Oleh Luthfiyah Nurlaela
Tulisan
ini diilhami oleh sebuah kegelisahan yang cukup lama sekali mengendap. Sejak
munculnya kebijakan wider mandate
bagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), atau Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (IKIP), pada tahun 1999. Dengan kebijakan perluasan mandat
tersebut, IKIP yang awalnya hanya menaungi program studi pendidikan, diizinkan
untuk membuka program studi murni. Sejak saat itu, fakultas pendidikan
teknologi kejuruan (FPTK) di semua IKIP negeri berubah menjadi fakultas teknik
(FT). Mulai saat itu juga, keberadaan jurusan PKK di bawah FT sebenarnya
sungguh sangat tidak relevan.
Sejarah
PKK masuk dalam payung FT tidak terlepas dari sejarah Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan di Indonesia. PKK sebelumnya bernaung di bawah Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP). Lantas pada
tahun 1983, di IKIP Surabaya (yang sekarang menjadi Unesa), berdasar Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, nama Fakultas Keguruan Teknik (FKT)
berubah menjadi Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK). Bersamaan
dengan itu juga PKK yang sebelumnya berada di bawah FIP, berintegrasi di bawah FPTK. Pengintegrasian ini
tentu saja dengan salah satu pertimbangan karena PKK mengandung muatan teknologi dan
kejuruan.
PKK, yang di dalamnya terdapat program
studi tata boga, tata busana, dan tata rias, salah satu tugas utamanya adalah
menyiapkan guru-guru di SMK Kelompok Pariwisata. Sama halnya degan Teknik
Mesin, Teknik Bangunan, Teknik Elektro, yang berada dalam naungan FT, salah
satu tugas pokoknya adalah menyiapkan guru-guru di SMK, namun dalam kelompok
Teknologi dan Rekayasa. Maka sangat bisa dipahami bila PKK bergabung dalam
payung FPTK. Saat itu.
Pada tahun 1999, sejalan
dengan kebijakan “wider mandate”,
IKIP Surabaya berubah menjadi Universitas Negeri Surabaya melalui Surat
Keputusan Presiden RI Nomor 93 tahun 1999. Pada saat itu, Jurusan PKK
sebenarnya mulai tidak terlalu ‘match’
ada dalam payung FT, karena basic
keilmuan di FT adalah “pure engineering”.
Namun demikian, karena belum memungkinkan untuk melepaskan diri dan menjadi
fakultas yang berdiri sendiri, PKK tetap terintegrasi dalam FT sampai sekarang.
Pada
tahun 2017, jurusan PKK mulai menyusun naskah akademik dan proposal pendirian
fakultas. Nama yang diusulkan awalnya adalah Fakultas Ilmu Kesejahteraan
Keluarga (FIKK). Beberapa kali naskah akademik dan proposal direvisi
berdasarkan masukan dari berbagai pihak, termasuk pihak rektorat dan Ristekdikti.
Nama terakhir yang disetujui oleh Ristekdikti, setelah dilakukan visitasi,
adalah Fakultas Ilmu Keluarga dan Kewirausahaan (FIKK).
Selanjutnya
pada awal Agustus 2018, Direktorat Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Dirjen Kelembagaan Iptek dan Dikti) Kemristekdikti,
menerbitkan surat tentang usul pendirian FIKK, bersamaan dengan usul pendirian
Fakultas Seni dan Desain. Isi surat tertanggal 7 Agustus 2018 itu intinya
adalah Kemristekdikti tidak keberatan atas usul pendirian kedua fakultas
tersebut. Pada saat itu, jurusan PKK sangat optimis bisa berdiri sendiri
sebagai fakultas yang terpisah dengan FT.
Setelah
ditunggu berberapa bulan, bahkan sudah melewati tahun 2018 dan menginjak 2019,
surat izin dari kemristekdikti belum juga terbit. Ternyata penantian itu sia-sia.
Berdasarkan surat dari Dirjen Kelembagaan Iptek dan Dikti tertanggal 14
Februari 2019, diberitahukan bahwa usul pendirian fakultas FIKK tidak dapat
diproses lebih lanjut. Dalam surat tersebut, alasan penolakan tidak dijelaskan.
