PERNAH mendengar kisah kamar 308? Ya, sebuah kamar di Hotel Inna Samudra di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Konon, kamar tersebut merupakan kamar yang menjadi tempat Presiden Soekarno bersemedi. Juga tempat pertemuan presiden pertama RI ini bertemu dengan Nyi Roro Kidul. Kamar 308 ini bahkan diyakini oleh banyak orang sebagai kamar khusus yang disedikaan oleh Bung Karno untuk Sang Ratu Penguasa Pantai Selatan itu. Benarkah? Kembali kepada keyakinan masing-masing saja ya, tidak perlu diperdebatkan. Dinikmati saja sebagai bagian dari romantika kehidupan. Sebagai pernak-pernik dan warna-warni yang melengkapi hari-hari. Hehe. Kalau ingin tahu seperti apa deskripsi tentang kamar tersebut, beserta kisah-kisah mistis yang mengikutinya, silakan klik saja di internet. Kisah kamar 308 ini sudah sangat bejibun di jagat maya.
Saya
hendak menuliskan kisah yang saya alami sendiri. Jangan berharap kisah yang wow
ya, karena saya tidak mengalami apa-apa. Alhamdulilah, sebelum dan sesudah saya
mengunjungi kamar yang fenomenal itu, hidup saya sama, normal, baik-baik saja,
dalam arti tidak mengalami hal-hal yang berbeda.
Nah,
berbeda dengan rekan saya, namanya Pak Sofyan, beliau salah satu direktur di
salah satu ditjen di Kementerian Desa PDTT. Ceritanya, kami sedang mengikuti
rapat pimpinan Kementerian Desa PDTT. Menteri Desa, Wakil Menteri, Sekjen, dan
seluruh pejabat tinggi madya dan pratama hadir di Hotel Inna Samudra, pada
12-13 Januari 2022. Pagi itu, 13 Januari 2022, saya keluar kamar dan bermaksud
jalan-jalan ke pantai. Di pantai, secara kebetulan saya bertemu dengan Pak
Sofyan dan Pak Rudi, dua-duanya direktur di Kementerian Desa PDTT. Kami
juga bertemu dengan Pak Jajang, beliau
sekretaris BPSDM, artinya satu unit kerja dengan saya. Kami berjalan sepanjang
pantai sambil mengobrol, kemudian secara spontan mempunyai ide untuk
mengunjungi tempat yang disebut sebagai pintu gerbang Kerajaan Nyi Roro Kidul.
Kami
berjalan menuju sebuah tempat di pinggir pantai, yang berbatu-batu, dan di satu
sisinya terdapat batu karang besar. Ada juga pohon besar yang menambah kesan
mistis. Di dekat tempat itu ada bangunan hotel yang sudah rusak, sepertinya
sudah bertahun-tahun dibiarkan kosong tak berpenghuni. Di sekitarnya ditumbuhi
rumput-rumput yang tak pernah dibersihkan, dan di depannya berserakan
bekas-bekas bangunan yang mungkin dulunya adalah taman di halaman hotel
tersebut. Nah, di sekitar tempat itulah konon merupakan pintu gerbang Kerajaan
Nyi Roro Kidul. Boleh percaya boleh tidak ya?
Setelah
beberapa saat berada di tempat itu, kami berniat langsung mengunjungi Kamar
308. Pak Jajang dan Pak Rudi menyusuri pantai untuk kembali ke hotel, sedang
saya dan Pak Sofyan menyusuri jalan setapak di atas pantai. Saya dan Pak Sofyan
lebih dulu tiba di hotel, dan kebetulan bertemu dengan petugas hotel. Karena
Pak Jajang dan Pak Rudi tidak kunjung muncul, maka saya dan Pak Sofyan
memutuskan untuk lebih dulu mengujungi Kamar 308, didampingi petugas hotel.
Pada
pintu kamar 308 itu tertulis ‘Private Room’. Warna pintunya hijau. Petugas
membuka pintu kamar, dan spontan aroma wewangian menyeruak keluar ruangan.
Menusuk hidung. Kami dipersilakan masuk, dan setelah mengucap salam, kami pun
malangkah memasuki ruangan yang remang-remang dan dingin itu. Hampir semuanya
bernuansa hijau, konon merupakan warna kesukaan Ratu Pantai Selatan.
Benar
juga kata Bu Aisyah, Dirjen PKTrans yang kemarin sudah lebih dulu mengunjungi
kamar ini. Beliau merasakan udara yang sangat dingin di dalam kamar, sampai
membuatnya setengah menggigil. Ditambah dengan berbagai pernak-pernik yang
bernuansa mistis yang memenuhi kamar tersebut, pantaslah kalau orang mengatakan
betapa magisnya kamar ini. Ada rupa-rupa bunga, sesaji, wangi-wangian, lukisan
besar yang diyakini sebagian orang sebagai penampakan Nyi Roro Kidul,
lampu-lampu kecil, aksesoris, kitab-kitab termasuk buku Yasin dan al-Quran,
foto-foto kecil para pengunjung, dan juga bunga-bunga yang tersebar memenuhi
tempat tidur; benar-benar berhasil membangkitkan suasana magis.
