Pagi masih gelap. Shubuh baru berlalu, tapi kami sudah berada di bandara
Juanda. Pada pukul 06.00, sekitar satu jam lagi, kami akan terbang ke
Jakarta. Transit sekitar 30 menit, melanjutkan perjalanan lagi ke Medan.
Dari Medan, sejauh 8-9 jam, kami akan menempuh perjalanan darat menuju
Aceh Singkil.
Di Aceh Singkil inilah 40 anak-anak kami, peserta
SM-3T, ditugaskan. Ada 17 orang ditugaskan di daerah kepulauan (Pulau
Banyak dan Banyak Barat), selebihnya di daerah daratan.
Kami
satu tim lima orang. Dr. Sulaiman (sekretaris SM-3T Unesa), Dr. Nanik
Indahwati, Beni Setiawan, M.Si, Lucia TP, M.Pd, dan saya sendiri. Pak
Beni yang termuda. Empat belas tahun di bawah saya. Meski begitu, dialah
ketua rombongan tim monev ini. Ketangkasan dan kepribadiannya yang
sangat baik membuat kami mempercayakan kepadanya urusan koordinasi
dengan Kepala Dinas Pendidikan Aceh Singkil serta para korcam. Juga
memastikan semua uborampe monev beres: surat tugas tim, instrumen monev,
SK penempatan peserta dan sebagainya, bahkan termasuk mengamankan tiket
dan boarding pass untuk keperluan SPJ. Sementara bu Lucia, seperti
biasanya, menangani urusan konsumsi dan akomodasi. Kecermatan dan
ketelitiannya sangat cocok untuk pekerjaan itu.
Tim yang lain,
sebanyak 9 orang, pukul 7.55 pagi ini juga, berangkat ke Sumba Timur.
Ketua rombongannya adalah Drs. Suwarno Imam Syamsul, M.Pd. Dalam
rombongan itu ada Dekan FIP, Drs. I Nyoman Sudarka, M.Si, selaku
pimpinan Unesa, mewakili Rektor. Drs. Heru Siswanto, M.Si (mantan kepala
humas Unesa) juga ada. Satu-satunya perempuan adalah Dra. Wiwik Sri
Utami, M.Si, selain sebagai anggota panitia SM-3T juga sebagai anggota
Pusat Penjaminan Mutu (PPM) Unesa.
Yang berbeda antara tim monev
Aceh Singkil dan Sumba Timur adalah bagasinya. Bagasi tim monev Sumba
Timur biasa-biasa saja. Sedangkan tim Aceh Singkil, selain ransel-ransel
dan dos berisi berkas-berkas sebagaimana yang dibawa oleh tim Sumba
Timur, kami juga bawa pelampung. Masing-masing membawa satu. Warnanya
oranye menyala. Pelampung yang kami bawa menandakan kami siap untuk
turun ke daerah pulau. Tentu saja bila cuaca memungkinkan. Kami sempat
bercanda tentang pelampung. Kalau tidak berhasil menyeberang ke pulau,
kami akan gunakan pelampung itu untuk 'ciblon' di Danau Toba. Kami juga
meledek diri sendiri, seperti tidak percaya sama Sriwijaya Air saja,
masa pelampung bawa sendiri....
Sriwijaya Air, pesawat yang
kami tumpangi, mendarat di Polonia, tepat pukul 11.40. Cuaca cerah dan
hawa panas langsung terasa menerpa wajah kami yang selama tiga jam tadi
kedinginan di dalam pesawat (sekitar satu jam dari Surabaya-Jakarta, dan
dua jam dari Jakarta-Medan). Bagi saya, ini adalah kali kedua saya
menginjakkan kaki di Medan. Kunjungan saya yang pertama adalah pada 2009
yang lalu. Saat itu saya diundang Unimed untuk menjadi tenaga TA
(Technical Assistance) pada kegiatan pengembangan perangkat assesmen di
Jurusan PKK FT Unimed. Selama seminggu saya di sana. Sehari menjelang
kepulangan saya ke Surabaya, saya dijamu mengunjungi Danau Toba dan
menyeberang ke Pulau Samosir.