Kajian Historis dan Body of Knowledge
Ilmu Kesejahteraan Keluarga (IKK)
Di
atas disinggung bahwa setelah FPTK menjadi FT, sesungguhnya PKK sudah tidak
relevan lagi berada dalam naungan FT. Untuk menjelaskan hal ini, perlu
dicermati tubuh keilmuan (body of
knowledge) Ilmu Kesejahteraan Keluarga (IKK), yang merupakan core keilmuan PKK.
IKK
diterjemahkan dari istilah Home Economics
dan/atau Family and Consumer Sciences.
Dua istilah ini secara luas digunakan di negara-negara maju seperti Amerika,
Australia, dan negara-negara Eropa, dan juga beberapa negara di Asia.
Menilik sejarahnya, IKK mulai
diajarkan secara formal sejak 1871, saat kelas home economics pertama dibuka di Iowa State College, dengan mata
kuliah yang disebut ‘domestic economy’.
Disusul kemudian oleh Kansas Agricultural College tahun 1873, dan Illinois
Industrial University pada tahun 1874. Sejak saat itu, kesempatan pendidikan
bagi perempuan terbuka luas.
Pada tahun 1899,
pelatihan-pelatihan yang bersifat akademik dan pendidikan bagi orang dewasa,
bersamaan dengan meningkatnya jumlah imigran, industrialisasi, dan urbanisasi,
menjadi embrio pengembangan disiplin ilmu IKK, yang digagas pertama kali di Konferensi Lake Placid tentang Home Economics. The Lake Placid Conferences on Home Economics (1899–1909)
juga menghasilkan American Home Economics
Association (AHEA) dan Journal of Home Economics. Misi bidang Home
Economics sebagaimana dikemukan adalah “to
improve family wellbeing by enabling families to be successful in their
reciprocal relationships with the environments in which they function. “
Perkembangan home economics
dan tubuh pengetahuannya (body of
knowledge) mulai dipertimbangkan pada akhir abad ke-19, dan mengalami
perubahan yang cepat sebagai akibat dari revolusi industri. Perubahan ini
memiliki dampak yang signifikan terhadap isu-isu sosial kehidupan keluarga,
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan, dan mengubah tatanan keluarga dan
kehidupan keluarga (Reiger, 1986). IKK muncul sebagai dampak dari isu-isu
sosial pada kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
Pada awalnya (1880-1924) IKK muncul dalam menanggapi isu-isu sosial saat
itu. Hal ini dianggap sebagai fase yang sangat progresif, disertai dengan
gelombang pertama feminisme yang melegitimasi pekerjaan perempuan. Dasar dari
kajian ini adalah praktek kerja diintegrasikan dengan misi sosial. Body of knowledge IKK meliputi:
sanitasi, kesehatan, manajemen keluarga dengan menggunakan dasar-dasar ilmiah,
serta pengakuan kontribusi bidang seni dan masuknya perspektif sosial dan
filosofis. Pengajaran keterampilan hidup (life
skill) adalah fokus utama dari IKK pada awalnya (AAFCS, 2006).
Pada perkembangan selanjutnya, penekanan IKK bergeser ke fokus yang
lebih besar yaitu pada manajemen dan efisiensi dalam menghadapi iklim sosial,
ekonomi dan politik (akibat Perang Dunia
2). Paradigma ilmiah terus dimanfaatkan untuk memperjuangkan kesejahteraan
individu, bersamaan dengan penekanan pada ekonomi konsumen (consumer economics).
IKK merespon peningkatan konsumerisme dengan terus fokus pada konsumen
dan paradigma ilmiah (1961-1981). Selama tahun 1970-an paradigma organismik
diadopsi. Paradigma ini mengidentifikasi pentingnya hubungan antara individu
dan anggota keluarga (McGregor, 1997). Paradigma organismik memaknai keluarga adalah sebuah kesatuan
dimana di dalamnya terdapat bagian–bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari
sistem tersebut mempunyai fungsi masing–masing yang membuat sistem menjadi
seimbang.
Selanjutnya (1982-2002), adalah periode globalisasi dan post-modern. IKK
terus fokus pada pentingnya keluarga dan kebutuhan keluarga. Dalam menanggapi
perubahan sosial yang cepat, IKK mempromosikan penggunaan paradigma kontekstual,
yaitu sebuah perspektif kritis global yang eco-centered.