Di
dalam kamar, petugas hotel menceritakan tentang kisah kamar itu, Juga
antusiasme para pengunjung, yang bahkan para pengunjung yang bukan tamu hotel
Inna Samudra. Pada hari Kamis malam Jumat dan pada hari-hari tertentu, antrian
pengunjung sangat banyak dan bahkan mengular. Setiap pengunjung yang ingin
bersemedi di dalam kamar, diberikan waktu paling lama satu jam. Sesaji yang
mereka bawa sebagai pelengkap semedi akan memenuhi kamar. Bila kamar sudah
penuh dengan sesaji, petugas akan mengeluarkannya, agar pengunjung lainnya
dapat meletakkan sesajinya juga di dalam kamar. Begitu seterusnya. Antusiame
itu begitu besar bahkan meskipun mereka harus membayar untuk melakukan hajat
tersebut. Berapa yang mereka harus bayar? Rahasia ya. Hehe.
Saya
sendiri tidak merasakan apa-apa selama berada di dalam kamar 308 itu. Rasa
dingin yang menusuk saya yakini berasal dari AC yang mungkin sepanjang waktu
dinyalakan. Aroma mistis yang ada saya yakini karena memang dikondisikan sedemikian
rupa, meskipun memang unsur mistis itu mungki sudah ada dari sononya. Kami bertiga mengobrol sambil mengamati
segala pernak-pernik di kamar, dan selama mengobrol itu, perasaan saya
biasa-biasa saja. Petugas dengan telaten menjelaskan apa pun yang menjadi
keingintahuan kami.
Begitu
kami keluar kamar, petugas mematikan lampu, mengunci kembali “the private room’
yang spesial itu. Seharian setelah itu, saya lalui dengan biasa, dengan
aktivitas yang sudah terjadwal sesuai agenda rapat pimpinan. Bahkan pagi itu,
selama sekitar dua jam, saya dan tim harus mempresentasikan capaian kinerja
2021 dan target kinerja 2022 di hadapan Menteri Desa, Wakil Menteri, Sekjen,
semua pejabat eselon 1 dan 2 di lingkungan Kemendesa PDTT. Alhamdulilah semua
berjalan lancar dan respon Pak Menteri serta semua peserta rapat baik-baik
saja.
Besok
paginya, kami makan di resto bersama para pejabat yang lain. Di sinilah cerita
mistis itu terjadi. Pak Sofyan bertanya, apakah saya tidak mengalami sesuatu
semalam? Saya jawab tidak, dan bahkan saya tidur pulas karena capek. “Tidak ada
yang mengunjungi?” Tanya Pak Sofyan. Tentu saja saya jawab tidak.
Pak
Sofyan bilang, semalam, sekitar pukul 01.00, beliau terbangun, karena mendengar
dan merasakan ada angin yang berembus keras di dalam kamarnya. Beliau melihat
gordin kamar melambai-lambai karena embusan angin dan itu terjadi beberapa
detik. Embusan angin juga sangat beliau rasakan memenuhi kamar. Seketika beliau
membaca apa pun, ayat kursi dan lain-lain, dan sekejab kemudian embusan angin
itu berhenti. Jendela kamar tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda jendela
terbuka sehingga menyebabkan angin berembus sampai membuat gordin melambai-lambai.
Pikirannya otomatis terhubung dengan Kamar 308. Pagi tadi kami mengunjunginya.
Sepertinya, penghuni Kamar 308 itu melakukan kunjungan balik. Kebetulan yang
dipilih adalah Pak Sofyan. Untunglah,
bukan saya……
Percaya
tidak percaya, itulah yang terjadi. Tentu saja saya percaya dengan cerita Pak
Sofyan, beliau tidak ada bakat sebagai pengarang cerita. Hal-hal mistis semacam
itu bisa terjadi pada siapa saja, karena memang ada makhluk lain di dunia yang
lain. Pada dimensi yang berbeda. Sesekali makhluk berdimensi berbeda itu
berkeinginan untuk menyapa kita, berinteraksi. Hanya mungkin kepekaan kita yang
berbeda, sehingga ada yang bisa merasakan kehadirannya, ada yang tidak. Ada
yang ndableg, ada yang peka. Nah, Anda termasuk yang mana ya? Hehe.
Demikianlah
kisah Kamar 308.
Selamat
menyambut malam Jumat, malam yang penuh dengan keberkahan. Jangan lupa baca
Yasin, tahlil dan doa untuk para leluhur yang sudah mendahului kita ya. Semoga
Allah SWT memberikan kedamaian dan kebahagiaan pada kita semua. Amiin.
Jakarta, 20 Januari 2022.
0 komentar
Posting Komentar
Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...