Pages

Sabtu, 30 Juli 2011

Catatan Perjalanan Umroh (4): Perjalanan menuju Madinah

Jarak Jeddah ke Madinah lebih dari 400 km. Waktu tempuh sekitar 6 jam. Muthawwif yang mendampingi kami dalam bus, namanya Achmad Abdul Ghofar, asli Madura, mengucapkan selamat datang kepada kami. Ahlan wasahlan, marhaban....wes hewes hewes.... Menurutnya kami akan tiba di Madinah sekitar pukul 9 atau 10 pagi. Rencananya kami akan mampir untuk sholat shubuh dan makan pagi. Dhuhur nanti insyaallah sudah bisa sholat berjamaah di masjid Nabawi.

Baru berjalan sekitar 10 menit, bus berhenti untuk mengisi bahan bakar di POM. Petugasnya berseragam biru-biru, berkulit hitam, rambut ikal, matanya lebar dan tajam. Hidungnya....kok nggak nemu yang berhidung pesek ya.... semuanya mancung.... he he.

Baru berjalan sekitar 5 menit, bus kami berhenti di sebuah tempat, namanya Rohili, yaitu sebuah rumah makan lesehan ala Timur Tengah, yang di sampingnya ada mushola. Di mana-mana kotor, botol plastik air mineral, kertas-kertas, kresek-kresek, kotak-botol.... bo aboohh...

Kami tidak makan di rumah makan itu, melainkan makan nasi kotak yang dibagikan oleh abang-abang Madura. Kemasan kotaknya bagus dan sehat, pakai aluminium foil, bukan sterofom kayak di Indonesia. Di tutup kemasannya bertuliskan huruf arab dan latin. Bunyinya Java Grill Mr Sateis (kayaknya yang punya abang Madura juga nih). Porsinya besar: nasi, ayam bakar bumbu rujak, oseng tempe kacang tanah, sambel, lalap ketimun dan daun selada. Anakku saja sampai menggeleng ketika kutawari tambah nasi dan lauknya; berarti memang benar-benar besar porsinya.

Adzan shubuh menggema tepat setelah kami selesai makan. Kami langsung berkemas, menuju mushola, mengambil air wudhu, dan sholat. Meskipun masih shubuh, udara terasa panas sekali, di luar maupun di dalam mushola. Di dalam mushola ada kipas angin besar yang suaranya mirip helikopter, tapi tetap tak cukup mengatasi udara yang panas. Hal itu membuat kami tak ingin berlama-lama di dalam musholla, segera setelah sholat dan dzikir sebentar, kami menuju bus dan langsung masuk. AC bus yang terus dinyalakan membuat ruangan di dalam bus sangat suwejukk...

Tak berapa lama, setelah anggota jamaah lengkap, kami berangkat melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Muthawif kami menyarankan kami untuk tidur tapi tetap dengan hati yang berdzikir. Perjalanan masih cukup panjang. Sepanjang jalan hanya bentangan padang pasir dan lampu-lampu jalanan. Sesekali bus kami berpapasan dengan kendaraan-kendaraan lain. Mungkin ada rumput atau pohon-pohon kecil yang tumbuh di padang pasir sana, tapi pagi yang masih gelap mengaburkan pandangan.

Perut kenyang, udara sejuk, mata lelah. Apalagi yang lebih nikmat dari tidur?

Sampai jumpa di Madinaturrosul...

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...