Selanjutnya pada 2006, IKK mengalami kebangkitan global sebagai
komunitas, bergulat dengan sejumlah masalah yang berhubungan dengan kesehatan,
berkaitan secara langsung dengan pilihan makanan yang mempengaruhi
kesejahteraan individu dan keluarga.
IKK dideskripsikan sebagai profesi yang
interdisipliner dan multidisipliner, dengan pentingnya keluarga sebagai inti (core) dari segala sesuatu yang dilakukan
oleh para profesional di bidang tersebut (Kieren, Vaines & Badir, 1984;
Vaines, 1980; Pendergast, 2005). Dalam mobilitas masyarakat global saat ini, ada kebutuhan untuk konsisten dalam hal bahasa umum yang diakui secara
internasional. International Federation
for Home Economics (IFHE) meresmikan pemahaman internasional tentang home economics, yaitu: “The study of household management for
achieving the highest quality of life”(IFHE, 2004). IFHE mendukung
kebutuhan IKK untuk mengajarkan teori yang penting dan terpadu secara kultural
untuk peningkatan kapasitas manusia, dan mengidentifikasi tantangan yang ada
guna mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik dan mengembangkan kompetensi
hidup. Selain itu, IKK harus dilihat dalam konteks 'studi keluarga', dan
sebaliknya, dalam konteks holistik. Deskripsi yang lebih diperluas adalah: 1)
peningkatan kualitas hidup sehari-hari bagi individu, keluarga dan rumah tangga
melalui pengelolaan sumber daya mereka; 2) menyoroti dampak dari dampak sosial,
ekonomi dan lingkungan pada pengelolaan kehidupan sehari-hari individu,
keluarga dan rumah tangga; dan 3) memperluas pemahaman pandangan ekologi dari
individu, keluarga dan rumah tangga di lingkungan yang lebih besar (IFHE,
2004).
The American
Association of Family and Consumer Sciences (AAFCS)
mengidentifikasi bahwa body of knowledge dari home
economics didefinisikan sebagai
konten yang memiliki hubungan langsung dengan isu-isu sehari-hari yang dihadapi
oleh individu karena mereka berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan. Hal
tersebut meliputi: kebutuhan dasar manusia (basic
human needs), keterampilan komunikasi, kebijakan publik, berpikir kritis,
perbedaan dan perspektif global. Tema-tema khusus meliputi: makanan dan gizi,
perkembangan teknologi masa depan, tekstil, perumahan, ekonomi dan manajemen,
hubungan dengan kepemimpinan sosial, dan kesejahteraan (AAFCS, 2006).
Dalam kawasan Pasifik Selatan, Home
Economics Institute of Australia (HEIA) menjadi pelopor penelitian di
bidang home
economics. Fokus utama
pendidikan home economics adalah
kesejahteraan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memungkinkan siswa
untuk mengatasi tantangan yang semakin kompleks yang berkaitan dengan
kesejahteraan mereka termasuk yang terkait dengan pembangunan manusia dan
hubungan serta penyediaan komoditas seperti makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Hal ini juga berkaitan dengan perubahan yang akan membawa masyarakat
menjadi lebih adil dan sejahtera. Home
economics mewujudkan dinamika perubahan. Ketika kita bergerak melalui
milenium baru, masyarakat dan juga individu membutuhkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dikembangkan dalam kajian home
economics (HEIA, 2002).
Singkatnya, meskipun banyak variasi antara negara dalam implementasi home economics, ada tema pemersatu yang
jelas, yaitu: 1) home economics
responsif terhadap perubahan; 2) perubahan zaman memerlukan cara berpikir yang
baru. Dalam hal ini khususnya adalah keterampilan berpikir kritis, berpikir
reflektif, dan metakognisi; 3) Tema meliputi kesehatan, teknologi, saling
ketergantungan global, pembangunan manusia, pengembangan/manajemen sumber daya;
4) individu, keluarga dan masyarakat, diri dan masyarakat diidentifikasi
sebagai body of knowledge secara
umum; 5) tantangan dan isu-isu sosial, ekonomi dan lingkungan, dan keutuhan
keluarga global; 6) tema yang lain meliputi keluarga, pangan dan gizi,
persiapan makanan, manajemen dan pilihan konsumen; 7) spesialisasi termasuk
pangan dan gizi, perkembangan masa depan dalam penciptaan makanan, pakaian dan
tekstil, tempat tinggal, ekonomi dan manajemen, hubungan dan kepemimpinan
sosial, kesehatan; dan 8) penerapan pengetahuan untuk konteks yang relevan dan
otentik, termasuk persiapan makanan.
