Pages

Rabu, 27 Juni 2012

BIMTEK PENYALURAN BANTUAN PENYUSUNAN NASKAH KAJIAN DAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH TAHUN 2012


Sejak siang kemarin (Senin, 25 Juni 2012), saya berada di Hotel Aston Paramount Serpong, Tangerang. Hotel yang berada di kawasan Gading Serpong itu bangunannya menjulang tinggi, terlihat sangat menonjol berada di antara bangunan gedung besar yang lain, Summarecon Sepong (SMS) Mall dan hypermart. Tempat yang cukup strategis untuk bekerja penuh waktu, sekaligus refreshing dengan window shopping untuk mengusir kejenuhan.

Ada sebanyak 132 ketua komite sekolah dari seluruh Indonesia, dan 6 wakil dari perguruan tinggi yang diundang  dalam acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyaluran Bantuan Penyusunan Naskah Kajian dan Pemberdayaan Komite Sekolah ini. Oleh karena yang ‘punya gawe” adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, maka komite sekolah yang diundang adalah komite sekolah SMA dan SMK, negeri maupun swasta. Mereka akan menerima sejumlah dana yang dapat dimanfaatkan untuk program pemberdayaan komite sekolah. Penentuan sekolah didasarkan pada pertimbangan tertentu, antara lain berdasarkan hasil seleksi proposal program pemberdayaan komite sekolah yang mereka ajukan, serta pertimbangan khusus menyangkut jejak rekam kinerja sekolah atau komite sekolah.

Enam PT yang diundang adalah Unesa, Unsoed, UNM, ITS, UNS, dan UM. Tiga PT pertama sudah terlibat sejak tahun 2011 yang lalu, sedangkan tiga selebihnya baru terlibat pada tahun ini. Tugas PT adalah menyusun naskah kajian yang bersifat akademis mengenai pemberdayaan dewan pendidikan dan komite sekolah. Naskah tersebut akan digunakan sebagai pedoman membuat kebijakan yang tepat dan efektif tentang tugas dan tanggung jawab dewan pendidikan dan komite sekolah, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Beberapa materi yang diberikan dalam acara ini adalah  kebijakan tentang pemberdayaan komite sekolah Ditjen Pendidikan Menengah, pemberdayaan peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan, serta materi menyangkut hal-hal teknis seperti tatacara pembukuan dan perpajakan, tatacara pelaporan kegiatan dan asset, serta tatacara pengadaan dan pembelian barang. Semua materi ini tentu saja penting terutama bagi para komite sekolah. Komite sekolah banyak yang belum memahami hal-hal teknis tersebut, nampak sekali dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan selama sesi tanya jawab. Adalah kenyataan bahwa banyak komite sekolah yang selama ini belum dikelola secara profesional, sekedar sebagai ‘pelengkap penderita’ bagi sekolah, dan banyak dari pengurusnya yang kurang kompeten.

Kurangnya  pemahaman terhadap peran komite sekolah sebagai advisory, supporting, controlling, dan mediator agency, ditengarai sebagai salah satu penyebab utama rendahnya kinerja komite sekolah. Pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi komite sekolah juga masih sangat rendah, banyak komite sekolah disamakan dengan BP3. Begitu juga pemahaman terhadap landasan kebijakan yang berkaitan dengan komite sekolah. Temuan yang diperoleh Tim Unesa dari hasil kajian tahun 2011 yang lalu juga menunjukkan bahwa pengurus komite sibuk dengan pekerjaannya sendiri, sehingga kepedulian terhadap perkembangan sekolah masih rendah; banyak orang tua dan tokoh masyarakat yang enggan menjadi pengurus komite karena ‘jabatan’ ini kurang dihargai. Seringkali mekanisme pemilihan pengurus komite kurang tepat sehingga menghasilkan pengurus yang kurang kompeten. Pengalaman tim ketika mengumpulkan data dari daerah-daerah, baik melalui angket, interviu, maupun FGD, nyata benar betapa rendahnya mutu sebagian pengurus komite sekolah. Bahkan visi dan misi sekolah pun, sebagian dari mereka tidak memahami.

Dana bantuan sosial yang diluncurkan oleh pemerintah ini tidaklah terlalu besar dari aspek nominalnya. Namun setidaknya, hal ini merupakan salah satu wujud ‘sapaan’ pemerintah bagi komite sekolah, yang selama ini seolah kurang ‘diopeni’. Kalau tahun 2011 yang lalu sebanyak 33 komite sekolah yang telah memperoleh dana bantuan sosial, dan tahun ini meningkat menjadi 132 komite sekolah, tentulah hal ini merupakan bukti bentuk kepedulian. Namun tentu saja hal ini belum sebanding dengan jumlah sekolah menengah (SMA dan SMK) yang  lebih dari 17.000 di seluruh Indonesia ini.

Bertemu dengan banyak teman dari seluruh Indonesia, khususnya dengan para ketua komite itu, merupakan hal yang sangat bernilai bagi saya dan teman-teman dari PT. Momen seperti ini selalu kami gunakan untuk ‘kulakan’ informasi, tentang keberadaan mereka, aktivitas, kendala mereka dalam mengemban tugas, dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Juga belajar banyak hal dari best-practices yang telah mereka lakukan, untuk memperkaya wawasan kami. Dalam sisa tahun ini, mungkin kami akan banyak bergaul dengan para pengurus komite sekolah itu, dalam rangka penyusunan naskah kajian akademik pemberdayaan dewan pendidikan dan komite sekolah.

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...