Pages

Rabu, 19 Januari 2022

Kisah Kamar 308


PERNAH mendengar kisah kamar 308? Ya, sebuah kamar di Hotel Inna Samudra di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Konon, kamar tersebut merupakan kamar yang menjadi tempat Presiden Soekarno bersemedi. Juga tempat pertemuan presiden pertama RI ini bertemu dengan Nyi Roro Kidul. Kamar 308 ini bahkan diyakini oleh banyak orang sebagai kamar khusus yang disedikaan oleh Bung Karno untuk Sang Ratu Penguasa Pantai Selatan itu. Benarkah? Kembali kepada keyakinan masing-masing saja ya, tidak perlu diperdebatkan. Dinikmati saja sebagai bagian dari romantika kehidupan. Sebagai pernak-pernik dan warna-warni yang melengkapi hari-hari. Hehe. Kalau ingin tahu seperti apa deskripsi tentang kamar tersebut, beserta kisah-kisah mistis yang mengikutinya, silakan klik saja di internet. Kisah kamar 308 ini sudah sangat bejibun di jagat maya.

 

Saya hendak menuliskan kisah yang saya alami sendiri. Jangan berharap kisah yang wow ya, karena saya tidak mengalami apa-apa. Alhamdulilah, sebelum dan sesudah saya mengunjungi kamar yang fenomenal itu, hidup saya sama, normal, baik-baik saja, dalam arti tidak mengalami hal-hal yang berbeda.

 

Nah, berbeda dengan rekan saya, namanya Pak Sofyan, beliau salah satu direktur di salah satu ditjen di Kementerian Desa PDTT. Ceritanya, kami sedang mengikuti rapat pimpinan Kementerian Desa PDTT. Menteri Desa, Wakil Menteri, Sekjen, dan seluruh pejabat tinggi madya dan pratama hadir di Hotel Inna Samudra, pada 12-13 Januari 2022. Pagi itu, 13 Januari 2022, saya keluar kamar dan bermaksud jalan-jalan ke pantai. Di pantai, secara kebetulan saya bertemu dengan Pak Sofyan dan Pak Rudi, dua-duanya direktur di Kementerian Desa PDTT. Kami juga  bertemu dengan Pak Jajang, beliau sekretaris BPSDM, artinya satu unit kerja dengan saya. Kami berjalan sepanjang pantai sambil mengobrol, kemudian secara spontan mempunyai ide untuk mengunjungi tempat yang disebut sebagai pintu gerbang Kerajaan Nyi Roro Kidul.

 

Kami berjalan menuju sebuah tempat di pinggir pantai, yang berbatu-batu, dan di satu sisinya terdapat batu karang besar. Ada juga pohon besar yang menambah kesan mistis. Di dekat tempat itu ada bangunan hotel yang sudah rusak, sepertinya sudah bertahun-tahun dibiarkan kosong tak berpenghuni. Di sekitarnya ditumbuhi rumput-rumput yang tak pernah dibersihkan, dan di depannya berserakan bekas-bekas bangunan yang mungkin dulunya adalah taman di halaman hotel tersebut. Nah, di sekitar tempat itulah konon merupakan pintu gerbang Kerajaan Nyi Roro Kidul. Boleh percaya boleh tidak ya?

 

Setelah beberapa saat berada di tempat itu, kami berniat langsung mengunjungi Kamar 308. Pak Jajang dan Pak Rudi menyusuri pantai untuk kembali ke hotel, sedang saya dan Pak Sofyan menyusuri jalan setapak di atas pantai. Saya dan Pak Sofyan lebih dulu tiba di hotel, dan kebetulan bertemu dengan petugas hotel. Karena Pak Jajang dan Pak Rudi tidak kunjung muncul, maka saya dan Pak Sofyan memutuskan untuk lebih dulu mengujungi Kamar 308, didampingi petugas hotel.

 

Pada pintu kamar 308 itu tertulis ‘Private Room’. Warna pintunya hijau. Petugas membuka pintu kamar, dan spontan aroma wewangian menyeruak keluar ruangan. Menusuk hidung. Kami dipersilakan masuk, dan setelah mengucap salam, kami pun malangkah memasuki ruangan yang remang-remang dan dingin itu. Hampir semuanya bernuansa hijau, konon merupakan warna kesukaan Ratu Pantai Selatan.

 

Benar juga kata Bu Aisyah, Dirjen PKTrans yang kemarin sudah lebih dulu mengunjungi kamar ini. Beliau merasakan udara yang sangat dingin di dalam kamar, sampai membuatnya setengah menggigil. Ditambah dengan berbagai pernak-pernik yang bernuansa mistis yang memenuhi kamar tersebut, pantaslah kalau orang mengatakan betapa magisnya kamar ini. Ada rupa-rupa bunga, sesaji, wangi-wangian, lukisan besar yang diyakini sebagian orang sebagai penampakan Nyi Roro Kidul, lampu-lampu kecil, aksesoris, kitab-kitab termasuk buku Yasin dan al-Quran, foto-foto kecil para pengunjung, dan juga bunga-bunga yang tersebar memenuhi tempat tidur; benar-benar berhasil membangkitkan suasana magis.