Relevan dengan uraian di
atas, secara definitif, istilah home
economics menurut Webster’s
Encyclopedia adalah:“A science and
art dealing with homemaking and relation of home to community, theory and
practice concerning to the selection and preparation of food and clothing,
condition of living, the use of income, the care and training children etc.,
also the study of teaching at Home Economics Department concerned with this.”. Definisi yang lain dari International Federation for Home Economics (IFHE) mengemukakan
bahwa: ”Home economics is the profession and field of study that deals
with theeconomics and management of the home and community”.
Berdasarkan definisi di atas
jelaslah bahwa home economics atau
IKK tidak hanya mempersoalkan bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan biologisnya
saja. Namun juga harus dapat menjalankan perannya sebagai bagian masyarakat,
dapat menjadi tempat pendidikan anak-anak, sekaligus mampu menjangkau kebutuhan
lain, yaitu kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual.
Tinjauan Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis IKK
Gambaran tentang body of knowledge juga perlu dikaji dari
tiga komponen dasar. Tiga komponen dasar tersebut adalah: (1) apa yang dikaji
(ontologi), (2) bagaimana cara mendapatkannya (epistemologi), dan (3) untuk apa
ilmu tersebut dipergunakan (aksiologi) (Surisumantri, 1984).
Bagaimana dengan IKK? Dalam kelompok ilmu, IKK
dapat dimasukkan ke dalam ilmu sosial terapan. Sebagaimana pendidikan, yang
merupakan aplikasi berbagai konsep ilmu-ilmu sosial murni, seperti itu jugalah
IKK. Parker (1980) menyatakan bahwa IKK sebagai ilmu yang tidak dapat berdiri
sendiri, namun menggunakan hasil penelitian dari ilmu lain, baik ilmu murni
maupun terapan, seperti fisika, kimia, bakteriologi, biologi, antropologi,
psikologi, sosiologi, ekonomi, kedokteran, ilmu gizi dan ilmu pendidikan.
Selain sebagai cabang ilmu pengetahuan, bidang lain juga berkaitan erat,
seperti agama, etika dan estetika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa IKK merupakan
suatu ilmu yang interdisipliner. Ilmu ini dapat berkembang karena ada pandangan
bahwa segala bidang ilmu pengetahuan hendaknya diamalkan untuk mencapai
kehidupan yang sejahtera (Winarni dan Luthfiyah, 1997; Nurlaela, 2010).
|
Gambar 1: Beberapa Cabang Ilmu yang Mewarnai IKK
(Rifai, 1983; Winarni dan Luthfiyah, 1997; Nurlaela, 2010)
|
Segi ontologi IKK sudah cukup jelas, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang kehidupan dan penghidupan manusia, baik sebagai
individu anggota keluarga, maupun sebagai anggota masyarakat. Sebagai ilmu, IKK
mempunyai objek forma, yaitu: kehidupan keluarga dengan segala aspek untuk
mencapai kesejahteraan keluarga. Bidang garapan IKK menurut Rifai (1983) meliputi: (1)
hubungan intra keluarga, (2) kesehatan mental keluarga, dan (3) bidang
material. Bidang material mencakup: perawatan anak; perawatan remaja; perawatan
pasien; perawatan ruang dan taman; pemilihan, pengolahan, dan penyiapan
makanan; pemilihan, pembuatan dan pemeliharaan pakaian; penampilan personal;
pengetahuan barang, dan sebagainya.
Gambar
2: Bidang Material IKK
Berkaitan dengan hal tersebut, seorang ahli IKK
menyatakan bahwa:
“Home
economics is a field of formal study including such topics as consumer
education, institutional management, interior design, home furnishing,
cleaning, handicrafts, sewing, clothing and textiles, cooking, nutrition, food
preservation, hygiene, child development, and family relationships. It prepares
students for homemaking or professional careers” (Phillips, Robert, Editor-in-Chief et al.
1971).
