur tersebut saling berkait dengan erat sehingga kesan tajam dan kaku dari mata terpadu dengan sayap terkembang yang berkesan lembut dan luwes, menjadi paduan yang harmonis. Dari perpaduan tersebut bisa diartikan: dengan dilandasi keluhuran budi, semangat proklamasi dan dijiwai oleh keberanian dan kebenaran, kita kembangkan Himapala mencapai tujuan.

Selanjutnya permaknaan dari mata angin sebagai tujuan Himapala adalah sebagai berikut: Secara harfiah, mata angin adalah petunjuk arah dan telah diketahui bersama bahwa arah ke atas menunjukkan arah utara, arah ke bawah menunjukkan arah selatan, sedangkan arah ke kanan untuk arah timur, ke kiri untuk arah barat. Namun dalam lambang ini maknanya adalah sebagai berikut: 1) Arah ke atas mengandung makna: meningkatkan kualitas anggota dalam rangka mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan menjunjung tinggi almamater; 2) Arah ke samping kiri dan kanan mengandung makna: mengembangkan pribadi, potensi, kreativitas, keilmuan dan budaya mahasiswa agar berperan aktif dan positif demi darma baktinya pada masyarakat dan negara; mengembangkan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan serta rasa kekeluargaan terhadap sesama pencinta alam khususnya, dan masyarakat pada umumnya; 3) Arah ke bawah mengandunga makna: melestarikan alam semesta dan memupuk cinta tanah air.

Berdasarkan gambaran tentang aktivitas Himapala serta makna lambang Himapala, jelaslah bahwa Himapala Unesa memberi perhatian yang penting pada pengembangan karakter, sejak awal berdirinya. Hal tersebut juga tergambar pada Kode Etik Himapala, meliputi: 1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa; 2) Menjunjung tinggi nama almamater; 3) Mempunyai rasa solidaritas terhadap sesama pecinta alam; 4) menghormati adat-istiadat setempat; dan 5) Mencintai alam semesta.


Dihimpun dari berbagai bacaan:

Anonim. 2012. Sejarah Singkat Pecinta Alam Indonesia.http://www.belantaraindonesia.org/2012/01/sejarah-singkat-pecinta-alam-indonesia.html

Anonim. 2012. Sejarah Gladian Nasional pecinta Alam Indonesia.http://uplmpa.unsoed.ac.id/profile/kode-etik-pencinta-alam/sejarah-gladian-nasional-pecinta-alam-indonesia

Anonim. 2010. Baksos Himapala Unesa BSMI Surabaya hingga ke Jombang.http://bsmisurabaya.or.id/baksos-himapala-unesa-bsmi-surabaya-hingga-ke-jombang

himapala.unesa@rocketmail.com

Tim Penyusun. 2011. Materi LKKH 2011. Tidak diterbitkan.

Tim Penyusun. 2011. Laporan Pertanggungjawaban Badan Pengurus Harian Periode 2011 Himapala Unesa. Tidak diterbitkan. 

Catatan:
Tulisan ini sedianya akan dimuat dalam sebuah buku antologi "pengembangan karakter melalui unit kegiatan kemahasiswaan". Buku yang seharusnya terbit pada 2012 oleh Unesa. Tetapi oleh karena minimnya artikel, maka buku tersebut nampaknya tidak jadi diterbitkan.  

1 komentar

Kemasan 25 Februari 2015 pukul 00.43

Mari kita cintai lingkungan kita agar lahan di sekitar kita lebih hijau dan tidak gersang. Mulai sejak saat ini menggunakan produk yang ramah lingkungan. Perkenalkan Greenpack. Kemasan makanan ramah lingkungan.

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...