Pages

Selasa, 14 Juni 2022

Setahun Berkhidmat

Bismillah

Hari ini genap saya setahun berkhidmat di Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Setahun yang lalu, 14 Juni 2021, saya dilantik sebaga Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (BPSDM & PMDDTT). Pelantikan dilakukan langsung oleh Menteri Desa PDTT, Dr. (Hc) Abdul Halim Iskandar, M.Pd, di Operational Room, Gedung A, Kementerian Desa PDTT di Jalan Kalibata, Jakarta, dihadiri oleh semua pejabat eselon satu dan dua di lingkungan Kemendes PDTT. Saya ditemani suami saya, Mas Ayik Baskoro Adjie.

Sejak hari itu juga, saya bekerja sebagai pegawai Kemendes PDTT. Masih mengenakan kebaya, saya diajak Sekjen Kemendesa, Taufik Majid, M.Si, menuju ruang kerja saya di Gedung B, dan diperkenalkan pada semua pejabat eselon dua di lingkungan BPSDM. Kemudian saya berdialog dengan beliau-beliau, yaitu Sekretaris BPSDM (Jajang Abdullah, M.Si), Kepala Pusat Pemberdayaan Masyarakat (Dr. Yusra), Kepala Pusat Pelatihan SDM (Dr. Fujiartanto), Kepala Puslat pelatihan Pegawai dan ASN (Dr. Mulyadin Malik), Kepala Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional (Hasman Ma’ani, M.Si), dan Kepala Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Jakarta (Dr. Lalu Samsul Hadi). Saya menyimak semua informasi dari para kolega baru saya itu dengan penuh perhatian, dengan mengerahkan semua kemampuan saya untuk memahami dan membayangkan tugas dan fungsi masing-masing. Sampai sore saat adzan maghrib berkumandang, kami mengakhiri sesi perkenalan dan dialog. Saat itu, seperti yang sudah saya bayangkan sebelumnya, saya sedang berada di hutan rimba raya.

Dunia yang saya geluti di Kemendes PDTT tentu saja adalah dunia yang sangat berbeda dari dunia kampus yang selama ini menempa saya. Saya berusaha untuk tidak mengalami culture shocked berlama-lama. Pada hari kedua, ditemani oleh Kepala Bagian Umum dan Kerumahtanggaan (Ibu Komalasari) dan ajudan (Mbak Domi) dan Sespri (Mbak Tita), saya berkeliling ke ruang-ruang pejabat BPSDM, ruang-ruang koordinator, ruang-ruang staf, bahkan ke mushala, pantry dan ke toilet-toilet. Menyapa dan mengobrol dengan siapa pun yang saya temui, para kapus, para koordinator, para staf, para office boy, para petugas cleaning service, dan petugas security.

Pengalaman saya hari itu, selain membuat saya semakin merasa berada di hutan belantara, ada satu hal yang sangat mengganggu. Aroma rokok. Ya, aroma rokok itu ada di beberapa ruang, di lift, di toilet, di lobi. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan saya mencoba memerangi aroma rokok, sempat bertemu dengan beberapa perokok, dan berdialog. Aroma rokok sempat hilang sebentar, lantas muncul lagi, hilang dan muncul lagi, terutama di lobi dan lift. Hari ini, setelah setahun saya di sini, saya mengibarkan bendera putih untuk perang melawan aroma rokok. Give up. Ternyata tidak mudah hanya untuk mengurus aroma rokok. Ya, karena gedung ini bukan hanya ditempati oleh BPSDM, namun juga oleh unit yang lain. Ada empat lantai, BPSDM menempati lantai 3 dan 4. Kalau pun para perokok di BPSDM bisa dikendalikan, belum tentu di unit lain yang memang bukan kewenangan saya. Selain itu, sepertinya memang merokok di dalam gedung sepertinya tidak terlalu menjadi persoalan di sini. Jadi ya sudahlah, setidaknya aroma rokok tidak lagi sekuat waktu pertama kali saya datang, meski seringkali masih mengganggu.

