Minggu, 14 Oktober 2018.
Udara cerah cenderung panas meski masih pagi. Kami memulai perjalanan menuju
Singapura dari Juanda International Airport Terminal 2. Kami bertiga, Prof.
Muchlas Samani, Rooselyna Ekawati, Ph.D (ketua program studi pendidikan
matematika), dan saya. Di Singapura, bersama dengan sebelas LPTK yang lain,
kami akan mengikuti program immersion.
Nama programnya adalah “The Professional Learning Program: Enhancing Indonesian
Teacher Education”. Program ini digagas oleh The Head Foundation (THF) yang
bekerja sama dengan World Bank dan Pemerintah Australia. Program dirancang
untuk memberi dukungan pada Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
(Belmawa), Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, dalam rangka mencari model
terbaik dalam penyelenggaraan program PPG prajabatan (preservice). Oya, LPTK yang bergabung dalam kegiatan ini adalah:
UPI, Unesa, UNY, UNM, Unnes, Unimed, Uninus, Unimuda, UIN Malang, UIN
Yogyakarta, UIN Jakarta, dan USD.
Pukul 16.45 waktu Singapura,
Garuda yang kami tumpangi mendarat. Changi International Airport basah karena
gerimis. Mendung menggantung dan udara sejuk. Bersama rombongan dari LPTK lain,
yang bergabung sejak transit di Jakarta tadi, dengan tertib kami melakukan
proses checking bagasi dan menaiki skytrain menuju counter imigrasi. Bandara
Changi tidak terlalu ramai. Antrian tidak terlalu panjang. Para petugas sangat friendly. Termasuk mengatur setiap
penumpang atau rombongan penumpang di pintu keluar untuk menaiki taksi atau
mobil jemputan. Tidak ada orang-orang yang berjubel. Semuanya tertib, antri
sesuai urutan dan jalurnya.
Hari ini kami belum ada
acara karena kegiatan akan dimulai besok pagi. Lumayan, ada waktu longgar untuk
beristirahat dan kenal medan. Jadi setelah membereskan proses administrasi di
front office hotel, kami memasuki kamar masing-masing dan mencoba beristirahat.
Kami bertiga menginap di
Grand Park City Hall. Oya, berempat dengan Ibu Petra Bodrogini, perwakilan dari
World Bank. Hotel ini ada di kawasan Coleman Road. Tidak terlalu jauh dari
Hongkong Street dan China Town. Tidak terlalu jauh juga dengan Mustafa dan
Bugis, tempat belanja yang terkenal itu. Kalau mau ke Universal Studio dan
Sentosa juga hanya perlu beberapa menit naik taksi. Pendek kata, mau ke
mana-mana dekat. Ya, karena pada dasarnya Singapura adalah negara kecil. Bahkan
merupakan negara termungil di Asia Tenggara. THF, yang menjadi tempat kegiatan
kami, juga hanya beberapa meter dari hotel dan perlu waktu sekitar 5 menit
untuk menuju ke sana.
Saya dan Kak Roos, begitu
saya menyapa, ditugasi oleh Rekto dan Wakil Rektor Bidang Akademik, untuk
mengikuti kegiatan immersion ini.
Saya sebagai Ketua Pusat PPG, dan Kak Roos sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika. Kenapa Pendidikan Matematika? Ya, karena apa yang akan
kami pelajari mulai besok sampai 19 Oktober terkait dengan penyiapan guru bidang
sains dan matematika. Singapura meyakini, melalui sains dan matematika, atau
lebih lengkapnya adalah STEMs (science, technology,
engineering, mathematics), pendidikan di Singapura akan maju dengan pesat.
Oleh sebab itu pemerintah Singapura menggarap dengan serius bidang ini,
termasuk menyiapkan guru-gurunya.
Sore selepas maghrib,
sekitar pukul 20.00, kami bertiga dengan Prof. Muchlas, keluar hotel untuk
mencari tempat makan. Di sebelah kiri hotel merupakan pusat pertokoan dan pusat
jajanan, namun sepertinya tidak terlalu mudah untuk memperoleh menu sesuai
selera kami. Kami berjalan sedikit agak jauh, menuju Mc Donald. Prof. Muchlas
bilang, makan yang jelas-jelas saja. Entah apa maksudnya jelas-jelas ini. Tapi
di dinding depan Mc D, kami menemukan sertifikat halal di sana dan juga logo
halal yang dipasang cukup mencolok dan mudah dilihat oleh siapa pun.
Berkegiatan dengan
penyelenggaranya adalah negara lain seperti Amerika, Australia, dan juga
Singapura, berbeda dengan ketika kami berkegiatan dengan penyelenggaranya
Kementerian Pendidikan Nasional atau Kementerian Ristek Dikti, khususnya dalam
hal jam kerja. Bekerja dengan kemdikbud atau ristekdikti, jam kerja mulai pukul
08.00-22.00, dengan break dan ishoma di antaranya. Bekerja dengan USAID,
misalnya, atau World Bank, tidak pernah lebih dari delapan jam sehari. Bila
kegiatan dimulai pagi hari, maka sore sudah selesai. Bila kami menginap di
hotel, makan pagi bisa di hotel, makan siang pada saat berkegiatan, dan makan
malam harus mencari sendiri. Jadilah malam ini, dan beberapa malam setelah ini
sampai akhir kegiatan, kami akan tidur di hotel bintang lima tetapi makan malam
di kaki lima.
0 komentar
Posting Komentar
Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...