Untuk mempertegas eksistensi
keilmuan IKK, perlu dipertanyakan apakah belum ada cabang ilmu lain yang
mengkaji masalah tersebut? Parker (1980) mengemukakan bahwa IKK bukanlah
satu-satunya bidang yang mempelajari aspek kehidupan keluarga, namun merupakan satu-satunya
bidang ilmu yang memusatkan perhatiannya pada “seluruh” aspek kehidupan
keluarga. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia;
Sosiologi terutama memperhatikan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
masyarakat, sedangkan ilmu kesehatan berusaha memperbaiki kesehatan manusia dan
masyarakat. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
sebagai makhluk bio-sosial, yaitu sebagai makhluk yang berbudaya. Dibandingkan
dengan IKK, maka IKK memusatkan perhatiannya langsung pada kehidupan manusia
dan keluarga dengan segala aspeknya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa dari segi ontologi, keberadaan keilmuan IKK dapat dipertanggungjawabkan.
Bagaimana ditinjau dari epistemologinya? Sebagai ilmu, dari segi
epistemologi kebenaran IKK sudah cukup mantap. Selama ini para ahli IKK (home economist) telah mengembangkan
berbagai teori yang sudah tervalidasi secara universal. Dengan demikian dapat
dikatakan telah ditempuh prosedur keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode pengumpulan
data seperti observasi, eksperimen, survei, dan lain-lain banyak digunakan
dalam penelitian-penelitian bidang IKK. Berbagai bidang menjadi sasaran
penelitian, misalnya makanan, pakaian, perumahan dan perabot rumah tangga,
masalah jual-beli, pembagian dan penggunaan sumber-sumber keluarga, dan
lain-lain, juga termasuk pendidikan/pembelajarannya.
Dari segi aksiologi, keberadaan IKK sebagai cabang ilmu juga sudah
mantap, baik ditinjau dari segi normatif seperti terkandung dalam misi yang diemban, maupun pelaksanaan nyata yang
telah berlangsung selama ini.
IKK yang diamalkan melalui PKK, baik formal, informal, maupun nonformal, telah banyak memberi
sumbangan dalam membawa peserta didik menjadi manusia yang dapat mengembangkan
diri secara optimal,
sejalan dengan bakat dan minatnya masing-masing. Dengan demikian diharapkan
mereka dapat memiliki kepribadian seimbang, berjiwa makarya serta
bertanggungjawab terhadap kesejahteraan keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara.
Sesuai dengan "IFHE Position Statement 2008 - Home
Economics in the 21st Century", Home
Economics meliputi dimensi atau area praktik: 1) sebagai disiplin akademis
untuk mendidik ilmuwan baru, untuk melakukan penelitian dan menciptakan
pengetahuan baru dan cara berpikir untuk profesional dan untuk masyarakat; 2)
sebagai wadah untuk hidup sehari-hari dalam rumah tangga, keluarga dan
masyarakat untuk mengembangkan potensi pertumbuhan manusia dan kebutuhan
manusia atau kebutuhan dasar yang harus dipenuhi; 3) sebagai area kurikulum
yang memfasilitasi siswa untuk menemukan dan mengembangkan sumber daya mereka
sendiri dan kemampuan untuk digunakan dalam kehidupan pribadi mereka, dengan
mengarahkan keputusan profesional mereka dan tindakan atau mempersiapkan mereka
untuk hidup; dan 4) sebagai wadah sosial dalam rangka mempengaruhi dan
mengembangkan kebijakan untuk melakukan advokasi bagi individu, keluarga dan
masyarakat untuk mencapai pemberdayaan dan kesejahteraan, serta untuk
memfasilitasi masa depan yang berkelanjutan.
Dari sumber yang sama diperoleh pernyataan bahwa bidang IKK meliputi: 1)
child development and guidance, 2) consumer education, 3) food and nutrition, 4) individual and family health, 5) Fashion,
Textiles and Apparel, 6) Family and Human Development, dan 7) Housing and Furnishings.