Meski berasa seperti di hutan belantara, namun saya tidak perlu waktu lama untuk kenal medan. Saya hadir hampir di setiap kegiatan sekretariat, pusat-pusat, dan balai-balai. Saya hadir di hampir semua rapat-rapat dan kegiatan-kegiatan penting, tidak sekadar untuk membuka acara, namun untuk belajar dan terus belajar. Saya pergi kesana-kemari untuk mendampingi Pak Menteri dan belajar dari apa yang beliau lakukan, yang beliau sampaikan pada setiap sambutan dan arahannya. Tentu ini juga karena bantuan dan dukungan orang-orang baik di sekitar saya. Dan mungkin inilah salah satu manfaat mengikuti kegiatan Himapala waktu mahasiswa dulu. Saya bisa dengan cepat berteman baik dengan seluruh penghuni hutan belantara ini dengan cepat seperti apa pun karakter dan temperamennya.

Beberapa teman kampus mempertanyakan mengapa saya memilih menjadi birokrat. Bahkan beberapa pejabat kemendesa PDTT dan Kementerian/Lembaga lain juga bertanya. Sebenarnya banyak dan panjang penjelasannya. Namun jawaban saya pada umumnya sederhana saja. Di kampus, jabatan saya sudah mentok, pangkat saya sudah mentok. Waktunya mencari pengalaman lain, mencari selingan yang bermanfaat untuk saya bisa lebih berkhidmat.

Saya berusaha dengan cepat menyesuaikan diri sebagai birokrat. Patuh tegak lurus pada pimpinan. Ide-ide yang seringkali muncul berjejalan di kepala saya, dan saya coba untuk wujudkan, seringkali terhempas karena tidak selaras dengan indikator kinerja utama. Sepenting apa pun program, muaranya adalah IKU. Karena saya lihat IKU tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan semua komponen di BPSDM, bahkan Kemendesa PDTT, saya terus berusaha bermanuver, tanpa harus melanggar regulasi. Untunglah ada tim tenaga ahli, yang saya sebut sebagai tim bodrek, yang memahami ide-ide saya dan dengan cepat membuat konsep, merancang berbagai aksi, dan mewujudkannya.

Hari ini, setahun saya di sini, sepertinya belum ada apa pun yang sudah saya capai, yang bisa menjadi penanda saya ada manfaatnya di kementerian ini. Program RPL Desa adalah ide lama di Kemendesa PDTT, sejak beberapa tahun sebelum kehadiran saya. Ide yang belum sempat terwujud dan hanya berhenti pada wacana-wacana. Kalau kemudian program ini akhirnya running pada Maret 2022, dengan menggandeng Kabupaten Bojonegoro, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), itu lebih karena kepiawaian Pak Menteri untuk membangun jejaring. Memang RPL Desa mulai menggeliat ketika saya dan tim menyusun Pedoman RPL Desa, dan mendiskusikannya dengan Pak Menteri. Kemudian bersama Pak Menteri dan Pak Sekjen, mensosialisasikannya di hadapan bupati, kepala desa, perangkat desa, tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan pegiat desa yang lain. Dan laksana busur anak panah, secepat kilat RPL Desa terwujud. Saat ini, sebanyak 1200-an mahasiswa mengambil S1 jalur RPL di Unesa dan UNY, pada lima program studi, yang semuanya berkaitan dengan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Selain Pedoman RPL Desa, kami sebenarnya juga menghasilkan Pedoman MBKM Sinergi Kemendesa PDTT dan Perguruan Tinggi. Sudah saya diskusikan dengan Pak Menteri, namun saya akhirnya harus memaklumi kalau kemudian program itu tidak mendapatkan dukungan, karena itu bukan bagian dari IKU Kemendesa PDTT. Saya sempat patah hati, sebentar. Namun kemudian saya bangkit lagi dengan semangat penuh. Tanpa dukungan anggaran dari Kementerian Desa PDTT, program ini harus tetap jalan. Ini adalah wadah untuk balai besar dan balai-balai dengan para penggerak swadaya masayarakat (PSM) yang ada di balai-balai, untuk mengaktualisasi diri. Berkolaborasi dengan berbagai universitas dan pemerintah daerah, beberapa balai terus bergerak membangun sinergi mewujudkan MBKM.

