Pages

Sabtu, 30 Juli 2011

Catatan Perjalanan Umroh (3): Tiba di Jeddah

Sabtu, 30 Agustus 2011. Pukul 01.00 waktu Jeddah (pukul 05.00 WIB). Pesawat kami landing di King Abdul Aziz Airport. Mulus, nyaris tak terasa ketika roda pesawat GA Jumbo Jet itu menyentuh tanah. Kata suami, "kok gak kroso yo? Beda dengan pesawat kecil...."

Semalam ketika kami berada di pesawat, seperti biasa, aku mencuri start untuk tidur. Kebiasaanku ketika terbang adalah memanfaatkan waktu untuk tidur (hanya sesekali untuk baca), karena dengan cara begitu, bisa menghemat energi. Begitu tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan, jaket kupakai, selimut kubuka, kututupkan ke sekujur tubuh, termasuk ke mukaku, untuk melawan dinginnya AC yang bikin kepala pusing (dasar orang udik). Waktu pramugari membagikan juice apel/jeruk, aku langsung meneguknya sampai habis, karena memang lagi haus-hausnya. Ketika tissue basah dibagikan, aku membuka mata sebentar, mengusap-usapkan tissue itu ke seluruh telapak tangan, kemudian merem lagi, menunggu makan malam dibagikan.

Makan malam yang terdiri dari dua pilihan, beef atau chicken, kami selesaikan dengan cepat dan tertib. Porsinya yang kecil membuatku tidak tega melahapnya, kusorongkan ke baki makan anakku. Dengan porsi segitu, dia tidak akan kenyang. Aku melahap russian salad dan separo dessert, apple truffle, separonya juga kusorongkan ke baki anakku. "Lho, lha ibu makan apa?" Tanya anakku. "Makan salad udah kenyang, soalnya saladnya kentang". Jawabku meyakinkannya.

Perjalanan malam tadi benar-benar membuatku kenyang tidur. Aku sengaja tidak melakukan apa pun kecuali berdzikir sambil merem sampai tertidur. Mas Ayik dan Arga berdiskusi tentang sepeda, helm, camping, kacamata, jam tangan.... berhenti sejenak ketika kuingatkan untuk dzikir dan baca sholawat, hanya sejenak, kemudian diskusi diteruskan lagi. Akhirnya kuputuskan aku berdzikir dan baca sholawat sendiri tapi kuniatkan untuk kami bertiga.

Dua jam sebelum landing, kami dibangunkan untuk menikmati mie atau nasi goreng. Mie kumakan habis, tapi roti dan mentega putihnya, lagi-lagi, menjadi jatah Arga. Ukurannya yang jumbo (seperti pesawat yang kami tumpangi), membuatnya mampu melahap tiga roti sekaligus (apalagi rotinya cil-kecil tak iye). Selepas makan, aku tidur lagi. Sebetulnya tidak terlalu ngantuk, tapi hembusan AC yang langsung menerpa mukaku, membuatku benar-benar tidak tahan untuk tidak menutupi wajahku dengan selimut. Dalam keadaan seperti itu, apalagi yang bisa dilakukan, kecuali bersholawat sampai tertidur.

Begitu masuk bandara King Abdul Aziz yang luas itu, kami langsung menyerbu toilet. Ampuunnn, antreannya, sampai tumpah keluar ruangan. Aku pikir, toilet ini tidak memadai jumlahnya. Cuma ada 3 kamar kecil, di dalam ruangan yang juga kecil, sehingga antrean tumpah di luar ruangan. Dan kotornya minta ampun, air "ngecembeng", tissue, pembalut, berserak di lantai. Duh. Sekoboi-koboinya aku, ternyata aku gak tega juga untuk buang hajat kecil di toilet itu. Aku mengurungkan niat, berharap nanti akan ada acara mampir pipis ketika perjalanan dengan bus menuju Madinah.

Kami semua kemudian digiring ke counter imigrasi yang antreannya sudah mengular. Berbaris dengan tertib. Menunggu pemeriksaan dokumen, untuk kemudian melanjutkan perjalanan selama sekitar 6 jam menuju Madinah, tempat Rosulullah bersemayam. Antrean panjang di depanku tak kunjung beringsut. Tapi kubah hijau dan roudhoh seperti menari-nar dalam bayanganku.

Ya Muhammad, kami datang, dengan sepenuh cinta, dan membawa salam untukmu dari bapak ibu kami, keluarga kami, sanak saudara kami, teman-teman kami....

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...