 

Di dalam kamar, petugas hotel menceritakan tentang kisah kamar itu, Juga antusiasme para pengunjung, yang bahkan para pengunjung yang bukan tamu hotel Inna Samudra. Pada hari Kamis malam Jumat dan pada hari-hari tertentu, antrian pengunjung sangat banyak dan bahkan mengular. Setiap pengunjung yang ingin bersemedi di dalam kamar, diberikan waktu paling lama satu jam. Sesaji yang mereka bawa sebagai pelengkap semedi akan memenuhi kamar. Bila kamar sudah penuh dengan sesaji, petugas akan mengeluarkannya, agar pengunjung lainnya dapat meletakkan sesajinya juga di dalam kamar. Begitu seterusnya. Antusiame itu begitu besar bahkan meskipun mereka harus membayar untuk melakukan hajat tersebut. Berapa yang mereka harus bayar? Rahasia ya. Hehe.




 

Saya sendiri tidak merasakan apa-apa selama berada di dalam kamar 308 itu. Rasa dingin yang menusuk saya yakini berasal dari AC yang mungkin sepanjang waktu dinyalakan. Aroma mistis yang ada saya yakini karena memang dikondisikan sedemikian rupa, meskipun memang unsur mistis itu mungki sudah ada dari sononya.  Kami bertiga mengobrol sambil mengamati segala pernak-pernik di kamar, dan selama mengobrol itu, perasaan saya biasa-biasa saja. Petugas dengan telaten menjelaskan apa pun yang menjadi keingintahuan kami.

 

Begitu kami keluar kamar, petugas mematikan lampu, mengunci kembali “the private room’ yang spesial itu. Seharian setelah itu, saya lalui dengan biasa, dengan aktivitas yang sudah terjadwal sesuai agenda rapat pimpinan. Bahkan pagi itu, selama sekitar dua jam, saya dan tim harus mempresentasikan capaian kinerja 2021 dan target kinerja 2022 di hadapan Menteri Desa, Wakil Menteri, Sekjen, semua pejabat eselon 1 dan 2 di lingkungan Kemendesa PDTT. Alhamdulilah semua berjalan lancar dan respon Pak Menteri serta semua peserta rapat baik-baik saja.

 

Besok paginya, kami makan di resto bersama para pejabat yang lain. Di sinilah cerita mistis itu terjadi. Pak Sofyan bertanya, apakah saya tidak mengalami sesuatu semalam? Saya jawab tidak, dan bahkan saya tidur pulas karena capek. “Tidak ada yang mengunjungi?” Tanya Pak Sofyan. Tentu saja saya jawab tidak.

 

Pak Sofyan bilang, semalam, sekitar pukul 01.00, beliau terbangun, karena mendengar dan merasakan ada angin yang berembus keras di dalam kamarnya. Beliau melihat gordin kamar melambai-lambai karena embusan angin dan itu terjadi beberapa detik. Embusan angin juga sangat beliau rasakan memenuhi kamar. Seketika beliau membaca apa pun, ayat kursi dan lain-lain, dan sekejab kemudian embusan angin itu berhenti. Jendela kamar tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda jendela terbuka sehingga menyebabkan angin berembus sampai membuat gordin melambai-lambai. Pikirannya otomatis terhubung dengan Kamar 308. Pagi tadi kami mengunjunginya. Sepertinya, penghuni Kamar 308 itu melakukan kunjungan balik. Kebetulan yang dipilih adalah  Pak Sofyan. Untunglah, bukan saya……

 

Percaya tidak percaya, itulah yang terjadi. Tentu saja saya percaya dengan cerita Pak Sofyan, beliau tidak ada bakat sebagai pengarang cerita. Hal-hal mistis semacam itu bisa terjadi pada siapa saja, karena memang ada makhluk lain di dunia yang lain. Pada dimensi yang berbeda. Sesekali makhluk berdimensi berbeda itu berkeinginan untuk menyapa kita, berinteraksi. Hanya mungkin kepekaan kita yang berbeda, sehingga ada yang bisa merasakan kehadirannya, ada yang tidak. Ada yang ndableg, ada yang peka. Nah, Anda termasuk yang mana ya? Hehe.

 

Demikianlah kisah Kamar 308.

 

Selamat menyambut malam Jumat, malam yang penuh dengan keberkahan. Jangan lupa baca Yasin, tahlil dan doa untuk para leluhur yang sudah mendahului kita ya. Semoga Allah SWT memberikan kedamaian dan kebahagiaan pada kita semua. Amiin.

 

Jakarta, 20 Januari 2022.

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...