Pages

Selasa, 10 April 2012

Tana Toraja (2) Melihat Pesta Penguburan Orang Asli Toraja

Pagi ini, pukul 06.30 WITA, kami sudah berkumpul di restoran hotel Pantan Toraja, hotel tempat kami menginap. Semalam, kami semua check in pada pukul 24.30 WITA, dengan tubuh letih karena perjalanan panjang. Jalan yang berliku-liku dan naik-turun, mulai dari kota Enrekang sampai Tana Toraja, membuat beberapa dari kami mabuk. Lelah tapi senang, karena banyak hal baru yang sudah kami lihat seharian tadi. 

Acara pertama hari ini adalah melihat pesta penguburan orang asli Toraja. Dari hotel, kami beriringan menuju daerah pedalaman di kabupaten Rantepao. Di tengah perjalanan, tour leader kami membeli rokok tiga pak dan gula pasir dua kg. Rokok dan gula ini untuk 'buwoh' ke keluarga yang sedang mengadakan pesta. Dengan membawa 'buwuhan' itu, kita akan disilakan bergabung dengan keluarga besar yang sedang pesta tersebut untuk mengikuti seluruh prosesi pesta penguburan. 

Tempat diadakannya pesta itu di sebuah kompleks keluarga suku Toraja, yang berada di sebuah tanah lapang. Di seputar tanah lapang itu didirikan rumah-rumah panggung khas Toraja semi permanen, tempat di mana keluarga besar dan para tamu berkunjung. Warnanya dominan merah, tentu saja dengan hiasan-hiasan bermotif Toraja yang khas. 

Begitu sampai pada tanah lapang yang dikelilingi oleh rumah panggung itu, bau asing langsung menusuk hidung. Beberapa saat yang lalu sebelum kedatangan kami, prosesi penyembelihan kerbau baru saja selesai. Aroma anyir darah dan kotoran kerbau, berpadu dengan daging kerbau yang sedang dimasak di tengah tanah lapang itu, dalam sebuah alat menyerupai drum besar, begitu menyengat dan 'ndulek'. Suara pembawa acara yang mengomando dengan bahasa Toraja ditingkahi dengan suara para perempuan yang menangis meraung-raung keras sekali, menyajikan suasana duka cita. Kami membaur dalam kerumunan itu, di antara keluarga dan para tamu. Duduk di salah satu rumah panggung yang di depannya berjajar tanduk kerbau milik kerbau-kerbau yang baru saja disembelih tadi. Kuhitung ada 18 buah tanduk. Kabarnya, mereka telah menyembelih 30 ekor kerbau. Entah ke mana tanduk-tanduk yang lain. Aroma menusuk yang membuat perut saya mual saya netralisir dengan olesan aroma terapi di sekitar hidung.
    
Saat ini mayat yang tersimpan di peti itu sedang dirawat oleh para keluarga. Dia akan dibawa ke kuburan yang berada di bukit-bukit, diangkut dengan keranda yang dihias dengan miniatur rumah adat Toraja. Beberapa meter di dekat peti mayat itu, duduklah sebentuk patung dari kayu, seorang tua yang berbusana khas Toraja, bertopi, dan berselempang sarung putih. Itulah replika orang yang meninggal.  Untuk bisa dibuatkan replikanya, pesta penguburan sedikitnya harus menyembelih 24 kerbau. Seekor kerbau berharga mulai dari 30 juta rupiah sampai ratusan juta. Jenis kerbau tertentu, namanya kerbau tedong bonga atau kerbau belang, harganya bisa mencapai setengah milyar. Tentu saja hanya para bangsawan yang pesta penguburannya dirayakan seperti itu. semakin tinggi strata orang yang meninggal, semakin banyak binatang yang disembelih, dan semakin besar jumlah sumbangan yang diterima dari sanak keluarga dan masyarakat sekitar. Tidak semua binatang sumbangan tersebut disembelih, beberapa disumbangkan untuk gereja, pemerintah, dan perbaikan jalan, sekolah, dan lain-lain.

Ya. Sumbangan. Binatang-binatang itu sebagian besar adalah sumbangan. Sumbangan dari mana pun akan dicatat oleh keluarga, dan pihak keluarga harus mengembalikannya nanti bila keluarga yang menyumbang itu akan mengadakan pesta penguburan. Begitu seterusnya, sehingga praktis tradisi seperti itu menyebabkan orang Toraja menanggung hutang keluarga secara turun-temurun. 

Pesta penguburan ini adalah untuk Balasu Bahara, seorang guru yang telah meninggal empat bulan yang lalu. Orang Toraja bila meninggal, mayatnya tidak langsung dikuburkan. Pesta penguburan baru akan dilakukan bila keluarga orang yang meninggal tersebut telah cukup memiliki hewan ternak, baik milik sendiri atau dari pengembalian hutang dan sumbangan-sumbangan.

Pesta penguburan Balasu Bahara ini dilangsungkan selama sepuluh  hari. Setiap hari selama pesta itu, kerbau dan beberapa hewan ternak yang lain disembelih, untuk dibagi-bagikan pada sanak saudara dan tamu-tamu. 

Pesta itu berakhir menjelang pukul 10.00 WITA. Kami semua pamit kepada keluarga besar, menuju mobil kami masing-masing. 

Kami akan melanjutkan perjalanan menuju Bori, melihat batu-batu megalithicum dan sarcofagus. Juga mengunjungi rumah adat di Ketekesu, dan beberapa tempat lain, dan tentu saja.....wisata kuliner.

Sabtu, 7 April 2012
Wassalam,
LN 

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...