Di Indonesia, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagai gerakan
pembangunan masyarakat dimulai sejak diselenggarakan Seminar Home Economics di Bogor pada 1957, yang
menghasilkan 10 segi kehidupan keluarga. Selanjutnya pada 1960-1961, sebuah
panitia antar departemen yang terdiri dari departemen pendidikan dan kebudayaan (depdikbud), departemen
kesehatan (depkes), departemen pertanian (deptan), departemen sosial (depsos),
departemen agama (depag), departemen dalam negeri (depdagri), dan organisasi
wanita, menyusun tata susunan pelajaran PKK. Hasilnya adalah Rencana Pelajaran
PKK, yang materinya “Sepuluh Segi Kehidupan Keluarga”. Di antara rentang waktu
tersebut, yaitu pada 1961, kementerian pendidikan, pengajaran dan kebudayaan,
menetapkan 10 segi kehidupan keluarga sebagai kurikulum PKK yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan pendidikan masyarakat sampai sekarang. Sepuluh segi
kehidupan PKK itu meliputi: 1) Hubungan intra dan antar keluarga, 2) Mengasuh
dan membimbing anak, 3) Makanan dan Gizi, 4) Pakaian, 5) Perumahan, 6)
Kesehatan, 7) Keuangan, 8) Tatalaksana rumah tangga, 9) Keamanan lahir dan
batin; dan 10) Perencanaan sehat.
Masih Layakkah PKK Bernaung di Bawah FT?
Menilik dari uraian di atas,
berdasarkan pada kajian historis, filosofis, dan body of knowledge IKK, nampak jelas bahwa PKK sangat dipaksakan
bila tetap berada di bawah naungan FT. Namun bila penolakan usulan PKK menjadi
FIKK dikarenakan alasan efisiensi, apa boleh buat. Meski sesungguhnya hal
tersebut mengorbankan sesuatu yang lebih berarti dari sekadar efisiensi, yaitu
pengembangan keilmuan bidang IKK.
Menurut Cambridge Dictionary, fakultas
adalah "a group of departments in a
college that specialuze in a particular subject or group of subjects." Sedang dalam Oxford Dictionary, fakultas diartikan
sebagai "a group of university departments concerned with a
major division of knowledge, eg.‘the faculty of
arts’, ‘the law faculty’. Definisi secara umum adalah, "a division within a university
comprising one subject area, or a number of related subject areas." Berdasarkan definisi tersebut, PKK yang subject
area-nya berbeda dengan jurusan keteknikan (teknik sipil, teknik mesin,
teknik elektro, dan sebagainya), seharusnya tidak berada dalam satu fakultas
yang sama.
Di Ohio State University, dan juga
di beberapa universitas di Amerika (misalnya Michigan State University,
University of Wisconsin-Madison, Florida State University), Home Economics, yang
juga disebut consumer and family sciences, memiliki level mulai dari sarjana,
master, dan doktoral. Di University British of Columbia, Home Economics berdiri
sebagai fakultas tersendiri dengan nama Home Economics Faculty. Di banyak
negara, sebagaimana sudah disinggung sebelumnya, eksistensi PKK atau home
economics begitu kuat. Kekuatan tersebut sangat dipengaruhi oleh keleluasaannya
dalam pengembangan akademis-keilmuan, dan juga dukungan otonomi dalam pengelolaannya.
Salah satunya karena mereka berdiri sebagai sebuah fakultas.
Home economics atau PKK adalah
sebuah payung yang besar. Di bawahnya, bernaung berbagai program studi.
Setidaknya, saat ini, beberapa program studi tersebut adalah tata boga, tata busana,
tata rias, ilmu gizi, pariwisata, perhotelan, usaha perjalanan wisata, dan
sebagainya. Jumlah mahasiswa seluruhnya, hampir di semua LPTK, sudah setara
dengan jumlah mahasiswa satu fakultas. Sumber daya yang tersedia, dosen dan
tenaga kependidikan, sudah sangat layak sebagai modal mengelola sebuah
fakultas. Begitu juga dengan sarana-prasarananya serta pembiayaannya.
PKK hanya perlu izin untuk bisa
berdiri tegak menjadi fakultas PKK, entah dengan nama apa pun. Menjadi sebuah
fakultas artinya harus mampu mengelola diri-sendiri, mencari sumber-sumber
untuk menghidupi diri-sendiri, tentu saja dengan memanfaatkan berbagai sumber
yang tersedia, serta mengupayakan dari sumber-sumber pendanaan yang lain. Tidak
mudah pasti. Namun memberi kesempatan dan peluang itu kepada PKK, patut menjadi
pertimbangan pihak-pihak yang berwenang. Dalam usianya yang tidak muda lagi,
meskipun tidak terlalu tua, PKK telah cukup memiliki bekal pengalaman untuk
mencoba melepaskan diri dari tempatnya bergantung selama ini, dan menjadi sosok
dengan jati dirinya.
Surabaya, 25 April 2019