Pages

Selasa, 03 April 2012

KWU, Bercerita, dan Menulis

Salah satu matakuliah yang saya ampu adalah Kewirausahaan. Kami biasa menyebutnya KWU. Pada semester ini, saya mengajar mahasiswa D3 Tata Boga. Ada sebanyak 30 mahasiswa, 6 di antaranya cowok.

Saya mengajar KWU sejak tahun 2000-an, sejak KWU menjadi matakuliah wajib di Unesa, dan sejumlah dosen diberi pelatihan dalam sebuah lokakarya, termasuk mengembangkan bahan perkuliahan bermuatan wirausaha. Saya menikmati mengajar matakuliah ini. Pengalaman saya mengurus usaha katering pribadi maupun katering kampus (sekitar 5 tahunan setelah menyelesaikan S2), dan menjadi penjual kue-kue lebaran bertahun-tahun (bahkan sampai saat ini), merupakan sedikit pengalaman kewirausahaan yang bisa saya bagikan. Namun selalu saya tekankan pada mahasiswa, bahwa kewirausahaan tidaklah identik dengan jualan. Ada banyak hal yang jauh lebih penting daripada sekedar mendapatkan uang. Ketika meninggalkan kelas, maka kelas harus kembali rapi dan bersih. Ketika melihat lampu menyala tidak pada waktunya, maka lampu harus dipadamkan. Ketika melihat sampah berceceran, maka harus berinisiatif untuk membersihkan. Ketika ada teman mempresentasikan sesuatu topik, harus menjadi pendengar yang baik, berani mengemukakan pendapat, dan terlibat sepenuhnya dalam diskusi. Wirausaha juga berarti suka bekerja keras, jujur, peduli, tidak mudah putus asa... Di atas semua itu, berwirausaha juga berarti berorientasi pada keuntungan.

Lebih dari sepuluh tahun saya mengajar KWU. Dengan beragam tipe kelas: ada yang aktif, setengah aktif, dan tidak aktif atau cenderung acuh. Tipe yang terakhir ini seringkali membuat saya harus memutar otak untuk bisa membuat mereka berubah. Memaksa mereka bertanya dalam diskusi. Mengharuskan setiap mahasiswa menjawab atau menanggapi. Memastikan presentasi berjalan baik dan lancar. Menuntun mereka menyusun business plan step by step. Memastikan produk yang akan mereka pasarkan layak dengan harga yang 'rasionable.' Memacu keberanian untuk mencari lokasi usaha, menghadapi kompetitor, menghadapi satpol PP dan 'preman-preman' pasar, menjemput pelanggan, dan siap gagal.

Mahasiswa-mahasiswa yang semester ini saya ajar, kebetulan termasuk tipe yang kurang aktif. Bukan termasuk jenis mahasiswa yang 'self-regulated learner'. Hanya ada dua orang yang aktif dan dua orang yang lumayan aktif dalam setiap diskusi materi. Selebihnya, perlu ekstra energi untuk membuat mereka mau bertanya, menanggapi, menjawab, dan terlibat penuh dalam diskusi.

Dari 16 kali pertemuan, separo untuk teori KWU, separo untuk praktek. Empat kali pertemuan untuk praktek di luar kampus, 3-4 kali pertemuan untuk praktek di dalam kampus, dalam bentuk gelar wirausaha. Praktek di luar kampus mereka laksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, dengan mengambil lokasi di pusat-pusat keramaian, seperti Taman Bungkul, Tugu Pahlawan, Taman Mundu, Masjid Al Akbar, dan lain-lain.

Tidak seperti dalam kuliah teori di mana saya mendapatkan banyak kendala dalam mengaktifkan mahasiswa, dalam kegiatan praktek, saya tidak menemui kesulitan yang berarti dalam membimbing mereka. Pada dasarnya, mahasiswa menyukai praktek wirausaha. Mereka mengkonsultasikan jenis produk dengan penuh semangat, menghitung kebutuhan bahan, harga jual, dan sebagainya terkait dengan rencana bisnis mereka, dengan giat. Namun begitu gilirannya kuliah teori, mereka 'habis'. Ya, hanya ada sekitar 3-4 mahasiswa saja yang 'hidup'.

Untuk mengatasi gejala 'melempemnya' mahasiswa ketika kuliah teori, saya mengatur perkuliahan dengan cara berselang-seling antara teori dan praktek. Saya membagi kelas menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota. Setiap selesai praktek, selain membuat laporan praktek, saya meminta setiap kelompok maju di depan kelas, menceritakan serunya kegiatan praktek mereka. Meskipun ketika kuliah teori sebagian besar mereka 'mati suri', namun ketika saya minta mereka untuk menceritakan pengalaman praktek, mereka saling berebut untuk bercerita. Betapa sulitnya mendapatkan tempat untuk memasang meja tempat jualan, bagaimana serunya menghadapi petugas keamanan, betapa asyiknya menawarkan barang dagangan, dan betapa luar biasa lelahnya mempersiapkan dan melakukan semuanya. Meskipun lelah dan capai, nampak sekali mereka menyukai pengalaman berwirausaha di luar kampus tersebut. Berhadapan langsung dengan kompetitor yang sebenarnya, konsumen yang sebenarnya, dan berbagai tantangan lain, yang sebenar-benarnya tantangan. Tidak seperti di kampus, di mana konsumennya adalah mahasiswa teman-teman mereka dan dosen-dosen, yang seringkali 'terpaksa' membeli produk mereka dengan alasan pertemanan atau karena kasihan.

Ya. Sesi berbagi pengalaman wirausaha ternyata menjadi sesi yang menyenangkan bagi mereka. Mereka yang dalam kuliah teori seperti 'hilang nyawa', berubah menjadi sangat bersemangat dan spontan ketika bercerita. Lepas. Penuh semangat. Pada saat seperti itu, saya lantas membawa mereka ke ranah teoretik. Membawa pengalaman-pengalaman mereka kepada teori-teori wirausaha yang relevan, sehingga terjadilah kegiatan eksplorasi pengetahuan, elaborasi, dan konfirmasi, dengan lebih baik.

Selain bercerita, saya juga meminta mereka menuangkan ceritanya itu dalam bentuk tulisan. Tidak seperti ketika mereka membuat makalah untuk presentasi, yang tulisannya sarat dengan 'ketidak jelasan' dan 'ketidak runtutan', tulisan mereka tentang pengalaman berwirausaha begitu spontan dan orisinil. Terasa betul semangatnya, luapan-luapan emosinya, kegalauan dan kecemasan, sekaligus kebanggaannya karena telah berhasil menghadapi berbagai tantangan. Kemampuan menulis, bagi saya, juga merupakan bagian dari wirausaha.

Sepanjang saya mengajar, saya banyak belajar. Mengajar mahasiswa yang pintar, sangat menyenangkan. Seperti mobil dengan power steering, mereka akan bergerak cepat dengan sedikit sentuhan. Mengajar mahasiswa yang kurang pintar, seperti mendaki bukit yang tinggi dan  terjal. Namun betapa nikmatnya jika berhasil mencapai puncak...   

Surabaya, 3 April 2012

Wassalam,
LN

0 komentar

Posting Komentar

Silakan tulis tanggapan Anda di sini, dan terima kasih atas atensi Anda...