Pages

Selasa, 15 November 2011

Sumba (2): Ketemu Bupati, Misi Sukses

Pukul 7.30. Kami sudah di lobi, menunggu pak Minggus menjemput kami. Tujuan pertama pagi ini adalah ke kantor kabupaten. Saya akan mengantarkan surat dari rektor Unesa, surat pemberitahuan tentang program SM-3T dan menjajagi kerja sama dalam bentuk penandatanganan MoU. Tapi tentu saja, saya tidak bermaksud sekadar
mengantarkan, saya akan meminta langsung bertemu dengan Bupati. Sudah kuniatkan untuk bisa bertemu, tanggung, jarak sudah kutempuh sejauh ini, terlalu banyak sumberdaya yang dikorbankan kalau hanya sekedar mengantar surat.

Kantor kabupaten Sumba Timur sangat sederhana. Jauh lebih sederhana dibanding dengan kantor-kantor pemerintahan di daerah kabupaten di Pulau Jawa. Tidak ada kesan 'untouchable' seperti kantor-kantor kabupaten yang sering kulihat, dengan halaman luas dan berpagar, dengan satpam berjaga di pintu masuk.

Beberapa pegawai sedang berbincang-bincang di dekat pintu masuk kantor yang tampak dari luar masih sepi, namun ternyata di dalam ruangan sudah ramai. Kami melihat ada salah seorang pejabat yang mengenakan pakaian adat (katanya namanya malambung), kain khas Sumba yang dililitkan di bagian bawah sebagai pengganti celana
panjang, dengan ujung kain yang menjuntai ke bawah. Di pinggang mereka terselip golok. Kepala mengenakan kain yang sama, yang diikatkan, tidak menutup seluruh bagian kepala.

Setelah bertemu dengan sekretaris pribadi bapak bupati di lantai 2, kami dijanjikan bisa ketemu bupati pada sekitar pukul 11.00. Pagi ini, mulai pukul 09.00, akan ada acara pembukaan sidang DPR. Termasuk juga kepala dinas PPO, juga akan mengikuti acara. Maka meluncurlah kami ke kantor dinas PPO, supaya bisa bertemu dengan Kadis sebelum beliau mengikuti acara pembukaan sidang.

Beruntunglah kami. Pak Kadis sudah hadir, dan kami disilakan petugas untuk langsung menemui beliau. Masuklah kami ke ruangan kadis. Ruangan itu tidak terlalu luas, ber-AC, tapi penuh asap rokok. Aku langsung berasa pengap. Ruangan ber-AC yang penuh dengan asap rokok. Berapa banyak racun yang telah dihisap oleh sekretaris pak kadis yang cantik itu, dan beberapa staf di ruangan itu, mengingat mereka mungkin sudah bertahun-tahun di ruangan tersebut, dengan status sebagai perokok pasif.

Pak Kadis, posturnya tinggi besar, berkulit hitam, bermata tajam. Ramah. Beliau mengenakan busana adat juga, seperti yang kami lihat di kantor kabupaten tadi. Yang beliau ucapkan pertama kali adalah permohonan maaf karena kemarin tidak bisa menemui kami. Kemudian beliau meminta kami menjelaskan program SM-3T dan
bagaimana pelaksanaan seleksinya nanti. Saya kemukakan kronologis program tersebut, program dikti yang diluncurkan di penghujung tahun, dan betapa kami semua 'kepontal-pontal' untuk melaksanakannya. Saya kemukakan juga harapan peserta dari Sumba Timur yang ingin tes diadakan di Sumba Timur. Konsekuensi dari hal itu adalah Unesa harus mengirim petugas ke Sumba Timur. Dan itu berarti pemerintah kabupaten harus mengalokasikan sejumlah dana untuk transport, akomodasi, dan lumpsum.

Pembicaraan dengan pak Kadis terputus karena beliau harus segera ke kantor kabupaten untuk mengikuti acara pembukaan sidang DPR. Kami berjanji akan bertemu lagi jam 11 di ruang bapak bupati. Dinas tidak punya anggaran untuk memfasilitasi tes di Sumba Timur, dan akan mengajukan anggarannya ke bupati. Kebeneran, karena saya juga akan menyampaikan rencana MoU dengan bapak bupati.

Sejak pukul setengah sebelas, saya dan pak Pram sudah duduk di ruang tunggu kantor kabupaten di lantai 2. Sekitar pukul 12, pak bupati muncul. Lengkap dengan busana adatnya. Beliau menyapa kami, dan menyilakan kami untuk masuk ke ruangannya yang cukup luas. Lantas berbincanglah kami tentang program SM-3T. Saya katakan bahwa pimpinan Unesa memberikan prioritas untuk Sumba Timur. Oleh sebab itu, saya ditugaskan khusus ke Sumba Timur untuk keperluan mendiskusikan program tersebut.

Pak bupati bersedia mengupayakan dana untuk memfasilitasi tes bisa dilakukan di Sumba Timur. Beliau juga berkenan untuk menjalin kerja sama dengan Unesa dalam bentuk penandatanganan MoU. Alhamdulilah, misi berhasil.

Sebelum pamit, kami meminta izin untuk berfoto bersama. Bukan sekadar karena beliau adalah bupati dan kepala dinas PPO, orang-orang penting di Sumba Timur. Lebih dari itu, karena busana adat beliau yang unik. Sayang kalau dilewatkan. Jarang melihat orang berdasi dengan dasi menjuntai di bawah pusar....


Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...