Saat ini, saya sedang napak tilas
perjalanan saya sekitar tiga tahun yang lalu. Mobil Innova sewaan yang
dikendarai pak Marlon, driver kami, melaju di atas jalanan yang
naik-turun berbelok-belok begitu lepas dari kota Medan. Panas terik tadi
ternyata hanya sebentar saja. Udara dingin dan jalan yang dipenuhi
kabut menemani perjalanan kami.
Medan, Pancur Batu, Sibolangit,
kami tempuh dengan lancar. Kami terus melaju. Sampai di Bandarbaru kami
berhenti untuk beristirahat sebentar di sebuah tempat makan, sekalian
memberi kesempatan pak Marlon untuk merokok. Sambil menikmati jagung
bakar dan bandrek. Ada juga wajik dan pecal. Yang terakhir ini di Jawa
disebut pecel. Sayur-sayuran yang direbus, dimakan dengan sambal kacang.
Rasa daun jeruk purutnya sangat tajam, sedap dan segar. Suasana terasa
seperti di kawasan Puncak atau Payung di Batu. Di ketinggian, dingin,
berkabut.
Mobil lantas mengarah ke arah Berastagi. Tapi sampai
Tahura, kami mengambil arah ke kiri, potong kompas, menghindari macet
di Berastadi. Jalan sempit, pas untuk dua mobil berpapasan. Sama seperti
tadi, berbelok-belok dan naik turun. Tahura adalah daerah yang subur,
sepanjang kanan-kiri jalan penuh dengan pepohonan, bunga-bunga, sayur
mayur, kebun jagung, jeruk, stroberi. Andai tidak mengingat waktu yng
semakin sore dan tubuh yang mulai lelah, rasanya ingin mampir ke wisata
agro stroberi dan jeruk barang sebentar.
Ketika mencapai Tiga
Panah, suasana semakin menyenangkan. Tidak hanya jeruk dan stroberi yang
berlimpah, tapi juga manggis, terong belanda, salak, pepino,
dan....yang juga sangat khas, adalah mangga mini. Ya, saya menamainya
mangga mini, karena mangga itu kecil-kecil. Orang setempat menamainya
mangga golek. Sama sekali tidak seperti mangga golek yang kita kenal di
Jawa. Mangga yang ini ukurannya tidak sampai sekepalan tangan anak-anak,
padat, warnanya kuning-kuning mengundang selera. Aromanya mirip mangga
podang di Jawa. Cara makannya pun mirip. Mangga setelah dicuci,
diremas-remas, ditekan-tekan, sampai 'gembur'. Setelah itu buat satu
gigitan kecil di ujungnya, dan hisap-hisaplah airnya. Jus alami. Tidak
pakai juicer. Tanpa gula. Segar asli.
Sebagian besar wilayah yang
kami masuki adalah wilayah yang mayoritas penduduknya memeluk Kristen
Protestan. Banyak gereja, banyak makam yang dipenuhi salib-salib, banyak
anjing dan babi. Beberapa kali melewati orang yang lagi
menyelenggarakan pesta pernikahan, juga kematian.
Tiga Panah
kami tinggalkan. Sebentar lagi kami akan mencapai Merek. Sekitar satu
setengah jam lagi mencapai Sidikalang dan Pakpak Barat. Dari Pakpak
Barat, satu setengah jam lagi kami tempuh untuk mencapai Subulusalam.
Lanjut ke Rimo, yang membutuhkan waktu sekitar satu jam, dan sekitar
satu jam juga kami baru akan mencapai Aceh Singkil. Artinya, total
perjalanan yang masih harus kami tempuh sejauh lima jam-an. Kalau
sekarang pukul 17.00, maka kami akan mencapai Aceh Singkil pada sekitar
pukul 22.00. Wow. Perjalanan sehari penuh. Semangat.
Tanah Karo, 30 Januari 2012
Wassalam,
LN
Rabu, 30 Januari 2013
Aceh Singkil 1: Semangat!
Label:
SM-3T »
SM-3T 2012
Diposting oleh
Luthfiyah Nurlaela
di
Rabu, Januari 30, 2013
0 komentar
Posting Komentar
Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...