Namun jangan salah. Ternyata beberapa balai sudah bergerak melaksanakan MBKM ini bahkan sebelum pedoman MBKM kami hasilkan. Balai Besar Yogyakarta, Balai Banjarmasin, Balai Pekanbaru, sudah memulai ber-MBKM sejak 2020. Ya, memang, sejak 2021 dan sampai saat ini kegiatan MBKM mereka semakin melesat dan ibarat api disiram bensin, bisa jadi karena ada sedikit--sedikit saja--campur tangan saya untuk lebih menyemangati mereka. Tim bodrek saya minta untuk mengidentifikasi progress program MBKM di semua balai (2 balai besar dan 7 balai). Dari hasil identifikasi itulah kemudian saya memiliki keyakinan bahwa program ini sangat besar manfaatnya. Maka, tanpa mengabaikan IKU yang memang harus dicapai, program MBKM terus bergulir dan semakin menampakkan kebermaknaannya. Jika suatu ketika saya diundang oleh Komisi X DPR RI, saya akan dengan gagah menyampaikan progres MBKM di Kemendesa PDTT. Tahun lalu, saya diundang oleh Komisi X DPR RI untuk menyajikan progres program MBKM, saya dengan hati ciut menyampaikan bahwa Kemendesa PDTT baru menyiapkan pedomannya.

Saat ini kami juga sedang menyiapkan agenda tahunan, yaitu Pemilihan TPP Inspiratif dan PSM Teladan. Agenda pertama sudah pernah dihelat beberapa tahun sebelumnya, lantas terhenti selama dua-tiga tahun, dan tahun ini kami mulai lagi. Sedangkan agenda kedua, tahun ini merupakan tahun pertama. Kedua agenda tersebut merupakah wadah bagi para TPP dan PSM untuk mengeksplore potensinya, memantapkan eksistensi mereka, sekaligus sebagai sarana memberi penghargaan bagi mereka yang potensial, agar menjadi isnpirasi bagi yang lain.

Semakin ke sini, semakin saya menyadari, betapa banyak pekerjaan rumah yang harus kami kerjakan. Ya kami kerjakan, bukan kami selesaikan. Karena pekerjaan rumah ini akan terus ada dan terus ada. Ada sekitar 34 ribu tenaga pendamping profesional yang tersebar di 74.960 desa di seluruh Indonesia, yang kinerjanya harus terus dipantau. Mereka juga perlu segera ditingkatkan kapasitasnya, salah satunya melalui sertifikasi, karena bila tidak, secara regulasi, mereka tidak bisa dikontrak lagi. Ada ratusan bahkan ribuan penggerak swadaya masyarakat yang membutuhkan perhatian karena dukungan anggaran untuk peningkatan kapasitas mereka sangat minim, sementara mereka dituntut untuk bisa melakukan penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan, serta harus memenuhi angka kredit tertentu sebagaimana lazimnya tuntutan jabatan fungsional. Mereka juga harus diuji kompetensinya. Ada dua balai besar dan tujuh balai di seluruh Indonesia yang masih harus terus dioptimalkan perannya dalam melakukan tugas-tugas pelatihan, pemberdayaan, dan penerapan model; sementara kompetensi SDM dan sumberdaya yang lain masih belum semua memadai. Ada pembangunan zona integritas, reformasi birokrasi, manajemen risiko, dan berbagai regulasi yang harus terus-menerus dibenahi, ditelaah, dan diwujudkan. Ada banyak yang lain.

Sampai di sini, saya hanya bisa berjanji pada diri sendiri untuk terus berikhtiar, dan menyandarkan segalanya pada Allah Tuhan Yang Maha Menolong. Semoga Allah selalu meridhai ikhtiar-ikhtiar ini.

Insyaallah, atas izin Allah, saya siap terus berkhidmat, dimana pun, dan kapan pun.

Bismillah. Laa haula walaa quwwata illa billaah.

 

Jakarta, 14 Juni 2022

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...